Namaku adalah Paino, aku seorang penulis buku dan juga penulis di sebuah aplikasi novel tentang kisah horor.
Namun kisah atau cerita horor yang aku tulis berdasarkan penelitian dan penyelidikan dahulu. Bukan asal comot sana comot sini tanpa ada buktinya.
Biasanya tempat horor itu aku dapatkan melalui informasi dari warga dan masyarakat yang memang di daerahnya ada tempat yang mengerikan.
Sebelum aku menggeluti dunia tulis menulis, dulu aku adalah karyawan di sebuah Bank milik pemerintah, dulu jabatanku sudah lumayan, aku adalah kepala Unit.
Tapi nggak tau karena kegoblokanku yang menggebu-gebu tentang dunia dari dimensi lain, dan dunia tulis-menulis mengakibatkan aku korbankan pekerjaanku di sebuah Bank itu.
Aku selalu bepergian ke daerah-daerah pelosok untuk mencari informasi yang berhubungan dengan bangunan atau hunian atau daerah atau apapun yang menurut kepercayaan penduduk setempat adalah tempat yang medeni.
Aku tidak sendirian, aku selalu bersama Sumadi temanku yang juga goblok mau-maunya meninggalkan pekerjaanya sebagai marketing manager di sebuah perusahaan freight forwarding untuk menjadi partnerku dalam membuat sebuah novel.
Kami berdua mempunyai sebuah kantor yang tidak bisa dibilang kantor, karena ukuranya yang kecil. Pokoknya tempat itu aku bisa bilang sebuah kantor karena disitulah aku menulis dan mencari data tentang tempat-tempat yang bisa kami prospek.
Aku dan Sumadi cuma mengandalkan jaringan internet untuk browsing, bersosial media, dan mencari tempat-tempat yang aduhai.
Dari data itu akan kami telusuri dulu. Dan apabila nanti sudah fix alias A1 kami berdua meluncur ke tempat yang kami tuju.
Kami mempunyai sosial media yang lumayan lengkap, dan di dalam sosial media kami itu orang-orang bisa berbagi tempat-tempat yang mengerikan.
Di sosial media kami selalu cantumkan alamat email kami, jadi apabila ada orang yang serius memberitahukan kami di mana tempat yang mengerikan, bisa lanjut di email.
Selain menggunakan Email, Kami juga menerima inbox di sosial media, tetapi untuk lebih serius maka gunakan email saja.
Seperti contohnya hari ini Sumadi mendapat email dari seseorang yang tidak kami kenal…di email itu dikatakan ada sebuah tempat atau penginapan yang mengerikan dan selalu mengambil nyawa orang yang menginap disana.
“Koen percoyo (kamu percaya) informasi dari email itu Di?”
“Hahaha wis akeh (sudah banyak) sing kayak gini No, mereka minta imbalan, nanti setelah kita kesana njeketek rumah yang masih ditempati hihihihi”
“Iyo su. tiwas kita keluar biaya untuk riset ke sana, njeketek rumah yang masih ada penghuninya hahahah”
Memang banyak orang yang kirim email atau inbox ke sosial media kami, tetapi tentu saja semua harus kami teliti dulu, agar kejadian yang pernah kami alami tentang informasi palsu tidak terulang lagi.
Karena kami selalu memberikan catatan di media sosial kami, apabila tempat itu benar-benar sesuai dengan kriteria kami, maka kami akan memberikan imbalan kepada yang memberikan informasi.
Saya mau cerita sedikit tentang pengalaman informasi palsu….…
Pernah suatu kali dulu, ada email masuk, di email itu dijelaskan ada sebuah rumah di pinggir hutan yang angker, email itu disertai dengan bukti foto-foto juga.
Kami tertarik dan akhirnya balas berbalas email sebelum kami tunjukan nomor wa kami.
Informasi begitu detail disertai foto ketika pagi, siang, malam… pokoknya sangat meyakinkan…
Infonya disana kerap ditemui korban tanpa pakaian sama sekali, bahkan ada juga foto seorang laki-laki yang telentang dengan mata terpejam dalam keadaan bhugil.
Kemudian ada juga rekaman suara jeritan perempuan di sana waktu tengah malam.
Info beginian tentu saja menarik perhatian kami sangat. Kami berusaha browsing tempat itu, ternyata tempat itu belum tercover google yang artinya kalau kami kesana, kami adalah pihak pertama yang akan memberitakan tentang keangkeran tempat itu.
