NovelToon NovelToon

Bulan & Bintang

Bintang Anggara

Bintang Anggara, cowok tampan yang menjadi incaran para cewek di sekolahnya. Bintang punya dua orang teman namanya Gilang dan gevan. Kedua sahabatnya itu memiliki sifat yang sangat bertolak belakang. Gilang dengan sikap cueknya dan gevan dengan sikap humblenya. Tapi tetap saja keduanya juga merupakan incaran para cewek di sekolah.

Bintang adalah seorang ketua geng motor. Dan Gilang adalah wakil ketuanya. Geng mereka bernama "The Dark".

Hampir setiap hari bintang berada di tempat tongkrongan. Ia hanya akan pulang untuk tidur. Dan terkadang ia pun tidak pulang dan lebih memilih menginap di rumah Gilang atau gevan.

Bintang sangat malas untuk pulang ke rumah. Karna setiap kali ia menapakkan kaki di rumah. Yang ia dengar hanya pertengkaran orang tuanya. Menjengkelkan bukan.

***

Bulan Anestasya, gadis cantik dan juga pintar. Ia adalah kebanggaan sekolahnya dan juga orang tuanya. Bulan punya dua orang teman yang bernama Nara dan Dela. Nara adalah gadis tomboy dengan sifat cuek dan dinginnya. Sementara itu Dela adalah gadis feminim yang menjadi incaran para cowok di sekolah. Meskipun punya sifat yang bertolak belakang, keduanya sama-sama cantik.

Sementara bulan sendiri, ia juga cewek yang di agungkan di sekolah. Tapi sayangnya sifat cueknya tak bisa membuat siapa pun bisa mendekatinya. Bulan merupakan tipe cewek yang tidak mudah di dekati. Ia seakan memasang tembok yang tinggi untuk siapa saja yang berusaha mendekatinya.

***

SMA DHARMAWANGSA

Parkiran sekolah pagi itu sudah mulai ramai. Bintang dan teman-temannya baru saja memarkirkan motornya.

"Woii, ngapain pagi-pagi gini kesekolah?!" ujar bintang dengan tidak senang.

"Lo lupa apa gimana sih bin? Lo gak ingat wali kelas baru aja ngasih peringatan sama Lo! gara-gara nilai Lo jelek Mulu. Dan Lo masih mau datang telat?!" balas Gilang. Ia tak menyangka jika bintang masih punya pikiran untuk terlambat datang kesekolah.

"Iya-iya gw tau, santai aja kali!" balas bintang acuh.

"Bin-bin, gak habis pikir gw sama Lo" ujar gevan geleng-geleng kepala dengan tingkah sahabatnya itu.

"Udah ah, ayo! males gw denger ceramah kalian!"

Bintang langsung berjalan menuju koridor sekolah. Dan di ikuti oleh Gilang dan gevan.

Dan di koridor itu, Bulan dan teman-temannya berpapasan dengan bintang dan teman-temannya. Tatapan bintang dan bulan saling terkunci. Tersirat sesuatu yang tidak bisa di jelaskan oleh mata keduanya.

"Lan, ayo!" ajak Nara, ia sudah bisa merasakan hawa mencekam saat bulan dan bintang bertatapan.

"Dela, Lo juga!" ujar Nara.

"Eh iya, dah gevan" ujar Dela yang tak bisa memalingkan wajahnya dari gevan.

"Dahh" balas Gevan. Ia juga tak bisa bohong jika Dela sangat cantik dan juga manis.

***

Tongkrongan The Dark

Sejak tadi gevan terus uring-uringan. Ia sangat bosan, tapi bintang dan Gilang malah sibuk bermain game di ponselnya.

"Oiii bin!" panggil Gevan.

"Apa?"

"Gw ada tantangan buat Lo! kalau Lo menang motor gw, gw kasih sama Lo!" ujar gevan.

Sontak bintang langsung menghentikan game di ponselnya. Ia sedikit tertarik dengan tantangan dari gevan.

"Yang bener Lo? jangan-jangan PHP aja Lo!" ledek bintang.

"Gak, gw serius" balasnya.

"Apa tantangannya?"

"Gw mau Lo taruhan sama gw!"

"Taruhan apa?"

"Kalau Lo bisa naklukin bulan dalam sebulan, gw kasih motor gw buat Lo! tapi kalau Lo gagal_" gevan menjeda ucapannya.

