NovelToon NovelToon

Love At Night

Bab 1 - Love at night

Hana terbangun tanpa sehelai benangpun dalam pelukan pria asing. Ia langsung melotot melihat tubuhnya yang polos, bantal empuk yang ternyata lengan seseorang itu membuat Hana tidur pulas dan bangun kesiangan.

Ia mengerjap-ngerjapkan mata bingung menatap pria di sebelahnya, pria dengan alis tebal nan tegas, hidung mancung, rambut lurus berantakan, parasnya yang tampan sungguh memanjakan mata Hana.

Jam sudah menunjukkan pukul 09.00 KST. Dan, bisa-bisanya Hana baru terbangun. Parahnya lagi Hana terbangun di kamar hotel yang ia tidak tahu dimana lokasinya itu.

“Shit. Are u crazy Hana?” Rutuk nya dalam batin pada diri sendiri. “Sekarang bukan waktunya mengagumi pria ini, Hana. Sadarlah, kau bahkan tidak tahu siapa dia.” Masih dalam batinnya Hana beringsut mengangkat kepala dari lengan pria itu. Ia sangat hati-hati dalam bergerak agar tidak membangunkan pria itu.

“Bagaimana ini?” Gumamnya mengintip ke bawah pada bagian tubuhnya yang tertutup selimut. Jika ia menyibak selimutnya, besar kemungkinan pria di sebelahnya akan terbangun. Hana melirik ke sekitar melihat pakaiannya berserakan. Ia ulurkan salah satu tangannya berusaha menjangkau dress yang semalam ia kenakan.

“Sobek?” Gumam Hana langsung menutup mulut sebelum suara nya mengganggu tidur pria yang masih terlelap nyaman di sebelahnya itu.

Pandangan mata Hana lalu tertuju pada kemeja putih yang tidak jauh dari jangkauan tangannya. Hana menoleh sekilas pada pria di sebelahnya, “Maaf, aku akan menggunakan ini.” Sambil menarik kemeja dari lantai dan langsung ia pakai.

Hana bergerak melorot dari bawah selimut usai memakai kemeja lalu bergelinding turun dari tempat tidur dengan hati-hati. Secepat mungkin Hana menyambar tasnya dan ingin pergi dari tempat itu. Namun, Hana teringat sesuatu. Bukankah tidak baik jika dirinya pergi begitu saja? Setidaknya Hana harus menjaga sopan santun.

“Cek.” Gumam Hana menulis cek dengan nominal satu juta won. Lalu menuliskan kata-kata di kertas.

Servismu kurang, aku hanya bisa memberimu ini.

Tulis Hana pada kertas putih, ia letakan cek tadi. Usai menulis pesan itu, Hana lalu pergi dari sana.

Dengan menaiki taksi, Hana pulang ke apartemennya. Keadaannya cukup kacau, rambut berantakan yang hanya ia sisir menggunakan jari dan kemeja kedodoran yang ia kenakan sudah kusut.

Sampai di apartemen, Hana berlari ke dapur mininya lalu membuka kulkas dan menenggak habis satu botol air mineral dingin dari sana.

“Wah, kau sungguh gila, Hana.”

Ingatan Hana melayang pada kejadian semalam saat ia mewakili mewakili Direktur perusahaannya untuk datang ke acara pertunangan putri dari kenalan Direktur yang perusahaannya bekerja sama dengan Perusahaan tempat Hana bekerja.

“Hana, aku kira kau tidak akan datang,” Sapa Dami—kenalan lama Hana.

“Kenapa kau mengira aku tidak akan datang?” Tanya Hana malas. Perempuan di depannya itu tidak hanya kenalan tapi juga musuh Hana di sekolah dulu.

“Oh, ayolah, Hana. Kau tidak perlu berusaha tegar. Aku paling tahu kau sakit karena pertunangan ini ‘kan? Yah, bagaimanapun dicampakkan memang sakit. Aku memahamimu.” Ucap Dami sambil menepuk bahu Hana.