Setelah kami yakin, berangkatlah kami ke sana. Padahal letak hutan itu jauh dari tempat tinggal kami, sekitar delapan hingga sembilan jam perjalanan menggunakan mobil.
Tapi karena rasa penasaran kami akhirnya berangkat juga.
Kami janjian dengan pemberi info untuk menunjukan lokasi tempat itu, dan tentu saja kami memberikan dana yang lumayan untuk pemberi info itu.
Kebiasaan kami, sebelum kami kasih uang ke pemberi info kami akan melewati tempat itu tiga kali bersama dengan pemberi info, pagi, siang, dan tengah malam.
Kami hanya melihat dari kejauhan, karena kalau dekat-dekat kan nanti ketika kami lakukan eksekusi… Ketika memang keadaannya sesuai dengan harapan, maka dia akan kami kasih reward atas infonya.
Setelah itu baru kami berdua yang akan melakukan eksekusi. Pemberi info tidak usah ikut campur lagi dari pada merusak suasana.
Malam hari setelah semua persiapan kami lakukan, kami menuju ke sana…
Sebuah rumah kosong, sekitar dua puluh meter masuk ke hutan. Rumah kosong yang entah dibangun untuk apa di pinggir hutan yang terkenal angker ini.
Dari jalan utama pantura masuk ke jalan kecil sepuluh menit, kemudian masuk sekitar dua puluh meter dari sisi jalan kecil itu.
Menjelang tengah malam… Mobil sudah kami tinggal tidak jauh dari jalan setapak.
Waktu itu kami membawa alat perekam suara yang sangat peka, sebuah handycam kecil dengan tiga buah baterai cadangan yang bisa digunakan hingga lebih dari 24 jam, lampu sorot apabila diperlukan, satu buah pisau komando untuk memotong ranting atau apapun, dan dua buah senter police yang sangat terang cahayanya
Kami dengan tenang dan tentu saja deg deg an menuju ke lokasi yang dituju..
Waktu itu keadaan cukup sunyi.. Sebuah rumah tua permanen yang cukup besar, pagar rumah itu dari tembok yang cukup tinggi, sekitar dua meteran, jadi jelas tidak mungkin kami harus lompati pagar tembok itu.
Di luar ada pintu gerbang yang selalu tertutup keadaannya. Baik itu pagi, siang, atau malam. Jadi kami harus melewati pintu gerbang itu untuk bisa masuk ke dalam rumah.
Dan menurut pemberi info pintu gerbang itu tidak pernah dikunci, dan mudah untuk dibuka dan ditutup.
Tetapi sebelum kami masuk ke dalam, kami putari dulu rumah itu, untuk melihat segala kemungkinan yang mungkin akan terjadi. Ketika kami putari rumah yang mungkin luasnya 200 meter persegi memang aku sempat beberapa kali mendengar suara jeritan dan cekikikan perempuan.
Memang sempat merinding juga. Tapi ya akhirnya kami yakin akan membuka tabir rumah hantu itu.
Setelah mempelajari bagian luar rumah dan yakin bahwa tidak ada apa-apa, akhirnya kami putuskan untuk masuk ke dalam pagar rumah
Suasana gelap gulita, Sumadi menyalakan senternya, sedangkan aku berusaha membuka pintu pagar rumah itu… ternyata pintu pagar itu tidak sulit membukanya…
Kami sudah ada di dalam.. Bau wangi minyak wangi murahan tercium samar di hidung kami, sampai disini aku sempat ragu, begitu juga Sumadi.
Aku berbisik kepada Sumadi. Di, mosok ada setan pakek minyak wangine balon (wetees) gerbong sepur Njagir?..... Untuk diketahui dulu itu di sekitar jagir surabaya ada gerbong barang kereta api yang tidak terpakai, dan kadang digunakan untuk transaksi perlendiran.
Tapi karena kami sudah ada disini, ya kami terus saja maju pantang mundur. Kami susuri dulu halaman rumah yang luas itu, hingga kami kemudian semakin mendekat di rumah utama…
Di dalam rumah itu gelap gulita, namun kadang aku masih mendengar suara teriakan teriakan yang mencurigakan, teriakan-teriakan itu semakin jelas disini, dan kayaknya aku tidak asing dengan teriakan itu.
Ketika kami sudah dekat dengan teras rumah tiba-tiba dari arah dalam rumah ada suara yang lebih mengerikan daripada setan dimanapun berada, suara yang paling aku takuti..
