Pov Erlina Dinda atau Elin.
Usiaku saat ini menginjak 22 tahun.
Aku memiliki seorang putra berusia 4 tahun, tapi putra semata wayangku di bawa lari oleh suamiku. Ternyata dia menikahiku hanya karena ingin memiliki keturunan dariku, aku tak tau jika ternyata dia masih memiliki seorang istri. Dia memang mengatakan padaku bahwa dia adalah seorang duda dan belum memiliki anak, makanya dia menceraikan istrinya.
Nama suamiku adalah Farhan, usianya 26 tahun saat menikah denganku, usia kami terpaut 8 tahun. Dia bekerja di sebuah pabrik kertas.
Diawal perkenalan, dia sangat baik dan manis padaku, begitupun kepada Ibu dan Bapakku.
Kami berkenalan saat aku bekerja di sebuah warung makan, hampir tiap hari dia makan di warung, dan disanalah kami berkenalan dan akhirnya dekat kemudian berpacaran selama dua bulan, kemudian dia datang ke rumah untuk melamarku.
Saat itu kami hanya menikah siri, banyak alasan yang di lontarkan oleh suamiku setiap kali aku memintanya untuk mengurus pernikahan kami agar menjadi resmi, resmi di mata hukum dan agama. Setiap kali dia mengungkapkan alasannya, aku selalu saja pasrah dan menerima alasannya.
Satu bulan setelah menikah, aku mengandung buah hati kami, saat itu dia begitu menyayangiku, dia merawatku dengan baik saat aku mengalami morning sicknes.
Setelah menjalani kehamilan selama 9 bulan lebih, aku melahirkan putra pertama kami yang sehat dan sangat tampan. Dan kami memberinya nama Akmal Farhanda.
Waktu pun terus berlalu, kami melaluinya dengan sangat bahagia, suamiku tak mengizinkanku untuk bekerja, karena dia mengatakan bahwa dia yang akan menanggung seluruh kebutuhan kami dan juga orang tuaku.
Saat Akmal berusia 1 tahun, suamiku pamit untuk mengajak Akmal jalan - jalan di Taman Kota, pada saat itu aku ingin ikut, tapi suami melarangku dengan alasan harus menjaga Bapakku yang sedang sakit, karena kebetulan pada saat itu, bapakku memang sedang sakit.
Dia berkata bahwa hanya sebentar saja, hanya ingin cari angin dan membawa Akmal bermain di Taman Kota, karena Akmal baru saja mulai belajar berjalan.
Waktu sudah menunjukkan pukul 6 sore tapi suamiku dan Akmal belum juga kembali, hingga malam pun tiba, mereka belum juga pulang ke rumah.
Aku semakin was - was, tapi tak tau harus mencari kemana, sudah di telpon beberapa kali, tapi ponsel suamiku tak aktif.
Malam semakin larut, mereka berdua belum juga datang.
Bapak dan Ibuku juga ikut menantikan mereka berdua pulang, padahal Bapakku sedang sakit tapi beliau juga ikut mencemaskan menantu dan cucunya.
"Sampai besok belum juga kembali ke rumah, aku harus melaporkan kejadian ini ke kantor polisi" Ucapku dalam hati.
Triiing...
Triiing...
Ponselku berdering dan saat ku lihat di layar ponsel, ternyata suamiku yang menelpon, segera ku angkat telpon dari suamiku.
"Halo sayang...kalian dimana, kemana aja sampai tengah malam gini belum pulang - pulang, kami sangat mencemaskan kalian"
"Elin, aku minta maaf ya. Aku mau bicara jujur sama kamu. Sebenarnya aku menikahimu, hanya menginginkan keturunan saja. Aku juga belum bercerai dengan istri sahku. Sebenarnya aku sudah mulai mencintaimu. Tapi, aku juga masih mencintai istriku. Saat ini aku sudah berada di luar kota, aku membawa serta Akmal karena istriku sudah tak sabar ingin bertemu Akmal, sebenarnya perjanjian dengan istriku hanya 1 tahun bersamamu. Tapi, aku merasa kasihan denganmu, apalagi Akmal juga masih ASI saat itu, barulah sekarang setelah dia mulai berjalan, aku membawanya pergi darimu" Ujar suamiku panjang lebar yang membuatku bagai di sambar petir.
"Mas Farhan...tega ya kamu sama aku, aku salah apa sama kamu? aku sangat mencintaimu mas, aku juga merasa bahwa Mas juga sangat mencintaiku, tapi ternyata aku salah besar, aku menikah dengan seorang penipu. Akmal itu anak kandungku mas, aku susah payah melahirkannya, aku gak ikhlas kamu membawa pergi begitu saja Akmal dariku, suatu saat nanti aku pasti akan membawa anakku kembali, hiks...hiks..." Ujarku dengan sangat sedih dan kecewa.
