NovelToon NovelToon

Benih Titipan Tuan Muda

Hari Yang Sial

Suara dering ponsel yang begitu nyaring membuat gadis itu terbangun dari tidur nyenyak nya. Bibirnya tak henti-hentinya berkomat-kamit mengeluarkan semua sumpah serapahnya pada orang yang menghubunginya.

"Yakk!! Apa kau tidak punya otak sampai-sampai tidak tau ini masih pagi buta, ya?!" teriak Aster memaki orang yang menghubunginya.

"Kau sudah bosan hidup ya?!"

Kedua mata Aster membulat sempurna setelah mendengar suara familiar itu. "Omo!! Bos, maaf. Aku pikir kau orang gila yang tidak punya ottak makanya aku berteriak dan memakimu!! Tapi bukan salahku juga, tapi salahmu sendiri. Siapa suruh kau mengganggu waktuku, ini akhir pekan. Kenapa kau malah menghubungi di pagi buta seperti ini?!" Ujarnya panjang lebar.

Bukannya menyadari kesalahannya setelah meminta maaf. Aster justru balik memakai orang yang menghubunginya, yang tak lain dan tak bukan adalah atasannya di kantor.

"Yakk!! Karyawan durhaka, kenapa kau malah berteriak padaku?! Seharusnya yang marah itu adalah aku, bukan dirimu!! Tapi kenapa justru jadi kau yang marah-marah, hah?!" teriak si penelpon itu tak mau kalah.

Aster menjauhkan ponselnya lalu menatap layar ponselnya dengan kesal. Tanpa menghiraukan ocehan-ocehan tidak jelas itu. Aster memutus sambungan telfonnya begitu saja. Dia mau lanjut tidur lagi, mumpung ini akhir pelan jadi kapan lagi jika bukan hari ini dia bisa bersantai.

Ting...

Panggilan dia akhiri dan sebuah pesan masuk ke ponselnya. Dan siapa lagi yang mengiriminya pesan jika bukan si penelpon barusan. Di dalam pesan singkat itu. Aster di perintahkan untuk mengambil dokumen penting yang tertinggal di kantor. Dan jika dia menolaknya maka bonus bulan ini akan dipotong.

"Yakk!! Kenapa dia suka semena-mena sekali, sih?! Mentang-mentang jadi atasan saja sudah bertingkah seenak jidatnya. Lihat saja nanti, kalau suatu hari nanti aku menikah dengan orang kaya raya dan jadi Nyonya besar. Maka dia adalah orang pertama yang akan akan tindas habis-habisan!!" ujar Aster setengah menggerutu. Dia benar-benar tidak akan memaafkan atasannya itu.

Gadis itu beranjak dari berbaringnya lalu melenggang menuju kamar mandi. Karena jika tidak dituruti bisa-bisa dia mendapatkan masalah. Aster masih membutuhkan pekerjaan itu, jadi dia tak mau ambil resiko.

.

.

Terik matahari menyengat ratusan pasang mata di kota ini. Seoul... Adalah ibukota yang terkenal sebagai kota metropolitan dimana pusat perbisnisan berkembang. Gedung-gedung pencakar langit, pusat perbelanjaan, apartemen, dan gedung-gedung pemerintahan semuanya berpusat di sini.

Seoul adalah kota yang tak pernah mati. Baik siang maupun malam hari, Seoul memang tak pernah mati. Demi mengurangi kemacetan, banyak orang-orang yang memilih berjalan kaki. Atau menggunakan kendaraan umum seperti bus dan taksi dibandingkan harus membawa kendaraan pribadi.

"Sial!! Kenapa harus macet segala sih?!" ujar Aster setengah menggerutu.

Mobilnya tak bergerak satu inci pun karena terjebak macet yang sangat-sangat panjang dan melelahkan. Sudah hampir tiga puluh menit mobilnya tetap stay dan tidak mampu bergerak sama sekali. Benar-benar kesialan bertubi-tubi.

Sedikit senyuman mengembang disudut bibirnya manakala dia melihat beberapa mobil mulai bergerak maju. Dan hal itu membuat Aster kegirangan setengah mati. Gadis itu kembali melakukan mobilnya dan....

BRAKK..

Dahi gadis itu menghantam keras lingkaran hitam kemudi yang sejajar dengan tubuh rampingnya. Membuat keningnya berdenyut sakit. Mungkin saat ini keningnya sudah memerah karena insiden barusan.

