Penyambutan bos baru dari perusahaan besar FLEXS berjalan dengan lancar. Bapak Abraham tersenyum melihat putra penerusnya yaitu Danish Bastian Abraham. Begitu pun dengan nyonya Rosa istri sah dari bapak Abraham yang ikut serta melihat putra kesayangannya sukses menjadi pengganti suaminya sebagai CEO.
Semua karyawan bertepuk tangan meriah menyambut bos barunya. Danish tersenyum mengembang, mampu melelehkan semua wanita yang memandangnya dan termasuk para karyawan wanita. Bagaimana tidak, kini bos barunya masih muda, tampan, kharismatik dan tubuhnya atletis. Menurut mereka bosnya lebih cocok menjadi model atau seorang aktor daripada duduk di kursi CEO.
Tapi tidak dengan Dira yang mulai tadi berusaha tersenyum menyambut bos barunya namun tak terlihat begitu senang. Dira mengenalnya, lebih tepatnya pernah melihat bos barunya beberapa kali sebelum hari ini. Mengingat pria yang berciuman dengan wanita cantik di parkiran mall. Bukan hanya itu, Dira juga pernah melihat bos barunya juga berpelukan dengan wanita lain di mall yang sama.
Penyambutan telah selesai dan semua karyawan kembali ke pekerjaan masing-masing. Kecuali Dira sebagai sekretarisnya yang masih berada di samping bosnya.
" Perkenalkan Danish, ini sekretarismu Dira. Dia telah lama bekerja disini dan dia sangat berkompeten." Ucap bapak Abraham tersenyum kepada Dira. Bapak Abraham sangat berterima kasih kepada Dira yang selama ini telah setia bekerja di perusahaannya dan selalu mampu memberi ide brilian untuk perusahaanya. Dira termasuk karyawan kesayangannya.
Dira juga biasa dipanggil Indira dan nama panjangnya adalah Indira Thaleta sedang menundukkan kepalanya singkat. Danish hanya tersenyum tipis. Bisa-bisanya ayahnya memilih seorang sekretaris yang berpenampilan tidak layak seperti ini. Danish memandang remeh. Jauh dari bayangan Danish bisa mempunyai seorang sekretaris berpenampilan jadul dan tidak menarik.
" Apa..ini sekretaris Danish pa? yang bener aja pa? Apakah perusahaan ini tidak memiliki standart penampilan." Ucap Danish melirik ke arah Dira dari bawah sampai atas. Dira memang tidak terlalu memikirkan penampilannya. Dia lebih fokus memperbaiki otaknya daripada penampilannya. Dira memiliki prinsip lain. Menurut Dira tidak semua cover jelek memiliki isi yang buruk.
" Memangnya mengapa dengan penampilanku? Menurutku ini masih sopan untuk di bawa ke kantor." Batin Dira sambil melihat penampilannya sendiri, takut ada yang salah. Namun kenyataanya masih wajar untuk di bawa ke kantor, lebih tepatnya terlalu wajar menurut Dira yang menyukai berpakaian sederhana dan menutupi semua tubuhnya.
" Danish jaga ucapanmu! Dira sangat berfungsi di perusahaan kita. Bahkan kau yang sekolah sangat tinggi mungkin tidak mampu menyaingi isi kepala Dira." Ucap bapak Abraham sangat tegas dalam berucap dan tidak memandang siapapun, termasuk anaknya. Bahkan bapak Abraham membela Dira secara terang-terangan walaupun Dira hanya karyawannya saja. Dira pun sangat menghormatinya.
" Dira maafkan anak bapak. Kau harus membantu Danish mengelola perusahaan ini. "Ucap bapak Abraham tersenyum kepada Dira. Dira tersenyum canggung. Dira sangat dihargai oleh bapak Abraham karena kemampuan Dira.
Danish berfikir, bisa-bisanya papanya menitipkan ia kepada sekretaris cupu di hadapannya. Apakah menurut papanya tak ada yang lebih mampu dari wanita di hadapannya? Bahkan banyak wanita yang sliweran di sekitar Danish yang ingin selalu berada di dekatnya.