"Sekali lagi aku minta maaf Elin...sebenarnya aku juga mencintaimu, tapi aku gak bisa berbuat apa - apa, istriku sangat menginginkan seorang anak yang lahir dari benihku, dia gak mau mengadopsi anak dari panti asuhan. Aku juga mencintainya dan sudah berjanji padanya akan membawa Akmal. Sekali lagi aku minta maaf Lin, aku akhiri teleponnya" Suamiku langsung mengakhiri panggilan itu, aku telepon kembali berulang - ulang, tapi ponselnya sudah tidak aktif.
Aku benar - benar sedih dan kecewa. Untungnya aku mempunyai orang tua yang sangat baik, mereka selalu menguatkan ku.
Hari - hari pun berlalu dan aku kembali bekerja di warung, aku menjalani hari - hariku tanpa Akmal, anakku.
---------------
"Awas ya kaliaaannn...akan ku kejar kalian dan ku buat kalian babak belur" Alin berteriak di atas motornya di sepanjang jalan saat mengejar penjambret yang merebut ponselnya saat dia sedang menelpon sahabatnya Tia di pinggir jalan.
Elin melajukan motornya dengan kecepatan tinggi, tapi penjambret itu melesat dengan kecepatan yang jauh lebih tinggi.
Tiba-tiba seorang pria yang memakai jas biru, menyeberang jalan, dia berniat mampir ke Toko Sembako yang ada di seberang jalan, untuk membeli air mineral, dia sengaja memarkir mobil mewahnya di seberang toko sembako, agar dia tak perlu repot-repot lagi memutar haluan.
Elin tak bisa mengendalikan motornya yang melaju kencang, dia hanya bisa memencet klakson beberapa kali dengan maksud agar pria itu menghindar, tapi pria itu sedang asyik menelpon seseorang sembari tertawa saat menyeberang, dia tak memperhatikan jalanan karena dia fikir lokasi itu, lokasi yang terbilang sepi.
Tiiit...Tiiittt..Tiiit...
Brruuukkk...srreet...bruaakkk...
Elin dan motornya terjatuh dan menabrak pembatas jalan, dia hanya sedikit lecet di bagian lengan, siku dan lututnya. Sedangkan pria tampan itu juga terjatuh dan terbaring di atas jalan sembari meringis kesakitan dan memegang bagian kakinya, dia masih mampu duduk tapi tak sanggup berdiri karena kakinya sakit dan tak mampu untuk berdiri. Tapi, setelah itu dia langsung pingsan dan tak sadarkan diri.
Elin yang masih mampu menahan sakit, kemudian beranjak dari tempatnya terjatuh dan menghampiri pria itu, dia menolong pria itu untuk berdiri tapi ternyata tubuhnya yang kecil tak sanggup untuk membopong tubuh kekar tinggi pria itu.
Tak berselang lama, ada beberapa orang disekitar yang menolong mereka.
"Bapak-bapak, to-tolong bantu saya untuk membawa bapak ini ke Rumah sakit atau Klinik terdekat, sa-saya gak bisa sendiri pak" Ucap Elin terbata-bata.
"Iya mbak...Mbaknya sendiri gak kenapa-napa? Kayaknya mbak juga lecet-lecet itu" Kata salah satu orang yang menolong mereka.
"Saya gak apa-apa pak, tadi saya ngejar orang yang menjambret saya, tapi karena saya ngebut, keseimbangan saya hilang pak, jadinya saya menabrak bapak ini" Ujar Elin sedih.
"Ooh...gitu ceritanya...ya sudah, bapak-bapak minta tolong panggilkan taksi" Ujar salah satu bapak-bapak itu.
"Gak perlu pak, ini saya sudah order taksi online, sebentar lagi nyampe" Tukas Elin.
Dan 5 menit kemudian, taksi online sudah berada di lokasi kejadian, kemudian bapak-bapak itu segera memasukkan pria tampan itu ke dalam taksi online, dan Elin pun ikut masuk ke dalam taksi tersebut.
"Pak, ke rumah sakit atau klinik terdekat ya, agak cepat ya pak" Ujar Elin panik.
"Baik mba" Sahut Sopir Taksi online tersebut.
10 menit kemudian, sampai lah mereka di Rumah Sakit Merdeka, rumah sakit terdekat dari lokasi kejadian.
