Agista Nayla putri, perempuan cantik berusia dua puluh lima tahun. Telah menikah dengan Rayan Abivandya Selama tiga tahun terakhir ini, namun keduanya belum juga di karuniai seorang anak. dan kini keduanya giat mengikuti program hamil.
"Bang, hari ini jadwal kita ketemu dokter Arif."
Ujar Agista menyodorkan soto ayam untuk sarapan suami nya.
"hum, ya tapi sepertinya siang ini Abang sibuk, kalau tidak percaya tanya saja Erika.!"
jawab Rayan lalu menyantap makanan tersebut dengan lahap.
Selain cantik Agista juga pandai sekali memasak, Ia selalu memanjakan lidah Rayan dengan masakannya yang lezat. Agista memiliki usaha kafe tempat tongkrongan anak muda.
"Lalu Agis berangkat sendiri gitu ?"
"ya, sayang untuk hari ini mudah mudahan besok Abang bisa temani kamu ya!"
Agista mengangguk kecil lalu menyiapkan makanan yang hendak Rayan bawa ke kantor nya.
"Sudah siang, Abang berangkat kerja ya!"
Agista mengangguk lalu mencium tangan Rayan yang kemudian melangkah pergi dari rumah.
Agista termenung sendiri ketika mendengar suara gaduh anak anak dari rumah sebelah, terdengar ramai dengan tawa dan tangisan seorang anak, mungkin sang kakak tengah menertawakan adiknya yang menangis.
Berbeda dengan rumah nya yang sepi, beberapa tahun menanti namun tuhan belum mempercayakan anugerah Nya. Agista hanya mampu bersabar dan berdoa tak lelah berusaha, seperti siang ini ia janji bertemu dengan dokter kandungan.
"semangat Agista....!"
Perempuan berhijab moccha itu tak pernah lelah menyemangati diri sendiri, berharap kekuatan pada sang pencipta, cemooh dan gunjingan sudah menjadi makanan sehari-hari apa lagi Ibu mertua.
Agista hanya menanggapi dengan Sabar dan berharap suatu saat ia bisa hamil seperti perempuan lain nya.
Siang ini Agista hendak pergi ke dokter kandungan sendiri, Rayan tidak bisa menemani karena sibuk. padahal Rayan jenuh dengan rutinitas itu hingga ia beralasan sibuk karena malas datang.
Agista duduk di kursi tunggu bersama pasien yang lain nya, pasangan suami istri baru tiba di ruangan terlihat istri nya tengah hamil besar.
"sayang, kamu tunggu di sini sebentar ya?!"
Ujar Pria yang menjadi suaminya.
perempuan itu mengangguk sembari mengelus perut nya yang besar, Agista sedikit merapat kan duduknya.
"Berapa bulan kak ?"
Tanya Agista senyum pada wanita itu.
"Tujuh bulan kelihatan besar ya ?"
Agista mengangguk.
"Bayi saya kembar makanya kandungan saya besar!"
"Oh begitu pantas saja !"
jawab Agista tersenyum getir, orang lain bahkan langsung memiliki dua anak lalu dirinya ? Ia menunggu bertahun lamanya.
"ya Allah luaskan sabar ku.!"
gumam Agista tersenyum pilu, wanita itu masuk lebih dulu bersama suaminya.
Beberapa waktu berlalu hingga tiba giliran Agista masuk untuk bertemu dengan dokter Arif, seperti biasa Ia hanya mendengar kan saran dan nasihat dari dokter kandungan tersebut. Dokter Arif bilang Ia dan Rayan tidak ada masalah mungkin hanya masalah tinggal menunggu waktu saja.
Setelah selesai Agista menghubungi Rayan, namun tidak di angkat padahal waktu jam makan siang. Agista beralih menghubungi Erika, namun hal yang sama terjadi. Sahabatnya itu tidak mengangkat telepon nya.
Sudah tiga bulan terakhir ini Erika bekerja menjadi sekretaris rayan di kantor pasca ia bercerai dengan suaminya lima bulan yang lalu.
Erika adalah sahabat Agista sejak masa SMA, keduanya begitu dekat bahkan seperti saudara dan menjadi tempat curhat satu sama lainya.
"apa mungkin mereka sedang meeting ?"
Gumam Agista sendiri lalu beranjak dari rumah sakit.