" Kenapa dia sangat berbeda dengan ayahnya?Apakah benar dia putranya? Baiklah,semoga saya mampu bekerja sama dengannya. Fiuh...perasaanku menjadi tidak enak dengan kedatangannya." Batin Dira merasa segan dan juga takut ke depannya tidak berjalan dengan lancar, seperti hari biasanya.
"Baik pak, saya akan sebaik mungkin membantunya." Ucap Dira tersenyum sambil membenarkan kacamatanya yang mulai tadi tidak tepat dengan kedudukannya karena terlalu banyak mengangguk dan menunduk. Dira merasa hal tidak baik akan berkunjung dalam kehidupannya.
...****************...
Dira mengikuti langkah Danish yang bergerak cepat. Dira mengikutinya dengan baik menggunakan sepatu tanpa hak. Menurutnya sepatu tipis membuatnya lebih mudah dalam bergerak bahkan nyaman. Postur tubuh Dira boleh di bilang lumayan dan cukup tinggi, mungkin jika Dira lebih memperhatikan penampilannya saat ini, dia akan lolos menjadi seorang model. Hanya saja Dira memang tidak terlalu memikirkan penampilannya dan lebih suka berpenampilan sederhana.
" Apakah kau sudah menyiapkan file-file untuk meeting hari ini?" Tanya Danish melangkah menuju ruang meeting tanpa menghiraukan Dira di belakangnya yang tengah mengikutinya.
"Jangan khawatir pak! Semua sudah saya persiapkan! "Ucap Dira penuh yakin.
Mereka telah sampai di ruang meeting dan duduk di tempat seharusnya. Disana sebelumnya telah ada karyawan yang terlebih dulu menduduki tempat mereka. Lalu para karyawan menunduk serentak tatkala Danish memasuki ruangan meeting bersama Dira.
Meeting telah di mulai, Danish meminta file untuk dirinya persentasi. Muka Dira menjadi mati padam tatkala file tersebut tiada. Dira mencarinya di antara dokumen dan file-file yang dibawanya.
" Ya ampun, tidak mungkin aku terlupa!" Batin Dira sambil mencarinya dengan panik.
"Jangan bilang kau lupa!" Bisik Danish melihat Dira yang sedang bingung dan panik dengan keberadaan filenya.
" Maaf pak, Saya benar-benar lupa." Ucap Dira.
" Apa? sit!!" Ucap Danish marah. Dira sangat yakin bahwa file penting tersebut telah di bawa, namun ia lupa memeriksanya kembali.
" Lalu bagaimana dengan meetingnya? Apa yang harus aku jelaskan kepada mereka? "Bisik Danish.
" Danish kita mulai meetingnya! "Ucap salah satu direktur. Dia sudah terlihat tua. Dia bernama Bapak Tony yang merupakan pewaris ketiga setelah keluarga Abraham.
Danish menjadi cemas karena ia tidak tau apa yang harus di sampaikan? Dia mengumpat dalam hatinya melihat sekretaris cupunya yang ternyata memang bod*h sesuai pemikirannya selama ini. Menurut Danish, otak Dira tidak jauh dari penampilannya. Apakah ayahnya masih waras memilih Dira sebagai sekretarisnya? Danish merasa benar-benar pusing memikirkannya.
" Pak, apakah saya boleh membantu persentasi bapak? Saya yang membuat file tersebut! Saya masih mengingatnya." Ucap Dira.
Danish memandang tidak percaya. Kini Danish harus mengiakan saran dari sekretarisnya. Danish hanya mau meetingnya berjalan lancar tanpa file tersebut.
Danish mengangguk pasrah dan juga marah. Dira masih sempat tersenyum kepada bosnya lalu maju ke depan untuk mempersentasikan tanpa file makalah yang biasa berada di tangannya.