Hana tersenyum tipis, “Untuk apa aku sakit? Yang bertunangan bahkan bukan kekasihku. Darimana kau berpikir aku dicampakkan? Haha, lucu sekali.” Ledek Hana remeh.

Dami nampak meremas tangannya kesal akan respon Hana, ia tidak menyangka Hana mampu mengimbangi ucapannya.

“Lebih baik nikmati pestamu, Dami. Banyak Tuan Muda di sini, siapa tahu kau akan dilirik mereka. Yah, meskipun aku tidak jamin ada Tuan muda yang berminat denganmu.” Sindir Hana kemudian berlalu meninggalkan Dami dengan wajah merah padam menahan amarah.

“Sial, kenapa juga aku bertemu dengannya?” Hana menggerutu sambil berjalan menaiki tangga menuju lantai dua dimana ada balkon. Ia butuh menghirup udara segar.

Namun, saat akan melangkah masuk ke pintu balkon ia bertabrakan dengan seseorang.

Bruk!

Hingga tersungkur ke lantai.

tbc..

BAB 2 - Malam yang panas

"Yaa, apa kau tidak bisa melihat?" Hana berteriak seraya memegang pelipisnya yang terantuk benda keras tadi.

"Kau yang jalan tidak pakai mata, Nona!" Suara seorang pria terdengar menyahuti.

Hana mendongak dalam posisi terduduk, “Apa aku sudah mati? Kenapa ada malaikat tampan sekali di sini?" bisik hati Hana tertegun, matanya berbinar terpesona pada pria yang berdiri di hadapannya, pria itu tengah mengamatinya dengan kepala tertunduk.

"Kau tidak akan bangun, Nona?" Suara ketus pria yang ia tabrak kembali terdengar membuat Hana mendengus kesal. Hana lalu berdiri dan berhadapan dengan pria itu. "Setidaknya katakan maaf setelah menabrak ku bukan malah memasang wajah galakmu ini." Hana berucap sambil geleng-geleng kepala kemudian berjalan ke arah samping kanan lalu melangkah maju melanjutkan langkahnya menuju balkon meninggalkan pria yang tadi bertabrakan dengannya.

"Dasar sial." Ucap Hana menggerutu. Jika bukan karena ia berada di sebuah acara penting, Hana mungkin saja sudah mengomeli pria yang sudah menabraknya tadi, namun sadar ia sedang menghadiri acara penting dan tidak boleh membuat malu nama Perusahaannya, Hana menahan sikap saat ini.

Sementara pria yang tadi bertabrakan dengan Hana terlihat cuek lalu melanjutkan langkahnya pergi dari tempat itu.

Acara itu sungguh membosankan membuat Hana berpikir untuk pulang sebelum acara selesai, apalagi ia banyak disalahpahami di sana, orang-orang mengira Hana patah hati karena tunangan pria pada acara itu memiliki hubungan khusus dengan Hana sebelumnya, padahal mereka hanyalah mantan rekan kerja. Kedekatan mereka saat kerjasama dua perusahaan dulu agaknya membuat banyak orang salah paham akan hubungan mereka.

Saat dalam perjalanan pulang di dalam taksi, Hong Taera–sahabat Hana menghubunginya melalui panggilan telepon.

“Oh Hana sahabatku tersayang,” Ucap seseorang dari ujung sana saat Hana mengangkat panggilan telepon dari Taera. Suara Taera terdengar melantur tidak seperti biasanya.

“Taera, kau mabuk?” Tebak Hana. Ia tahu sahabatnya sedang dalam mode patah hati. Mungkin  Taera tengah minum di suatu tempat saat ini.

Dan, tebakan Hana tidaklah salah. Taera sedang berada di salah satu Club malam terbesar di kota itu. Juga Club malam terpopuler di sana.

“Mabuk? Siapa yang mabuk, aku hanya minum soda saja, hehehe.” Jawab Taera terkekeh.

Hana menghela nafas sebentar, sebelum menanggapinya. “Kau di mana? Aku akan menjemputmu.” Putus Hana. Sedikit khawatir dengan kondisi Taera.