"Sebentar ya pak, saya mau manggil perawat dulu agar bisa membawakan brankar untuk pasien ini" Ucap Elin pada sopir tersebut.
"Ya mbak, nanti saya bantu juga" Sahut Sopir itu.
Tak lama berselang, Elin dan 2 orang tenaga medis datang membawa sebuah brankar, kemudian dibantu oleh sopir menaikkan tubuh pria tampan itu ke atas brankar.
Setelah membayar taksi online, Elin pun mengikuti tenaga medis tersebut masuk ke UGD.
"Mbak...maaf, sebaiknya anda ke resepsionis dulu untuk mendaftarkan pasien" Ujar salah satu tenaga medis tersebut.
"Oh ya, baik pak" Sahut Elin.
"Tapi, maaf saya gak tau nama pasien, apa boleh di Carikan, siapa tau di saku celananya ada dompet, agar bisa lihat siapa nama pasien?" Tanya Elin
"Oh ya baik, akan saya Carikan dulu ya" Ucap salah satu tenaga medis tersebut.
"Mbak, ini dompet pasien, silakan dilihat apakah ada tanda pengenal atau yang lain?" Tenaga medis itu memberikan sebuah dompet berwarna coklat tersebut kepada Elin.
Setelah Elin membuka dompet tersebut, dia pun mengambil KTP pria itu kemudian mendaftarkannya ke bagian resepsionis, agar bisa segera mendapatkan tindak lanjut.
Setelah mendaftarkan pria tersebut menggunakan data yang ada di KTP, Dokter pun segera menindak lanjuti pasien dan memberikan pengobatan. Elin pun segera menemui Dokter dan bertanya mengenai keadaan pria tersebut.
"Dokter, bagaimana keadaannya?" Tanya Elin.
"Maaf, mbak ini siapanya beliau" Tanya dokter, sebelum menjawab pertanyaan Elin.
"Eemm...tadi saya yang menyerempet pasien itu dok, tadi saya mengejar penjambret yang merebut ponsel saya, jadinya saya melajukan motor saya dengan kecepatan yang tinggi, dan saat beliau menyeberang jalan, saya gak bisa mengendalikan motor saya, jadinya saya menabrak pasien itu dok" Jawab Elin dengan tertunduk.
Dokter mengangguk-angguk mendengar penjelasan dari Elin.
"Kondisi pasien sudah siuman, tapi kaki beliau mengalami patah tulang. Saya mengenal pasien, karena sebenarnya saya adalah dokter pribadi keluarga pasien. Jadi, nanti saya akan menghubungi pihak keluarga pasien" Ujar Dokter Tama, yang notabene nya adalah dokter pribadi Keluarga Atmajaya.
"Ja-jadi Dokter sudah mengenal pasien dan juga keluarganya? Pasien yang saya tabrak tadi mengalami patah tulang? Apakah bisa sembuh dok?" Tanya Elin terbata-bata.
"Dokter, saya mohon, tolong saya...tolong bantu jelaskan pada keluarga beliau, kalau saya gak sengaja menyerempet pasien, saya betul-betul minta tolong dok, saya takut kalau sampai masalah ini di bawa ke kepolisian Dok" Ucap Elin memohon dengan mata berkaca-kaca sembari menangkupkan kedua tangannya di depan dada.
"Baik, nanti saya akan bantu menjelaskan kepada keluarga beliau. Patah tulang bisa di operasi dan sekitar 3 atau 4 bulan, asal mengikuti saran dari Dokter, maka bisa berjalan lagi.
"Terima kasih banyak dok, karena dokter berkenan untuk membantu saya menjelaskan kepada keluarga pasien" Elin terharu dengan perkataan dokter tersebut.
"Baiklah, saya akan menghubungi pihak keluarga pasien, agar segera.datang ke rumah sakit ini" Ucap dokter yang membuat jantung Elin berdegup kencang karena takut menghadapi keluarga pria tersebut.
Sekitar 15 menit menunggu, keluarga pria tampan itu yakni, Papa Mama dan Adik lelakinya yang masih duduk di bangku SMA tiba di rumah sakit untuk melihat keadaan pria tampan itu.
"Dokter Tama, bagaimana keadaan putra saya?" Tanya Barata dan Hani panik saat melihat Dokter Tama yang baru saja keluar dari ruangannya.
"Putra anda sudah siuman dan sebentar lagi kami akan melakukan tindakan operasi, tapi sebelumnya silakan menandatangani berkas-berkas persetujuan operasi terlebih dahulu" Ucap Dokter yang kemudian di turuti oleh Barata.
"Dokter, apa saya bisa menemui putra saya?" Tanya Hani.