"Motor Lo buat gw" kekehnya.

"Harus cewek itu? gak ada cewek lain?" tanya bintang.

"Kenapa? takut Lo?" ledek gevan.

"Gak, gue berani! gw pasti menang taruhan ini!" ujar bintang yakin.

"Hati-hati bin, awalnya sih cuman taruhan. Eh kebablasan jadi cinta beneran" kekeh Gilang.

"Gak bakalan gw jatuh cinta sama cewek modelan kek gitu!"

"Awas kemakan omongan sendiri" balas Gilang.

***

Hari ke 1

Gilang menghampiri bulan yang tengah duduk di bangkunya. Ia akan memulai misi pertamanya dengan ini.

"Lan!" panggil Bintang.

Bulan mendongak menatap bintang. Dan sedetik kemudian kembali beralih pada buku di tangannya.

"Sialan nih cewek! emang buku lebih menarik apa dari pada gw?!" batin bintang.

"Gw mau ngomong bentar, boleh?" tanya Bintang.

"Buruan! gw gak punya banyak waktu!"

"Sok sibuk banget jadi cewek" batin bintang.

"Gw mau kita damai" lirih Bintang.

"Emang kita berantem?" singkat bulan.

"Iya juga ya, gw kan gak berantem sama dia. Ngapain gw ngajak damai, pe'ak banget sih" batin bintang.

"Ah maksud gw tuh, kita kan kalau ketemu selalu sinis-sinisan! jadi gw mau kita baikan gitu. Maksud gw kita bisa berteman"

"Gw gak ngerasa sinis sama Lo!" tukas Bulan.

"Rese banget dah" batin bintang. Bintang sudah tidak tahan dengan cewek di depannya ini. Tapi ia harus tetap sabar agar ia bisa memenangkan taruhan itu.

"Yaudah, kalau gitu kita bisa berteman kan?"

"Gak Sudi gw temenan sama Lo!"

Bulan keluar dari kelas dan meninggalkan bintang yang tengah kesal.

"Sialan! sombong banget jadi cewek!" ujar bintang memukul meja.

***

Hari ke 2

Bulan yang baru saja keluar dari ruangan guru. Ia membawa buku teman-temannya yang lumayan banyak hingga ia kesulitan.

Bintang yang melihat itu, ia langsung menghampiri bulan dan menawarinya bantuan.

"Mau gw bantu?" ujar bintang.

"Gak usah"

"Tapi kayaknya Lo butuh bantuan deh"

"Gw bisa sendiri!" tegas bulan.

Bintang hanya bisa melihat bulan membawa setumpuk buku itu dengan kesusahan. Hingga ia melihat Nara dan Dela yang membantunya membawa buku tersebut ke kelas. Sehingga bulan tak terlalu kerepotan.

"Gw tawarin bantuan gak mau! giliran dibantuin temennya mau!" oceh bintang.

"Oiii ngapain Lo ngoceh sendiri?" tanya Gilang menepuk bahu bintang.

"Nih si cewek rese! tadi gw tawarin bantuan gak mau! giliran temannya yang bantuin dia mau! Dasar cewek aneh!" tukas bintang.

"Gak usah segitunya kali! Awas ntar naksir loh!" ledek Gilang yang kemudian meninggalkan Bintang.

"Gak mungkin gw suka sama cewek modelan gitu!" balas Bintang.

"Serah Lo deh"

***

Kamar Bintang

Bintang masih tak habis pikir dengan sikap bulan padanya. Kenapa gadis itu begitu sombong padanya. Padahal jika cewek lain di posisinya, mungkin bintang sudah memenangkan taruhannya.

"Kenapa cewek itu sombong banget!"

"Gw harus gimana lagi, biar bisa naklukin dia!"

Bintang harus memutar otak agar cewek itu bisa ia taklukan. Ia sudah mencoba berbaikan dengan bulan. Namun, ia menolaknya dengan mentah-mentah. Dan bantuan pun sudah ia tawarkan. Dan kembali berakhir dengan penolakan oleh bulan.

"Gw harus atur strategi nih" ujar Bintang.

"Tapi apa?" pikirnya. Tak ada satu pun ide yang terlintas di kepalanya saat ini.

Jangan lupa like dan comen...

.

.

.

Bintang dan teman-temannya.

Bulan dan teman-temannya.