“Sungguh?” Taera di tempatnya mendadak bersemangat, lalu menatap tampilan dirinya di cermin toilet. Ya, tepatnya Taera sedang berada di toilet saat ini sehingga tidak terdengar suara berisik musik saat ia menelepon Hana sekalipun dirinya sedang berada di Club malam.

“Hem,” Hana berdehem menanggapi, “Kirimkan lokasinya padaku, aku akan datang.” Ucap Hana.

“Oke, cepatlah datang. Kita akan menari, xixixi.” Taera cekikian lalu menutup panggilan teleponnya. Ia segera mengirim pesan pada Hana membagikan lokasinya terkini.

Sedang Hana langsung meminta pak Sopir untuk mengubah alamatnya menuju lokasi yang dikirimkan oleh Taera.

Sampai di lokasi, Hana mencari Taera tetapi di sana ia melihat Taera bersama seorang pria. Dan, sahabatnya itu terlihat cukup akrab dengan pria yang Hana tidak mengenalnya.

“Taera!” Sapa Hana berjalan ke arah Taera, ia yang baru pulang dari acara pesta pertunangan langsung pergi ke Club itu cukup menyita perhatian orang-orang dengan gaun malam yang ia kenakan.

Taera menoleh pada Hana dan tersenyum, “Hana sahabatku, kau datang juga.” Ucapnya menyambut Hana sumringah. Namun, ada yang aneh, Taera tidak terlihat mabuk saat ini. Justru terlihat sangat sadar.

Hana sampai di hadapan Taera dan mengerutkan salah satu alisnya, “Taera, kau tidak mabuk?” Tanya Hana yang langsung dijawab dengan gelengan kepala oleh sahabatnya.

“Hana, sejak kapan kau melihat aku mabuk? Hanya beberapa gelas tidak akan membuat aku tumbang.” Jawab Taera dengan senyumannya.

Yah, Hana mengakuinya. Taera memang tergolong perempuan yang kuat minum, ia sempat melupakannya tadi saking khawatirnya pada Taera mengingat sahabatnya tengah patah hati.

“Lalu tadi?”

“Hei, ayolah!” Taera menepuk bahu Hana, “Aku hanya ingin kau datang, kau sudah cukup lelah dengan pekerjaanmu. Kita bersenang-senang malam ini?” Ajak Taera.

“Taera, Kau tahu aku tidak terbiasa dengan suasana ini.” Hana mendengus kesal. Dia yang cepat-cepat datang karena mengkhawatirkan Taera nampaknya sia-sia saja. Harusnya ia langsung pulang tadi.

“Sekali ini saja, kau perlu me-refresh otakmu. oke?” Bujuk Taera, “Kau sudah di sini, mana mungkin pergi begitu saja.” Bisik Taera.

Hana menghela nafas lagi, sebelum akhirnya setuju dengan Taera, “Oke, satu jam saja.” Putus Hana.

“Deal,” Taera mengangguk setuju.

Hana baru sadar dengan keberadaan pria yang tadi bersama Taera, ia lalu melirik Taera dengan gerakan mata menunjuk pria di sebelah Taera seolah meminta penjelasan paa sahabatnya.

“Oh, Ini Hardy. Teman baruku.” Ucap Taera memahami arti gerakan mata Hana. “Hardy, ini Hana, sahabatku!” Lalu mengenalkan pria bernama Hardy itu pada Hana.

“Hai, Hana. Hardy.” Sambil mengulurkan tangannya.

Hana tersenyum tipis, “Hana.” Ucapnya menerima uluran tangan Hardy saling bersalaman singkat.

“Oke, Hana. Aku dan Hardy akan ke sana. Kau mau ikut atau ingin minum dulu?” Taera menunjuk ruangan dengan gerombolan orang-orang menari dibawah kerlap-kerlip lampu disko dan musik yang terdengar keras, memekak di telinga.

“Aku akan menyusulmu.” Hana memilih duduk di bar.