Aster tak tau apa yang terjadi. Karena kejadian sangat cepat. Saat hendak menginjakkan gas, tiba-tiba sebuah mobil sport hitam metalik main muncul di hadapannya dan membuatnya menginjak rem sedalam mungkin. Alhasil bagian depan mobilnya menubruk bagian belakang mobil mewah tersebut.

"Sial," gadis itu bergumam pelan.

Buru-buru Aster keluar dari mobilnya untuk melihat kerusakan pada mobilnya dan juga mobil di depannya. Dia bisa dalam masalah besar jika mobilnya sampai kenapa-napa. Dan dalam hatinya Aster berdoa semoga mobil yang dia tabrak itu tidak apa-apa, supaya dia tidak disuruh untuk ganti rugi.

"Untunglah mobilnya baik-baik saja." Aster pun bisa bernafas lega.

Untung saja tidak ada yang tergores. Termasuk mobil yang dia tabrak barusan. Karena jika mobil itu sampai kenapa-kenapa, bisa-bisa dia diomeli habis-habisan oleh temannya. Karena mobil itu bukan milik Aster sendiri melainkan milik temannya.

"Apa kau mau bertanggungjawab?!"

Aster mengangkat kepalanya yang awalnya tertunduk saat Indra pendengarannya menangkap sebuah gelombang suara laki-laki dari belakangnya. Ia langsung menolehkan kepalanya dan menatap horor pria yang berdiri angkuh di depannya saat ini. Tatapan pria itu dingin dan penuh intimidasi. Membuat Aster sedikit merinding.

"Apa kau pemilik mobil ini?" tanyanya memastikan.

"Oh, ternyata wanita bodoh yang masih belum tahu caranya mengemudi ya?" ucap pria itu dengan sinis.

Tanpa menghiraukan Aster, laki-laki itu segera berbalik badan dan hendak masuk kembali ke dalam mobil sport hitamnya sebelum ia mendengar suara gebrakan keras di ujung belakang mobil kesayangannya itu. Lantas dia menoleh dan terlihat Aster yang sedang menatapnya dengan penuh amarah.

"Yakk!! Kau pria arogan bermuka datar! Enteng sekali bicaramu, hah? Bukannya minta maaf malah memaki orang dengan seenak jidatmu! Apa kau merasa jika dirimu itu adalah orang hebat karena membawa mobil sport mewah?! Ya, kau memang hebat, tapi sayangnya tidak berpendidikan!!" ujar Aster menegaskan.

Aster dengan kesabarannya yang hanya setipis tisu langsung memaki dan mengomeli laki-laki itu habis-habisan. Bahkan dia menyebutnya tidak berpendidikan.

Merasa tak suka dengan sikap bar-bar wanita itu. Si pemilik mobil itu pun balik membentaknya. "Berani sekali kau!" Mata hitamnya yang tajam menyiratkan ketidaksukaan, emosi dan amarah yang meluap-luap.

Aster berkacak pinggang dan menatap lelaki itu dengan pandangan menantang. "Apa, kau tidak terima aku memaki dirimu?! Lagipula yang aku katakan adalah fakta, jadi terima saja!!" Aster tak mau kalah dan terus menimpali ucapan laki-laki itu.

"Kau~" tiba-tiba ponsel di dalam saku jasnya berdering.

Dia pun memutuskan untuk mengakhiri argumennya dengan Aster dan melenggang pergi. Karena berdebat dengan gadis bar-bar sepertinya itu tak ada gunanya. Yang ada dia malah semakin emosi dan kesal sendiri. Lebih baik pergi dan tetap menjaga kewarasan.

"Sialan! Dasar laki-laki menyebalkan! Tidak minta maaf, malah memaki, cuek, lalu pergi begitu saja!" umpatnya kesal.

Tangannya meremas kuat bagian bawah dress yang dikenakannya, membuat garis-garis samar kerutan di dress itu. Tiba-tiba bayangan dokumen mengingatkannya kembali pada tujuan awalnya. Ia pun segera berlari kecil dan kembali pergi dengan mobil yang dibawanya.

"Sial!! Bisa-bisa aku kena pecat!!"

.

.

Bersambung.

Mencari Jalan Keluar

"TOM KUCING, KELUAR KAU!!"

