NovelToon NovelToon

(Bukan)Pernikahan Impian

Bab 1 Awal Mula

Seorang gadis tampak terdiam, membiarkan para MUA merias wajahnya. Dia adalah Luvenia Leonora, putri sulung dari keluarga Dawson. Dia terpaksa menggantikan adiknya untuk menikahi pewaris dari keluarga Cullen.

"Tersenyumlah, nona. Bukankah ini hari bahagia Anda?" ujar salah satu MUA.

"Ini bukan pernikahan yang aku inginkan," gumam Venia.

Tak lama kemudian, nyonya Kiara dan suaminya datang. Venia langsung bangkit, membiarkan orang tuanya mengapit dirinya dan keluar dari kamar.

Mereka pergi ke altar pernikahan. Tuan Jerome menyerahkan putrinya pada sang calon menantu, Sergio Cullen.

"Ayah tahu bahwa kamu belum mencintai Venia, tapi saya mohon kamu menjaganya, Gio," ujar Tuan Rama yang diangguki oleh Sergio.

Kedua mempelai menghadap ke arah pastor. Venia menarik tangannya dari pria di sampingnya, saat ini diiringi tatapan sinis.

Sergio mendengus pelan, memfokuskan pandangannya ke depan. Pastor mulai melakukan serangkaian acara termasuk membacakan doa.

"Kalian akan mengucapkan janji pernikahan!"

"Saudara Sergio Cullen, bersediakah Anda menerima Luvenia Leonora sebagai istri Anda?"

"Saya bersedia."

"Saudari Luvenia Leonora, bersediakah Anda menerima Sergio Cullen sebagai suami, salam keadaan apapun?"

Venia terdiam, berat rasanya menikah dengan pria yang tidak dia cintai. Gadis itu menghela nafas panjang, berusaha mengontrol dirinya agar tetap tenang.

"Ya, saya bersedia!"

Semua keluarga tampak lega setelah mendengar jawaban Venia.

"Kalian telah resmi menjadi suami istri. Silakan sematkan cincin dan Anda diperbolehkan mencium pasangan Anda!"

Sergio menyematkan cincin ke jari manis istrinya, kemudian sebaliknya. Pria itu lantas membuka tudung penutup Venia, lalu mencium keningnya sekilas. Suara tepuk tangan memeriahkan acara pernikahan mereka.

Venia sendiri sedikit menjaga jarak dari Sergio. Sergio yang melihat kelakuan istrinya hanya bisa berdecak pelan. Pria itu menarik pinggang Venia hingga merapat padanya.

"Sekarang kamu istriku, nanti malam lakukan tugasmu, Nyonya Sergio," bisik Sergio dengan pelan.

"Tak ada malam pertama sialan, apa kau lupa dengan perjanjian kita?" sahut Venia dengan pelan, disertai tatapan tajamnya.

Sergio berdecak pelan, merutuki kebodohannya yang melupakan perjanjian yang mereka buat sebelumnya. Venia tersenyum sinis, mereka menyalami para tamu yang memberikan selamat kepada mereka.

Gadis itu sebenarnya malas jika harus berpura-pura bahagia di depan orang lain. Dia tidak menginginkan pernikahan ini, namun orang tua mereka yang mendesaknya.

"Awas saja, Winna. Aku akan membalasmu berkali-kali lipat," batin Venia kesal pada adiknya.

Beberapa jam berlalu. Venia memilih duduk karena kakinya terasa sangat pegal setelah berjam-jam berdiri menyalami para tamu. Para sahabat datang ke acara pernikahan mereka dengan Sergio.

Larissa datang, sahabat dari Venia. Gadis itu langsung memberikan selamat dan memberikan nasehat, namun diabaikan oleh Venia.

"Kamu sudah berjanji di hadapan Tuhan, Veni. Cobalah menjalani pernikahanmu dengan Gio," ucap Larissa dengan lembut.

"Entahlah Ris, bagiku semuanya masih bersifat abu-abu. Jujur, aku belum bisa menerima semuanya ini," gumam Venia. Rissa mengusap pundak sahabatnya, dia paham jika Venia masih berat hati dengan pernikahan ini.

Pesta berlanjut hingga malam hari. Venia mengenakan gaun biru senada dengan pakaian Sergio, namun gadis itu menolak ajakan Sergio untuk berdansa. Lagipula, dia tidak peduli dengan omong kosong orang lain.

