Didalam sebuah kamar hotel, seorang pria mulai mengerjip-ngerjipkan matanya dan memegangi kepalanya yang masih terasa pusing karena pengaruh alkohol yang ia minum sebelumnya. Pria itu berusaha bangun dan duduk.
"Sial!!!" umpat pria berwajah tampan itu saat mendapati dirinya tengah berada diatas ranjang bersama seorang wanita didalam kamar hotel.
Alandra Fernando, seorang Direktur muda berusia 28 tahun yang belum pernah berhubungan intim dengan lawan jenisnya. Malam ini ia sengaja dibuat mabuk oleh temannya agar bisa berhubungan intim dengan seorang wanita untuk membuktikan jika dia bukanlah seorang pria impoten.
Alan bangun dan kembali memunguti pakaiannya yang berserakan dilantai. Ia memakainya kembali dan hanya menyisakan jas kerjanya yang ia pegang ditangannya. Ia mengambil beberapa lembar uang dari dalam dompetnya dan menaruhnya di atas ranjang, disamping wanita yang sedang tertidur lelap itu.
Alan melangkahkan kakinya keluar meninggalkan kamar hotel itu. Ia menyetop taxi saat sudah berada diluar hotel karena mobilnya mungkin masih terparkir di parkiran club tadi karena ia mabuk berat. Mungkin nanti Reno temannya yang akan mengantarkan mobilnya besok.
Seeeeettttttt....
Taxi itu mengerem mendadak ketika melihat seorang gadis yang tiba-tiba menyebrang tanpa melihat kanan atau kiri jalan.
"Ada apa pak?" tanya Alan pada supir taxi didepannya itu.
"Itu didepan ada seorang gadis yang tiba-tiba saja menyebrang jalan. Hampir saja tertabrak" ucap supir taxi itu.
Alan melihat ke arah depan sana seorang gadis yang tengah berdiri didepan taxi. Alan segera membuka pintu dan keluar menghampiri gadis itu.
"Heh! Kamu mau mati hah??" seru Alan kesal pada gadis didepannya itu.
Gadis berparas cantik dan memiliki tinggi sekitar 165cm itu pun menoleh ke arah Alan. Diamatinya penampilan Alan dari atas sampai bawah.
Kemeja putih yang nampak lusuh dengan beberapa noda lipstik disana. Serta resleting celana yang tidak sepenuhnya naik. Fix!! Dia bukan perjaka!. Itu lah yang terlintas dibenak Aruna pertama kali.
Aruna Putri Handoyo, Putri tunggal dari Umar Handoyo, seorang ketua RT ditempatnya. Diusianya yang menginjak 25 tahun, Aruna belum juga menikah. Padahal ia sudah memiliki seorang kekasih yang sangat ia cintai. Namun kekasihnya itu selalu menolak dan beralasan jika ia meminta hubungan yang lebih serius lagi.
Aruna berjalan mendekat ke arah Alan.
"Heh!! Ini jalanan punya umum. Jadi suka-suka aku lah kalau mau nyebrang jalan" seru Aruna tak mau kalah.
"Yang bilang ini jalanan bapakmu siapa hah!! Seenggaknya lihat kanan kiri dulu kalau mau nyebrang!"
"Salah sendiri taxi yang kamu naiki itu gak lihat-lihat kalau ada orang mau nyebrang!"
"Cih! Dasar wanita malam, sudah salah masih tidak mau ngaku" umpat Alan kesal.
Aruna menatap tajam ke arah Alan dan semakin mendekatkan tubuhnya.
"Siapa yang kamu bilang wanita malam hah!!" ujar Aruna yang kesal karena pria didepannya itu menyebutnya sebagai wanita malam.
"Mana ada wanita baik-baik keluyuran tengah malam begini!" cibir Alan
Aruna menarik kerah baju pria itu. Tercium bau alkohol yang cukup menyengat. Aruna bisa mengambil kesimpulan jika pria didepannya itu pasti sudah minum dan menghabiskan malam di hotel dengan wanita malam.
"Lihat ini! Noda lipstik dimana-mana. Memangnya kamu masih bisa dibilang pria baik-baik?" ucapan Aruna sontak membungkam mulut Alan.