"Ooh...silakan Bu" Jawab Dokter Tama yang kemudian mempersilakan Hani untuk masuk ke ruangan putranya.
Saat ini memang Daffa sudah di bawa ke sebuah kamar perawatan atas rekomendasi dari Dokter Tama.
"Sayang...apa yang kamu rasakan? Sebentar lagi kamu akan di operasi, kamu yang kuat ya nak" Ucap Hani.
"Iya ma...kakiku sakit banget, susah banget di gerakin, aku pengen segera di operasi, biar cepat sembuh dan bisa jalan lagi" Sahut Daffa sembari meringis kesakitan.
Setelah menunggu beberapa saat, operasi pun segera dimulai, Elin tampak melihat suasana tegang pada keluarga pria tampan itu. Dia memang sedikit menjauh dari mereka, dia belum berani untuk menampakkan dirinya kepada keluarga pria yang sudah di serempetnya itu.
Beberapa saat kemudian, operasi pun telah selesai, Daffa masih belum siuman karena pengaruh obat bius.
Dan Elin juga masih belum berani menampakkan batang hidungnya di hadapan keluarga pria tampan itu.
Elin masih berada di Rumah sakit saat Ibunya menelepon.
"Elin...kok kamu belum pulang, ini sudah jam 8 malam nak, kamu keluar pagi-pagi sampai sekarang gak ada ngasih kabar apa-apa sama ibu, ibu jadi khawatir takut kamu kenapa-napa di luar" Ujar Tini, Ibu dari Elin.
"Maaf Bu, Elin belum ngabarin Ibu, sekarang Elin lagi di rumah teman, bantu-bantu cateringnya teman. Tadi lagi sibuk banget Bu, makanya gak sempat ngabarin Ibu" Ucap Elin berbohong, karena dia takut Ibunya terlalu mencemaskannya dan takut nanti malah penyakit Ibunya jadi kambuh lagi.
"Ooh... gitu, baguslah kalau kamu baik-baik aja, pulangnya jangan terlalu larut ya, kalaupun pekerjaanmu belum selesai disana, lebih baik kamu menginap saja dirumah temanmu itu. Ibu takut kalau kamu pulangnya terlalu larut nak. Oh ya, tapi kenapa nomormu yang satunya gak aktif nak?" Tanya Tini mencemaskan Elin.
"Baik Bu...mungkin Elin akan menginap disini saja Bu, ponsel Elin yang satunya kehabisan baterai Bu, Ibu sama Bapak sudah makan kan?" Tanya Elin kemudian dan berbohong mengenai ponselnya, yang sudah di jambret. Elin memang mempunyai dua ponsel, smartphone dan ponsel lipat biasa.
Yang di jambret adalah smartphonenya.
"Bapak sama Ibu udah makan kok, ya sudah kamu hati-hati ya nak" Jawab Tini dan kemudian mengakhiri panggilan tersebut.
Elin memutuskan untuk beristirahat di Mushollah Rumah sakit, dia akan ke kamar perawatan pria tampan itu, apabila pria itu sudah siuman.
"Heem...semoga saja besok pria itu sudah siuman, dan semoga besok aku berani untuk minta maaf kepada pria itu dan juga keluarganya, agar mereka gak memperpanjang masalah ini sampai ke polisi" Gumam Elin sembari membaringkan tubuhnya di salah satu sudut Musholla di bagian wanita.
Setelah merebahkan tubuhnya dan menggunakan tasnya sebagai bantal, Elin belum juga bisa menutup matanya, dia masih memikirkan apa yang akan terjadi besok. Setelah beberapa saat, rasa kantuk pun menghampirinya. Elin menguap beberapa kali, dan tak berselang lama, akhirnya Elin pun tertidur.
Jam 4.30 subuh Elin terbangun dari tidurnya, dia segera mencuci wajahnya, sembari menunggu adzan subuh, dia pun membaca Al-Qur'an kecil yang selalu dia bawa kemanapun.
Saat seorang muadzin mulai mengumandangkan Adzan, Elin pun menutup Al-Qur'an nya kemudian beranjak ke tempat Wudhu, untuk mengambil air wudhu dan kemudian bersiap untuk Sholat Sunnah Qobliyah Subuh dan dilanjutkan dengan Sholat Subuh berjamaah.
Elin berdo'a dan memohon kepada Rabbnya semoga hari ini semuanya akan baik-baik saja, semoga hari ini masalah yang dihadapinya bisa selesai.
Setelah melaksanakan Sholat Subuh, Elin pun kembali membuka Al-Qur'an dan membacanya.