Aster datang dengan marah-marah. Dia menggedor pintu rumah Tomy dengan sangat keras. Membuat sang empunya yang masih tertidur pulas langsung melek seketika. Setelah menghubungi Aster, Tomy melanjutkan lakon. Dia tidur kembali.

Dengan mata masih setengah melek, Tomy berjalan menuju pintu utama. Dia ingin tau orang gila mana yang telah mengganggunya di pagi buta seperti ini. Apa orang itu sudah tidak waras atau mungkin tidak memiliki hati?

Dia bekerja dari hari Senin sampai Sabtu, dan hanya memiliki waktu libur dihari Minggu. Tapi dengan kurang ajarnya seorang tamu datang dan menghancurkan rencananya untuk tidur sepanjang hari.

"Aster!!" Tomy terkejut bukan main setelah melihat siapa yang datang. "Apa yang kau lakukan disini pagi-pagi begini?" yang menatap perempuan itu dengan penasaran.

Bukannya sebuah jawaban. Malah amukan yang Tomy peroleh dari Aster. Gadis itu memukulnya dengan brutal dan memarahinya habis-habisan.

"Bagus, ya. Kau menghubungiku dan memintaku pergi pagi-pagi sekali untuk mengambil dokumen, jelas-jelas ini adalah akhir pekan. Bahkan kau tidak peduli dan malah mengancamku. Tapi kau malah enak-enakan tidur. Kau benar-benar cari masalah, ya?!" Aster mendekati Tomy yang terlihat mundur beberapa langkah kebelakang.

Tomy menggelengkan kepala. "Dengar dulu, Aster. Kau jangan salah paham, semalam aku lembur makanya~!!"

"ALASAN!!" Aster menyela cepat. "Dasar atasan tidak berhati. Aku tidak mau tau, pokoknya bulan ini aku mau bonusku dilipatgandakan menjadi dua kali lipat. Jika kau menolaknya, aku akan melaporkanmu ke Bos besar supaya posisimu di turunkan dari Manager pemasaran!!"

Kedua pupil mata Tomy pun membelalak sempurna setelah mendengar ancaman Aster. Laki-laki itu menggelengkan kepalanya dan menatap Aster dengan pandangan memohon.

"Aster, jangan. Baiklah, aku akan melipatgandakan bonusmu bulan ini. Tapi jangan melaporkanku pada, Direktur. Aku sangat mencintai posisiku saat ini. Dan sebagai gantinya, aku akan meringankan pekerjaanmu selama satu bulan penuh. Bagaimana?" Tomy memohon pada Aster. Dan dia mencoba membuat kesepakatan dengannya.

Gadis itu menyeringai mendengar tawaran Tomy. "Kedengarannya tidak buruk. Baiklah aku setuju!! Iya, Manager. Ini adalah dokumen yang kau minta. Kalau begitu aku pergi dulu, ya. Sudah kau lanjut tidur lagi sama. Aku pulang," Aster menepuk pipi Tomy dan pergi begitu saja.

Rasanya Tomy ingin sekali menyumpahi Aster dengan berbagai sumpah serapah. Dari semua karyawan dan bawahan yang dia miliki, hanya Aster satu-satunya yang sering kali membuatnya naik darah karena sikap dan perilakunya.

Melipatgandakan bonus menjadi dua kali lipat. Itu artinya Tomy harus merelakan uang-uangnya. Karena bonus itu bukan dari uang kantor, melainkan dari uang pribadi miliknya. Karena kantor tidak memberikan bonus lebih. Kecuali ada persetujuan dari Direktur utama.

"Rugi bandar. Benar-benar apes. Tadinya mau untung malah buntung!! Nasib-nasib,"

Tomy menggelengkan kepalanya. Dia benar-benar menyesali kesialan yang baru saja menimpanya. Dan kesalahan terbesarnya adalah menyuruh Aster mengambil dokumen tersebut.

.

.

Keanu memicingkan matanya ketika tiba di kediaman utama dan mendapati beberapa mobil asing terparkir di halaman depan. Dari teras, Keanu mendengar suara gelak tawa dan obrolan beberapa wanita serta kakeknya.

"Kakek, siapa perempuan-perempuan ino dan apa yang mereka lakukan disini?!" sebuah pertanyaan meluncur begitu saja dari bibir Keanu setibanya dia di dalam rumah.