Alan sendiri tidak begitu ingat dengan apa yang terjadi di hotel tadi bersama wanita itu.
Alan melepaskan tangan gadis itu dari kemejanya.
"Percuma juga berdebat dengan wanita sepertimu!" Alan bergegas meninggalkan gadis itu dan kembali masuk ke dalam taxi.
"Bisa ditebak, dia pasti pria yang suka gonta-ganti pasangan hanya untuk sekedar menyalurkan hasratnya" cibir Aruna.
Aruna melihat ke arah mobilnya yang sedang diotak-atik oleh supirnya diseberang sana. Sepertinya akan memakan waktu lama jika menunggu mobilnya menyala lagi. Ini sudah begitu larut dan besok ia juga harus pergi bekerja. Ia pun melangkah kakinya menuju ke arah taxi yang di naiki pria tadi dan membuka pintu taxi belakang lalu ia duduk disamping pria itu.
"Hei...! Ngapain kamu ikut masuk?" tanya Alan kesal.
"Anterin aku dulu! Mobilku mogok itu disebelah sana" tunjuk Aruna pada mobilnya yang berada diseberang sana.
Alan pun melihat ke arah mobil gadis itu yang sedang dibetulkan oleh seorang pria yang mungkin adalah supirnya. Ia pun tidak tega jika harus membiarkan gadis itu menunggu disitu sampai mobilnya nyala kembali.
"Baiklah! taxi ini akan mengantarmu terlebih dahulu. Aku berbaik hati padamu, lain waktu kamu harus membalas kebaikanku ini" ucap Alan.
"Iya baiklah! Aku akan ingat kebaikanmu malam ini!" jawab Aruna tidak mau berdebat lagi.
Alan pun menyuruh supir taxi itu untuk mengantarkan gadis disampingnya itu terlebih dahulu sebelum nanti mengantarkannya ke apartemennya.
Taxi terhenti disebuah rumah yang terlihat cukup besar. Aruna pun menoleh ke arah pria disampingnya.
"Terimakasih! karena sudah mengantarkan aku pulang lebih dulu" ucap Aruna.
"Ingat! Kamu harus membalasnya" Alan mengingatkan perkataan mereka sebelumnya.
"Iya aku ingat!" jawab Aruna kemudian ia membuka pintu mobil dan turun dari dalam mobil. Dibukanya pintu pagar rumahnya dan ia pun berjalan masuk.
Alan melihat kembali ke arah rumah yang ditempati gadis itu dari dalam mobil sebelum menyuruh supir taxi itu untuk melajukan mobilnya kembali.
Aruna masuk ke dalam rumah dan mendapati ibunya sudah menunggunya disana.
"Eh.. anak gadis kok jam segini baru pulang? Tadi ibu sudah menyuruh supir untuk menjemput kamu tapi kok kamu malah pulang naik taxi?" tanya ibunya yang kebetulan tadi mengintai dari jendela saat putrinya itu turun dari dalam taxi.
"Iya tadi mobilnya mogok dijalan Bu. Karena sudah terlalu malam jadi Runa naik taxi aja pulangnya. Supir sama mobilnya Runa tinggal dijalan" jawab Aruna
"Eh ya sudah kalau begitu. Sekarang kamu bersihkan diri kamu sana, terus tidur. Besok kan kamu harus berangkat kerja. Nanti kalau Bapak kamu tahu kamu baru pulang jam segini pasti Bapak kamu marah" ucap Ratih
"Ya udah, Aruna ke kamar dulu ya Bu? Takut Bapak bangun, hehehehe" Aruna berjalan cepat menuju arah kamarnya takut bapaknya memergokinya baru pulang tengah malam begini.
Ratih hanya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah putri semata wayangnya itu.
🌺🌺🌺
Sementara itu Alan yang sudah berada di apartemennya, melemparkan jas nya ke sembarang arah dan menghempaskan tubuhnya ke atas ranjang. Alan kembali mengingat-ingat kejadian dikamar hotel tadi. Ia ingat memang sempat berciuman panas dengan seorang wanita, tapi setelah itu ia tidak ingat apa-apa lagi.