Penumpang Gila

Tongkrongan The Dark

Sorenya seperti biasa geng The Dark nongkrong di tongkrongan mereka. Semuanya akan berkumpul di tempat itu jika mereka telah pulang dari sekolah.

"Gimana bin? udah ada kemajuan?" tanya gevan.

"Kemajuan apa?" tanya bintang sembari mengerenyitkan dahinya. Tanda jika ia tidak mengerti kemana arah pembicaraan gevan.

"Bulan" singkat gevan. Bintang mengerti sekarang. Gevan tengah menanyainya tentang progresnya mendekati bulan selama dua hari ini.

"Belum ada kemajuan"

"Udahlah bin, Lo ngaku kalah aja! dan relain motor Lo buat gw!" kekeh gevan.

"Enak aja Lo! gw yakin kok bulan bakal luluh sama gw!" bantah bintang.

"Kita liat aja nanti" ujar gevan.

***

Keesokkan harinya....

Bulan dkk sedang duduk di tepi lapangan menonton anak-anak bermain basket. Tapi mata bulan malah tertarik pada cowok yang ada di ujung lapangan. Cowok yang tengah asyik membaca buku sendirian. Tanpa sadar bulan tersenyum melihat cowok itu.

"Kenapa Lo senyam-senyum?" tanya Nara yang aneh dengan sahabatnya itu.

"Lo suka ya sama Gilang?" tanya Dela. Karna sedari tadi ia melihat bulan terus tersenyum kearah Gilang yang sedang asyik membaca buku.

"Gw gak suka kok sama Gilang" balas bulan cepat.

"Trus ngapain Lo senyam-senyum liat dia?" balas Dela.

"Gw kagum aja sama dia, cuman dia cowok yang gw liat gak pernah caper sama cewek dan sibuk sama urusannya sendiri di sekolah ini"

"Lo cuma bisa liat Gilang doang lan, coba deh Lo liat si bintang dia juga gak caper sama cewek. Cuma sama Lo doang!"

"Gak mungkin lah, anak begajulan kayak gitu mana bisa di percaya" balas bulan.

"Yakin Lo ngatain dia begajulan? bukannya Gilang sama bintang itu satu circle ya?" ledek Dela.

"Gilang itu beda!"

"Beda! karna Lo suka sama dia! udahlah lan, ngaku aja deh!" kekeh Dela.

"Bener Lo suka sama dia?" tanya Nara.

"Gw gak tau!"

***

Kantin sekolah

Dela dan Nara menuju kantin untuk membeli minum. Itu karna Dela terus memaksa Nara untuk menemaninya. Dela tidak suka jika ia harus pergi ke kantin sendiri. Sementara bulan, ia sudah pergi entah kemana. Mungkin karna kesal terus diintrogasi oleh Dela dan Nara.

"Eh Lo liat gak sih tadi mukanya Bulan?" tanya Dela.

"Emang kenapa sama mukanya?" balas Nara.

"Mukanya merah gitu, kayaknya bulan beneran suka deh sama Gilang"

"Ya biarin aja, emangnya kenapa kalau dia suka sama Gilang?" balas Nara acuh.

"Gapapa sih, tapi kasihan aja sama bintang. Kayaknya dia lagi usaha deketin bulan deh, tapi bulannya malah suka sama temennya"

"Gak usah ribet deh Del, biarin aja bulan yang nentuin pilihannya sendiri"

"Kok Lo gitu sih Ra!" Dela kesal karna ocehannya selalu di tanggapi acuh oleh Nara.

"Jadi beli minum gak? lama gw tinggal nih!"

"Iya-iya, jangan di tinggal!" balas Dela. Ia segera menuju ibu kantin untuk membeli minuman.

Tanpa mereka ketahui, ternyata obrolan mereka di dengar oleh Bintang yang baru saja memasuki kantin. Mendengar itu, bintang mengepalkan tangannya kesal.

***

Jam sudah menunjukkan pukul 15.00. Bulan melirik jam tangannya dan sedikit menggerutu kesal. Ia sudah terlambat pulang dari waktu biasanya. Mau mengabari orang tuanya pun. Ponselnya malah lowbat di saat yang tidak tepat. Tadi mendadak saja wali kelas meminta bantuannya untuk memperiksa nilai ulangan teman-temannya. Sehingga Bulan harus merelakan waktu pulangnya tersita untuk memeriksa ulangan tersebut.

