NovelToon NovelToon

Gadis Cupu CEO Tampan

Bab 1

Edo menatap Mami Eva dengan mulut menganga. Dia tidak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar dari mulut Mami nya barusan.

"Mi, maksud Mami apa? Edo tidak salah dengar kan Mi?"

Eva menghembuskan nafas gusar, seperti nya dia harus lebih menenangkan diri nya untuk menghadapi putra satu satunya yang dia miliki di dunia ini.

"Edo, Mami serius Edo. Mami mau Edo menikah dengan Lea. Dia gadis yang baik buat kamu. Mami yakin kalian akan cocok!"

"Tapi, Mi. Edo bisa cari calon istri sendiri. Edo gak mau sama gadis seperti Lea!"

Edo menolak mentah mentah gadis yang hanya dia kenal dari foto dan hanya tahu nama saja.

Mami nya berkata mereka akan cocok, namun menurut Edo mereka sangat tidak cocok.

Bagaimana tidak, dirinya yang tampan dan mapan di jodohkan dengan gadis cupu berkaca mata dan berasal dari keluarga sederhana.

Untuk ekonomi, Edo tidak terlalu mempermasalahkan. Tapi, soal penampilan. Dia sangat pilih pilih, minimal cantik dan sexy.

Sekarang lihatlah, Mami nya menjodohkan dirinya dengan gadis cupu mengenakan kaca mata.

"Oh God, aku tidak bisa membayangkan bagaimana kehidupan ku selanjutnya" pikir Edo membayangkan bagaimana dirinya setelah menikah dengan Lea nanti.

"ihhh Seram" ujar Edo bergidik bahu.

"Tidak Mi, Leo tidak bisa" tolak nya lagi.

Eva menghela nafas, dia berjalan mendekati putranya yang berdiri menghadap ke dinding kaca ruangan kerjanya.

"Nak, ini demi kebaikan kamu. Percaya sama mami. Dia gadis yang baik"

"Tapi Mi, aku gak suka sama dia. Kenal juga enggak mi. Gimana mau jalani kehidupan dalam berumah tangga coba?" Ucap Edo mencari cari alasan.

"Kamu berbicara seolah kamu itu pria bodoh. Soal kenal atau tidak, setelah bertemu kalian akan berkenalan. Soal suka, setelah menjalani kehidupan bersama, nanti kamu pasti akan suka"

"tapi Mi-"

"Sudah, gak usah tapi tapi, Mami gak mau tahu. Kamu harus menikahi gadis itu. Jika tidak, semua harta warisan ini akan Mami serahkan ke pada orang lain!" Ucap Eva setengah mengancam.

Edo tidak bisa berkutik lagi, dia tidak bisa menolak apa yang mami nya minta.

Bukan karena harta, namun Edo tidak bisa menolak permintaan maminya karena di dunia ini dia hanya memiliki maminya saja.

Papanya telah lama meninggal, membuat maminya harus berjuang seorang diri. Mengembangkan bisnis yang sudah berkembang pesat.

Kini, Edo sudah dewasa. Dia sudah menjadi CEO yang paling di takuti di dunia bisnis.

Julukan yang di berikan kepada pria itu adalah King off Business.

Brak.

Edo melempar bingkai foto yang tadi Mami nya letakkan di atas meja kerjanya, setelah mami nya pergi.

"Huh, kenapa harus sama gadis cupu itu! Melihatnya saja aku sudah tidak selera!" Cerca Edo melampiaskan kemarahannya.

Bingkai foto dengan lapisan kaca itu pun hancur berderai di lantai. menyisakan lembaran foto yang di himpit oleh butiran kaca.

Sementara itu, di tempat lain. Seorang gadis cantik dengan kaca mata tebalnya tersenyum melihat foto seorang pria.

Tadi, ibu dan bapak nya memberikan sebuah foto kepadanya.

Lea terkejut, saat bapak nya memberitahu bahwa dia akan segera menikah dengan pria yang ada di foto itu.