Alan meraba-raba tongkat miliknya di bawah sana dan mulai bertanya-tanya.
"Sebenarnya aku ini masih perjaka atau tidak??" gumam Alan
💞💞💞
Jangan lupa ya :
- Subscribe
- Like
- Komentar
- Vote
- Hadiah
Aruna Putri Handoyo
Alandra Fernando
💖💖💖💖
Siang itu jalanan dikota itu begitu padat. Sepadat pikiran Alan yang terus bertanya-tanya tentang yang terjadi semalam dikamar hotel dengan wanita itu.
Tok.. tok.. tok...
Pintu terbuka dan nampak sekertaris Alan yang cantik tersenyum ke arahnya.
"Permisi pak, ada pak Reno mau bertemu dengan bapak"
"Biarkan dia masuk" ucap Alan
"Baik pak..."
Sekertaris itu kembali berbalik dan melihat ke arah Reno yang sudah berdiri tak jauh dibelakangnya.
"Silahkan masuk pak.."
Reno pun tersenyum dan sedikit mengangguk lalu melangkahkan kakinya masuk. Reno melihat ke arah Alan yang tengah melihat ke arahnya dengan wajah kusut.
"Aku kemari mengantarkan mobilmu, sekaligus ingin tau apa yang terjadi semalam dikamar hotel" tanya Reno setelah mendengar cerita dari Alan tadi pagi melalui sambungan telefon.
Alan bangun dari kursinya dan berjalan mendekat ke arah Reno.
"Bisa-bisanya kamu membiarkan wanita itu membawaku ke hotel" ucap Alan sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
Reno terkekeh dan berjalan mendekati Alan. Ditepuknya pundak Alan dan ia pun berbisik ditelinga sahabatnya itu.
"Aku sudah menyuruhnya mengantar ke apartementmu. mana aku tau kalau wanita itu akan membawamu ke hotel. Trus kamu masih perjaka atau tidak sekarang?" tanya Reno membuat Alan menoleh ke arahnya.
Reno kembali terkekeh melihat ekspresi wajah Alan. Ia pun berhambur dan duduk disofa sambil memegangi perutnya yang terasa sakit karena terus tertawa.
"Ayolah bro.. santai saja.. hari gini sudah biasa jika harus berhubungan badan walaupun belum menikah. Sesekali kita harus bersenang-senang bukan? Setelah sibuk dengan pekerjaan yang menguras otak dan tenaga kita." ucap Reno.
"Lalu bagaimana kalau wanita itu hamil? Aku harus bertanggung jawab bukan?" ucap Alan sedikit kesal
Reno kembali menertawakan kepolosan Alan.
"Wanita malam itu lebih pintar, mereka tidak akan hamil semudah itu, sudah tenang saja" jawab Reno yang sudah jauh lebih berpengalaman. "Tapi memangnya kamu benar-benar sudah melakukannya semalam?"
"Aku juga tidak tau! Aku tidak ingat sejauh itu" jawab Alan yang memang tidak begitu ingat.
Reno kembali bangun dan berjalan mendekati Alan.
"Bagaimana kalau kita buktikan kamu masih perjaka atau tidak?" ucap Reno.
Alan menatap ke arah Reno. "Bagaimana caranya?"
Reno pun nampak berfikir
"hhmmm kita pergi ke dukun atau paranormal saja. Biar mereka menerawang kejadian semalam. Jadi kamu bisa tau kamu masih perjaka atau tidak" saran Reno.
"Tidak.. tidak...!! Jangan memberi saran yang tidak masuk akal lagi! Sudah cukup semalam aku menunjukkan bahwa aku lelaki normal dan tidak impoten!" Alan menolak ajakan Reno yang terus menjerumuskannya.
"Oke.. oke... Aku tidak akan memaksamu lagi" ucap Reno sambil menahan tawa. Salah sendiri Alan hanya sibuk bekerja dan tidak pernah menjalin hubungan dengan seorang wanita hingga Reno menuduhnya pria impoten.