Beberapa menit kemudian, semua memberi tepuk tangan. Mereka memang tau dengan kualitas Dira, namun bos barunya memang terlalu meremehkan kemampuannya. Bahkan Danish akan meluapkan rasa marahnya karena Dira sempat membuatnya panik walaupun Danish sempat terkesan dengan persentasi yang Dira bawakan.
Ternyata pendapat Danish salah terhadap Dira yang menganggap otak Dira sama dengan covernya. Namun Danish menyembunyikan rasa kagum sesaatnya kepada Dira. Menurut Danish sekretarisnya tetap salah karena telah ceroboh. Merupakan senjata Danish untuk memberinya pelajaran. Entah mengapa Danish tidak begitu suka dengan wanita di hadapannya. Danish yakin bahwa Dira tidak akan membantu merayu rekan kerjanya jika menjalin kerja sama nantinya.
Meeting telah selesai dengan begitu lancar berkat Dira. Dira telah siap jika akan di terkam oleh bosnya. Danish pun telah menyiapkan ancang-ancang untuk mengumpat sekretarisnya.
"Apa ini yang di bilang papa? Sekretaris talenta? komitmen tinggi! Hahaha.." Danish tertawa kecil meremehkan Dira.
" Maaf pak, saya bukan tidak membawanya. Tapi mungkin makalah itu terjatuh tadi saat...." Jelas Dira berusaha memperjelaskan kejadian yang menimpanya sebelum sampai di kantornya.
"Sttt...Diam! Aku tidak ingin mendengar alasan apapun. Aku ingin kau tidak mengulanginya kembali. Dan jika terjadi lagi, aku tidak segan-segan memecatmu. Masih banyak sekretaris cantik di luar sana yang lebih bertalenta mengantri di perusahaanku. Jadi kau tidak ingin di geser dengan penampilanmu yang buruk itu kan!" Jelas Danish memandang Dira dengan remeh.
" Apa cantik bisa menyelesaikan semua masalah!Aku akui bersalah tapi karenaku juga meeting masih bisa berjalan lancar. Dan kenapa juga dengan penampilanku yang sopan ini." Batin Dira menggerutu di dalam hatinya.
"Ada apa lagi? Kenapa kau masih berdiri disana? Perbaiki kacamatamu yang miring itu. Menganggu pandanganku saja." Ucap Danish.
Dira keluar dengan langkah cepat tidak menggubris perkataan bosnya. Jika tidak segera keluar mungkin Dira tidak bisa menahan emosinya juga karena telah dipandang remeh.
Dira keluar dengan langkah cepat tidak menggubris perkataan bosnya lagi. Jika tidak segera keluar mungkin Dira tidak bisa menahan emosinya yang meluap karena telah dipandang remeh.
Masalahnya telah selesai, Dira telah mempertanggung jawabkan kesalahannya.Tidak bisakah Danish menghargainya sedikit?
Bahkan wanita secantik apapun tidak bisa membuat Danish jatuh cinta. Apalagi dengan seorang Dira yang sangat cupu tersebut, sangat mengganggu pemandangannya. Danish telah biasa dengan gadis cantik dan seksi yang wira-wiri di kehidupannya.
Memang benar, siapa yang tidak terpukau dengan ketampanan Danish Bastian Abraham? Selain tampan juga kaya. Namun di usianya yang sudah berumur 30 tahun, Danish juga masih belum mau menikah.
Disisi lain Dira melangkah ke toilet. Tidak ada seorang pun di sana. Dira bisa meluapkan rasa kesalnya. Sambil melihat cermin. Dira menatapnya. Ada apa dengan penampilannya?Mengapa bosnya mempermasalahkan soal penampilannya yang wajar? Dira bertanya-tanya kepada cermin di hadapannya.
Dira sangat kesal, mengingat bagaimana Danish memakinya, meremehkannya. Dira masih mengingat kejadian saat bertabrakan dengan seseorang di luar kantor, mungkin menyebabkan filenya terjatuh di sana. Dira tidak pernah melupakan hal sepenting itu. Dira tidak seceroboh itu. Hari ini benar-benar sial.