Nyonya Kiara berjalan ke arah putri sulungnya. Wanita paruh baya itu menatap lekat wajah sang anak. "Sayang, kenapa kamu enggak menerima tawaran Gio?" tanya Mommy Kiara pada putri sulungnya.

"Malas. Kalau Mommy mau, silakan Mommy yang berdansa dengan menantu Mommy itu," ketus Venia dengan nadanya yang datar.

"Putri kesayangan Mommy itu kabur dan justru aku yang dapat getahnya," sindir Venia. Dia pun memilih pergi meninggalkan sang ibu yang terdiam mematung.

Tuan Rama menghampiri istrinya, memeluk mommy sambil mengumpati kelakuan putrinya barusan. Pria paruh baya itu sejak tadi mengamati pembicaraan anak dan istrinya.

Venia memilih memakan kue dengan santai, berupaya menghilangkan kebosanannya. Tanpa dia sadari, sejak tadi Sergio mengamatinya dari jauh.

Pesta usai tengah larut malam, keduanya pergi ke kamar. Venia memilih mengganti pakaiannya di kamar mandi dengan piyama. Setelah selesai, gadis itu mengambil selimut lain dan bantal, lalu membawanya ke sofa yang cukup lebar untuk Venia.

"Aku perlu beristirahat. Lagipula, di antara aku dan dia sudah ada perjanjian," gumam Venia. Dia langsung memejamkan kedua matanya dan terlelap.

Sergio keluar dari kamar mandi. Pria itu menghela nafas panjang mendapati istrinya telah tidur di sofa dengan nyenyak. Dia segera mengambil piyama lalu memakainya, setelah itu berbaring di atas ranjang. Pria itu meraih ponselnya, lalu menghubungi asistennya.

"Cepat cari tahu di mana Winna berada!"

"Baik, Tuan," jawab Theo. Sergio menaruh kembali ponselnya di atas nakas. Dia menarik selimut menutupi sebagian tubuhnya. Pria tampan itu menatap langit-langit kamarnya dalam diam. Sergio memilih tidak ambil pusing, dia perlu mengistirahatkan tubuhnya yang sangat lelah hari ini.

Larut malam, Venia terbangun, perutnya mulai bersuara. Gadis itu dengan malas langsung bangun begitu saja. Dia mengedarkan pandangannya, manik matanya menatap ke arah suaminya yang terlelap di atas ranjang. Venia menyibak selimutnya, lalu bangkit dan pergi ke dapur, mengambil minuman dingin dari dalam kulkas. Venia merasa lega setelah menuntaskan dahaganya, lalu dengan perlahan membuat mie instan dengan cepat. Setelah selesai, Venia membawanya ke ruang tamu.

Gadis itu tampak santai menyantap mi instannya. Setelah habis, Venia meneguk segelas air putih.

"Perut kenyang, hati pun senang," ujar Venia dengan konyol. Dia segera mencuci piringnya di dapur, setelah itu kembali ke kamar. Venia kembali berbaring di sofa, sesekali melirik ke arah suaminya yang berada di atas ranjang.

Gadis cantik tersebut merasa hidupnya penuh dengan kesialan. Dia terpaksa menikah dengan pria yang tidak ia cintai, ditambah lagi harus menghadapi mertuanya yang julid. Venia merasa dirinya tidak seperti gadis-gadis baperan yang terpengaruh oleh ucapan pedas sang mertua. Dia tidak merasa malu jika dianggap pemalas, karena itulah kebenarannya. Venia berharap bisa menguatkan mental agar dapat menghadapi masa depannya yang lebih baik. Kemudian, dia segera menarik selimut dan memejamkan kedua matanya.

Namun, Venia menghela nafas kasar karena dia tidak bisa tertidur. Gadis tersebut memutuskan untuk menatap langit-langit kamarnya. Dia harus mencari adiknya secepat mungkin, yang selalu membuatnya merasa kesal.

"Gadis manja itu benar-benar menyusahkan aku," gumamnya dengan jengkel. Jika dia bertemu dengan adiknya, Venia akan memberikan pelajaran pada Winna. Dia hanya mampu mengumpat dalam hatinya, karena sang Daddy selalu bersikap tegas padanya dan selalu membela Winna serta menyalahkan dirinya.