Bahagia bukan main, Lea sampai lompat lompat di atas tempat tidur setelah kepergian kedua orang tuanya.

"Tidak menyangka, kamu akan menjadi suami ku" gumam Lea memeluk foto itu.

"Lea!!!!!"

Deg.

Cepat cepat Lea menyimpan foto itu di atas nakas samping tempat tidurnya.

Kemudian, dia berlari ke luar dari kamar nya untuk menemui ibu nya.

"Iya Bu, ada apa?"

Tina menatap putrinya, senyum haru terbit di bibir warna merah muda ibu Lea.

"Kamu bantu ibu masak yah, terus setelah itu kamu pergi mandi."

"Masak?"

Tina mengangguk cepat, mereka harus masak banyak. Keluarga calon besan nya akan datang untuk makan malam bersama di rumah mereka.

Melihat kebingungan putrinya, Tina menarik tangan putrinya, lalu memberikan pisau kepadanya.

"Cepat selesaikan, keburu mereka datang"

"Ha, eh apa Bu?" Tanya Lea terbata.

"Sudah kerjakan saja itu segera. Setelah itu mandi dan berdandan lah yang cantik" seru Tina.

Lea tidak berkata lagi, dia hanya mengikuti apa yang ibu nya katakan.

Setelah selesai memasak, Lea langsung pergi ke kamar nya. Sekarang pukul 4 sore. Dia harus segera mandi dan sholat ashar.

Malam pun tiba. Lea sudah siap dengan penampilan sederhananya. Dia duduk di depan meja rias yang ada di dalam kamar.

Entah bagaimana nanti, ketika dia bertemu dengan pria itu.

Jika di lihat dari fotonya, dia terlihat sangat tampan. Lea tidak menyangka akan di jodohkan dengan pria itu.

Saat memikirkan pria yang akan di jodohkan dengan dirinya. Tiba tiba raut wajah Lea berubah muram.

"Apa dia akan menerimanya? Atau dia akan menolak nya?"

Lea mulai khawatir, dia takut pria itu akan menolaknya. Keluarga nya pasti akan sedih nanti.

Hufff.... Haa...

"Semoga semuanya berjalan dengan lancar!" Gumamnya.

Tak lama kemudian, Tina memanggil Lea dari depan kamar putrinya. Menyuruh gadis itu untuk segera turun karena tamu mereka sudah datang.

Lea menyahuti suara ibu nya, kemudian memperhatikan penampilan nya pada cermin besar yang terlihat sudah usang. Lea memastikan penampilan nya tidak ada yang salah.

Gadis itu mengenakan kaos oblong lengan panjang berwarna hijau muda, kemudian di padukan dengan celana jeans berwarna hitam. Rambut panjang nya di ikat satu tinggi.

Tidak lupa kaca mata tebal selalu melekat di batang hidung mungilnya.

"Bismillah"

Di ruang tamu, Edo dan mama nya duduk di sofa usang yang masih terlihat lumayan bagus.

"Selamat datang jeng" sapa Tina yang langsung di balas oleh Eva dengan senyum manis.

"lo bu Eva" sapa Yono, ayah Lea.

"Halo Tina, Yono. Perkenalkan, ini Edo. Putra tunggal saya"

"Edo, kenalin. Ini Bu Tina, dan pak Yono. Mereka akan menjadi orang tua kamu juga nanti" jelas Eva memperkenalkan kedua orang tua Lea pada putranya.

"Om, Tante" sapa Edo pura pura ramah. Padahal dia ogah banget ada di dekat mereka, membuat udara terasa pengap saja.

"Oh iya Tina. Lea di mana?"tanya Eva.

"Ada kok jeng, sebentar lagi dia pasti turun" jawab Tina.

"Itu dia" seru Yono.

Mereka langsung menoleh ke arah tangga, melihat gadis lugu yang sedang menuruni anak tangga.

Menurut pandangan mata Eva, Lea terlihat sangat cantik. Berbeda dengan pandangan mata Edo.