Kakek Xiao tersenyum melihat kedatangan cucunya. "Key, kau sudah datang. Kemarilah, Kakek ingin mengenalkanmu pada mereka. Mereka adalah~!!"

"Maaf, Kakek. Tapi aku tidak berminat!!" Keanu menyela ucapan kakeknya. "Jadi suruh mereka semua keluar dari rumah ini sekarang juga!!"

"Tapi, Key~!!"

"Silahkan kalian semua pergi. Dan jangan pernah kembali lagi kemari, rumah ini bukan tempat ajang pencarian jodoh. Satu hal lagi, jangan pernah memaksaku untuk menerima calon-calon yang telah kau siapkan. Karena mereka bukan seleraku!!"

Keanu sangat menyesali kepulangannya hari ini. Jika saja bukan karena kakeknya yang memaksanya untuk pulang, dia tidak mungkin pulang. Ditambah lagi Kakek Xiao mengatakan jika dia sedang kurang enak badan. Dan hal itulah yang memaksa Keanu untuk pulang karena dia pikir jika kakeknya benar-benar sakit.

Dengan perasaan dongkol, Keanu meninggalkan kediaman Kakeknya. Waktunya yang berharga harus tersita oleh kebohongan kakeknya.

Diusianya yang hampir memasuki kepala tiga, Keanu ingin memiliki seorang keturunan. Tapi masalahnya dia tak ingin memiliki sebuah keterikatan dengan lawan jenisnya apalagi membuat komitmen.

Namun disisi lain, Keanu membutuhkan seorang anak yang kelak akan mewarisi seluruh harta kekayaannya. Bukan anak hasil adopsi, melainkan darah dagingnya sendiri. Dan saat ini otaknya sedang bekerja keras mencari jalan keluar untuk permasalahan tersebut.

.

.

"Aster, kau darimana saja? Tiba-tiba kondisi nenekmu drop lagi, dan Papa baru saja membawanya ke rumah sakit."

Kepulangan Aster di rumahnya langsung disambut dengan berita yang tidak mengenakan dari ayahnya. Kondisi Neneknya tiba-tiba menurun lagi. "Lalu bagaimana kondisi Nenek sekarang, Pa? Apa dia menjalani rawat inap?" tanya Aster memastikan.

Paruh baya itu menggelengkan kepala. "Tidak, Nenekmu menolak untuk rawat inap dan memaksa untuk pulang. Dokter juga memberitahu Papa supaya Nenekmu segera melakukan operasi, karena kondisinya sudah semakin parah. Tapi masalahnya kita tidak memiliki uang sebanyak itu. Apa perlu Papa meminjam lagi dari rentenir?"

"Tidak, Pa!!" Aster menggelengkan kepala. Dia tidak setuju dengan rencana ayahnya. "Aku tidak setuju. Hutang Papa yang sebelumnya saja belum terbayarkan dan sekarang malah mau hutang lagi. Selain itu bunganya sangat tinggi, bisa-bisa kita kehilangan rumah ini jika Papa sampai nekat pinjam lagi." Ujar Aster panjang lebar.

"Lalu Papa harus bagaimana lagi, Aster? Papa, benar-benar bingung dan sudah tidak tau lagi. Nyawa Nenekmu berada diujung tanduk saat ini."

Aster menghela napas. "Aku tau, Pa. Dan aku memahami bagaimana perasaan, Papa. Tapi kita tidak bisa mengambil resiko lebih besar lagi. Aku akan mencari cara untuk mengatasi masalah ini." Ujar Aster.

Mana mungkin Aster akan membiarkan ayahnya jatuh ke dalam lubang yang sama untuk kedua kalinya.

Hutang yang sebelumnya saja belum selesai,dan sekarang malah ingin menambah lagi. Tentu saja Aster menolak ide gila ayahnya. Dia akan mencari cara untuk mengatasi masalah ini. Dan mendapatkan uang untuk biaya operasi Neneknya.

"Aku ke kamar dulu, Pa. Tubuhku rasanya gerah semua. Tadi saat pergi aku belum sempat mandi. Setelah mandi aku akan melihat kondisi, Nenek." ucap Aster lalu beranjak dari hadapan ayahnya.

Aster tidak tahu kenapa masalah harus datang secara bertubi-tubi dalam hidupnya. Memangnya ujian seperti apa lagi yang akan Tuhan berikan padanya. Dan Aster tidak tahu kenapa Tuhan harus memberikan ujian yang berat kepadanya.