Agista melajukan mobilnya menuju kafe milik nya, biasanya jam makan siang kafe nya selalu ramai, kafe tersebut tidak terlalu besar namun cukup nyaman untuk tongkrongan anak muda.
"Hai Salma bagaimana ramai ?"
Tanya Agista saat sampai di kafe.
"Alhamdulillah mbak besok malahan ada yang boking untuk acara reuni!"
"wah, bagus! kita harus memberikan pelayanan yang terbaik agar mereka senang !"
Salma mengangguk, Ia adalah orang kepercayaan Agis.
Satu jam berlalu Agista mencoba menghubungi kembali Rayan, namun nomor nya tidak aktif entah kenapa ?
**
Rayan tengah menyantap makan siang yang dibawakan oleh Agista bersama Erika,
keduanya dekat karena setiap hari selalu bersama. Erika juga tidak segan pada suami sahabat nya itu.
"Agista masih konsultasi ke dokter kandungan ?"
tanya Erika menatap wajah tampan Rayan, pria kaya, mapan, dan nyaris sempurna.
"Ya, tapi aku udah malas bosan karena tidak ada hasilnya!" jawab Rayan.
"Aku juga begitu dengan Amir, aku putuskan untuk bercerai saat dokter mengatakan kalau dia mandul !"
Ujar Erika membuat Rayan tertegun memindai wajah cantik sekertaris nya itu, rambut nya panjang berwarna hitam berpadu warna pink panta.
"Aku juga mau punya anak, kalau terus dengan Amir seumur hidup aku tidak akan memiliki keturunan karena dokter bilang aku tidak bermasalah."
Rayan mengangguk, kedua nya memiliki permasalahan yang sama dan keinginan yang sama.
"Ya sudah bagaimana kalau kamu menikah dengan aku? siapa tahu kita bisa mewujudkan mimpi itu !"
Erika langsung melongok mendengar apa yang Rayan sampaikan, apa ia tidak salah dengar ?
Sebenarnya sudah sejak lama kedua nya saling suka, hanya saja kedua nya masih menahan diri untuk berbuat lebih, tapi kali ini Rayan tak bisa lagi menahan nya karena setiap hari menyaksikan paha dan dada Erika yang kadang terekspos begitu saja karena pakaian seksi nya.
"Jangan bercanda pak Rayan, aku tidak mau kau goda ?" Sergah Erika dengan wajah merona.
Rayan terkekeh kecil lalu duduk di samping Erika yang langsung membeku. Rayan benar benar tidak bercanda Ia merangkul pundak nya yang putih mulus.
"Kita kan memiliki keinginan yang sama, tapi jangan minta aku untuk bercerai dari Agis karena aku sangat menyayanginya.!" ungkap Rayan membuat Erika termangu.
Erika terdiam mencerna ucapan Rayan yang bagi nya hanya lelucon saja, tapi Erika ingin tahu hal sebenarnya, apakah Rayan serius atau sedang bercanda.
"apa yang akan aku dapatkan jika aku bisa memberi mu seorang anak?"
Tanya Erika memindai wajah yang selalu mempesona hari hari nya.
"Uang, rumah, mobil, kamu mau apa ?"
Erika kembali termenung, benar kah Rayan tidak main-main ?
Ia memang sedang butuh uang untuk biaya pengobatan sang ibu gajih nya pas pasan untuk gaya hidup nya, terkadang ia kekurangan untuk membiayai pengobatan sang ibu.
"Aku tidak mau menjadi sugar atau rahim bayaran, kau harus menikahi ku secara siri, aku akan jaga rahasia !"
Rayan mengangguk sambil mengulas senyum, Rayan senang karena Erika mau menerima ajakannya untuk mewujudkan keinginan nya.
Tangan nya menyentuh paha Erika yang terbuka, bibir nya mulai menyisir leher jenjang milik sekertaris nya itu.
Erika yang rindu akan belaian seorang pria menerima sentuhan dari pria yang menjadi suami sahabat nya itu, kedua nya benar benar gila tak memikirkan bagaimana perasaan Agista jika mengetahui tentang perselingkuhan mereka, Rayan bahkan mengabaikan panggilan telepon dari Agista, dan saat sentuhan itu berlangsung semakin panas, keduanya mematikan ponsel dan berlanjut ke tahap yang lebih intim.
