NovelToon NovelToon

Ash, Kamu Milikku

Percobaan Bunuh Diri Ke 21

Hari itu di malam yang sangat dingin seorang pria dengan penampilan lusuh tak terurus sedang bersiap-siap bunuh diri di kamar apartemennya, dengan tali yang sudah di gantung di atas langit pria itu hanya tinggal mengaitkan kepalanya untuk segera mati.

Deru nafasnya tidak teratur seolah pria itu ragu melakukannya. TIDAK!

Sekali lagi pikirannya menghentikan aksi gilanya tersebut, seolah orang-orang sedang berteriak di dalam otaknya membuat pria itu segera turun dari ranjang tak jadi untuk bunuh diri.

Ia buka jendela kamar membiarkan angin malam yang sangat dingin masuk ke dalam ruangan sempit itu. Pikirannya yang sedang kacau itu segera terhenti setelah ia melihat ke langit sana dengan tatapan kosong.

Kekosongan dalam tatapannya itu seolah menggambarkan bahwa hidupnya tidak bahagia, merasa percuma hidup tanpa ada tujuan yang ingin di capai.

Pria itu bernama Mahija Kenny, memiliki kepribadian yang aneh sifatnya tertutup dan catatan medis bahwa dirinya terkena penyakit bipolar.

Perubahan suasana hati yang tiba-tiba, mudah stres hingga berbagai percobaan bunuh diri yang selalu gagal dilakukan olehnya. Kenny sudah berada dalam fase depresi berat melihat dari gejalanya.

Kenny adalah anak kedua serta anak terakhir dari keluarga yang terkenal dengan kekayaan yang dimiliki dari turun menurun. Perusahaan orangtua Kenny tak main-main pendapatannya, cabangnya banyak dan sudah lumayan terkenal di kalangan masyarakat. Perusahaannya bernama Mahija, dan nama itu di berikan juga pada Kenny.

Semua orang pasti mengira kalau keluarga Kenny adalah keluarga yang harmonis, beruntung nasibnya, dan pastinya bahagia dengan semua kekayaan yang ada.

Tapi tidak! Kenny sebagai anak kedua dari keluarga itu malah memiliki gangguan mental bipolar. Di sebabkan oleh lingkungan rumah yang terlalu kaku, orang tua selalu dingin padanya dan lebih mementingkan perusahaan serta aturan ketat yang diberikan pada Kenny sedari kecil.

Kenny, orang-orang yang mengenal dirinya pasti akan terus menyanjung ketampanannya. Kesempurnaan penampilan Kenny menutupi kekurangan dalam dirinya.

Menutup diri dari orang-orang adalah hal yang sering di lakukan oleh Kenny sehingga anak itu tak banyak di ketahui oleh masyarakat kecuali kakaknya Charlie Sagara.

Pria penuh senyuman di wajahnya itu mampu memperluas relasi di masyarakat. Terutama mereka-mereka yang tergolong kaya raya. Kenny akan menjadi penerus perusahaan Mahija, namun rencana itu pupus setelah ada kabar dari dokter.

Charlie seorang dokter di rumah sakit ternama, tak mungkin ia pindah profesi menjadi pengusaha. Namun karena kondisi Kenny saat ini, Charlie di paksa belajar kembali mengenai ekonomi.

Begitulah orang tua mereka yang obsesi mempertahankan perusahaan hingga tidak memikirkan bagaimana perasaan seorang anak yang terpaksa mengikuti perintah mereka.

Saat ini pun Charlie berlari di sepanjang lorong apartemen yang di sewa Kenny untuk menjadi tempat percobaan bunuh dirinya yang ke 21.

"KENNY KENNY."

Brak

Charlie mendobrak pintu apartemen yang terkunci, ia yakin adik satu-satunya itu sedang mencoba bunuh diri lagi.

Kenny yang sedang menikmati hempasan angin dari jendela pun hanya diam menatap pintu yang sedang di dobrak oleh kakaknya Charlie.

Wajah Kenny datar tak mempedulikan teriakan Charlie dan Kenny terlihat menghela nafas seolah pasrah dengan hidupnya yang menyedihkan ini.

Setelah pintu berhasil di dobrak Charlie menatap Kenny merasa lega adiknya itu tidak mati. Segera Charlie menghampiri dan memeluk Kenny.