"Ini angkotnya mana lagi?!" gerutu bulan di depan gerbang sekolahnya.

Bulan melambaikan tangan saat sebuah angkot berwarna biru lewat. Angkot yang akan mengantarkannya menuju tujuannya.

Bulan memasuki angkot, tapi entah mengapa perasaannya menjadi tidak enak. Apalagi di dalam angkot itu hanya ada ia dan satu penumpang lain. Penumpang itu terus saja menatap bulan dan tersenyum aneh.

Bulan berusaha untuk tetap tenang. Ia tidak boleh berfikir negatif pada orang lain. Mungkin saja penumpang itu memang seperti itu melihat orang lain.

"Bulan, positif thinking! okey! gak boleh negatif thinking!" batin bulan mencoba meyakinkan dirinya.

Baru saja Bulan berusaha meyakinkan dirinya kalau ia tidak boleh berfikir negatif pada penumpang itu. Penumpang itu malah pindah dan duduk di samping bulan.

"Mau kemana cantik?" ujarnya ingin menyentuh wajah bulan, tapi langsung di tepis oleh bulan.

"Pulang om" singkat bulan.

"Jangan panggil om dong, panggil Abang aja" balasnya sembari merangkul tubuh bulan.

"Maaf om, bisa tolong lepasin gak!" ujar bulan melepaskan rangkulannya. Bulan sedikit menggeser posisi duduknya menjauh dari penumpang itu.

"Udahlah, gak usah sok jual mahal deh!" ledeknya ikut bergeser mendekati bulan. Ia kembali merangkul paksa bulan.

"Om lepasin om! pak bilangin dong sama penumpangnya! yang sopan dong!" pinta bulan pada sopir angkot.

"Mas tolong yang sopan ya!" pinta sopir angkot.

"Gak usah banyak bacot Lo! jalan aja terus! mau gw habisin Lo disini!" balasnya sembari mengarahkan pisau kepada sopir itu.

"I-iya mas"

Sopir angkot kembali mengemudikan angkotnya. Hingga akhirnya angkot berhenti di lampu merah.

"Kenapa berhenti?!" tanyanya.

"Lampu merah mas" balas sopir angkot terlihat ketakutan. Berulang kali ia memantau dari kaca keadaan bulan di belakang.

"Kasihan anak itu, semoga dia gak kenapa-napa" batin sopir taksi.

"Lampu merah, ini kesempatan gw!" batin bulan. Ia sedikit melirik pada penumpang yang merangkul paksa dirinya. penumpang itu terus saja melihat kearah lampu merah. Sangat jelas jika ia terlihat tidak sabar menunggu.

"Ayo bulan Lo bisa!" batinnya menyemangati diri sendiri.

"Awwwwwwh" teriaknya karna bulan baru saja mengigit tangannya dengan keras. Kesempatan itu di ambil bulan untuk kabur dan keluar dari angkot itu.

Ia terus berlari tak tau kemana. Yang ia tau ia harus pergi jauh dari penumpang gila itu.

"Ya Allah bantu bulan! tolongin bulan" batinnya terus berdoa meminta pertolongan.

Ditengah larinya, bulan malah tersandung. Hingga ia terjatuh.

"Duhhh sakit banget lutut gw!" ujarnya. Ia kembali mencoba bangkit tapi kakinya terasa sangat sakit. Melihat penumpang gila itu masih mengejarnya dan hampir menangkapnya. Bulan terus berlari walaupun sembari menyeret kakinya yang terasa sangat sakit.

"Tolongin bulan ya Allah" ujarnya kembali berdoa.

Bulan terus saja berlari dengan kaki terseret. Hingga ia tidak sadar jika ada sebuah motor yang hampir menabraknya.

"AHHHHH!!!"

"WOII KALAU JALAN PAKE MATA DONG!!!!" bentak pengendara motor. Ia langsung membuka helmnya. Untung saja ia bisa mengerem. Kalau tidak ia bisa memiliki urusan lagi dengan polisi.

"Bintang!" ujar bulan.

"Bulan, Lo ngapain_" Belum sampai ucapan bintang. Bulan sudah memotongnya.

"Bin, tolongin gw! pleaseeee! gw takutt!" ujar bulan memegang lengan bintang. Dan menatap ketakutan pada penumpang aneh yang hampir saja menangkapnya.