Panas matahari di siang bolong itu menjadi saksi mengucur nya keringat akibat percintaan yang tidak terduga itu, makanan yang tersaji di meja makan mereka biarkan begitu saja karena Apa yang keduanya lakukan jauh lebih mengasyikan.
bersambung.....
hai hai......
Terima kasih sudah mampir..
Perhatian..
novel ini mengandung bawang...
😍😍😍🤭🤭
Dua Minggu berlalu...
Tidak ada yang mencurigakan karena Rayan bersikap manis seperti biasanya pada Agis, jangan sampai Istrinya itu tahu kalau ia bermain curang di belakang nya.
Rayan memperhatikan Agis yang tengah menyiapkan makanan untuk nya, cantik dan baik tapi dirinya malah selingkuh.
"nanti titip untuk Erika ya bang !"
Ujar Agis menyodorkan dua buah kotak makan.
"Ya, nanti Abang berikan sayang !"
Agis hanya mengulas senyum.
"Sayang kapan jadwal konsultasi dengan dokter Arif lagi ?"
"bulan depan kenapa bang?"
Tanya Agis memindai wajah tampan suami nya.
"Kita hentikan saja program itu, tidak ada hasil nya kan ?"
Agis langsung tertegun mendengar apa yang suaminya tutur kan.
"jangan berpikir macam macam sayang!"
Rayan beranjak merangkul pundak Agis.
"biarkan saja semua berjalan apa adanya, Abang sudah tidak memikirkan perihal anak lagi !"
Agis menoleh ke arah Rayan.
"Tapi bang kenapa tiba tiba kamu memutuskan hal itu ?"
"karena yang terpenting adalah kita, anak hanya bonus jadi kalau Tuhan belum memberikan mungkin dia ingin kita lebih bersabar lagi!"
Agis tak menjawab, ia tidak memahami alasan suami nya itu, sebelumnya Rayan begitu semangat mengikuti program itu, tapi kenapa tiba tiba sekarang dia yang ingin menyerah.
"kamu yakin bang ?"
Rayan mengangguk lalu memeluk tubuh Agis kemudian mencium pipi nya lama.
"Kita akan bicarakan nanti, Abang berangkat ke kantor dulu !"
Agis mengangguk.
"Abang pulang terlambat ya, hari ini Abang hendak meninjau proyek pembangunan.!"
lagi lagi Agis hanya mengangguk.
Suaminya itu pergi setelah mencium kening nya, Agis tak bicara. ia hanya mencium tangan Rayan seperti biasa.
Agis duduk di kursi meja makan sendiri, Ia termenung memikirkan apa yang Rayan sampai kan tadi padanya, entah apa yang menyebabkan suaminya seperti itu ?
Bukan kan dia ingin memiliki anak, lalu mengapa sekarang ingin menyerah ?
**
Rayan memperhatikan Erika yang tengah memainkan laptop Nya, weekend ini mereka berencana akan menikah di Bandung.
"Sayang, ini ada sesuatu dari Agis ?"
Ujar Rayan mencium kepala Erika, perempuan itu tertegun menatap kotak nasi dari sahabat nya, ada rasa sesal terbesit dalam dadanya mengingat kebaikan Agis pada nya.
Ia tega mengkhianati sahabat nya sendiri, Erika yakin setelah ini Agis akan membencinya.
"Kenapa diam ?"
Tanya Rayan duduk di hadapan perempuan cantik berambut pirang itu.
"Bagaimana kalau Agis tahu tentang kita ?"
"jangan sampai dia tahu sayang, aku harap kamu bisa bekerja sama soal itu !"
jawab Rayan lalu masuk ke dalam ruangan nya.
Erika mematung menatap punggung yang menjauh dan menghilang di balik pintu.
Ia sudah tidak bisa mundur setelah apa yang terjadi dengan mereka berdua, Bisa saja ia hamil anak Rayan.
Saat ini ia hanya bisa bekerja sama dengan rayan agar Agis tidak mengetahui hubungan mereka.
*
Siang itu Agis pergi ke kafe, Ia berpapasan dengan ibu hamil yang pernah ia temui saat di rumah sakit.
Ia keluar dari kafe bersama suaminya, seperti nya perempuan itu tidak ingat dengan Agis.
Agis memperhatikan mereka berdua, seperti nya keduanya sangat bahagia, Ia juga bahagia dengan Rayan, namun tetap saja rasanya hambar tanpa kehadiran seorang anak. Agis masuk ke dalam kafe siang itu cukup ramai.