Kenny diam, ia bahkan tidak membalas pelukan Charlie.

"Syukurlah kau masih hidup." Nafas Charlie masih terengah-engah setelah berlarian dan membuang tenaga saat mendobrak pintu tadi.

Setelah pelukan mereka selesai, Charlie melirik ke arah samping dimana tali bunuh diri masih menggantung di sana. Ia kesal, segera ia tarik tali itu lalu di lempar ke luar jendela hingga jauh jaraknya.

"Sadarlah Kenny! Jangan lakukan hal bodoh itu lagi."

Kenny tetap diam, mulutnya tertutup rapat saat Charlie memberikan peringatan. Saat itu juga empat bodyguard berbaju hitam berlari masuk ke dalam kamar, mereka di tugaskan untuk memperketat pengawasan Kenny.

Kenny memang sering melarikan diri dari mereka hal itu hanya terjadi saat penyakit Kenny kambuh, ia akan kabur mencari tempat sepi tersembunyi untuk di jadikan tempat bunuh dirinya. Namun sudah 21 kali Kenny gagal melakukannya.

Beberapa di gagalkan oleh bodyguard, orang lain, dan lebih seringnya di gagalkan oleh Charlie.

"Tuan Charlie, kami akan mengambil alih tuan muda Kenny." Kata salah satu bodyguard di antara empat orang itu.

Charlie menatap Kenny sejenak lalu ia beralih ke para bodyguard "Tidak, aku yang akan membawanya. Kalian pergilah, katakan pada ayah kalau Kenny bersamaku."

Ke empat orang itu saling pandang satu sama lain, mengingat dia adalah Charlie bukankah tidak masalah kalau Kenny bersama kakaknya.

"Baiklah tuan Charlie, kami permisi."

Mereka berempat menunduk bersama dan mulai pergi dari tempat itu. Charlie kembali melihat Kenny yang sedang menatap ke bawah jendela sana, kota yang penuh cahaya lampu dan ramai.

"Hari ini ada festival, semua orang keluar dan bermain-main." Jelas Charlie. Yah, ia tetap menjelaskan keadaan kota mereka walaupun Kenny tak mungkin menjawab perkataannya melihat adiknya itu dalam mood yang tidak baik-baik saja.

"Ayo kita keluar." Charlie hendak pergi, namun ia berhenti dan berbalik. Ia hampiri Kenny lalu menarik pergelangan tangannya. Kenny tidak berontak sama sekali, pria itu hanya bisa mengekor Charlie di belakang.

Dengan membawa mobil mewah Charlie melesat di jalanan hingga menarik para pejalan kaki terutama mereka yang menuju tempat festival.

"Kau akan membawaku kemana?"

Charlie terkejut sampai-sampai mulutnya terbuka sedikit mendengar adiknya itu bertanya tanpa melihat ke arahnya. Walaupun begitu, Charlie tersenyum bahagia setidaknya mood Kenny kembali normal.

"Festival. Tolong jangan langsung menolaknya, aku sudah membeli semua tiket wahana di sana." Ujar Charlie sembari menunjukkan semua tiket yang di belinya.

Kenny yang tadi menatap kaca mobil kini beralih ke tiket yang di tunjukkan Charlie. Tak ada kata yang di lontarkan olehnya, Kenny benar-benar irit dalam berbicara.

Lain halnya di tempat yang berbeda.

"Ash cepatlah! Kita tidak boleh melewatkan satu wahana pun di sini." Teriak seorang gadis cantik yang bertubuh mungil.

Memanggil temannya Ash yang bertubuh tinggi bak model, wajahnya cantik dan ia kini sedang tersenyum tertawa kecil melihat kelakuan absurb temannya itu. Amara Azzura, si kecil yang sebenarnya sama umurnya dengan Ash.

Keduanya bertolak belakang tapi mereka sudah menjadi sahabat yang tidak terpisahkan.

Amara seorang gadis yang berasal dari keluarga kaya tapi Ash berasal dari keluarga biasa saja. Kedua orang tua Amara harmonis sedang Ash tidak, hanya ibunya lah yang memberi perhatian penuh pada Ash.