Lea terlihat sangat kucel, cupu dan udik.

"Oh astaga, apa dia wanita di foto itu? Cupu banget" Edo membatin.

Lea tersenyum manis, Salim dengan Eva. Kemudian dia memilih duduk di antara kedua orang tuanya.

Lea tidak berani menatap Edo, dia hanya menunduk dan sesekali tersenyum pada Eva.

Malam itu menjadi pertemuan pertama keluarga mereka sebagai besanan. Mereka juga membicarakan soal pernikahan Lea dan Edo setelah makan.

"Nak, ajak lah Lea keluar. Berkenalan lah dulu" titah Eva pada putranya.

Dah Dig dug.

Jantung Lea berdetak sangat cepat. Dia tidak tahu bagaimana akan memulai pembicaraan dengan pri itu nanti jika mereka hanya berdua saja.

" Baik mi" Edo berdiri lebih dulu, kemudian berjalan keluar dari rumah.

"Ikuti sama" seru Tina.

"I iya Bu" jawab Lea patuh. Dia segera menyusul Ado yang sudah berjalan keluar dari rumah kecilnya.

Edo masuk ke dalam mobilnya, menunggu Lea ikut naik tanpa edo memberi perintah.

Bukan nya naik, Lea malah bingung. Dimana pembuka pintu mobil Leo. Desainnya terlihat beda dengan mobil angkot yang bias dia naiki.

Melihat Lea hanya berdiri menatap ke body mobil sport Leo. Membuat pria itu mendengus kesal. Dia bisa menebak bahwa wanita itu sangat kolot, tidak bisa membuka pintu mobilnya.

"Apa dia tidak pernah menaiki mobil seperti ini apa?" Dengus Edo dalam hati.

Bab 2

Sudah satu bulan semenjak makan malam keluarga waktu itu. Lea tidak lagi bertemu dengan pria itu.

Dia masih ingat, bagaimana sikap Edo pada dirinya ketika mereka pergi keluar.

"Dia tidak menyukai ku" lirih Lea dalam hati.

Malam itu, mereka pergi ke sebuah taman. Entah di mana letak nya Lea tidak tahu. Tapi, tempat itu sangat jauh dari rumahnya.

Lea merupakan gadis biasa saja, dia hanya keluar untuk pergi ke pasar dan juga pergi ke tempat kerja nya saja.

Malam itu, Edo menatapnya dengan sangat tajam. Membuat Lea tidak berani mengangkat wajahnya untuk membalas pandangan Edo.

"Aku tidak tahu, kenapa mami menyuruh ku untuk menikahi mu. Tapi yang harus kamu tahu, aku tidak akan pernah mencintai mu. Aku tidak akan menerima mu!"

Lea terdiam, air matanya hampir jatuh mendengar perkataan tajam keluar dari mulut Edo. Pria yang di jodohkan dengan dirinya.

"Jika kamu tidak bersedia, tinggal tolak saja!" Ucap Lea.

Kata kata itu keluar begitu saja dari mulutnya. Edo saja tidak menyangka akan menerima kalimat seperti itu dari wanita ini.

"Aku sudah menolak nya, aku sudah berusaha. Tapi, mami ku seakan keras kepala ingin menikahkan aku sama kamu!"

"Aku minta sama kamu, tolong tolak pernikahan ini!"

"Cih.."

Edo terkejut melihat sikap yang tidak terduga dari gadis yang dia anggap cupu ini.

"Jika kamu tidak bisa, lalu bagaimana dengan aku yang bukan siapa siapa?"

Sit..

Edo menggeram kesal, gadis ini membuat dirinya kesal saja.

"Lea!! Lea!!" Seru Tina membuat Lea tersentak kaget.

"Iya Bu" sahut Lea.

Lea berjalan cepat keluar dari kamarnya, menemui ibu nya yang memanggilnya dari dapur.

"Ada apa Bu, panggil Lea ke dapur?"