"Ini benar-benar tidak adil!" pikir Venia dalam hati. Dia khawatir bahwa dia hanyalah seorang anak pungut, karena keluarganya tidak pernah memperhatikannya. Semua orang hanya memikirkan nama baik mereka sendiri, tanpa memikirkan hati Venia.

Bab 2 Sikap Dingin Sergio

Pagi harinya Sergio bangun lebih dulu. Pria itu menghela nafas kasar melihat istrinya yang masih terlelap di sofa. Dia lantas melesat ke kamar mandi tanpa mau membangunkan gadis yang menjadi istrinya.

Selesai mandi dan berganti pakaian, Sergio kini telah rapi mengenakan jasnya. Pria itu langsung ke luar kamar dan turun begitu saja.

Pria itu kini berada di meja makan bersama orang tuanya. Nyonya Amira menatap kearah sang anak yang bertampang dingin.

"Nak, di mana istri kamu? " tanya Mami Amira pada putranya.

"Dia di kamar. " sahut Sergio singkat.

Beberapa menit berlalu Venia baru turun. Gadis itu mengenakan dress dengan rambutnya yang dia kuncir. Dengan santai dia langsung menuju ke meja makan, menyapa kedua mertuanya.

"Matahari sudah meninggi kau baru bangun, apa kau lupa dengan statusmu yang sekarang Venia? " tanya Nyonya Amira menyindir menantunya. Venia merotasi bola matanya mendengar sindiran pedas sang mertua.

"Lupa, lagipula statusku bukan sesuatu yang penting buat aku ingat! "

Nyonya Amira hampir memarahi sang menantu namun Sergio mencegahnya. Dia tak ingin terjadi keributan di pagi hari ini. Sarapan kali ini suasana terasa dingin. Venia tampak santai dan terlihat tak bersalah sama sekali.

Selesai sarapan, Sergio langsung pamit pada orang tuanya. Pria itu melewati istrinya begitu saja, Venia tentu saja tak peduli.

"Sekarang kamu yang bawa piring kotornya ke dapur. " pinta nyonya Amira.

"Bukannya mommy sudah membayar pelayan, suruh saja pelayan yang mengerjakannya. " tolak Venia. Nyonya Amira hanya mampu mengelus dada melihat kelakuan menantunya barusan.

Venia langsung memanggil kan pelayan, meminta membereskan meja makan. Tuan dan Nyonya Cullen memilih pergi dari sana, dia tak tahan menghadapi sikap urakan Venia.

Setelah kepergian mertuanya, Venia bisa merasakan kebebasan. Gadis itu mengumpat pelan, lalu bangkit dan memilih pergi ke ruang tamu. Dia mengotak atik ponselnya yang kini dia genggam.

"Kak Shaka, tolong aku. Kamu cepat dari tahu di mana keberadaan gadis manja itu sekarang juga. " pinta Venia pada pria bernama Shaka itu.

"Maksud kamu Winna? " tanya Shaka memastikan.

"Tentu saja dia, memangnya siapa lagi? " ujarnya ketus yang di tanggapi tawa oleh Shaka. Venia mendengus sebal, Shaka menuruti keinginan Venia. Gadis itu pun langsung menutupnya,

menaruh ponselnya di atas meja.

Di perusahaan Smith

Seorang wanita tengah bergelayut manja di lengan Sergio. Wanita itu Saras Aulia, kekasih dari Sergio sendiri.

"Sayang ayolah, aku masih enggak terima ya kalau kamu menikahi wanita itu Gio! " protes Saras untuk kesekian kali. Sergio langsung menyentak lengan Saras membuat wanita itu terkejut.

"Kamu bisa diam gak sih Saras, bawel banget kamu seperti

Venia. " bentak Sergio kesal.

Saras tentu saja terkejut dengan bentakan dari sang kekasih. Sergio sendiri bangkit, kembali ke kursinya dan melanjutkan pekerjaannya yang tertunda. Dia pun merasa membuang waktu, hanya demi mendengarkan ocehan Saras. Dia hanya mampu mengumpat dalam hatinya.

Melihat mood sang kekasih yang tampak memburuk membuat Saras bungkam. Wanita itu lantas memilih ke luar sambil membanting pintu nya. Sergio menghela nafas berat, kembali memeriksa berkas laporannya.

Di sisi lain

Saras tampak begitu marah akan sikap Sergi barusan. Gadis itu kini telah sampai di apartemen, Amelia datang berkunjung bersama Dira.