Kuliah di Universitas yang sama tapi jurusan yang berbeda, Ash mengambil fakultas perguruan dan Amara mengambil fakultas kedokteran.

Pandangan Pertama

Kuliah di Universitas yang sama tapi jurusan yang berbeda, Ash mengambil fakultas perguruan dan Amara mengambil fakultas kedokteran.

Walaupun orang tua Amara mengembangkan suatu bisnis namun mereka tidak memaksakan Amara untuk mengikuti jejak mereka mengingat Amara adalah anak bungsu dan anak perempuan satu-satunya.

Ash tidak mempunyai saudara lain, tapi Amara punya. Dua kakak laki-laki Amara yang satu bernama Sakya Witton seorang pengacara dan Ditto Ganendra masih kuliah serta sebagai harapan orangtua penerus bisnis mereka.

Kini Amara dan Ash sedang berada di tempat festival, Amara lah yang mengajak Ash untuk ikut dengannya. Gadis itu terlihat ceria dan senang melihat keindahan yang ada di sana.

"Ayo Ash." Amara menarik pergelangan Ash lalu membawanya ke sana kemari.

Mereka berdua nikmati berbagai wahana di sana, mencoba ini dan itu sampai puas. Langkah kaki mereka membawa ke tempat yang sangat ramai hingga terlihat sesak dan berdesak-desakan.

Hingga keduanya tak sengaja berpisah saat berada di kerumunan.

"Amara, Amara." Ash melihat ke sana kemari, tubuhnya berputar-putar mencari keberadaan Amara.

Buk Buk

Tabrakan pun sering terjadi karena di sana ramai sekali orang-orang berjalan tak beraturan. Mau tak mau ia harus memisahkan diri dari kerumunan dan mencari tempat yang sepi.

Lain halnya Amara, gadis bertubuh kecil itu terhimpit beberapa orang hingga hp yang dipegangnya itu pun jatuh.

"Hp aku." Amara berusaha mengambil hp nya yang terjatuh tapi ia malah terdorong oleh orang-orang membuat jarak dia dengan hp semakin jauh.

Amara terpaksa merelakan hpnya itu, ia pergi ke tempat yang sepi tapi tempat itu sangat berbeda jauh dengan tempat sepi yang di kunjungi Ash.

Tut Tut

"Amara mana sih? Di telpon gak di angkat." Ash kemudian khawatir, gadis itu mulai keliling mencari Amara begitu pun dengan Amara yang mencari Ash.

Di pintu masuk festival

"Ayolah Kenny, lihatlah semua orang bersenang-senang. Nikmatilah!" Charlie menepuk-nepuk pundak Kenny sembari raut wajahnya tersenyum aneh.

Kenny menghela nafas, ia berbalik tapi tidak! Charlie langsung memutarkan tubuhnya mendorong maju masuk ke dalam festival.

Selama Charlie mengajak Kenny ke semua wahana, Charlie lah yang paling tertawa puas sedang Kenny menggeleng kepala seperti tak habis pikir dengan kakaknya yang menikmati wahana yang menurutnya membosankan.

Saat ini mereka berdua sedang berada di tempat permainan memasukkan bola ke dalam keranjang. Charlie mendorongnya untuk ikut serta dalam permainan.

"Ayolah, seorang Mahija Kenny tidak mungkin kalah dalam permainan ini." Ucap Charlie memberi dukungan pada Kenny.

Beberapa wanita di sana berbisik kagum pada kakak adik itu, mereka sangat berharap melihat keberhasilan Kenny. Memang benar penampilan keduanya berhasil menarik perhatian orang-orang wajah tampan mereka bak malaikat.

Namun aura keduanya terasa berbeda, Charlie mengeluarkan aura suci sedangkan Kenny sebaliknya.

"Ck." Kenny berdecak bosan, karena desakan dari kakaknya ia terpaksa menurut.

Mulailah ia memasukkan bola-bola itu ke dalam keranjang dan hasilnya sangatlah sempurna hingga membuat yang lainnya bertepuk tangan pada Kenny.

"Ini dia hadiahnya." Teriak sang penjual sembari memberikan boneka domba yang besar ukurannya.

Charlie lah yang menerimanya karena Kenny terlihat tidak menyukai boneka itu, wajahnya datar dan terlihat biasa-biasa saja saat melihatnya domba berbulu putih itu.