" Aaaa....bener-bener sial! " Dira berteriak di depan kaca meluapkan rasa kesalnya yang menyulut.
"Isttt...berisik deh Dir..." Ucap karyawan wanita yang tiba-tiba keluar dari salah satu toilet. Dira sedikit menjadi terkejut, karena ternyata di dalam toilet bukan hanya ada dirinya saja.Tapi untungnya dia Friska. Friska adalah teman dekat Indira di kantornya. Lebih tepatnya sudah seperti teman rasa saudara dengannya.
" Eh..aku kirain gak ada orang."Ucap Dira melihat ke arah Friska.
" Kenapa sih lo? ngedumel sepagi ini." Tanya Friska berjalan ke samping Dira yang berada di depan kaca sambil memperbaiki riasannya. Friska bisa di bilang cantik dengan riasan sedikit mencolok dan penampilannya yang stylist.
" Itu bos baru, sumpah nyebelin banget." Ucap Dira masih menggeram.
" Ha..nyebelin kenapa? lo salah nyebutin. Mungkin maksudmu tampan banget kali!" Ucap Friska sambil memoles lipstiknya yang berwarna merah di depan kaca dan mendengar celotehan Dira.
" Tampan dari mana? kaku gitu. Sialnya lagi, file makalah aku jatuh. Waktu pas mau berangkat ke ruang meeting." Ucap Dira sambil menepuk jidatnya.
" Tapi lo bisa ngatasin kan?" Ucap Friska yang sekarang memoles kulit wajahnya menggunakan bedak. Friska sangat tau tentang Dira yang benar-benar berkompeten, bahkan Friska juga sering meminta bantuannya.
" Tentu! Tapi bukannya terima kasih malah aku di marahin dan di remehkan." Ucap Dira melipat ke dua tangannya di depan dada.
" Emang bos ganteng bilang apa?" Tanya Friska tidak berhenti sibuk memperbaiki penampilannya yang masih rapi.
" Dia selalu mempermasalahkan penampilanku. Apa masalahnya? Ini masih wajar kan." Ucap Dira di depan cermin.
" E..apa gue bilang. Sudah dulu kan aku bilang sama kamu Dir buat ubah gaya lo itu. Bos kamu sekarang bukan pak Abraham lagi. Tapi anaknya yang masih seumuran kita. Pasti dia sangat pemilih dalam hal standart penampilan untuk sekretaris yang di lihatnya setiap hari." Jelas Friska. Friska selalu memberi saran kepada Dira untuk mengubah penampilannya. Namun memakai lipstik berwarna natural saja Dira tidak tertarik.
" Apalagi loh udah umur berapa coba? Masak sampai sekarang gak punya pacar. Terus kapan nikahnya?" Tambah Friska mengingat umur temannya yang tak lagi muda. Umur Indira sekitar 28 tahun.
" Lo aja yang pacaran lama gak nikah-nikah. Terus pak Danish yang menurut lo ganteng, sukses, juga belum menikah!" Jelas Dira.
" Apa pak Danish masih belum menikah?" Ucap Friska langsung terbelalak tak percaya.
" Ia kenapa? Jangan bilang lo mau deketin dia?" Ucap Dira memandang sahabatnya yang sepertinya masih menatap dirinya tak percaya.
"Lo tau darimana pak Danish belum menikah?Kayak kenal lama aja sama pak Danish." Ucap Friska.
" Please deh Fris..aku kan sekretarisnya pak Danish. Aku tadi liat riwayat hidup pak Danish." Ucap Dira menggeleng kepalanya.
" Oia...kesempatan emas Dir." Ucap Friska tersenyum renyah. Seakan di balik senyumnya ada niat terselubung.
" Jangan macem-macem Fris. Dia sepertinya playboy. Aku pernah lihat pak Danish sebelumnya di mall. Dan bermesraan dengan wanita yang beda-beda." Jelas Dira menatap sahabatnya yang mulai tadi terlihat bahagia.