“Mas… mampir mas….. yuk kita tukar keringat mas, aku bisa puasin kamu dengan emutan sembilan rasa lho mas….”
Suara ngebas dan kemayu… suara bantji yang biasa ngamen, bukan bantji salon yang cantik!
Nah dari kejadian itu kami tentu saja tertipu, rumah itu adalah tempat prostitusi bagi bantji-banjti model kuburan kembang kuning yang ada di Surabaya.
Mulai dari itu, kami lebih selektif lagi memilih tempat untuk explorasi heheheh.
Selain untuk mencari informasi, kami gunakan juga sosial media untuk memancing keingintahuan dan minat pembaca tentang kisah kami, tentu saja kami tidak pernah menceritakan secara detail kisah kami di sosial media kami.
Tentu saja dengan tujuan agar buku yang diterbitkan oleh penerbit independen bisa laku keras, dan aplikasi Novel akan dibaca juga lah.. Bisnis tetaplah bisnis.
Pagi hari di kantor kami yang tidak begitu bagus…..
“Di, coba cek email dan sosmed kita, aku kok semalam sempat ngimpi kita ada di sebuah rumah yang mengerikan ya Di?”
“Itu lak cuma mimpi No, tapi gak cuma kamu aja yang mimpi No, aku semalam juga mimpi sedang di sebuah ruangan yang terbakar dan mengerikan”
“Sik No, aku cek dulu email dan sosmed kita.. Siapa tau hari ini kita dapat ikan besar No hehehe”
Sumadi mengecek email dan sosmed kami, kemudian tiba-tiba Sumadi memukul meja komputer dengan keras.
“C*k Di.. gak usah menggebrak meja c*k… itu meja terakhir kita setelah mbok ajurno hanya gara-gara loading internet yang lambat c*k”
“Hehehe sori No, iki ada email dan ada foto-fotonya juga No, sik sebentar aku print dulu, koyoke belum ada dan belum pernah ada yang memberi info tentang tempat ini.. Tapi tempate agak jauh No hehehe”
“Dimana Di?”
“Di pulau dewata c*k hihihi… sekalian rekreasi nek gini ini rasane hihihihi”
“Ngawur c*k.. Dana kita gak cukup kalau harus ke sana Di, mana royalti dari penerbit belum cair juga”
“Gampang No, aku bisa carikan pinjaman dana… sik aku print dulu email dan foto-fotonya dulu”
Email ini tidak ada nama pengirimnya hanya ada kata-kata singkat…kalau berminat segera balas email ini, disertai dengan kata terima kasih saja, dan hanya ada alamat email saja… alamat emailnya pun agak aneh namanya……. lolokcicing@......
“C*k alamat emalnya Komtol anjeng hahahaha” kata Sumadi sambil tertawa….. Tetapi aku tidak bisa tertawa ketika aku lihat foto-foto itu dengan menggunakan kaca pembesar…
“Di, jangan ketawa dulu, coba kamu perhatikan salah satu foto yang agak jelas itu… pakek kaca pembesar Di”
“Hmm ini patung atau kepala yang putus No… janc*k aku merinding c*k”
Sebuah foto yang diprint oleh Sumadi menggunakan kertas foto khusus, sehingga detail dari foto yang dikirim itu menjadi jelas.
Di foto itu menggambarkan sebuah rumah tinggal permanen, kemudian ada foto kawasan tempat itu juga, kemudian juga foto akses masuk ke tempat itu. Dan ada juga foto di bagian belakang yang agak horor, karena menampakan sungai kecil dan berbagai tanaman dan pohon.
Rumah atau mungkin vila itu tidak aneh… yang aneh adalah letak rumah sewa itu ada di bawah kuburan atau setra.
Jadi posisi setra atau kuburan itu ada di semacam bukit yang letaknya ada diatas rumah atau vila, sedangkan di belakang vila adalah sungai atau sebuah sisi sungai yang penuh dengan pohon dan tanaman menjalar.
Setra sendiri bahasa indonesianya adalah kuburan, hanya saja setahu aku setra itu adalah kuburan sementara sambil menunggu hari yang baik dan dana yang cukup untuk kemudian mayat yang dikubur itu diambil kembali untuk dilakukan ngaben atau pembakaran mayat.
Penjelasan dari foto yang mengirim email…dari pinggir jalan utama kita akan bertemu dengan setra atau kuburan, kemudian ada jalan setapak di samping kuburan itu yang menuju ke rumah sewa yang ada di bawahnya.