"Ayo kita turun dan makan siang. Aku sangat lapar, sejak semalam aku tidak memakan apapun gara-gara memikirkan masalah perjaka dan impoten!" ujar Alan yang membuat Reno kembali tertawa.
"Jangan menertawakan ku terus! ini semua gara-gara kamu, aku harus kehilangan keperjakaanku!" Alan berbalik dan berjalan menuju arah pintu.
Reno yang masih tertawa pun bergegas bangun dan mengejar langkah Alan.
🌺🌺🌺
Sementara itu Aruna memasuki sebuah perusahaan dimana kekasihnya bekerja. Dari jauh ia melihat Eza yang sedang berjalan ke arahnya.
"Sayang, kamu ngapain disini?" tanya Eza saat melihat Aruna sudah berada di tempat kerjanya.
"Ada yang mau aku omongin sama kamu. Ini tentang hubungan kita sayang. Bapak terus menanyakan kapan kamu mau nikahin aku. Kamu temui lah bapak dulu" Aruna coba memberi penjelasan perihal maksud kedatangannya.
"Sayang... kita jangan bahas soal ini dulu ya? Aku baru saja diangkat menjadi manajer keuangan. Nanti setelah waktunya tepat, aku pasti akan datang untuk melamarmu" jawaban Eza sontak membuat Aruna mengambil nafas berat.
"Selalu saja banyak alasan..." kesal Aruna
Eza menangkup wajah kekasihnya itu.
"Hei.. hei... Sayang... Aku bukan beralasan. Aku hanya ingin menjamin hidupmu saat kita sudah menikah nanti. Aku tidak ingin kamu hidup sengsara jika menikah denganku sayang" ucap Eza mencoba meyakinkan Aruna.
"Baiklah sayang..." Aruna pun hanya bisa pasrah dengan jawaban dari Eza.
"Kamu belum makan siang kan? Ayo kita makan siang dulu?" ajak Aruna kemudian.
"Maaf sayang, tapi aku masih banyak pekerjaan. Aku pasti akan makan siang. Kamu juga harus kembali bekerja bukan?" tolak Eza.
"Tapi..."
"Maaf ya sayang, aku tinggal dulu. Kamu hati-hati dijalan ya.." Eza mengusap pipi kekasihnya itu sebelum melangkah pergi meninggalkannya.
Aruna tidak memaksa lagi. Akhir-akhir ini Eza memang terlihat sangat sibuk dengan pekerjaannya hingga mereka jarang bertemu dan berkomunikasi.
🌺🌺🌺
Malamnya, Aruna sengaja tidak langsung pulang ke rumah. Ia akan menemui Eza di apartemennya terlebih dahulu untuk membicarakan kembali soal hubungan mereka. Jika dikantor mungkin Eza sibuk dengan pekerjaannya.
Aruna menekan tombol yang ia sudah hafal betul password nya. Ia pun melangkahkan kakinya masuk ke dalam apartemen yang nampak sunyi itu. Aruna berjalan semakin dalam dan mendengar suara berisik dari dalam kamar Eza. Ia pun melangkahkan kakinya menuju kamar itu. Saat sudah didepan pintu kamar, suara itu semakin terdengar jelas ditelinga Aruna. Itu adalah suara pria dan wanita yang sedang bercinta.
Aruna menarik nafas panjang dan berharap itu hanyalah suara tv. Dibukanya pintu kamar yang tidak terkunci itu dan didapati kekasihnya dengan bercinta dengan seorang wanita diatas ranjang. Mata Aruna membulat dan tubuhnya terasa lemas.
"Eza!!!" seru Aruna
Dua pasangan sedang asyik bergulat diatas ranjang itu pun menghentikan aktivitasnya dan menoleh ke arah Aruna.
"Sayang..." lirih Eza
Aruna dengan mata memerah menahan amarah pergi meninggalkan tempat itu.
Eza bergegas turun dari atas ranjang dan memakai pakaiannya kembali. Lalu ia berlari mengejar Aruna yang sudah keluar dari apartemennya.
"Sayang tunggu...!" seru Eza sambil berlari mengejar Aruna lalu meraih pergelangan tangan gadis itu.