"Terimakasih." Charlie tersenyum pada penjual begitu pun dengan penjual yang membalas senyum Charlie.

Setelah itu Charlie dan Kenny pergi ke tempat lain.

"Mau pulang?" Tanya Charlie sembari kedua alisnya naik ke atas.

"Ya." Jawaban singkat dari Kenny membuat Charlie membulatkan mulutnya.

Sepersekian detik para gadis terutama anak sekolahan menghampiri mereka berdua, tersenyum ramah sembari menunjukkan kertas dan pulpen.

"Kak kak boleh minta tanda tangan?"

"Kak kak minta foto."

Kerumunan para gadis remaja itu membuat Kenny mundur perlahan-lahan. Ia tidak menyukai orang-orang berkumpul di dekatnya. Charlie yang tak sadar keberadaan Kenny yang sudah menghilang tetap melayani para remaja itu.

"Baiklah-baiklah semuanya bergilir ya." Ucap Charlie.

Sedangkan kini Kenny sedang melihat penjual-penjual makanan yang berada di bangunan kecil. Di saat itulah Kenny melihat seorang gadis cantik, bertubuh tinggi sama dengannya melihat ke sana kemari mencari sesuatu.

Sesuatu dalam diri Kenny tersentil, suara bisik di festival itu seketika berubah menjadi suara desiran pasir.

Di tatapnya wajah cantik itu dalam-dalam, ia ikuti setiap langkah gadis itu hingga gadis itu menyadari tatapan Kenny. Tatapan mereka bertemu dan kemudian gadis itu menghampiri Kenny membuatnya tersentak sadar dari lamunannya.

"Halo, permisi bolehkah saya bertanya?" Ash tersenyum pada Kenny.

Sepanjang jalan tadi memang Ash merasa dirinya sedang di tatap oleh seseorang, saat di lihat orang itu Ash melamun sebentar.

Ia tidak tahu kenapa, tapi tiba-tiba saja ia teringat dengan Amara yang hilang. Ash lalu memberanikan diri menghampiri pria yang sedari tadi melihatnya berniat menanyakan keberadaan Amara.

"Apa kau melihat gadis bertubuh kecil, mungil, wajahnya cantik, dan orangnya selalu tersenyum?" Ash kembali bertanya sembari tangannya memperagakan Amara.

"Deskripsi mu terlalu umum." Jawab Kenny dengan wajah datar.

Mendengar itu Ash merasa bodoh, yah cara mendeskripsikan Amara terlalu umum dan banyak orang terlihat seperti itu apalagi di tempat ramai seperti ini.

"Ah baiklah terimakasih, kalau begitu saya permisi." Ash berbalik hendak pergi dari sana, tapi Kenny mulai memanggil nya hingga Ash terhenti.

"Tunggu." Seru Kenny.

Ash berbalik dan menatap Kenny.

"Siapa namamu?" Lanjut Kenny.

Perasaan Ash campur aduk, ia sebenarnya tak ingin memberitahu namanya pada orang tak di kenal tapi melihat Kenny diam menunggu jawaban membuatnya merasa tak enak kalau tidak di jawab.

"Ashana Casandra, itu namaku." Akhirnya Ash memilih menjawab sembari ia tersenyum pada Kenny.

Ash lalu pergi dari sana kembali mencari Amara. Sedang Kenny bergetar hebat, tubuhnya merasakan hal baru pikirannya lebih jernih dengan suasana hati yang semakin baik.

Senyuman itu teringat jelas oleh Kenny di dalam otaknya.

Ashana Casandra, batinnya.

~

Ash akhirnya memilih keluar dari tempat festival, ia berjalan ke arah parkiran dan menemukan Amara di depan mobil.

"Ash." Teriak Amara sembari melambaikan tangan ke arah Ash.

Ash hampiri Amara, ia langsung melontarkan pertanyaan-pertanyaan di pikirannya.

"Amara apa kau gila? Angkat telepon mu, Aku mencari mu dari tadi."

"Oke oke tenang Ash, tenang." Amara menahan Ash agar tidak memarahinya terus-menerus.

"Bagaimana aku bisa tenang, kau menghilang!"