“Oke, ayo Hardy!”

Taera dan Hardy pergi begitu saja, meninggalkan Hana seorang diri di meja Bar. Hana sampai menghela nafas berkali-kali akan kelakuan sahabatnya.

“Yah, apa yang aku khawatirkan. Bukankah putus cinta adalah hal biasa baginya,” Hana geleng-geleng kepala. Ia memesan minuman rendah alkohol pada Bartender sambil mengamati Taera dari tempat duduknya.

Waktu semakin malam, Hana merasa sudah waktunya ia pulang namun ia ingin pergi ke toilet sebentar sebelum pulang. Hana pergi ke toilet untuk buang air kecil, setelahnya ia mencari Taera tapi tidak bisa menemukan sahabatnya di manapun. Bahkan, di telepon pun, Taera tidak menjawabnya. Ia kembali ke tempat duduknya.

“Nona, sahabatmu tadi memesankan ini untukmu. Dan, berpesan agar kau pulang dengan taksi karena dia akan pergi dengan seseorang.” Ucap Bartender pada Hana sambil menyodorkan segelas koktail pada Hana.

Hana menghela nafas panjang, “Dia sudah menemukan cinta baru rupanya.” Gumam Hana bisa menebak kemana sahabatnya akan pergi.

“Apa ini sudah dibayar?” Tanya Hana.

Bartender yang ditanya pun menganggukkan kepala.

“Terima kasih,” Hana meneguk sedikit lalu pergi. Ia akan pulang saja.

Namun, saat berjalan Hana merasakan sesuatu di kepalanya, seperti kepalanya berputar-putar. Jalannya pun menjadi sempoyongan, tubuhnya merasa panas setelahnya.

“Apa ini? Aku merasa tidak nyaman,” Gumam Hana menepuk-nepuk kecil kepalanya, “Aku tidak minum banyak, kenapa aku merasa mabuk?” Ia bahkan tidak menghabiskan segelas alkoholnya tapi apa yang terjadi pada dirinya saat ini.

Bruk!

“Sorry,” Ucap Hana menabrak seseorang sepertinya. Hana mendongakkan kepalanya yang baru saja membentur benda keras, “Kau?” Hana merasa pernah melihat orang yang ia tabrak.

“Kau lagi Nona.” Balas seseorang yang Hana tabrak. Pria tampan nan mempesona yang tadi juga ia tabrak di acara yang Hana hadiri.

“Ah,,” Hana mendesah sensual, “Tubuhku tidak nyaman.” Eluhnya mendur beberapa langkah.

Pria yang Hana tabrak mengerutkan dahinya sehingga salah satu alis tebalnya ikut terangkat, “Kau, baik-baik saja?” Tanya pria itu.

Hana menggeleng jujur, “Tubuhku panas, aku ingin berenang.” Jawab Hana berjalan minggir melewati pria yang ia tabrak, memaksakan diri meneruskan langkahnya yang tidak stabil sehingga ia berjalan sempoyongan.

Pria itu membalik tubuhnya memandang Hana dengan tatapan tidak terbaca.

“Tuan, sepertinya Nona itu-” Komentar pria yang sejak tadi berdiri di belakang pria yang Hana tabrak.

“Kau benar. Kau pergi ambil mobil!”

“Baik, Tuan.”

Pria yang Hana tabrak mengikuti Hana dari belakang sambil memperhatikan langkahnya yang tidak stabil saat Hana hendak terjatuh buru-buru pria itu berjalan cepat menopang pinggang Hana sehingga Hana yang kehilangan keseimbangan tidak sampai jatuh ke lantai.

“Pria tampan, kau lagi ya?” Hana tersenyum lalu melantur meraba-raba pipi pria itu dengan jari-jemarinya, “Sudah tiga kali malam ini kau muncul dihadapanku, apa itu artinya kita berjodoh?” Kekeh Hana.