"Ini nak, ibu lupa. Tadi ada Bu Eva. Dia nitip ini buat kamu"

Tina memberikan kotak hadia dari calon mertua putrinya.

"Apa ini Bu?" Tanya Lea sembari menerimanya.

"Kamu bawa ke kamar gih, lihat di sana saja. Ini ibu mau masak makan malam" suru Tina.

Lea menurut saja, dia membawa kotak hadia itu ke kamar nya.

"Apa isi nya yah?"

Lea merasa penasaran dengan isi dari kotak yang hampir sebesar kotak kardus tv.

Sesampainya di kamarnya, Lea langsung membuka kotak itu. Melihat isi kotak hadia itu.

Mata Lea melebar, saat melihat apa yang ada di dalam kotak hadiah itu.

"Astaga, cantik cantik sekali" gumamnya kagum.

Lea mengeluarkan satu persatu gaun dan juga dress yang Eva kirimkan pada nya.

"Ya ampun, Tante Eva baik banget"

"Coba ah" Lea mengambil salah satu dress yang sangat cantik dan menarik perhatiannya. Lalu Lea segera mengenakannya.

Sementara itu, di ruangan kerjanya. Edo baru saja marah marah pada sekretarisnya.

Entah mengapa, emosi Edo makin tinggi sejak mami nya meminta dirinya menikah dengan gadis cupu itu.

"Maaf boss, saya benar benar tidak tahu. Jika laporan itu salah"

Edo menatap wanita yang menunduk ketakutan di hadapan nya.

"Tidak tahu? Apa itu jawaban yang pas untuk seorang sekretaris?"

"Maaf" lirih wanita yang bernama Diva.

Brak.

Edo menarik tangan Diva, hingga gadis itu terhenyak duduk di atas paha nya.

"B-bos" sahut Diva dengan suara sensual.

"Jangan mencoba merayu ku Diva, aku pasti akan menghajar mu!"

"Silahkan, aku rela"

Dengan lancang, Diva langsung mengalungkan tangan nya ke leher Edo. Rasa takut yang dia perlihatkan tadi, berganti dengan rasa inginkan pria itu.

Cup.

Tanpa ba-bi-bu Edo langsung membungkam bibir wanita itu. Menarik paksa blouse hijau Sage yang Diva kenakan. Hingga kancing baju Diva berjatuhan di lantai.

Dengan liar, tangan Edo langsung bergerilya di dada Diva yang masih berbalutkan bra merah menggoda.

"Boss...." Desis Diva nikmat. Matanya merem melek menikmati setiap permainan Edo pada tubuhnya.

Posisi duduk Diva juga sudah berubah, dia mengangkangi Edo, membuat rok pendek nya terangkat ke atas hingga ke pinggang.

"Habis kau!" Desis Edo menyentak kasar buah dada Diva.

Pergumulan mereka berakhir dengan erangan nikmat dan keringat yang membanjiri tubuh keduanya.

Diva terkapar di atas meja kerja Edo, pakaian nya sudah sangat berantakan. Tubuh nya lemas setelah di gempur Edo selama 3 jam.

Sedangkan Edo, dia sudah pergi entah kemana tanpa Diva tahu.

Beginilah sifat Edo, dia selalu bergonta ganti wanita setiap harinya. Tanpa menjalin hubungan yang serius, Edo hanya menggunakan mereka sebagai melampiaskan nafsu saja.

Namun, wanita yang sering di gunakan olehnya adalah Diva. Selain pintar goyang, diva juga selalu pintar membuat Adik kecil pusaka Edo puas.

----------------

Edo pulang ke rumah, hari ini dia pulang lebih awal dari yang biasanya.

"Loh, kamu sudah pulang sayang?" tanya Eva heran.

biasanya Edo pulang pukul 7 malam, bahkan lebih larut dari itu.

Sekarang, pukul 4 sore. Putra semata wayang nya sudah tiba di rumah.

"Cepat pulang salah, lama juga salah" ucap Edo menggerutu.

pria itu menghempaskan tubuhnya dia atas sofa, mengacuhkan Mami nya yang masih merepet pada dirinya.