Tentu saja rumah itu tidak akan terlihat dari jalan besar, karena tertutup oleh kuburan atau setra itu.
Ketika aku tadi lihat dengan kaca pembesar, diantara tanaman merambat dan pohon-pohon besar yang ada di belakang rumah itu sepintas seperti ada penampakan kepala manusia dengan mata yang melotot.
Dan foto itu diambil pada malam hari dengan menggunakan kamera berlampu blits sehingga apa yang ada di sekitar rumah itu nampak dengan jelas.
“No, gak cuma hanya satu tok, banyak penampakan lainnya, coba kamu lihat itu No”
“Banyak orbs juga lho rek”
Sumadi memberi tanda pada beberapa hal yang ganjil dengan menggunakan spidol, ternyata selain benda yang mirip dengan kepala juga ada beberapa hal yang janggal, dan semua terekam dalam foto ini.
“Di, coba kamu balas emailnya, bilang aja kita mau ke sana dan kapan kita bisa bertemu dengan yang nama emailnya itu lolokcicing”
“Ok No, sekalian apa aku minta bukti foto lagi?”
“Gak usah Di, beberapa lembar bukti foto ini sudah cukup, sementara kamu email, aku coba telusuri di google tentang tempat itu”
Setelah beberapa menit menelusuri Google, ternyata informasi tentang rumah yang ada di bawah kuburan itu tidak ada, artinya kami sebagai pihak pertama yang akan mengeksplorasi dan melakukan penelitian disana.
Aku dan Sumadi bukan team pemburu hantu, kami juga bukan pengusir hantu…tetapi aku dan Sumadi hanya mencari tempat yang mengerikan untuk kami tulis di novel kami.
Jadi tidak ada yang namanya kami ini ingin menantang atau ingin menghancurkan dunia dan rumah mereka.
Kami hanya dua orang yang hobinya menulis novel atas pengalaman kami berdua, dan tentu saja tempat yang sudah kami tuju tidak akan kami tulis nama dan alamat yang sebenarnya, hal ini untuk menghindarkan orang-orang yang iseng di tempat itu.
“No, aneh iki, aku barusan kirim email, tidak ada satu menit email terkirim, sudah ada balasan dari lolokcicing”
“Apa isinya Di?”
“Dia bilang, kita dipersilakan datang dan nanti akan dipandu oleh kawan dia ketika kita sudah ada di kota Dps. anehnya lagi kita sudah dipesankan penginapan juga, sepertinya dia sudah tau bahwa kita akan ke sana”
“Aneh sekali No, dia bisa tau kalau kita pasti akan datang ke sana” kata Sumadi yang masih membaca email yang barusan dia terima”
“Gini aja Sumadi, kamu balas email dia, dan minta nomor Wa nya. Katakan juga kita dua hari lagi berangkat ke sana”
Ini cukup aneh, selama kami melakukan aktivitas penyelidikan dan penulisan Novel, baru kali ini ada pemberi info yang misterius, bahkan dia sudah menyediakan penginapan untuk kami berdua.
Sebenarnya aneh, tapi aku sudah kemecer untuk melihat apa yang ada disana, jadi ya gimana lagi heheheh jelas aku akan terima penawaran dari orang itu.
“Di, di internet apa gak ada informasi tentang yang akan kita datangi itu?”
“Gak ada No, sik No, ini aku sik nulis email dulu”
Kulihat Sumadi menulis email di laptop kuno kami dengan jaringan internet apa adanya, semoga ada jawaban cepat lagi dari yang bernama lolokcicing itu.
“Janc*k No, baru aja aku sent email ini, tiba-tiba sudah ada balasan, dan balasan itu eehhmmm….”
“No, orang ini gak mau kasih nomor Wa, tetapi dia akan kirim kita uang, dan uang itu akan dititipkan orang yang akan datang ke sini”
“Datang ke sini….?, apa dia punya alamat kita, terus itu uang buat apa Di?”
“Waduh ya mbuh No, mungkin dia punya mata-mata disini yang tau alamat kita hehehe”
“Katanya uang itu untuk transportasi dan akomodasi, kemudian dia bilang kalau mau komunikasi dengan dia cukup dengan email saja, dia gak mau kasih nomor telepon atau nomor yang bisa kita hubungi”
“Di.. Sumadi… jadi kita sekarang dapat uang transportasi dan akomodasi plus kita dapat penginapan, gitu ?”
“Iya No….”