Pria yang Hana raba-raba wajahnya mengerutkan dahinya, “Kau mabuk, Nona! Singkirkan tanganmu dari wajahku!” Perintahnya sambil membantu Hana berdiri tegak, namun Hana malah menggelengkan kepala sambil mengerucutkan bibirnya gemas.

“Wajah tampan ini sangat tidak nyata,” Gumam Hana terus meraba-raba wajah pria itu, jari-jemarinya bergerak bebas di sana tanpa rasa canggung.

“Kau!” Pria itu melotot saat Hana menyentuh bibirnya dan mengusapnya dengan ibu jari, hal yang membuat pria itu merasakan sensasi aneh pada tubuhnya. “Kau nakal, Nona.”

“Apa tidak boleh?” Hana malah bertanya menantang sambil menatap tepat pada dua mata pria itu, “ Aku panas, kamu bantu aku.” Hana menjatuhkan kepalanya pada bagian dada kanan pria itu membuat sang pria berdebar, “Tubuhku sungguh tidak nyaman.” Keluhnya.

“Apa yang kau minum?” Pira itu menyentuh dua bahu Hana membuat Hana mengangkat kepalanya dari dada sang pria dan menatap pria itu sebelum menjawabnya.

“Aku hanya minum soda, hehehe.” Jawab Hana terkekeh, “Dua gelas.” Mengamati bibir pria dihadapannya, naluri wanitanya membuat Hana memajukkan kepalanya mengecup bibir itu membuat sang pria membelalakkan mata. Dan, mendorong Hana namun Hana malah merangkul erat pinggang pria itu enggan menjauh dari pria itu, “Kau tampan sekali, aku ingin bersamamu.” Hana berucap lirih sambil menatap mata pria itu dengan tatapan memelas lalu kembali menyandarkan kepalanya di dada pria itu tanpa melepaskan lingkaran tangannya di pinggang pria itu.

Pria itu menghela napas, kecupan singkat dari Hana cukup membangkitkan gairah lelakinya, namun ia tidak bisa berbuat apa-apa. Dia tidak tahu siapa perempuan di hadapannya ini, dari mana asalnya dan apa motifnya mendekatinya. Pria itu merasa harus berhati-hati. Namun, tangan Hana yang tadi melingkar di pinggangnya bergerak meraba punggungnya membuat pria itu tidak bisa menahan diri.

“Kau sungguh nakal, Nona.” Pria itu mengangkat tubuh Hana dan menggendongnya meninggalkan Club, Hana bahkan tidak berontak dan malah pasrah saja di dalam dekapan pria itu.

*

“Kita akan pergi ke mana, Tuan?” Tanya seseorang yang berada di belakang setir kemudi.

“Hotel terdekat.” Jawab pria yang saat ini memangku Hana di dalam mobil. Ya, saat berada di dalam mobil Hana tidak mau duduk sendiri, Hana memilih duduk di pangkuan pria yang tadi menggendongnya. Duduk dengan tidak tenang di pangkuan pria itu membuat pria itu sampai melonggarkan dasinya merasa gerah akan sikap Hana.

“Apa kau tidak bisa diam?” Tanya pria itu saat Hana menggesek-gesekkan kepalanya pada bagian dada pria yang memangkunya, sedang jari-jemari Hana bergerak meraba-raba bagian dada sisi lain pria itu.

Hana malah menggelengkan kepala, “Aku suka tubuhmu, seksi sekali. Hehehe.” Oh, Hana kau pasti akan menyesalinya besok setelah tersadar. Hati kecil Hana seakan membisikkan kalimat itu pada Hana, namun Hana benar-benar hilang kendali saat ini. Tubuhnya merasa aneh, panas dan menginginkan sebuah sentuhan.

“Tuan, kita sudah sampai hotel.” Ucap sopir.

“Hem, kau bisa pesan kamar atau pulang terserah padamu!”

“Baik, Tuan.”

Pria itu membawa Hana yang bergerak nakal menggodanya ke dalam kamar hotel lalu melemparkan Hana ke atas ranjang.

“Aww.” Pekik Hana tubuhnya mendarat di ranjang empuk.