"Hai mbak, tumben siang?"
ujar Salma tangan kanan Agis.
"Ya, sal lagi betah di kamar"
Salma mengulas senyuman.
"Emang pak Rayan libur mbak?"
"hum, enggak."
Salma terkekeh sendiri, Agis paham maksud wanita berusia dua puluh tahun itu.
"Di kamar sendirian Salma suami ku selalu sibuk mana mungkin hari hari biasa ada di rumah."
Salma mengangguk memindai wajah Agis yang tampak murung.
"Mbak sakit?"
Tanya Salma duduk di samping Agis.
"enggak sal, aku cuma lagi kurang semangat aja."
Salma mengangguk lalu meminta pelayanan membawa minuman yang segar untuk mengubah mood bos nya itu.
"Es coklat alpukat, enak mbak yakin deh mood nya membaik."
Salma menyodorkan nya pada Agis yang langsung tersenyum.
"Terima kasih Salma!"
Salma mengangguk.
*
Beberapa hari berlalu...
"Sayang, weekend ini Abang ada acara ke luar kota"
ujar Rayan yang tengah berenang, pria itu naik ke permukaan lalu memeluk Agis yang tengah memainkan laptop nya.
"Basah bang his...!"
Seru Agis menatap wajah tampan Rayan yang duduk menghadap nya.
Rayan tak menjawab, ia malah mengecup bibir Agis membuat istri nya membeku seketika merasakan dingin nya bibir Rayan.
Agis termangu menatap Rayan yang memandangi nya lekat lekat.
"maaf kan Abang Agis"
gumam pria itu dalam hati nya, Ia sadar akan kesalahannya, tapi jalan itu sudah terlanjur ia pilih.
Rayan langsung memeluk tubuh istri nya itu, tidak perduli hal itu membuat pakaian Istri nya basah.
Agis hanya diam Ia merasakan Rayan sedikit aneh tapi entah apa?
"Aku ikut atau enggak bang?"
"Abang pergi sendiri saja ya, kafe suka ramai kalau weekend."
"baiklah!"
Agis tidak pernah membantah, Ia seorang istri yang patuh dan penurut.
Tak tahu tentang rencana di balik kepergian Rayan ke Bandung.
Sementara saat ini Erika tengah mengemas pakaian nya karena besok ia akan pergi dengan Rayan, Paman nya yang akan menjadi saksi pernikahan mereka.
Agis menoleh pada ponsel nya yang berdering, terlihat Rayan mengiriminya pesan.
"jangan hubungi aku dulu, saat ini aku bersama Agis hendak ke kafe."
pesan Rayan membuat Erika termangu.
Meskipun mungkin ia bisa memberikan anak untuk Rayan, tapi seperti nya Agis tetap menjadi yang utama untuk nya.
Seperti ini kah Rasanya menjadi simpanan? tak pantas cemburu !
***
Siang ini Agis pergi ke kafe dengan Rayan, kedua nya masuk ke dalam dan berpapasan dengan sepasang suami istri yang tidak asing lagi bagi Agis.
Mereka sering sekali datang ke kafe milik Agis, pria itu menoleh sekilas lalu pergi keluar bersama istri nya.
"Kalau weekend ramai, apalagi besok ?"
"ya, aku suka buka diskon makanan untuk member kafe ini bang !"
Jawab Agis masuk kedalam ruangannya bersama Rayan.
Salma masuk membawa minuman dan makanan pesanan mereka. Rayan menoleh pada perempuan yang sudah lama bekerja di restoran itu.
"Ada yang mau dibawa kan lagi mbak.?"
tanya Salma pada Agis.
"tidak terima kasih Salma.!"
Salma bergegas keluar dari ruangan itu karena risih dengan tatapan Rayan, entah kenapa tuan nya itu sedikit aneh?!
"Sayang apa Salma sudah punya pacar ?"
Agis langsung menoleh ke arah Rayan yang tengah meneguk kopi nya.
"Kurang tahu memang nya kenapa ?"
"Enggak, Abang mau jodoh kan dengan Jino Assiten Abang itu !"
Agis mengangguk kecil memahami maksud suami nya itu.
"Ya coba saja ajak jino kemari bang ?!"
Rayan mengangguk.
bersambung..