"Hei Ras, kenapa wajah kamu di tekuk kayak gitu harusnya 'kan senang? " tanya Amelia pada temannya.

"Sergio membentakku tadi. " jawab Saras dengan kesal. Dira berusaha menenangkan sahabatnya yang tampak kesal saat ini. Saras bersandar di sofa lalu menaruh tasnya di samping.

Wanita itu mencurahkan kekesalannya pada Amelia dan Dira. Amelia langsung memberikan ide untuk Saras, Saras tentu saja tersenyum miring.

"Ya aku akan menyingkirkan Venia lebih dulu. " gumam Saras dengan seringai licik nya. Dia segera mengambil ponselnya, lalu menghubungi seseorang. Saras meminta salah satu detektif yang dia sewa untuk mengikuti Venia ke mana pun.

Amelia dan Dira saling melirik satu sama lain. Lalu kembali mengobrol dengan Saras lagi. Keduanya tentu saja mau membantu Saras untuk menyingkirkan Venia dengan segala cara.

Saras langsung bangkit, dia pergi ke dapur. Tak lama dia kembali dan menyerahkan kaleng minuman pada kedua sahabatnya. Dia sendiri meneguk wine dengan santai sambil memikirkan cara untuk membuat Venia mundur.

"kita buat Sergio mendepak Venia dari kediaman Cullen, apa di antara kalian punya ide? " tanya Saras menatap kearah Amel dan Dira secara bergantian.

"Ada, sini aku bisikin. " Saras mendekat, Dira langsung membisikkan sesuatu padanya. Amelia tentu saja setuju dengan rencana yang di miliki Dira.

"Oke kita coba. " Saras pun langsung mengambil ponselnya. Dia mengirim foto dirinya bersama Sergio pada Venia. Saras berharap dengan apa yang dia lakukan ini membuat Venia

marah.

Setelah mengirimnya Saras menaruh kembali ponselnya di atas meja. Ketiganya tertawa bersama, tak sabar menunggu reaksi yang di tunjukkan oleh Venia. Sebelumnya Saras telah menyelidiki siapa Venia dan identitas gadis itu.

Dia merasa di atas segalanya dari pada Venia. Saras juga merasa hanya dirinya yang pantas menyandang status sebagai nyonya Sergio Cullen. Wanita itu berulang kali mengumoati Venia, dia merasa Venia telah merenggut posisinya yang seharusnya menjadi miliknya.

Di lain tempat

Venia berdecak pelan melihat foto yang di kirim oleh nomor anonim. Dia kira dirinya akan marah dengan foto mesra Sergio dengan wanita lain?

Cih tidak sama sekali!

Mencemburui pria dingin dan arogan seperti Sergio hanya buang buang tenaga saja begitu pikirnya. Venia tanpa basa basi membalas pesan itu dengan santai. Entah apa yang dia kirimkan pada nomor anonim itu.

"Sepertinya foto ini bisa aku simpan, bisa aku gunakan sebagai senjata. Jika sewaktu waktu Sergio mencari masalah denganku. " gumam Venia dengan seringai licik nya.

Dia kembali menaruh ponselnya di atas meja. Merasa bosan gadis itu mengambil tasnya di kamar lalu pergi ke luar. Venia meminta sopir untuk mengantarnya jalan jalan. Sepanjang perjalanan Venia menatap jalanan dalam diam. Entah apa yang tengah gadis ini pikirkan saat ini.

"Um gimana kalau foto tadi aku jual saja ke wartawan, pasti akan trending panas di sosial media. " gumam Venia. Dia kembali terdiam, memikirkan rencana barusan yang terbesit dalam pikiran nya.

"Lebih baik aku keep sendiri deh, aku harus bersabar sementara sampai Winna di temukan. Aku akan menghajar gadis manja itu

nantinya. " dengus Venia. Venia masih kesal akan kelakuan adik kandungnya yang pergi seenaknya itu.

Venia menghela nafas panjang. Tak lama gadis itu turun dari mobil dan masuk ke dalam mall. Setelah satu jam dia baru ke luar dan kembali ke mobil.

"Pak antar saya ke panti asuhan Kasih Bunda ya. " ujar Venia dengan sopan.

"Siap nyonya! "

Skip

Venia di bantu sopir membawakan hadiah untuk anak anak panti. Gadis itu bermain dengan anak anak panti, canda tawa mewarnai kebersamaan mereka. Setelah itu Venia membagikan mainan pada anak anak dengan tertib. Dia memilih menghabiskan waktu di sana dengan hati yang begitu tenang.