“Kau, siapa yang menyuruhmu?” Tanya pria yang berdiri sambil menatap Hana galak. pria itu melepas jas yang ia kenakan dan melemparnya ke sembarang arah lalu melipat kemejanya hingga siku, “Apa direktur Kim yang menyuruhmu, atau Grup Hanyang yang menyuruhmu berbuat seperti ini?” Selidik pria itu.

Hana mengubah duduknya menjadi duduk dengan dua kaki ia lipat, “Siapa Direktur Kim, siapa Grup Hanyang?” Tanya Hana tidak mengerti.

“Bukan mereka?” Tanya pria itu.

Hana menggelengkan kepala lalu dua tangannya melambai-lambai manja, “Kemarilah, aku ingin menyentuh dadamu yang seksi itu!” Pinta Hana dengan suara sensualnya.

“Kau gila.” Pekik pria itu membalik tubuhnya, “Tidurlah jika bukan mereka yang mengirim,-”

Grep!

Belum sempat pria itu menyelesaikan kalimatnya, dia merasa tubuhnya dipeluk dari belakang, seketika itu juga dua tangan meraba dadanya.

“Kau harus patuh, pria tampan.” Ucap Hana sambil meraba-raba dada pria itu.

Pria itu memejamkan mata singkat, “Kau yang memintanya, Nona. Jangan salahkan aku.” Gumam Pria itu nampaknya habis kesabarannya, dia menangkap kedua tangan Hana lalu membalik tubuhnya. Mereka bertatapan dalam jarak dekat, hingga membuat Hana membisu dan tertegun, degup jantungnya berdetak kencang dalam posisi sedekat itu dengan pria asing.

“Kenapa, kau menyesal sudah menggodaku sejak tadi?” Tanya pria itu yang tidak bisa Hana jawab. Hati kecilnya berteriak iya, namun tubuhnya berkata tidak. Kepalanya bahkan bereaksi menggeleng.

“Kau sendiri yang menginginkannya.” Pria itu tanpa aba-aba mencium bibir Hana secara brutal bahkan tidak memberikan Hana kesempatan untuk menolak, Hana pun malah menikmatinya dan mengalungkan kedua tangannya di leher pria itu, membuat pria itu merasa mendapatkan lampu hijau persetujuan.

Sejak berada di dalam mobil, pria itu sudah merasakan gelisah akan sikap Hana. Ia menahan diri untuk tidak menyentuh tubuh Hana sekalipun Hana terus menggodanya, namun saat berada di dalam hotel Hana malah semakin memancing gairahnya membuat ia pun lepas kendali.

Ciuman panas mereka membawa kedua nya berakhir diatas ranjang setelah melakukan hal yang mungkin akan Hana sesali esok hari. Mereka memadu kasih satu malam dengan gairah yang luar biasa.

Flashback off.

tbc.

Bab 3 - Kehidupan lain di dalam tubuhmu!

Dylan Wang--pengusaha muda berdarah Korea Selatan-Amerika yang kemampuan berbisnisnya tidak perlu diragukan lagi terbangun di ranjang king size sebuah hotel tanpa sehelai benangpun. Ia terbangun setelah mendengar dering dari benda pipih yang tergeletak di lantai. Nada dering keras begitu mengganggu tidurnya pagi itu.

“Shit.” Umpatnya membungkus tubuh polosnya dengan selimut lalu turun dari ranjang dan meraih telepon genggamnya. Mengangkat panggilan telepon yang masuk di ponselnya.

“Tuan, apakah anda akan ke Kantor siang ini? Atau haruskah saya membatalkan semua jadwal hari ini?” Tanya seseorang yang meneleponnya.

“Black, apa kau pikir aku memiliki waktu senggang hari ini? Jemput aku dan bawakan setelan baru untukku!” Semprotnya pada Black–asisten pribadinya.

“Baik, Tuan.”

Dylan mematikan teleponnya dan pergi ke kamar mandi mencari kimono yang bisa ia kenakan, kebetulan di sana ada fasilitas hotel yang ia butuhkan. Sekalian dirinya membersihkan tubuhnya.