Melihat putranya yang diam saja, Eva pun berhenti mengomel.

Cukup lama mereka terdiam, dan sibuk dengan pikiran masing-masing. Akhirnya, Edo membuka suara.

"Mi, apa mami yakin Lea terbaik untuk Edo?"

Eva menoleh, terkejut mendengar pertanyaan putranya terdengar sangat mendalam.

"Tentu saja mami yakin. Mami juga yakin, suatu hari nanti kamu pasti akan merasakan apa yang mami maksud"

"Apa mi, jelaskan saja dari sekarang. Kenapa harus berbelit belit sih?" dengus Edo.

Mami nya tidak menjawab, dia hanya bergidik bahu membalas ucapan Edo.

Hal ini tentu membuat Edo penasaran. Dia ingin menolak pernikahan ini, namun dia jug penasaran dengan apa yang mami nya sembunyikan dari dirinya.

"Minggu depan, kalian akan menikah"

"secepat itu?"

"Tentu, kalian harus segera menikah. Setelah itu, kamu tidak perlu menggunakan wanita lain untuk melampiaskan napsu mu itu!"

Deg.

Edo menoleh, terkejut mendengar ucapan maminya yang ternyata mengetahui apa yang selama ini dia lakukan.

"Jangan terkejut, apapun yang kamu lakukan maki mengetahuinya!"

Edo terdiam, dia merasa bersalah dengan maminya. Namun, itu adalah kebutuhan biologis nya. Mana bisa dia menahannya.

Meskipun dia menikah dengan gadis itu nanti. Edo juga tidak bis menghentikan kebutuhan biologis nya terhadap wanita lain.

Dia tidak memiliki selera dengan gadis cupu bertubuh kurus itu.

Jangankan nafsu, niat uny menyentuh saja dia tidak memilikinya.

"Terserah mami saja, menikah atau tidaknya Edo sama dia. Itu tidak akan mengubah apapun" seru Edo.

Lalu, pria itu pun beranjak pergi ke kamarnya.

Eva terdiam menatap kepergian putranya dengan tatapan yang sulit di artikan.

Bab 3

Lea tersenyum pada Eva, calon ibu mertuanya. Mereka baru saja selesai memilih dan melengkapi semua yang di perlukan untuk pernikahan nanti.

Semua keperluan seperti seserahan, gaun pengantin, semuanya di urus oleh Eva dan Lea. Edo tidak ambil andil dalam proses itu. Bahkan dia tidak mau bertemu dengan Lea.

Hingga kini, di hari Sabtu pernikahan akan di langsungkan di rumah Edo sendiri.

Tidak ada kemewahan di sana, tenda dan riasan terlihat sederhana sesuai dengan permintaan Edo. Lagi pula keluarga Lea juga meminta hal itu.

Para tamu undangan juga hanya kerabat dekat mereka saja, dan beberapa keluarga dekat dari keluarga Lea yang sederhana.

Edo sudah siap dengan Tuxedo putihnya, duduk di atas panggung yang sudah di rias sebagai tempat pengucapan Akad pernikahan.

Tak lama kemudian, pengantin wanita di giring naik ke atas panggung.

Edo terlihat tidak berminat melihat wajah calon istri nya. Dia tetap melihat ke depan, menatap pak penghulu yang sudah duduk di depan mereka.

"Apa acaranya sudah bisa di mulai?"

"Sudah pak, semuanya sudah siap" jawab Eva antusias.

Lea melirik calon suaminya dari ekor matanya.

Lea tersenyum tipis, meskipun calon suaminya terlihat enggan melihat penampilan nya. Lea tetap senang melihat kesediaan Edo Untuk menikahinya.

"Baik. Acara akan kita mulai"

"Saudara Edo Farezi. Apa anda sudah siap untuk menikahi Alea Antarian?"

Untuk beberapa menit Edo diam, dia tidak langsung menjawab pertanyaan pak penghulu. Membuat Lea dan semua orang menjadi gugup.