Bab 3 Kedatangan Saras

Sore harinya Sergio pulang ke mansion dengan wajah lelahnya. Pria itu langsung duduk, menyandarkan tubuhnya di sofa. Pelayan datang membawakan secangkir kopi untuknya.

"Bi, tolong panggilkan Venia. " ujar Sergio dengan nada datarnya.

"Baik tuan! "

Pelayan langsung pergi dari sana. Tak lama Venia turun dan dengan malas menghampiri pria yang menjadi suaminya. Gadis itu langsung duduk begitu saja tanpa menunggu di perintah.

"Bersiaplah nanti malam, Saras akan datang ke sini dan kamu jaga sikapmu! " ujar Sergio dengan wajah dingin. Venia mengerutkan kening, menatap lekat wajah pria sombong di hadapannya ini.

"Ya,lagipula apa urusannya denganku. Kekasihmu itu mau datang atau tidak aku tak peduli. " gumam Venia dengan santai.

Sergio menghela nafas kasar mendengar jawaban istrinya. Pria itu lantas bangkit dan pergi begitu saja. Venia mengangkat bahunya acuh, dia bermain dengan ponselnya tanpa beban.

Brak

Sergio membanting pintunya kasar. Melihat bagaimana respon yang di tunjukkan Venia membuatnya sangat muak. Pria itu melepaskan jas dan kemejanya setelah itu melesat ke kamar mandi.

Beberapa menit berlalu pria itu ke luar dengan selembar handuk di pinggangnya. Dia segera mengambil kaos dan celana panjang lalu memakainya langsung.

Drt

Dering ponselnya menyita perhatian Sergio. Pria itu lantas menyambar ponselnya lalu mengobrol dengan salah satu tangan kanannya.

"Halo? "

"Nona Venia.. "

"Panggil dia Nyonya. " ketus Sergio dengan nada dingin.

"Nyonya Venia mengenal akrab seorang pria bernama Shaka Brawijaya tuan! "

Mendengar informasi yang dia dengar membuat Sergio terdiam. Pria itu merasa penasaran dengan hubungan Venia dan Shaka. Sergio langsung memutus sambungan teleponnya. Dia pun memasukkan ponselnya ke dalam saku celana.

Pria tampan itu kini kembali duduk di atas ranjang. Dia pun mengusap wajahnya kasar, penasaran hubungan istrinya dengan pria bernama Shaka itu.

Skip

Sore tepat pukul enam sore Saras telah datang. Wanita itu tampak santai menghampiri kekasihnya. Dia langsung duduk di samping Sergio. Venia melipat tangannya di dada, terkekeh pelan melihat tingkah Saras di depannya ini.

"Sudah berapa pria yang kamu nikmati tubuhnya nona? " ujar Venia dengan frontal.

"Apa maksud kamu? " geram Saras dengan mata berkilat menahan amarahnya.

"Wanita berkelas tak mungkin bermanja ria dengan pria yang berstatus suami orang ups tapi aku tak menganggapnya suami sih."cetus Venia.

"Ya kecuali wanita murahan. " pungkasnya.

Brak Saras menggebrak meja, dia begitu marah dengan ucapan Venia barusan. Rautnya tampak memerah, amarahnya menggebu gebu menatap penuh kebencian kearah Venia.

Venia terkekeh pelan, dia tampak tak terpancing dengan sikap Saras barusan. Wanita itu lekas bangkit, sebelumnya dia mendekati Saras dan Sergio dari jarak cukup dekat.

"Aku wanita langka lho, aku izinkan kamu tidur dengan Sergio secara gratis namun besok kamu bayar ke aku seratus juta per malam. " bisik Venia. Gadis itu langsung menjauh pergi, meninggalkan Sergio bersama Saras.

Satu jam berlalu

Kini ketiganya berkumpul di meja makan. Venia tampak santai melahap makanannya. Tanpa dia sadari Sergio memperhatikan nya dalam diam. Saras sendiri hanya mampu mengumpati Venia dalam hatinya.

Wanita itu tampak mencemoh perilaku Venia barusan. Venia sendiri tak ambil pusing mendengar ocehan dari beruang betina di depannya ini.