Jangan lupa like dan comen...

Bekal

Tatapan mata bulan yang penuh dengan ketakutan. Entah kenapa membuat amarah bintang malah jadi memuncak.

"Lo diam di sini!" pinta bintang. Bulan langsung mengangguk mengiyakan ucapan bintang.

Bintang langsung mengayunkan kepalan tangannya pada pria yang terus mengejar bulan. Beberapa pukulan bintang layangkan pada pria itu. Hingga ia terkapar tanpa dapat menyentuh bintang sedikit pun.

"MATI AJA LO!!!" Bintang terus memukuli pria itu hingga ia tak sadarkan diri.

"Bintang udah!" ujar bulan menarik tangan bintang agar ia berhenti. Namun, bintang sudah di penuhi oleh amarah. Ia terus memukul pria itu hingga babak belur.

"BINTANG STOP!!" pekik bulan memeluk bintang dari belakang. Ia sudah ketakutan karna pria itu hampir saja melecehkannya. Jika bintang sampai menghabisinya bulan tak akan bisa memaafkan dirinya sendiri. Ia akan merasa sangat bersalah karna dirinya bintang akan terjebak ke dalam masalah yang besar.

Mendengar suara bulan yang terdengar ketakutan. Ditambah bulan yang memeluknya dari belakang agar ia berhenti. Bintang akhirnya diam dan tak memukuli pria itu lagi.

"Apa gw bikin bulan ketakutan? bodoh banget sih" batin bintang.

Bintang berbalik melirik bulan yang sudah sesenggukan karna menangis.

"Sorry, gw bikin Lo takut ya?" tanya bintang lembut. Ia memegang kedua bahu bulan agar bulan merasa lebih tenang.

"Gw takut Lo punya masalah gara-gara gw" lirihnya kembali sesenggukan.

Deg.

Bintang merasa jantungnya seperti berhenti berdetak dengan perkataan bulan.

"Jadi bulan khawatir sama gw?" batin bintang berteriak senang.

"Udah jangan nangis lagi, ayo gw anter pulang!" ujar bintang menarik tangan bulan menuju motornya.

"Ishhhh" ringis bulan.

"Kenapa?"

"Kaki gw sakit" balas bulan.

"Yang mana?"

"Yang kanan, tadi gak sengaja kesandung"

"Yaudah sini gw gendong ke motor! abis itu kita periksa kaki Lo ke rumah sakit!"

Bintang langsung mengendong bulan menuju motornya. Ia bahkan tak menunggu jawaban dari mulut bulan terlebih dahulu. Tapi bulan juga diam saja saat bintang menggendongnya. Ia tidak berontak atau pun memakinya seperti biasa.

***

Rumah sakit

"Gimana kakinya dok?" tanya bintang.

"Kakinya terkilir, tapi beberapa hari lagi pasti sembuh"

"Berapa lama dok?" tanya bulan.

"3 hari atau bisa lebih" prediksi dokter.

"Yasudah dok Terimah kasih"

"Mari saya tinggal dulu"

Bintang menatap bulan tanpa berekspresi apa pun.

"Ngapain Lo ngeliatin gw gitu?" tanya bulan ketus.

"Yaelah baru juga semenit, udah balik lagi sifat aslinya" balas bintang.

"Maksud Lo apa?"

"Gak papa"

***

Rumah bulan

Bintang berhenti tepat di sebuah rumah sederhana. Rumah itu tidak besar tapi suasananya terlihat hidup. Rumah yang terlihat sangat asri karna tumbuhan di perkarangannya.

"Ini rumah Lo?" tanya bintang.

"Gak rumah tetangga gw" ketus bulan.

"Rumah Lo yang mana?" tanya bintang dengan polosnya.

"Ini rumah gw, yakali gw minta berhenti di rumah tetangga gw! Lo yang bener aja deh bin!" celoteh bulan.

"Oh ini rumah lo" balas bintang mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Yaudah gw masuk dulu, Lo pulang sana!"

"Gw gak di tawarin masuk?"

"Ngak, sana pulang! gw gak terima tamu! terutama Lo!"

"Yakin Lo! siapa tau gw tamu di hati Lo ntar!"

"Duhhhh amit-amit deh"

"Yaudah gw pamit" balas bintang. Sebenarnya ia suka saat bulan mengoceh padanya. Ia terlihat sangat lucu bagi bintang.