Rayan memeluk Agis dari belakang, menciumi pipi nya berulang istri nya itu tengah mengambil pakaian untuk nya pergi ke luar kota.
"Bang, kalau kamu terus peluk aku seperti ini kapan selesainya aku kan sedang mengemas pakaian mu !?"
Rayan terkekeh lalu membalikkan tubuh istri nya itu lalu menatap nya lekat lekat.
*
Beberapa waktu berlalu seseorang menghubungi nya, pria itu memberi tahu keadaan mereka yang sebenarnya. Rayan tak memberi tahu soal itu pada Agis, Ia bahkan melarang pria itu memberi tahu Agis kenyataan pahit itu.
"Setelah pemeriksaan lebih lanjut, saya menyimpulkan bahwa Istri anda mandul !"
Ungkap dokter Arif menyesalkan keadaan itu, tapi itulah hasil pemeriksaan nya.
"jadi Saya tidak bisa memiliki anak dari Agis ?"
Dokter berusia empat puluh lima tahun itu mengangguk.
Rayan meminta Dokter Arif untuk merahasiakan hal itu dari siapa pun, biarkan hanya mereka berdua saja yang tahu. Seiring berjalannya waktu penat itu semakin menyiksa, mendesak Rayan semakin jemu.
keinginan nya tak bisa terelakkan lagi, Rayan tahu hal ini akan menyakiti Agis, Ia memang egois tapi Ia ingin memiliki anak, dan juga tidak ingin kehilangan Agis.
*
Rayan menyingkap rambut Agis yang menutupi sebagian wajahnya, nyaris Sempurna tanpa cacat, cantik,dan juga baik, tapi Ia tidak bisa memberikan nya anak.
Rasanya hambar, dan semakin jenuh. Apalagi saat kedua orang tua nya terus menanyakan hal itu, sementara mereka melarang keduanya mengadopsi anak yatim piatu.
"Abang sayang sekali sama kamu !"
Agis mengulas senyum lalu mendekap erat tubuh Rayan.
"Agis juga bang, cepat lah pulang jika urusan mu telah selesai !"
"ya sayang !" jawab Rayan mengusap kepala Istri nya itu.
Agis mengantar kan Rayan ke mobil, suaminya itu terus menggenggam tangan nya.
"Abang berangkat ya?"
Agis mengangguk lalu mencium tangan Rayan.
"kamu baik baik di rumah ya sayang !"
"Ya, paling siang aku ke kafe bang !"
Rayan mengangguk lalu masuk ke dalam mobil.
Agis melambaikan tangan nya saat mobil Rayan keluar dari gerbang rumah.
**
Erika tertegun sendiri menunggu seseorang datang hendak membawa nya pergi bertemu dengan penghulu, hati kecil nya enggan mengingat kebaikan Agis, namun jiwa serakah nya meronta dan merintih menginginkan Rayan sepenuh rasa.
Egois nya suami sahabat sendiri ia makan, sahabat macam apa? tega mengkhianati!
Benak nya merintih pening memikirkan ambisi gila nya, entah sampai kapan ia menyembunyikan bangkai tersebut?
Erika melangkah saat mobil Rayan sampai di rumah, kaki nya bergerak menghampiri pria tampan itu.
"ayo sayang masuk!"
Erika mengulas senyum, seruan itu tak benar benar dari hati, karena netra penuh cinta itu hanya milik Agis seorang, namun Ia begitu naif tak mempedulikan hal itu. Bagi nya yang terpenting saat ini biarkanlah ia terikat dengan Rayan.
"Sudah siap ?"
Erika mengangguk pilu merasakan sentuhan tangan Rayan di kepala nya, candu dengan cara nya yang manis memperlakukan nya.
Mobil melaju menuju kota Bandung sebentar lagi kedua nya akan menjadi sepasang suami istri.
Dua jam kemudian kedua nya sampai di Bandung, sang paman sudah menyiapkan semuanya karena sebelum nya Erika sudah memberi tahu rencana mereka berdua.
Penghulu datang saat Rayan dan Erika sampai di rumah, tak menunggu waktu lama kedua nya langsung melakukan akad nikah siri.
Setengah jam berlalu kedua nya telah resmi menjadi suami istri, Erika senyum saat Rayan memakai kan cincin di jari manis nya.