" Panteslah playboy. Pak Danish ganteng gitu. Aku aja mau jadi giliran cewek yang deket sama dia." Ucap Friska blak-blakan. Dira langsung terbelalak dengan ucapan Friska.
Friska kalau masalah ada pria ganteng langsung tancap gas. Walaupun dirinya sudah tak single lagi. Kadang sikapnya membuat pertengkaran di hubungan mereka. Dira pun yang telah biasa dengan sikap sahabatnya ini, hanya mampu menggelengkan kepalanya.
...****************...
Dira kembali ke tempat duduknya. Yaitu di depan ruangan Danish. Dira masih terpaku di depan laptopnya sambil menyelesaikan tugasnya yang menumpuk. Menurut Dira sepertinya Danish sengaja memberi tugas sebanyak ini untuknya. Tapi Dira pasti bisa menyelesaikan secepat mungkin.
Beberapa jam kemudian, seorang wanita cantik dan seksi berjalan di depan Dira.
" Maaf nona, ada yang bisa saya bantu." Ucap Dira langsung berdiri menyapa tamu. Tapi tamu wanita tersebut melihat Dira dari atas ke bawah.
" Aku mau ketemu bosmu. Apakah Danish ada di dalam?" Ucap wanita cantik tersebut. Ini sudah ke dua kalinya wanita cantik berbeda masuk dalam ruangan bosnya. Sepertinya tak ada daftar klien saat ini. Lalu siapa wanita-wanita ini? Dira mulai mengernyitkan dahinya.
Beberapa jam kemudian Dira telah menyelesaikan beberapa tugasnya dan harus meminta persetujuan Danish atau lebih tepatnya tandatangan Danish. Dira sedikit resah berfikir, apakah dirinya harus masuk? di dalam ruangan tersebut ada Danish dan wanita cantik. Dira takut menganggunya.
Tok...
Tok...
Tok...
" Pak...apakah saya boleh masuk?" Ucap Dira di luar pintu.
" Tentu..masuk saja." Ucap Danish.
Lalu Dira masuk dan merasa canggung, tatkala melihat bosnya dengan wanita yang duduk di pangkuannya. Apakah pemandangan ini pantas!
" Pak ni hasil pekerjaan saya. Butuh persetujuan bapak disini." Ucap Dira menunjuk pada sebuah file yang harus Danish tandatangi.
"Sayang sebentar dulu." Ucap Danish tersenyum kepada wanitanya. Wanita tersebut sebelum berdiri dari pangkuan Danish masih sempat mencium pipi Danish di depan Dira. Dira terhenyak, pemandangan apa yang sedang di lihatnya. Bosnya memang benar-benar tidak tau tempat.
Dira yang mulai tadi berdiri menunggu Danish selesai tandatangan langsung bergerak pergi. Menurut Dira sungguh pemandangan yang tidak pantas. Bisa-bisanya Danish bermesraan di depannya.
" Dasar playboy kutu kumpret...Emangnya ini tempat memadu kasih apa? Ini kan perusahaan. Emang sih ini perusahaan miliknya. Maksudku milik bokapnya. Tapi kan gak wajar dia berciuman di depanku." Batin Dira. Dira tak henti-hentinya mengumpat sikap bosnya yang playboynya gak ketulungan itu.
Perut Dira mulai bergerumuh meminta makanan lezat untuk di lahap. Dira masih manatap waktu istirahat. Beberapa menit kemudian Dira tersenyum. Akhirnya dia bisa istirahat. Dira mulai berdiri dari tempat duduknya untuk melangkah menuju kantin terdekat.
Kantornya ini berada di tengah perkotaan. Kantornya termasuk kantor elit. Dan di kelilingi oleh toko-toko besar dan merupakan pusat kota.
" Hy, tunggu! " Ucap Danish yang baru saja keluar dari ruangannya. Dira memutar tubuhnya menghadap ke Danish.
" Saya pak?" Ucap Dira sambil menunjuk ke dirinya sendiri.