Setelah makan malam selesai Venia langsung pergi ke kamarnya. Gadis itu memilih pergi ke kamar lain,dia tak peduli dengan kehadiran Saras di kediaman suaminya.

Sergio langsung menyusulnya. Pria itu justru menggendongnya secara tiba tiba. Venia memekik, dia berusaha memberontak namun tak di pedulikan suaminya.

Bruk

"Aduh, dasar sialan. " maki Venia pada sang suami. Gadis itu berniat turun dari ranjang namun Sergio lebih dulu mengancamnya. Venia mau tak mau berbaring membelakangi suami arogannya ini.

Venia POV

Pria ini kenapa tiba tiba berubah aneh. Entah apa yang membuatnya berbuat seperti saat ini. Ck untuk apa aku memikirkan Sergio,pria yang aku benci dalam hidupku. Kehadiran Saras tentu nya membawa keuntungan bagi diriku. Aku akan memanfaatkan wanita itu,dengan begini aku bisa terbebas dari pernikahan sialan ini.

Venia POV end

Di sisi lain Saras tampak marah marah. Dia begitu cemburu melihat Sergio yang membawa Venia ke kamar pria itu. Harusnya dirinya yang berada satu kamar dengan Sergio bukan Venia.

"Awas saja kamu Venia! "

"Aku tak akan membiarkan kamu merebut Sergio dariku! " Saras mengepalkan kedua tangannya, dia masih kesal akan kelakuan Venia barusan terhadap nya.

Sementara di dalam kamar Venia tertawa cekikikan. Gadis itu tengah sibuk dengan ponselnya hingga mengabaikan sosok suami di sebelahnya. Sergio pun menggertakkan giginya, tiba tiba ucapan Keano terngiang dalam kepalanya.

"Sebaiknya kau diam Venia! " geram Sergio dengan wajah memerah menahan amarahnya. Venia mengerutkan kening, menatap suaminya dengan alis sebelah terangkat.

"Kenapa kamu sangat sensian tuan, apa kau sedang haid? "

"Tutup mulutmu. " bentak Sergio kesal.

Venia langsung menaruh ponselnya. Gadis itu menoleh sambil melipat tangannya di dada dengan santai. Dia merasa aneh dengan tingkah suaminya yang suka marah enggak jelas ini.

"Kenapa Saras begitu betah padamu, padahal kau lelaki membosankan. Selain tukang marah, kau pemaksa dan kasar. " ceplos Venia. Sergio hendak melayangkan tangannya namun Venia tentu saja tak takut.

"Kenapa berhenti , ayo tampar aku. Pria sepertimu memang tak pantas untuk di jadikan suami. " ketus Venia. Gadis itu berbalik memungunginya, terdengar sauar gerutuan nya yang masih bisa di dengar Sergio.

Sergio menurunkan tangannya, mengumpat kasar dan membelakangi tubuh Venia. Dia memang sangat sulit mengontrol emosinya. Ucapan Venia barusan begitu memukulnya dengan telak.

"Ini semua karena ulah Winna, saat dia ketemu aku akan menghajarnya nanti. " batin Venia mengebu gebu.

Venia segera memejamkan kedua matanya. Tak lama terdengar suara dengkuran halus. Sergio berbalik dan mendapati istrinya telah terbang ke alam mimpi. Pria itu menatap diam punggung istrinya dari belakang. Terdengar suara helaan nafas berat ke luar dar bibir Sergio.

"Sebenarnya apa hubunganmu dengan pria itu? " gumam Sergio lirih nyaris tak terdengar sama sekali.

Memikirkan hal itu justru membuatnya pusing. Sergio kini memilih memejamkan kedua matanya. Berkali kali dia mencoba tidur namun tak bisa. Dia menarik istrinya ke dalam dekapannya. Sergio membenamkan wajah Venia ke dalam dada bidangnya.

"Aku yakin besok pagi kau akan berteriak histeris. " gumam Sergio sambil terkekeh pelan. Pria tampan itu langsung mengantuk saat mencium aroma lemon dari tubuh istrinya. Dan pasangan suami istri tampak manis dalam posisi berpelukan satu sama lain.

Berbeda dari mereka, Saras sendiri rak bisa tidur dengan nyenyak. wanita itu tampak ketakutan jika Sergio dan Venia melakukan sesuatu di dalam kamar. Saat ini dia Tenga merencanakan sesuatu untuk membuat keduanya semakin jauh.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!