***

Keesokkan harinya

SMA DHARMAWANGSA

Bulan sedikit ragu untuk memasuki kelas. Ia bingung apa ia harus memberikannya atau tidak pada bintang. Tadi pagi-pagi sekali bulan rela bangun pagi dengan kaki yang masih pincang untuk membuatkan bekal. Ia ingin memberikan bekal itu sebagai tanda Terimah kasihnya pada bintang karna telah membantunya kemarin.

"Gw kasih gak ya?" pikir bulan.

"WOII ngapain Lo berdiri depan kelas! bukannya masuk!" sentak Dela yang baru saja sampai.

"Ngagetin aja Lo!" ketus bulan.

"Ya maaf"

"Lo bawa bekal lan?" tanya Nara.

"Hmmm iya"

"Tumben amat Lo bawa bekal?" ledek Dela.

"Hehe iya" balas Bulan sedikit canggung sembari menggaruk tengkuk lehernya yang tidak gatal.

"Buat siapa Lo bawa bekal?" tanya Dela. Ia sangat yakin kalau bekal itu bukan untuk bulan sendiri.

"Kepo Lo!" balas bulan berlalu pergi.

"Aneh tuh anak!" ujar Dela. Namun Nara malah menggedikkan bahunya acuh. Seolah tak perduli.

Di dalam kelas ternyata Bintang belum sampai. Bulan duduk di bangkunya dengan malas. Sepertinya ia harus menunggu terlebih dahulu untuk memberikan bekal yang di buatnya sebagai tanda Terimah kasih untuk bintang.

30 menit kemudian...

Pelajaran telah di mulai 20 menit yang lalu. Tapi bintang belum juga terlihat batang hidungnya.

"Apa dia gak masuk ya?" batin bulan.

Tak ingin pusing memikirkan bintang. Bulan kembali fokus pada pelajaran.

Tok Tok Tok

"Permisi Bu"

Sontak bulan langsung mengalihkan pandangannya ke arah pintu. Ternyata Itu adalah bintang. Ia datang terlambat hari ini dengan temannya yang bernama gevan. Sementara Gilang ia sudah datang sedari tadi. Gilang memiliki sifat yang bertolak belakang dengan dua temannya itu.

"Akhirnya dia datang" batin Bulan. Entah kenapa ia sangat senang melihat bintang. Tanpa sadar ia tersenyum singkat walaupun tidak terlihat jelas.

"Masuk!" pinta Bu guru. Untungnya bintang tidak datang terlambat pada jam pelajaran guru yang killernya minta ampun. Sehingga hari ini ia bebas dari hukuman.

"Tanya sama teman kamu materi yang baru saja ibu jelaskan. Dan kerjain tugasnya!" pinta Bu guru.

"Baik Bu" balas bintang dan gevan. Keduanya duduk di bangkunya masing-masing.

Bintang yang tak mengerti dengan materinya. Ia langsung menepuk bahu Gilang yang tengah diam dan serius dalam mengerjakan tugas.

"Oi Lang, liat punya Lo dong!" ujar bintang tanpa dosa sama sekali.

"Kerjain sendiri! enak aja Lo cuman nyalin doang!" bantah Gilang.

"Elaah Lo kan pinter lang, soal beginian mah gampang buat Lo! kasihani lah kami yang pas pembagian otak gak hadir" ujar Gevan dengan nada yang di buat-buat.

"Iya benar Lang" tambah bintang.

"Makanya belajar!" ujar Gilang sarkas tapi ia tetap memberikan bukunya pada kedua temannya itu. Entah kenapa Gilang tak pernah bisa menolak jika yang meminta contekan adalah bintang dan gevan.

"Gilang emang the best" ujar gevan mengacungkan kedua jempolnya pada Gilang.

Bintang dan gevan segera menyalin tugas Gilang. Tak butuh waktu lama bagi mereka untuk menyalin tugas tersebut. Karna seperti yang kalian tau cuman "menyalin". Mereka tak perlu berfikir keras seperti teman-temannya yang lain. Karena ada Gilang si jenius yang selalu memberikan contekan pada mereka. Ya walaupun harus di rayu terlebih dahulu. Tapi yang penting mereka dapat contekan. Hanya itu yang penting bagi mereka.

Jangan lupa like dan comen...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!