"Saya siap"

Fyuu..

Terdengar helaan nafas lega dari Eva. Edo dapat mendengar nya, dia tahu mami nya akan sangat kecewa jika dia mengacaukan semua ini.

Pak penghulu beralih pada Lea.

"Saudari Lea Antariana, apa anda sudah siap menikah dengan saudara Edo Farezi?"

"Saya sudah siap" jawab Lea lembut.

Mendengar jawaban Lea, Edo menggerutu di dalam hatinya.

"Tentu saja kamu siap, menikah dengan pria tampan dan kaya seperti ku. Kapan lagi ingin merubah nasib" batin nya.

Acara pun di lanjutkan, pak penghulu mengulurkan tangannya dan langsung di sambut oleh Edo.

"Saya nikahkan engkau Edo Farezi bin Anwar dengan Alea Antarina bin Adam dengan mas kawin berupa seperangkat alat sholat di bayar tunai."

"Saya terima nikah dan kawinnya Alea Antariana bin Adam dengan mas kawin tersebut di bayar tunai." Ucap Edo tegas dan lantang.

Enta apa yang membuat pria itu menjawab dengan begitu semangat dan lancar. Padahal dia hanya mengucapkan nama Alea satu kali saja.

"Bagaimana para saksi, sah?"

"Sahhhhhhhhh" jawab para saksi dengan serempak. Dan Edo pun menghembuskan nafas berat. Seola beban berat menimpa pundaknya. Sehingga membuat pria itu tertunduk lemas.

Pupus sudah harapan Edo memiliki istri yang cantik dan sexy. Dia malah mendapat wanita miskin dan cupu. Merias wajah saja dia tidak bisa. Bagaimana nanti dia akan mengurus Edo.

Bukan nya pelecehan body, tapi Edo merupakan pria normal yang memiliki hawa nafsu. Dan keinginan nya memiliki seorang wanita cantik sebagai istri nya.

"Ayo nona Lea, Salim suami mu" seru pak penghulu.

Edo pun tersentak dari lamunannya, dia secara spontan menoleh ke samping melihat wanita cantik tanpa kaca mata tebal melekat di batang hidungnya.

"Astaga, apa dia Lea? Gadis cupu itu??" Batin Edo menganga.

Gadis cupu yang sama sekali tidak membuatnya berselera, berubah menjadi gadis yang cantik.

Bagaimana Edo tidak akan terkejut. Namun, besarnya rasa benci dan kesal Edo terhadap pernikahan ini. Perasaan terkejut dan terpesona itu dalam sekejap langsung menghilang.

Edo memberikan tangannya pada Lea, agar gadis itu mencium punggung tangannya. Setelah itu, Edo kembali meluruskan tubuhnya hingga sikut Eva mendarat di punggung belakang nya.

Barulah Edo kembali menghadap pada Lea dan mengecup keningnya singkat.

Lea tersenyum, meskipun sangat singkat dan terlihat jelas bahwa itu sangat terpaksa. Lea tetap merasa senang.

Di dalam hatinya, dia yakin bahwa Edo akan melihat kearahnya dan mencintainya.

"Aku akan menunggunya" gumam Lea dalam hati.

Waktu cepat berlalu, 3 jam acara pernikahan yang sederhana pun selesai.

Lea di bimbing oleh parah sepupu Edo kenkamar pengantin.

"Ini kamar kamu dan kak Edo" ujar Fia ketus, sepupu tertua Edo.

Lea hanya mengangguk pelan, melihat sikap dingin Fia, Lea merasa bahwa gadis yang seumuran dengan nya tidak suka padanya.

Setelah Fia pergi, Lea langsung masuk ke dalam kamar itu.

Lea terperanga melihat kamar yang sangat luas, dan bersih milik Edo.

Bagaimana dia tahu itu kamar Edo?

Lea menghirup aroma yang menyebar di dalam ruangan luas itu sama seperti aroma yang menguap dari tubuh Edo.