" Apakah ada orang lain disini selain kamu?" Ucap Danish dengan gaya kakunya dan kedua tangannya yang di selipkan ke kantong celananya.
Dira melirik kekanan dan kekiri, bukankah di ruangan tersebut memang hanya ada dirinya saja. Mengapa dirinya menjadi plinplan kalau lagi lapar? Dira tertawa kecil.
" Hehe...ia ada apa pak?" Ucap Dira tertawa renyah.
" Tolong belikan makanan di daftar ini." Ucap Danish.
Dira menerimanya dan membacanya. Dira ingatkan itu hanya potongan kertas pendek. Namun setelah melihatnya, kertas tersebut panjang. Dira terbelalak! pesanannya sungguh banyak. Apakah Danish ingin menyiksanya? Lalu Dira memandang Danish dengan tajam.
" Cepat aku lapar! Aku beri waktu kamu tiga puluh menit. Cukup kan?" Ucap Danish tersenyum tipis.
Dira semakin terbelalak. Sebelumnya Dira sangat mengeluh karena pesanan bosnya banyak ditambah dengan waktu yang sangat singkat. Ini akan memotong waktu istirahatnya dan juga waktu istirahatnya tidak akan cukup untuk membeli semua pesanan bosnya.
" Tapi pak, waktunya tidak cukup. Aku perlu makan juga.! " Danish masuk kembali ke dalam ruangannya tanpa menggubris satu pun perkataan Dira. Dira menggeram. Bosnya sungguh keterlaluan.
Bagaimana caranya Dira bisa membeli semuanya. Apakah bosnya juga seorang monster, memakan semua makanan ini? Tanpa fikir panjang pun Dira berlari bergegas membeli makanan pesanan Danish. Kalau tidak membelinya bisa saja bosnya akan memecatnya.
...****************...
Terik matahari sangat menyengat. Dengan kedua tangannya yang penuh dengan kantong plastik berisikan makanan dan minuman. Dira duduk lemas di sebuah cafe. Ini pesanan terakhir yaitu King burger. Pesanan yang terakhir ini sangat sulit karena Dira harus mengantri dan akan memakan waktunya yang singkat. Apalagi ini jam istirahat, dimana semua orang sedang ramai- ramainya memesan makanan.
Beberapa menit kemudian Dira telah sampai di kantornya dengan nafas yang tergesa-gesa.
Wajahnya sudah penuh keringat di bawah terik matahari di tambah dengan kacamatanya yang miring dan juga pakaian yang berantakan. Seperti Dira baru saja melalui angin ribut sehingga dirinya menjadi sangat berantakan. Bagaimana tidak? Dira sudah berkeliling menghampiri banyak toko makanan untuk membeli pesanan bosnya.
Sebelum masuk dalam ruangan bosnya. Dira terlebih dahulu merapikan kemejanya yang terkeluar. Lalu ia menghembuskan nafas untuk masuk bertemu dengan Danish.
Tok...
Tok...
Tok..
" Masuk! " Ucap Danish yang duduk santai sambil membaca sebuah majalah. Sedangkan nafas Dira memburu bersamaan dengan jantungnya yang berdetak kencang.
" Ini pesanan anda pak." Ucap Dira meletak pesanan sehingga satu meja menjadi sangat penuh.
" Kamu terlambat 1 menit 23 detik." Ucap Danish menutup majalahnya dan berdiri menghampiri Dira, lebih tepatnya melihat pesanannya. Danish cukup terkesan karena ternyata Dira bisa membeli semua pesanannya dalam waktu tiga puluh menit, walaupun terlambat 1 menit 23 detik.
" What? Hanya satu menit dan 23 detik. Dia seteliti itu? Dasar pria kejam. Kamu tidak tau aku menahan lapar demi membeli semua makanan ini. Lalu di luar sangat panas. Kau masih belum menghargai usahaku. Dasar psikopat!" Batin Dira mendengus kesal dan mengumpat. Rasanya Dira ingin memukul bosnya sekarang juga. Selain bosnya playboy ternyata juga psikopat menurut Dira.