.

.

Bersambung.

Lahirkan Anak Untukku!!

Setelah bermalas-malasan selama satu hari penuh. Akhirnya hari yang paling Aster benci tiba juga. Yakni hari Senin. Karena hari ini dia sudah harus memulai kembali aktifitas hariannya, yakni bekerja.

Sekarang ia sedang berjalan menuju ruang atasannya. Entah apa yang membuatnya tampak begitu gugup, mungkinkah karena ini pertama kalinya dia akan bertemu dengan direktur utama perusahaan tempatnya bekerja selama ini?!

Selama enam bulan bekerja di Xiao Empire, belum sekalipun Aster bertemu dengan direktur utama perusahaan yang bergerak di bidang properti tersebut. Sehingga Aster tidak tahu siapa dia dan seperti apa rupanya. Karena sang Direktur Utama memang jarang sekali dan hampir tidak pernah datang keperusahaan.

Sebenarnya bukan hanya Aster saja yang belum pernah bertemu dengan pimpinan perusahaan, tetapi karyawan yang lain juga. Hanya mereka yang memiliki jabatan tinggi diperusahaan yang sudah pernah bertemu dengannya.

Dan tentu saja sebuah kehormatan besar bagi Aster bisa bertemu langsung dengan direktur utama. Dan dia sudah tidak sabar ingin segera sampai di ruang direktur supaya ia bisa bertemu dengannya.

"Nona, apa kau datang mengantarkan dokumen?" seorang laki-laki menyambut Aster di depan pintu. Perempuan itu menganggukkan kepala, menjawab pertanyaan laki-laki tersebut. "Baiklah, silahkan masuk. Direktur, ada di dalam."

Aster mengambil nafas panjang dan menghelanya. Dia benar-benar gugup setengah mati, semoga saja dirinya tidak melakukan kesalahan pada sikap dan tutur katanya ketika berhadapan dengan sang direktur utama.

"Direktur Xiao, saya datang mengantarkan dokumen."

Alis laki-laki itu terangkat sebelah Suaranya terdengar tidak asing di telinganya. Baik Aster maupun sang direktur belum saling bertemu pandang karena posisi laki-laki itu yang memunggungi. Kemudian laki-laki itu memutar kursinya dan...

"KAU~!!" Aster memekik dengan kencang setelah melihat muka orang yang duduk dihadapannya. "Sedang apa kau disini? Ahh, pasti kau penyusup ya? Keluar sekarang juga dari ruangan direktur sebelum aku memanggil keamanan untuk menyeretmu keluar!!"

"Kau mengancam ku?!"

"Menurutmu?! Sebelum keamanan tiba disini, sebaiknya kau segera keluar dan tinggalkan ruangan ini!!"

Laki-laki itu menyeringai. "Kenapa aku harus pergi dari sini?! Ini ruangan ku, lagipula tak ada seorang pun yang bisa apalagi berani mengusirku keluar dari sini, termasuk para keamanan!!" ucapnya menegaskan.

"Kau, Direktur Xiao?" Aster menatapnya dengan penuh selidik. Memastikan apakah dia direktur utama perusahaan atau bukan.

"Apa masih perlu ku perjelas lagi? Dan hanya direktur yang bisa membuka pintu ruangan ini, karena pintu ruangan ini memakai kunci keamanan ganda." Jelasnya. "Soo, apa lagi yang ingin kau ragukan jika aku memang, Direktur Xiao."

Kemudian laki-laki itu bangkit dari kursinya lalu mendekati Aster. Saling dekatnya posisi mereka berdua, sampai-sampai Aster harus memundurkan kepalanya. "Yakk!!! Mau apa kau? Jangan dekat-dekat!!" serunya sambil mendorong laki-laki itu menjauh darinya.

Rona merah muncul di kedua pipi Aster. Bagaimana dia tidak gugup ketika lawan jenisnya menatapnya dengan jarak yang begitu dekat. Saking dekatnya sampai-sampai Aster bisa merasakan nafas sang atasan menerpa wajah cantiknya.

"Kau masih berhutang padaku."

"Hutang apa?" Aster menatapnya dengan penasaran.

"Mobil mewahku tergores, dan kau harus ganti rugi sebesar 50 juta won untuk biaya perbaikan."