“Ya sudah, kasih info dia, kita dua hari lagi berangkat, terus tanyakan juga siapa yang akan kita temui di sana?”
“Udah No hehehe udah aku balas dengan apa yang kamu katakan barusan hehehe”
“Janc*k..email kita langusung dijawab, nanti ada orang yang akan mendatangi kita begitu kita sampai di sana, wah sangar orang ini No, dia bisa reply email kita secepat kita melakukan Wa”
Aku ndak ngerti dengan orang yang sedang balas berbalas email dengan Sumadi, siapa dia dan kenapa dia begitu serius dan misterius.
Aku dan Sumadi sedang mulai mempersiapkan segala sesuatu yang akan kami bawa ke sana, semua yang kami punyai kami bawa ke sana. Apa yang kami punyai……
Cuma alat perekam suara, handycam kuno, camera foto, beberapa alat pencahayaan, dua buah laptop lawas, dan beberapa alat yang tidak begitu penting.
Kadang ada pertanyaan, kenapa kita tidak bawa dupa, kemenyan dan sejenisnya? Jawabanya adalah kami tidak berniat untuk adu nasib dengan ghaib, kami bukan mau menantang dan mau mengusir mereka, kami hanya melakukan dokumentasi dan merasakan sesuatu yang ada disana, sudah hanya itu saja.
Ketika kami sibuk berberes, aku mendengar suara pintu pagar yang diketuk dari luar…
“Di Sumadi….. koyoke ada orang yang ketok ketok pintu pagar, kamu disini aja list apa saja yang akan kita bawa, biar aku yang bukakan pintu rumah”
“Aku gak dengar ada yang ketuk-ketuk pagar No.. ya dah sana, siapa tau dia yang akan kirim kita uang, jadi kamu kan bisa tanya-tanya ke dia”
Aku berjalan keluar, dari dalam rumah… ketika aku buka pintu rumah, ternyata tidak ada siapapun di depan rumah, tidak ada orang yang ada di depan rumah….
Tapi hanya ada sebuah paket yang dibungkus koran dan tergeletak di halaman rumah.
“Opo iku…..”
“Ojok-ojok itu uang, tapi mosok cuma dilempar gitu aja, apa gak takut hilang hehehe”
Bungkusan koran itu tidak aku ambil, ku perhatikan dengan seksama dulu apa yang ada di halaman rumahku…sekiranya aman dan tidak meledak atau tidak gimana gimana baru aku akan ambil.
Satu dua menit aku perhatikan, ternyata aman…
Aku ambil paket yang terbungkus koran, kemudian aku timbang-timbang.
“Agak berat…….”
Jelas gak mungkin kalau paket ini isinya uang… berapa banyak uang yang ada di dalam paket ini kalau benar paket ini berisi uang
Kuambil paket yang terbungkus kertas koran, dan kemudian aku bawa ke dalam rumah, sementara iu Sumadi sudah selesai dengan list barang-barang yang akan kita bawa ke tujuan kita.
Sumadi orangnya paling teliti kalau untuk urusan administratif dan sejenisnya, sedangkan aku lebih ke penelitian dan sejenisnya.
“Coba buka ini Di, siapa tau isinya memang uang hehehe, tapi aku kok ragu ya di, mosok sih uang dibungkus koran gitu aja, terus dilempar ke halaman rumah”
“Yah jangan heran No, wong emailnya aja aneh, pasti orangnya juga aneh lah, dan bisa saja cara dia kirim uang juga aneh… bawa sini bungkusan korannya No”
Dengan menggunakan pisau cutter Sumadi membuka bungkusan koran yang tadi aku temukan di halaman rumah.
Sumadi merobek bungkusan itu dengan hati-hati satu persatu lapisan koran dia lepas hingga di dalamnya ada sebuah kotak kardus kecil yang tentu saja di dalamnya ada sesuatunya.
Kotak kardus itu dibuka Sumadi….
“Masyaallah.. No Paino, isine uang c*k”
“Lho wih.. Satu bendel uang seratus ribuan yang berjumlah sepuluh juta c*k”
“Di, apa gak ada suratnya atau tulisan apa gitu, mosok cuma gini aja ngasih uangnya”
“Sabar No,... tapi memang gak ada apa-apanya, eh lebih baik aku email saja dia, aku katakan kita sudah menerima uangnya”
Aku masih tidak percaya, ada orang yang mau membiayai kami untuk melakukan riset atas sebuah rumah yang kata pemilik akun email lolokcicing rumah yang berhantu, karena letak rumah itu ada di bawah kuburan.