Aruna yang sudah menghadap ke arah Eza pun melepaskan tangannya dengan kasar dari genggaman Eza.
"Sayang aku bisa menjelaskan semuanya" ucap Eza mencoba memberi penjelasan.
Aruna melipatkan kedua tangannya didada. "Penjelasan apa??"
"Tolong mengertilah sayang, aku sangat stress dengan pekerjaanku setiap hari. Aku butuh hiburan. Sementara kamu selalu menolak setiap kali aku sentuh" ucap Eza membuat Aruna membulatkan mulutnya membentuk huruf O
"Hiburan kamu bilang? Sudah berapa kali aku mengajakmu menikah hah! Tapi kamu selalu beralasan. Sekarang kamu bilang kamu butuh hiburan!! Hiburan macam apa?? Hiburan tidur dengan wanita diatas ranjang?!" Aruna mulai muak dengan sikap Eza. Ia benar-benar tidak menyangka jika Eza akan mengkhianatinya seperti ini.
"Sudah kita putus saja!! Aku tidak sudi menjalin hubungan dengan pria yang sudah tidak perjaka sepertimu!!" cibir Aruna.
Aruna membalikkan badannya dan melihat pria yang semalam ia temui dijalan tengah berjalan ke arahnya. Aruna pun kembali menoleh ke arah Eza.
"Lagi pula kamu bukan satu-satunya pria dalam hidupku!. Aku sudah punya kekasih lain" ucap Aruna membuat Eza geram.
"Tidak mungkin! Kamu hanya mencintai aku!" ucap Eza penuh percaya diri.
Aruna kembali menoleh ke arah Alan yang sudah semakin dekat dengannya.
Alan yang melihat Aruna pun menghentikan langkahnya dan melihat Aruna tersenyum penuh arti ke arahnya.
Aruna berjalan ke arah Alan dan kini sudah berdiri didepan Alan yang masih terlihat bingung.
"Sayang.. kamu disini juga? Aku sangat merindukanmu" Aruna menangkup wajah Alan dan mencium bibirnya.
Alan membulatkan matanya menerima perlakuan wanita didepannya itu.
Eza begitu kesal karena wanita yang ia pikir begitu mencintainya tiba-tiba mencium pria lain. Ia pun berjalan mendekat dan menarik tangan Aruna hingga gadis itu melepaskan ciumannya dari Alan.
"Jangan bilang kamu sudah tidur dengannya hingga kamu selalu menolak setiap kali aku ajak berhubungan badan!!" ucap Eza penuh amarah.
Aruna masih terlihat santai menanggapi kemarahan Eza. Harusnya ia yang marah karena telah memergoki Eza berduaan dengan wanita lain diatas ranjang.
Aruna melingkarkan tangannya di lengan Alan.
Kali ini Alan hanya diam saja. Ia bisa merasakan tangan gadis itu yang sedikit bergetar dilengannya. Gadis itu pasti sedang membohongi perasaannya dengan berpura-pura baik-baik saja. Sebaiknya ia menonton saja pertengkaran sepasang kekasih itu.
"Setidaknya, dia telah memberikan keperjakaannya hanya untukku. Bukan untuk seorang wanita malam!!" ucap Aruna membuat Alan menoleh ke arahnya dan seperti sulit untuk menelan salivanya.
Eza terlihat begitu murka dan mengepalkan tangannya melihat gadis yang ia pikir sangat mencintainya itu mengakui telah tidur dengan pria lain. Walaupun ia sendiri telah tidur dengan wanita lain, tapi tetap saja ia tidak bisa terima.
Eza menatap tajam ke arah Alan sebelum akhirnya berjalan pergi meninggalkan Aruna bersama pria itu disana. Ia kembali memasuki kamar apartemennya.
Aruna menoleh ke arah Alan dan melepaskan tangannya dari lengan pria itu.
"Huh! dasar sama saja! Semua pria tidak ada bedanya!" cibir Aruna lalu melangkah pergi meninggalkan Alan.
Alan begitu kesal dengan cibiran gadis itu, bukannya berterima kasih karena secara tidak langsung ia telah menolongnya malah mengatainya seperti itu.