“Kemana wanita itu?” Gumam Dylan di bawah guyuran air shower yang dingin.

Setelah membersihkan diri, Dylan menunggu Black sambil tanpa sengaja melihat secarik kertas di nakas beserta cek. Ia membaca note yang Hana tinggalkan dengan kening mengkerut.

“Kau menghargai kerja kerasku satu juta won, Nona. Ckckck, menarik.” Sambil meremas catatan yang Hana tinggalkan namun memasukkan cek ke dalam dompetnya.

“Kita lihat apa yang akan kau lakukan jika aku mengembalikan cek ini.” Smirk Dylan, mengingat bagaimana Hana mendesah semalam di bawahnya timbul niatan licik di hati Dylan, “Kau begitu menikmatinya tetapi mengatakan servisku kurang, bodoh. Kau berhasil melukai harga diriku, Nona. Ingat untuk tidak menunjukkan wajahmu di depanku, atau aku akan menangkapmu saat itu juga.” Lagi-lagi Dylan menyeringai.

Black datang dan mereka langsung pergi ke perusahaan Dylan. Grup Wang–salah satu perusahaan yang terkuat di Negara itu. Saat ini Dylan menjabat sebagai CEO sebuah perusahaan Investasi dan juga perusahaan yang bergerak di bidang perhotelan, dua perusahaan di bawah naungan Grup Wang–Perusahaan milik keluarga besarnya yang terdiri dari dirinya, sang Kaek,sang Ayah dan Ibu. Dengan kata lain, Dylan nantinya yang akan menjadi pewaris jajaran lini usaha milik Grup Wang. Karena dirinya adalah konglomerat generasi ketiga.

“Black, kau tau siapa perempuan yang bersamaku semalam?” Tanya Dylan sambil mendaratkan tubuhnya di kursi kebesarannya saat bekerja.

“Saya, sudah mengirim informasinya ke email anda, Tuan.” Black sigap menjawab.

“Apa dia kiriman Direktur Kim atau Grup Hanyang?”

Black menggeleng, “Tidak, Tuan. Nona Hana adalah ketua tim desainer di S&Co.”

“S&Co? Bukankah itu merek perhiasan terkenal?”

“Betul, Tuan.”

“Hana.” Tanpa disadari kedua sudut bibir Dyan terangkat saat menyebutkan nama “Hana”.

“Apa ada hal lain yang anda ingin tanyakan, Tuan?” Tanya Black sebelum undur diri.

“Kau ambilkan aku kopi, dan jadwalkan pertemuan dengan tim Yeol, satu jam lagi!”

Setelah Black pergi, Dylan memeriksa email yang berisi informasi Hana dari Black. Satu persatu poin mengenai latar belakang Hana ia baca dengan teliti.  “Hampir tidak pernah mengambil cuti tahunan? Apa dia robot industri?” Gumam Dylan bermonolog pada dirinya sendiri. Ia lupa bahwa dirinya juga sama gilanya dengan Hana jika itu menyangkut pekerjaan. Seorang Dylan Wang bahkan masih bekerja di akhir pekan saat semua orang pergi beristirahat.

*

Dua hari berlalu, Hana masih teringat bagaimana ia berakhir tanpa sehelai benangpun di kamar hotel dengan pria asing, tetapi tidak ingat bagaimana awalya. Hal itulah yang membuat Hana sering melamun sendiri, dia tidak jelas bagaimana bisa berakhir di ranjang polos dengan pria asing. Dia hanya ingat sampai saat dia mencari Taera, dan kenapa dia bukannya pulang bersama Taera malah bermalam di hotel dengan pria asing. Saking kesalnya Hana sampai tidak bisa fokus sama sekali, Taera juga penyebabnya. Dia seharusnya tidak menyusul Taera malam itu. Jika saja Hana tidak mengiakan ajakan Taera bersenang-senang sebentar di Club, mungkin kejadian dia bermalam dengan pria asing tidak akan terjadi. Sungguh sangat sial jadi Hana. Tapi, semuanya sudah terjadi. Apa yang bisa Hana lakukan selain mencoba melupakan kejadian hari itu meskipun sulit karena bayang-bayang wajah pria yang menghabiskan malam dengannya cukup mengganggu pikirannya saat ini.