Lagi pula, di dinding dekat ranjang kamar itu terdapat foto Edo yang di bingkai dengan sangat besar.

Ceklek.

Pintu kamar mandi terbuka, Lea berbalik untuk melihat siapa yang muncul dari kamar mandi itu.

Deg.

"Aaaaa!!"

"Ada apa??"

Edo ikut berteriak terkejut mendengar teriakan melengking Lea.

Setelah sadar dengan apa yang dia lakukan, Edo menatap tajam pada Lea dan bertanya ada apa.

Lea menutup matanya dan berbalik badan.

"Ke-kenapa kamu tidak memakai baju?" Tanya Lea terbata.

Edo berdecih pelan, memutar mata malas melihat tingkah Lea.

Dasar gadis kampung, hal begini saja reaksinya sudah seperti itu.

Setelah mandi, tentu saja dia hanya memakai handuk. Bagaimana bisa dia memakai baju di kamar mandi. Dasar gila!.

Edo melenggang pergi melewati Lea yang masih menutup matanya.

"Dasar gila"

Edo membuka lemari tanpa menghiraukan kehadiran Lea. Dia juga memakai bajunya di sana.

"Apa sudah selesai?" Teriak Lea masih menutup kedua matanya.

Edo tidak peduli, dia mengabaikan pertanyaan Lea yang menurutnya tidak berguna itu.

Setelah beberapa saat, Lea merasa sudah terlalu lama menutup mata. Dia mencoba mengintip dari sela jarinya.

"Dasar" dengus Lea kesar.

Ternyata Edo sudah berbaring di atas ranjang dengan pakaian yang sudah lengkap.

Dengan menggerutu, Lea beranjak menuju ke kamar mandi. Tidak lupa, gadis itu mengambil handuk dari dalam kopernya.

Sebelum pergi ke kamar ini, Lea sudah bertanya pada ibunya soal kopernya yang sudah di simpan di dalam kamar Edo.

"Dasar menyebalkan. Pria seperti apa sih dia, tidak ada kelembutan dengan wanita" gerutu Lea sambil membuka gaun pengantinnya di dalam kamar mandi.

Tak lama kemudian, Lea selesai mandi. Dia keluar dengan handuk yang menutup hampir seluruh tubuhnya.

Seperti seorang pencuri, Lea terlihat was was saat keluar dari kamar mandi. Takut takut Edo bangun dan menyerangnya. Sebisa mungkin Lea menutupi setiap bagian tubuhnya yang terbuka.

"Aku tidak selera dengan tubuh jelek mu itu"

Deg.

Lea langsung menegakkan tubuhnya, benar juga apa yang pria itu katakan. Dia yang jelek dan bertubuh kurus seperti ini tidak akan mampu menarik perhatian pria itu.

Cih.

Buang buang waktu dan pikiran saja.

Lea berganti pakaian, dia mengenakan pakaian santai. Baju kaos lengan pendek dan celana kaos berbahan spandek panjang. Tidak lupa kaca mata tebal yang dia simpan di dalam saku koper melekat di batang hidung Lea.

Lea bergerak mendekati ranjang besar milik Edo. Mata nya menyapu seluruh ruangan kamar yang sangat luas itu.

Hanya terdapat satu ranjang dan satu sofa.

"Aku harus tidur di mana?" Pikir Lea bingung.

Dia ingin tidur di samping Edo. Tapi, dia yakin pria itu tidak akan membiarkannya.

Sedangkan sofa, Lea tidak mungkin tidur di sofa itu. Selain ukurannya yang kecil. Lea tidak biasa tidur dengan posisi seperti itu.

"Apa aku harus tidur di lantai?"

Lea mencari cari selimut tebal, dia akan menjadikan selimut tebal itu sebagai kasurnya di lantai.

Pilihan terbaik tanpa merecoki pria yang sudah menjadi suaminya itu adalah tidur berbeda tempat dengan dirinya.