"Heh! Kamu berhutang budi dua kali padaku!!' teriak Alan yang tidak dihiraukan oleh Aruna.
Tapi kali ini Alan tidak mau mengajak gadis itu berdebat. Tidak mungkin seorang gadis yang memergoki kekasihnya tidur dengan wanita lain akan baik-baik saja. Pastinya gadis itu akan menangis diluar sana. Alan tidak mau memperburuk suasana hati gadis itu.
💞💞💞
💖 Jangan lupa Subscribe, like, komen, vote dan hadiahnya 💖
Aruna tidak mau ambil pusing dengan pengkhianatan yang telah dilakukan oleh Eza. Ia telah menuntaskan amarah dan kekesalannya dalam tangisannya semalaman. Hubungan yang ia jalin selama hampir 2 tahun ini harus berakhir dengan pengkhianatan hanya karena ia selalu menolak setiap kali Eza mengajaknya berhubungan badan. Hingga Eza harus mencari wanita lain untuk menuntaskan hasratnya.
Jika saja mereka sudah menikah, Aruna pasti akan melakukan kewajibannya sebagai seorang istri. Tapi ini, mereka belum ada ikatan apapun selain pacaran. Apalagi bapak Aruna adalah seorang ketua RT yang harusnya bisa menjadi contoh yang baik untuk warganya. Bagaimana jika Aruna benar-benar melakukan itu dengan Eza dan Aruna hamil? Pastinya akan menjadi gunjingan warga dan bapaknya akan merasa sangat malu.
"Hei Run, lagi mikirin apa?" tanya Reno sambil mengibaskan-ngibaskan tangannya di depan wajah Aruna.
Aruna pun tersadar dari lamunannya dan melihat bosnya sudah berdiri didepannya.
"Eh maaf pak.. apa bapak memanggil saya?" tanya Aruna sambil bergegas berdiri karena tidak enak hati bos nya tengah melihatnya melamun dikantor.
"Enggak, saya mau keluar makan siang malah lihat kamu lagi bengong. Kenapa? Kamu tidak makan siang?" tanya Reno.
Aruna ternyata adalah sekertaris Reno. Aruna sudah bergabung di perusahaan Reno selama 6 bulan ini.
"Enggak pak, saya sedang tidak nafsu makan" jawab Aruna terlihat begitu lesu.
"Lho kenapa memangnya? Kamu baru putus dari pacar kamu?" tebak Reno
"Lho kok bapak tau? Bapak peramal ya?" tanya Aruna membulatkan matanya.
Reno hanya terkekeh karena Aruna mengiranya seorang peramal.
"Ya enggaklah, keliatan aja dari wajah kamu kalau lagi putus cinta" ucap Reno
"Ahh bapak ini.. kirain..." ucap Aruna sambil memanyunkan bibirnya.
"Mending kamu ikut saya aja yuk makan siang diluar. Dari pada mikirin mantan pacar kamu terus" Reno menarik tangan Aruna walaupun Aruna coba menolak ajakannya.
Mereka kini sudah berada disebuah restoran dimana Alan sudah menunggu disana.
"Hei Lan, sorry telat" sapa Reno yang melihat Alan sudah duduk disana.
Alan menoleh kesamping dan melihat gadis yang sudah dua kali ia temui sebelumnya itu datang bersama Reno.
Aruna pun terkejut melihat ke arah Alan, apalagi semalam ia telah mencium pria itu secara tanpa sadar.
"Kamu!!" seru Aruna dan Alan bersamaan.
Alan bangun dari duduknya dan melihat ke arah Aruna yang juga nampak terkejut melihatnya.
"Kalian berdua saling kenal?" tanya Reno menunjuk ke arah Aruna dan Alan.
"Dia ini teman bapak?" tanya Aruna menunjuk pada Alan.
"Iya kamu kenal dia?" tanya Reno
"Dia ini bukan cowok baik-baik pak. Dia suka bermalam dengan wanita di hotel. Yang pasti dia ini sudah tidak perjaka lagi!!" ucap Aruna membuat Reno terkekeh mendengarnya.