“Huh, kacau. Aku tidak bisa fokus.” Hana mengacak rambut kepalanya frustasi, dua hari ini ia benar-benar terganggu akan kenangan itu. “Sadarlah, Hana. Fokus, kau harus fokus.” Gumam Hana lalu beranjak dari duduknya, “Ya, kau harus fokus, Hana!” Menyambar tasnya dan berjalan keluar dari ruang kerjanya.

Siang itu Hana akan menemui klien di restoran untuk membahas kerjasama. Hana tiba di restoran sebelum kliennya datang, sampai di sana ia dibimbing oleh staf restoran menuju ruang reservasi yang sebelumnya sudah ia pesan.

“Silahkan, Nona.” Ucap sopan staf restoran.

Hana mengangguk, staf itu berlalu pergi. Hana akan melangkah masuk namun seseorang membuat ia tertegun.

“Kita bertemu lagi, Nona.” Ucap seseorang yang kedengarannya berada di dekat Hana.

Tubuh Hana bergetar, merasa panik sesaat. “Pria itu.” Gumam Hana dalam hatinya, sekalipun hanya hubungan satu malam Hana mengingat suaranya. Hana menoleh, memberanikan diri mencari dari mana arah sumber suara yang ternyata tidak jauh di belakangnya.

“Maaf, apa anda berbicara denganku, Tuan?” Tanya Hana berpura-pura tidak mengenal pria yang menyapa nya yang tidak lain adalah Dylan. Hana panik, tapi mencoba tenang sedemikian rupa. Padahal jantungnya sudah berdegup kencang karena tidak menyangka akan bertemu pria itu. Pria yang sudah menghabiskan malam panas dengannya.

Dylan tersenyum tipis lalu melangkah maju, memajukkan tubuh bagian atas dan kepalanya berisik di samping telinga Hana. “Apa kau akan berpura-pura tidak mengenalku, Nona? Sayang sekali padahal aku tidak bisa melupakan malam panas kita.” Lalu kembali menarik tubuhnya kembali berdiri tegak dengan senyum mengejek.

Glek! Hana gelagapan sampai menelan salivanya sendiri karena gugup.

“Sial, dia mengingatnya,” Batin hati Hana tidak tenang.

“Tidakkah ada yang ingin kau katakan padaku, Nona?” Tanya Dylan melihat ekspresi gugup Hana, “Mungkin kita bisa berbicara empat mata, aku tidak keberatan.”

“A-apa, yang kau bicarakan, Tuan. Aku tidak mengenalmu, maaf. Kau mungkin salah orang.” Balas Hana terbata-bata mencoba menyangkal keterlibatan mereka sebelumnya, Ini cara terbaik yang bisa Hana pikirkan saat itu.

“Lucu sekali.” Batin Dylan ingin tertawa melihat betapa gugup perempuan di hadapannya ini, melihat Hana bersikeras menyangkal hubungan mereka sebelumnya membuat Dyaln semakin ingin membuat Hana mengakuinya.

“Ow,” Dylan menganggukkan kepala, “Nona satu juta won, kau mungkin tidak mengingatnya hari ini. Tapi, bisa saja kau yang mencariku satu bulan ke depan.” Kata Dylan tenang.

“A-apa maksudmu?” Hana bertanya gugup.

Dylan menyeringai lalu kembali memajukkan tubuhnya, sedikit menunduk dan berbisik lagi di sebelah telinga Hana, “Mungkin saja ada kehidupan lain di tubuhmu nanti, Nona. Lagi pula malam itu aku tidak mengenakan pengaman.” Smirk Dylan membuat Hana membelalakkan kedua matanya.

tbc.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!