Namun, sayang sekali. Lea tidak menemukan selimut atau apapun di kamar itu.

"Huh, tubuh ku sudah sangat lelah. Aku sudah tidak kuat" gumamnya putus asa.

Mengenakan pakaian pengantin dan berdiri di atas pelaminan membuatnya merasa pegal.

Lea sekali lagi menatap Edo yang sudah tidur pulas di atas ranjang. Seakan tidak mengijinkan siapapun yang tidur di sisinya, Edo merentangkan kaki dan tangannya memenuhi ranjang.

"Huh!"

Lea membaringkan tubuhnya di atas sofa kecil. Entah bagaimana nanti tulang tulangnya. Lea tidak peduli lagi. Yang dia butuhkan saat ini adalah tidur.

Setelah mencari posisi nyaman, menunggu beberapa menit saja Lea sudah tidur dengan lelap.

________

Pukul 8 malam.

Eva mengutus keponakan nya untuk memanggilkan Lea dan Edo untuk makan malam.

Karena tidak ada yang berani, akhirnya Fia lah yang pergi memanggil Edo dan Lea.

"Cih, menyusahkan saja" dengus nya melangkah menaiki anak tangga.

Tuk tuk tuk

Beberapa kali Fia mengetuk pintu kamar Edo, namun tidak ada yang menyahuti dirinya.

Tuk! TUK! TUK ..

kesabaran Fia pun mulai habis, dia yang sudah tidak suka dengan Lea semakin tidak menyukai gadis itu.

"Dasar gadis ******. Tidur sudah kaya kebo aja" maki Fia tidak sopan.

Brak! Brak!

Lea terbangun, dia terkejut mendengar suara gebrakan di pintu kamar Edo.

"Siapa itu?" Seru Lea terburu buru berlari kearah pintu.

"Eh Fia, ada apa?" Tanya Lea saat mendapati sepupu iparnya berdiri di depan pintu kamar dengan wajah masam nya.

"Mami memanggil kalian, tidur kaya kebo saja" dengus Fia di akhir kalimatnya.

Lalu, Fia pun berbalik pergi. Meninggalkan Lea yang masih terbengong dengan apa yang terjadi. Gadis itu belum sepenuhnya sadar dari tidurnya.

"Huh.. Dia bilang apa yah? Mami??" Gumam Lea kembali menutup pintu.

Kebingungan Lea terus berlanjut, dia melangkah hendak kembali tidur di sofa. Namun, tanpa sengaja matanya menangkap jam dinding dan membuat matanya hampir keluar dari tempatnya.

"Astaga!!! Jam 8???" Pekik Lea nyaring.

Bahkan Edo saja terbangun dari tidurnya karena mendengar teriakan Lea.

"Heh, kau pikir ini hutan huh? Teriak sesuka hati mu!" Dengus Edo sambil melempar bantal lebaran Lea.

"Maaf, mami memanggil kita" jawab Lea yang baru mengerti maksud dari kedatangan Fia dan kata kata Mami yang singgah di Indra pendengaran nya.

Edo melirik jam dinding, dia mengerti mengapa mami nya memanggil dirinya dan juga Lea.

Ini sudah masuk jam makan malam, wajar saja mereka di panggil.

Karena kelelahan, Edo sampai tidak sadar sudah tidur beberapa jam. Bahkan dia tidak tahu, bahwa gadis ini entah tidur di mana.

Melihat penampilan nya, Edo tahu pasti bahwa Lea baru saja bangun tidur seperti dirinya.

"Apa dia tidur di dekat ku?" Pikir Edo syok.

Fyuu...

Keterkejutannya langsung berubah menjadi nafas lega saat melihat selimut tipis berserakan di sofa. Itu artinya Lea tidur di sana, bukan di dekat dirinya.

Edo turun dari ranjang, pergi keluar dari kamar melewati Lea begitu saja.

"Huh, bodoh" rutuk Lea pada dirinya sendiri. Dia pun ikut menyusul Edo keluar dari kamar menuju ke kamar mandi.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!