Sementara Alan hanya mengusap wajahnya dengan kasar dan menarik nafas panjang mendengar perkataan gadis didepannya.
"Dasar cepu, kenapa diperjelas!" umpat Alan kesal.
"Memangnya kamu tau dari mana dia sudah tidak perjaka lagi?" tanya Reno melihat kepolosan Aruna. Reno tau Aruna memang gadis baik-baik dan sudah memiliki kekasih, sehingga ia juga tidak berani menggodanya.
"Tengah malam masih dijalan dengan pakaian yang penuh dengan noda lipstik. Sudah bisa dipastikan bukan kalau dia bukan perjaka?" ucap Aruna membuat wajah Alan memerah karena kesal dan menahan malu.
"Heh!! Kamu sendiri apa namanya? tengah malam ditengah jalan? Trus semalam apa? Main cium-cium aja cowok yang baru kamu kenal?" ujar Alan mengingatkan kejadian sebelumnya.
Dughh!!
Aruna menginjak sepatu Alan dengan sepatu high heels nya hingga membuat Alan mengangkat satu kakinya dan meringis kesakitan.
"Heh cewek tengil!! bisa lembut sedikit gak? Pantas saja pacar kamu selingkuh! Mana ada cowok yang mau pacaran sama cewek tengil kayak kamu!" ucap Alan kesal.
Reno pun melerai perseteruan mereka sebelum berlanjut, apalagi orang-orang disana mulai melihat ke arah mereka.
Aruna dan Alan pun hanya menurut dan duduk saat Reno menyuruhnya untuk duduk. Namun mereka tidak mau saling menatap, membuat Reno hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. Akhirnya Reno yang mengalah memesankan makanan untuk mereka bertiga karena dua orang disampingnya itu hanya saling diam.
Selesai makan siang, mereka kembali ke arah mobil mereka yang terparkir didepan restoran.
"Lan, aku nitip Aruna ya? Tolong anterin dia sampai depan kantor. Soalnya Tasya nelfon tadi, minta dijemput" ucap Reno.
"Nggak usah pak! Saya naik taxi aja. Saya tidak mau dekat-dekat sama cowok kayak dia!" Aruna memberi penolakan lebih dulu sebelum Alan sempat menjawab ucapan Reno.
Reno kembali menengahi sebelum terjadi pertengkaran yang cukup panjang antara dua orang itu. ia mencoba membujuk Aruna agar Aruna mau pulang dengan Alan.
Aruna mau tidak mau akhirnya menuruti ucapan bos nya untuk pulang bersama Alan.
Sepanjang jalan mereka hanya terdiam dan tak ada satu katapun yang terucap dari bibir mereka.
"Aku harap ini pertemuan terakhir kita!" ucap Aruna saat mobil sudah berhenti di depan kantor.
"Memangnya siapa yang mau bertemu lagi denganmu! Tapi ingat, kamu masih punya hutang budi padaku." ucap Alan.
"Aku ingat! Aku akan membayarnya. Bapakku punya hektaran tanah yang akan diwariskan padaku. Berapa yang kamu mau?" ucap Aruna sedikit sombong.
"Cih, aku tidak butuh uang warisanmu itu! Aku memiliki lebih dari itu!" jawab Alan.
"Kalau begitu apa maumu?" tanya Aruna.
"Aku akan memikirkannya nanti. Sekarang turunlah! Aku tidak mau kamu berlama-lama di dalam mobilku" secara tidak langsung Alan mengusir Aruna turun dari mobilnya dan membuat Aruna kesal karena sikapnya.
Aruna turun dari dalam mobil dan menutup pintu mobil itu dengan kencang.
Braakkk
"Hanya wanita bernasib sial saja yang akan menikah denganmu!" ucap Aruna menyumpahi Alan namun tidak didengar oleh Alan karena pintu mobil sudah tertutup kembali.
Alan hanya menyunggingkan senyum diwajah tampannya melihat kepergian Aruna dengan ekspresi kesal diwajah gadis itu.