*
Sementara Agis saat ini tengah berada di kafe perasaan nya tiba tiba tidak enak hati nya juga tidak tenang.
"Mbak Agis nyanyi dong buat kita!"
pinta salah satu pelanggan kafe yang biasa mendengar Agis menyanyi memintanya bergabung dengan team musik di kafe itu.
Salma hanya mengulas senyum karena suara Agis memang bagus, beberapa member kafe memang sering meminta Agis membawakan sebuah lagu.
"boleh!"
jawab Agis lalu naik ke atas panggung.
Saat itu ada Ibra dan Revan tengah membahas masalah pekerjaan di kafe tersebut.
Di saat weekend seperti ini masih saja ada pekerjaan yang harus Ibra urus, padahal ia ingin menemani istri nya di rumah.
*
** sial_ Mahalini **
Sampai saat ini tak terpikir olehku
Aku pernah beri rasa pada orang sepertimu
Seandainya sejak awal tak ku yakinkan diriku
Tutur kata yang sempurna, tak sebaik yang kukira
Andai ku tahu semua akan sia-sia
Takkan ku terima cinta sesaatmu
Bagaimana dengan aku terlanjur mencintaimu?
Yang datang beri harapan, lalu pergi dan menghilang
Tak terpikirkan olehmu, hatiku hancur karena mu
Tanpa sedikit alasan, pergi tanpa berpamitan
takkan ku terima cinta sesaatmu
Seandainya sejak awal tak ku yakinkan diriku
tutur kata yang sempurna, tak sebaik yang kukira.
Andai ku tahu semua akan sia-sia
Takkan ku terima cinta sesaatmu,
Bagaimana dengan aku terlanjur mencintaimu?
yang datang beri harapan, lalu pergi dan menghilang.
Tak terpikirkan olehmu, hatiku hancur karena mu, tanpa sedikit alasan pergi tanpa berpamitan.
Tak akan ku terima cinta sesaatmu,
Sial-sialnya ku bertemu dengan cinta semu
tertipu tutur dan caramu seolah cintai ku. (cintai ku)
Puas kau curangi aku?
Bagaimana dengan aku terlanjur mencintaimu? (Cintai mu)
yang datang beri harapan lalu pergi dan menghilang.
Tak terpikirkan olehmu, hatiku hancur karena mu tanpa sedikit alasan pergi tanpa berpamitan.
Takkan keterima cinta sesaatmu.
(sial_ Mahalini)
**
Ibra terpaku mendengar Agis menyanyi dengan begitu menghayati lirik lagu tersebut, suara nya bagus! Ibra mengangguk dan paham mengapa sering melihat Agis di kafe Itu, Ibra menyangka kalau Agis adalah penyanyi di kafe itu.
"Suara nya bagus, dan penyanyi sangat menghayati lagu."
Ibra mengangguk menanggapi ucapan Revan.
Cantik dan menarik, semua perhatian tertuju pada Agis yang bernyanyi dengan penuh perasaan.
Salma merekam dan memvideokan Agis yang tengah bernyanyi, Ia langsung mengunggah nya di sosmed, dan saat itu juga Rayan melihat Agis bernyanyi.
"Bagaimana aku terlanjur mencintai mu?"
"Tak terpikir kan oleh mu hati ku hancur karena mu?"
Agis memang hobi bernyanyi hingga ia terus menekuni dunia musik, semua terhenti saat keduanya memutuskan untuk ikut program hamil.
Agis benar benar fokus pada tujuan nya yang ingin memiliki anak, tapi usaha itu sia sia saja karena Rayan telah mengkhianati nyam
Rayan termenung sendiri, ia merasa berdosa telah berdusta pada istri nya, Agis bernyanyi seperti seseorang yang tengah merasa kan hal seperti lirik lagu tersebut.
"bang, apa pun yang terjadi Agis mohon jangan pernah berubah!"
Jemu membuat nya berubah, keinginan itu membuat nya melupakan janji itu.
Rayan menoleh pada Erika yang menghampiri nya membawa makanan.
"ada apa bang ?"
"kita akan pulang sore ini juga !"
"Tapi.....!"
Erika tertegun saat Rayan beranjak dan pergi meninggalkan nya begitu saja.
Entahlah rasanya ingin segera pulang dan bertemu dengan Agis, Rayan melihat kafe seketika ramai melihat istri nya itu bernyanyi.
bersambung....
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!