"Maaf pak." Ucap Dira tidak ingin memperpanjangnya lagi. Perut Dira rasanya ingin cepat di isi sekarang juga.
" Maaf? Tidak semudah itu. Aku sudah tidak berselera lagi dengan semua makanan ini. Buang saja. Dan satu lagi, semua makanan ini akan memotong gajimu bulan ini." Ucap Danish dengan gaya santainya dan kedua tangannya yang melipat di depan dada.
" Apa? potong gaji pak? Tapi pak ini kan semua pesanan anda. Kenapa saya yang harus membayarnya?" Ucap Dira terbelalak. Mengapa tiba-tiba Dira yang membayarnya? Bosnya sungguh psikopat. Tak bisakah bosnya ini sedikit menghargai perjuangan Dira melawan terik matahari bahkan juga ia mementingkan pesanan bosnya daripada mengisi perutnya yang berdemo semenjak tadi.
" Kau sendiri yang terlambat. Waktu menurutku sangat berharga. Dan aku tidak suka menunggu. Bahkan kau telah membuatku tidak berselera makan."Jelas Danish tanpa merasa bersalah.
Rasanya Danish sangat senang mempermainkan sekretarisnya ini. Selain cupu ternyata bisa dimanfaatkan juga. Hari ini tidak ada wanita yang menghampiri Danish seperti biasanya. Jadi untuk pelampiasan rasa bosannya Danish mempermainkan sekretarisnya. Jika saja Dira cantik mungkin dia akan duduk manis di pangkuan Danish dan hanya tinggal saling membelai.
" Saya hanya terlambat satu menit pak. Dan bapak juga menyita waktu istirahat saya." Jelas Dira.
" Salah! 1 menit 23 detik...Bukankah kau termasuk karyawan kompeten? Apa salahnya jika aku sesekali menguji dirimu. Bahkan gajimu terbilang lumayan dengan bonus yang melimpah daripada karyawan lain." Jelas Danish. Danish memang sangat pintar dalam berbicara.
" Tapi pak??" Ucap Dira menahan kata-katanya yang ingin mengumpat.
"Jika kau terus membantah aku pastikan gajimu akan terpotong lebih banyak." Ucap Danish. Danish yakin bahwa Dira tidak akan mengoceh lagi.
Dira langsung membisu. Dira akui gajinya sangat penting. Karena bonus tersebut Dira bisa menyicil mobil selain apartement. Dira hanya tinggal seorang diri di kota sebesar ini. Dira adalah perantau.
...****************...
Pekerjaanya telah usai. Hari yang sangat melelahkan. Dira menyetir mobilnya dengan Friska yang menumpang di sebelahnya. Mereka saling berbincang dengan Dira yang tengah menyetir mobilnya. Dira menceritakan semua kejadian yang mengesalkan kepada Friska.
" Sabar aja Dir. Jangan ngebantah lagi, nanti gaji lo beneran di potong. Mobil lo ini kan baru aja ambil kredit." Ucap Friska.
" Tapi Fris..Dia manusia yang paling nyebelin sedunia. Beda banget sama bokapnya yang super baik." Ucap Dira.
"Toh lo juga gak rugi-rugi amet kan Dir. Lo gak akan membuang makanan sebanyak itu kan?" Tanya Friska.
" Ia enggaklah. Aku makan, tapi masih tersisa banyak tuh.." Ucap Dira menatap Friska dan memberi isyarat bahwa makanannya berada di belakang kursinya.
" Eh busyet...Pak Danish makan sebanyak ini?" Ucap Friska yang melihat ke belakang dengan kantong plastik yang banyak.
" Entah...Dia bener-bener ngerjain gue." Ucap Dira.
" Hehe...tenang..ada yang bisa bantu kok habisin makanan ini." Ucap Friska menaikkan salah satu alisnya berkali-kali dan tersenyum lebar.
" Hahaha...baiklah daripada gaji gue di potong sia-sia. Lebih baik buat lo makan kan." Ucap Dira.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!