🌺🌺🌺
Pak Umar habis mengantarkan istrinya berbelanja beberapa bahan keperluan rumah tangga di mall. Saat hendak menaiki mobil, ia melihat Eza yang turun dari dalam mobil dan menggandeng tangan seorang wanita dengan begitu mesra. Pak Umar pun berjalan menghampirinya ke arah Eza karena setahu nya Eza adalah pacar anaknya. Sementara istrinya menunggu didalam mobil.
"Nak Eza, kamu ngapain disini?" tanya Pak Umar.
Eza melepaskan tangan wanita disebelahnya saat melihat mantan calon mertuanya sudah berdiri didepannya.
"Eh.. om..." Eza bingung mau menjawab apa karena sudah kepergok.
"Kamu selingkuh dibelakang anak saya?" tanya pak Umar sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Saya tidak berselingkuh om, justru Aruna yang telah berselingkuh. Dia terang-terangan mengatakan pada saya kalau ia sudah pernah tidur dengan pacar barunya" ucap Eza membela diri.
"Apa?!!" Pak Umar nampak tidak percaya dengan ucapan Eza karena setahunya Aruna adalah anak baik-baik.
"Om tanyakan langsung saja pada Aruna kalau tidak percaya. Kalau begitu saya permisi dulu om" Eza kembali menggandeng tangan wanita disampingnya dan melangkahkan pergi meninggalkan pak Umar yang masih mematung disana.
🌺🌺🌺
Menjelang isya Aruna baru sampai di rumah karena tadi ada beberapa pekerjaan yang harus ia selesaikan.
"Loh, bapak sama ibu kok disini? Sengaja nungguin Aruna pulang ya?" tanya Aruna saat melihat kedua orang tuanya sudah duduk diruang tamu. Aruna menyalami kedua orangtuanya.
"Duduk kamu Aruna. Bapak mau bicara sama kamu" ucap Pak Umar dengan nada santai. Ia ingin mendengar penjelasan dari putrinya itu terlebih dahulu.
Aruna duduk menghadap ke arah orang tuanya. "Ada apa? tumben bapak mau ngomong serius sama Aruna"
Pak Umar menatap wajah putrinya itu dalam-dalam.
"Katakan pada bapak, siapa yang telah menodai kamu?" tanya pak Umar langsung pada inti masalahnya.
Aruna nampak bingung dengan pertanyaan bapaknya. "Menodai apa maksud bapak? Runa gak ngerti?"
Pak Umar pun menjelaskan tentang pertemuannya dengan Eza tadi sore dan apa yang sudah dikatakan oleh Eza tentang Aruna.
Aruna pun paham, memang waktu itu ia sengaja berkata seperti itu pada Eza untuk menutupi sakit hatinya pada Eza karena pengkhianatan yang dilakukan oleh Eza padanya. Ia tidak menyangka jika Eza benar-benar menanggapinya dengan serius dan mengatakannya pada orang tuanya.
"Bapak tidak mau tau, besok kamu ajak pria itu untuk ketemu sama bapak!" tegas pak Umar.
"Maksud bapak apa? Aruna benar-benar tidak melakukan apapun dengan pria itu. Bahkan Aruna tidak begitu mengenalnya" ucap Aruna.
"Bapak ingin dengar dari mulut pria itu langsung. Kalau perlu suruh dia ajak orang tuanya sekalian" ujar pak Umar yang masih ingin memastikan lebih jauh.
"Tapi pak...!"
"Tidak ada tapi-tapi, besok ajak dia kemari untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya" Pak Umar bergegas bangun dan pergi meninggalkan ruang tamu.
Ratih melihat ke arah putrinya sebelum akhirnya ikut pergi menyusul suaminya masuk ke dalam kamar.
Aruna menghela nafas panjang, ia benar-benar tidak habis pikir dengan kebohongan yang ia buat sebelumnya malah membuat masalah semakin panjang. Itu artinya ia harus berurusan dengan pria itu lagi. Mana ia sudah menyumpahi pria itu sebelumnya. Apa kali ini ia yang benar-benar akan bernasib sial akibat sumpah yang ia katakan sendiri.
💞💞💞
*Silahkah*
- Subscribe
- Like
- Komen
- Vote
- Hadiah
- Bintang 5
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!