Jam 6.30 pagi, Elin ke kantin dulu untuk sarapan.
Setelah sarapan, dia mempersiapkan dirinya untuk menemui pria tampan itu dan keluarganya untuk meminta maaf.
Saat ini Elin sudah berada di depan kamar VVIP A dimana Daffa di rawat. Jantungnya berdegup tak beraturan, dia terus mengatur nafasnya agar bisa rileks.
Tok...
Tok...
Tok...
"Assalamu'alaikum...permisi..." Ucap Elin dari depan pintu.
"Wa'alaikumsalam, sebentar ya..." Sahut orang-orang yang ada di dalam kamar.
"Ya, ada apa? siapa ya?" Tanya Dimas, adik Daffa saat membuka pintu.
"Maaf...apa saya boleh masuk sebentar?" Jawab Elin dengan jantung berdebar.
"Siapa Dimas...?" Tanya Hani.
"Sebentar ya mbak...saya ngasih tau mama saya dulu" Ucap Dimas dan kemudian menghampiri Mamanya.
"Ma...itu ada tamu wanita cantik, katanya apa boleh dia masuk sebentar, ada yang mau dia bicarain ma" Ucap Dimas.
"Suruh masuk aja" Sahut Hani.
"Mbak...silakan masuk" Ucap Dimas mempersilakan Elin untuk masuk ke dalam kamar.
Semua yang ada di dalam kamar begitu takjub melihat Elin saat masuk ke dalam kamar, karena kecantikannya yang paripurna itu. Rambutnya yang dikuncir satu, dengan wajah berbentuk oval, berkulit kuning langsat, hidung mancung dan dengan mata indah dan tajam serta mengenakan outfit kaos oblong putih lengan pendek dan celana jeans hitam serta sepatu kets putih membuat penampilannya terlihat kasual, sederhana tapi elegan dengan senyum manis yang menawan, membuat semua orang terpesona dengan kehadirannya.
Tanpa Elin sadari, Daffa sudah jatuh hati padanya, saat pertama kali dia melihat Elin masuk ke dalam kamar rawatnya.
Sedangkan Elin, dari luar dia terlihat tegar dan tersenyum manis tapi di dalam dadanya saat ini sedang bergemuruh, ntah apa dia bisa tenang menghadapi kenyataan yang ada di depannya setelah dia mengakui semuanya kepada keluarga pria tampan itu.
"Selamat pagi Pak, Ibu, Adek dan Mas Daffa. Kenalkan, nama saya Elin, saya datang kesini bermaksud untuk meminta maaf pada kalian semua, khususnya kepada Mas Daffa" Ujar Elin mulai mengeluarkan kata-kata sembari sedikit menundukkan kepalanya.
"Maksudnya apa ya? Coba di ulang lagi, minta maaf atas dasar apa? Kami kurang faham" Sahut Barata bingung.
Bukan hanya Barata yang bingung, tapi semua yang di dalam ruangan itu juga terlihat bingung dengan perkataan Elin.
"Ma-maaf, apakah Dokter Tama belum memberitahu masalah ini kepada kalian?" Tanya Elin gugup.
"Eemm...Dokter Tama? apa hubungannya dengan Dokter Tama, sebentar biar saya telpon Dokter Tama dulu untuk menanyakan masalah ini" Ucap Barata.
"Maaf pak, mungkin gak perlu menelpon Dokter Tama, mungkin Dokter Tama nya lupa karena sedang sibuk. Lebih baik biar saya saja yang membicarakan masalah ini pak" Ucap Elin.
"Ehmm...sebelumnya saya minta maaf kepada semuanya" Elin langsung berlutut di hadapan mereka semua, dia tak bisa berkata apa-apa lagi karena merasa sangat takut.
"Lho apa-apaan ini? kenapa kamu berlutut? memangnya ada masalah apa? ayo berdiri..." Ujar Hani sembari memegang lengan Elin dan berniat untuk mengangkat tubuh Elin agar kembali berdiri lagi. Tapi, Elin tetap berlutut, dia belum mau berdiri.
"Maaf, saya gak sengaja menyerempet Mas Daffa, sebenarnya itu bukan kesalahan saya, saya hanya hilang keseimbangan karena penjambret" Tukas Elin memberanikan diri untuk berkata jujur.
"Apaa...jadi kamu yang membuat Daffa jadi patah tulang kaki seperti ini? dari mana aja kamu? kenapa dari kemaren saya gak melihat batang hidungmu itu, apa kamu mau lari dari tanggung jawab, haa..." Ujar Hani dengan nada tinggi dan penuh emosi.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!