Kedua mata Aster membulat sempurna. "Apa, 50 juta won?!" dia memekik dengan kencang. Parahnya lagi dia berteriak disebelah telinga laki-laki itu 'Keanu'.

50 juta won tentu saja bukan nominal kecil bagi Aster yang hanya sebagai sekretaris di perusahaan cabang. Sementara jumlah kerugian yang harus dia bayar 10X lipat dari gaji yang dia dapatkan.

"Tapi aku tidak memiliki uang sebanyak itu!! lagipula aku lihat mobilmu juga baik-baik saja, jangan mentang-mentang kau itu seorang atasan makanya bisa menindas bawahan seenak jidatmu!!" cerocos Aster sambil menunjuk Keanu tepat di depan mukanya.

Tiba-tiba Keanu terdiam. "Lahirkan anak untukku, kau tidak perlu bayar ganti rugi dan aku akan memberimu 10 Milyar!!"

"Kau ingin membeli ku?! Aku tidak mau!! Cari orang lain saja yang bersedia untuk kau manfaatkan!!"

Keanu mengangkat bahunya. "Aku juga tidak akan memaksamu. Segera bayar ganti ruginya dan aku anggap masalah ini selesai. Tetapi jika kau tidak bisa memberiku uang ganti rugi, maka bersiaplah, kita akan bertemu di pengadilan!!"

Sontak kedua mata Aster membulat sempurna. "Apa kau gila?! Bisa-bisanya kau ingin mengambil jalur hukum sementara aku tidak melakukan kesalahan apa-apa!! Pokoknya aku tidak mau, cari orang lain saja!!" Aster melemparkan dokumen itu kearah Keanu dan pergi begitu saja.

"Ya, ada pasien yang baru saja kabur dari rumah sakit jiwa dan sekarang dia bersembunyi di perusahaan ku!!"

Langkah kaki Aster terhenti setelah mendengar apa yang baru saja Keanu katakan. Sontak ia menoleh dan menatap laki-laki itu dengan horor. Sementara Keanu menyeringai penuh kemenangan kearahnya.

"KAU~!!"

"Masih belum terlambat untuk berubah pikiran. Aku akan memberimu waktu untuk memikirkannya. Satu menit, aku akan memberimu waktu untuk berpikir. Jadi jangan sia-siakan waktu yang kau miliki, pikirkan dengan baik. Jika kau setuju, aku bisa menjamin hidupmu dan kau tidak perlu bayar ganti rugi. Aku akan memberimu uang 10 milyar won secara tunai setelah tanda tangan kontrak. Tapi jika kau menolak, aku pastikan dirimu akan berakhir di rumah sakit jiwa. Jadi pikirkan mulai sekarang, satu menit!!"

Aster mengepalkan tangannya. Terus terang saja dia memang sedang membutuhkan uang saat ini. Neneknya sakit keras, ayahnya terlilit hutang pada rentenir untuk biaya pengobatan mendiang ibunya yang jumlahnya hampir 500 juta.

Saat ini Aster sedang dilema besar antara menerima tawaran Keanu atau tidak. Jika dia menerimanya , itu artinya Aster harus rela berpisah dengan kekasihnya.

Tetapi jika dia menolaknya, dia bisa rugi besar. Operasi neneknya terpaksa harus di tunda lagi, sementara kondisinya sudah semakin memburuk. Bahkan dokter mengatakan jika operasi tidak dilakukan sesegera mungkin maka keluarga harus mempersiapkan diri untuk kehilangannya.

Dan lebih parahnya lagi, dia harus tinggal di rumah sakit jiwa bersama orang-orang yang sakit mental. Dan Aster tidak mau karena dia bukan orang gila.

"Waktu terus berjalan, Nona. Waktumu untuk berpikir hanya tinggal tiga puluh detik lagi. Lewat satu menit maka penawaran akan otomatis gagal. Jadi jangan menyia-nyiakan tawaran bagus yang aku berikan ini." Ujar Keanu menyadarkan Aster dari lamunannya.

Perempuan itu menoleh dan membuat pandangannya saling bertemu dengan Keanu. Aster menutup matanya seraya menghela napas panjang. Sepertinya dia memang harus membuat keputusan sekarang juga.

"Baiklah, aku mau melahirkan anak untukmu!!"

.

.

Bersambung

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!