“No, orangnya ngemail lagi, bia bilang katanya gunakan uang itu sebaik mungkin, nanti setelah semua selesai dan kita sudah menguak informasi tentang rumah yang dia maksud, dia akan kirim uang lagi sebagai ucapan rasa terima kasih”
“Email ini juga dilampirkan pembayaran di hotel atas nama Paino untuk tiga malam, dia bilang kalau penyelidikan kita memerlukan waktu yang lama, maka kita jangan segan-segan untuk extend kamar”
“Ini barusan aku balas bahwa kami sudah menerima uangnya, dan dua hari lagi kita akan berangkat kesana menggunakan mobil kita”
*****
Dua hari kemudian aku dan Sumadi sudah bersiap berangkat, tapi sebelumnya Sumadi kirim email kepada lolokcicing bahwa kami berangkat saat ini jam ini juga.
Perjalanan mungkin memakan waktu sekitar dua belas jam, kami tidak akan ngebut dan ngoyo, karena kami akan membutuhkan tenaga kami ketika sudah ada disana.
Kami berangkat malam hari setelah sholat maghrib, dengan asumsi bahwa jalan malam akan lebih sepi lalu lintasnya. Aku memegang kemudi, sedangkan Sumadi sibuk dengan laptopnya untuk berkomunikasi email dengan lolokcicing.
Perjalanan setelah maghrib tengah malam berjalan lancar, tidak ada gangguan yang berarti selain gangguan ngantuk dan terpaksa berhenti untuk minum segelas kopi.
Tengah malam mobil kami akan memasuki hutan… sebuah hutan yang katanya mengerikan, sudah banyak orang-orang yang mengadakan adu nyali di hutan itu. Dan katanya mereka banyak mendengar suara-suara mengerikan selain beberapa penampakan.
“No, kita akan masuk hutan B…ini tengah malam c*k, apa gak nunggu kendaraan yang menuju ke sana juga saja, kita bisa iring iringan lah”
“Hehehe di belakang kita gelap, sama sekali tidak ada lampu kendaraan atau sejenisnya, lalu kita harus nunggu apa Di?”
“Gimana Di, kita langsung aja atau tetap menunggu kendaraan yang menuju ke arah yang sama dengan kita?”
“Langsung aja No, bismillah dulu c*k”
Baru saja aku berdoa ketika akan masuk hutan B, tiba-tiba dari arah belakang ada sepasang lampu sorot yang sangat terang, ternyata sebuah bus dengan lampu yang terang dan kecepatan tinggi menyalip mobil kami.
Bus itu aneh, karena lampu di dalam kabin nyala semua, tetapi aku tidak bisa melihat bagian dalamnya, karena bus itu melaju sangat kencang, dan dalam sekejap bus itu hilang di belokan kiri.
“Ayo kejar No, kita jalan bareng bus itu aja…” kata Sumadi
“C*k bus ngawur itu, bus setan itu hahahaha, gendeng, bus itu bisa lari sekencang itu”
Kujalankan mobil dengan kecepatan yang lebih kencang dari pada sebelumnya, lampu jauh selalu kupasang agar aku bisa melihat sesuatu yang jauh di depan.
Tapi tidak nampak bus yang tadi menyalip mobil kami, tidak nampak cahaya lampu bus lagi… aneh kok bisa malam bus itu melaju sekencang itu.
Aku tambah gas mobil belokan dan tikungan aku lalui dengan lumayan cepat, karena saat ini hanya mobil ini saja yang melaju di jalan yang memotong hutan B.
Lampu jauh tetap aku gunakan terus menerus hingga tiba-tiba lampu mobil menyorot sebuah bus yang terparkir di pinggir jalan, seluruh lampu bus itu dalam keadaan mati……
Kukurangi kecepatan mobil, aku penasaran dengan keadaan bus yang sekarang beberapa belas meter di depan mobil kami dan dalam keadaan berhenti, semua lampu bus yang tadinya terang benderang sekarang sudah mati.
“Kok kamu pelankan laju mobil ini No?”
“Iya Di, aku penasaran dengan bus yang ada di depan itu, yang sedang terparkir di pinggir jalan itu”
Kami akhirnya melewati bus yang sedang terparkir di bahu kiri jalan, tapi aku tidak bisa memperhatikan dengan jelas, karena aku harus fokus dengan jalan di hutan ini.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!