Ash sisirkan rambutnya ke belakang, ia lalu membuang nafasnya dengan kasar sekaligus ia mengeluarkan amarahnya.

"Hp ku terjatuh di tanah, orang-orang menginjaknya dan aku tidak mungkin mengambil hp rusak itu." Jelas Amara.

Ash menatapnya dalam-dalam berusaha mempercayai sahabatnya itu.

"Percayalah padaku Ash." Amara lalu menunjukkan isi tasnya yang tidak ada hp di dalamnya.

Waktu Kecil Kenny

"Percayalah padaku Ash." Amara lalu menunjukkan isi tasnya yang tidak ada hp di dalamnya.

Alhasil Ash hanya bisa menghela nafas panjang, ia lalu mengangguk yang berarti ia percaya Amara.

"Kalau begitu mari kita pulang, aku lelah." Ajak Ash sembari gadis itu pergi masuk mobil.

"Aku juga lelah." Amara lalu masuk ke dalam mobil.

Sang sopir mobil adalah karyawan keluarga Amara, ia sudah di khususkan untuk membawa Amara jika di perlukan pergi ke suatu tempat. Terutama kampus.

Terlebih dahulu sang sopir menghantar Ash ke apartemen karena di sanalah Ash tinggal.

Ash memilih menyewa apartemen karena jarak antara kampus dan tempat kerja yang dekat, di banding rumahnya yang sangat jauh. Ibu Ash juga mengijinkannya, namun karena itu juga ibu Ash sendirian di rumah dengan hewan peliharaan sebagai teman.

Namun jarak bukanlah masalah yang terpenting Ash dan sang ibu selalu berkomunikasi agar saling mengetahui keadaan satu sama lain. Kini sebelum tidur pun Ash menyempatkan diri menelpon ibu.

~

Semenjak Kenny melihat Ash hari itu, jiwa penasarannya tiba-tiba muncul. Ia merasa ingin lebih tahu siapa itu Ash, dan akhirnya ia menyuruh seseorang untuk mencari tahu identitas Ash.

Setelah kembali ke rumah, Charlie merasa lega adiknya tidak hilang di festival. Kakaknya itu khawatir sampai mengeluarkan air mata, merasa dirinya gagal menjaga sang adik.

Saat itu ayah dan ibu sudah berada di rumah, tatapan tajam dari ayah menggambar sosok kepala keluarga yang tegas dan berwibawa. Wajahnya sangar, garis wajahnya tegas sama seperti anak-anak nya, itulah dia Kaz Edward Wayman.

Dengan di sampingnya berdiri seorang wanita cantik walau sedikit garis keriput di wajahnya, seorang istri yang sangat patuh pada suami. Namanya Jennifer Olivia, kekuasaannya di rumah tak lebih besar dari sang suami karena Kaz lah yang mengendalikan semuanya dan ia hanya harus menjadi pendukung kuat untuk Kaz.

"Sudah cukup kau menjadi anak yang tidak berguna! Jangan jadi anak yang menyusahkan!"

Satu kalimat pertama itulah yang di lontarkan oleh Kaz pada Kenny, tanpa memperdulikan perasaan anaknya Kaz melenggang pergi ke lantai atas sedang di bawah sana ada Charlie dan Kenny.

Charlie sudah tak habis pikir dengan sifat sang ayah, ia memendam amarah mendengar ucapan Kaz pada Kenny. Bagaimana mungkin seorang ayah bisa mengucapkan kalimat seperti itu pada anaknya yang sakit?

Charlie mengepalkan tangannya menahan emosi, ia lihat wajah Kenny yang diam, datar seolah kalimat sudah tak bisa menyakiti hatinya saking terbiasanya ia mendengar kata-kata seperti itu.

"Kenny, jangan ambil hati ucapan ayah!" Charlie mencoba menenangkan Kenny sembari menyentuh bahu sang adik.

Kenny melirik lalu menatap Charlie, ia menarik simpul senyum di wajahnya sembari mengucapkan kata singkatnya.

"Tentu."

Setelah itu Kenny mulai berjalan menuju kamarnya yang berada di lantai bawah. Bukan tanpa sebab Kenny di tempatkan di kamar paling rendah, mengingat ia sering melakukan percobaan bunuh diri lantai atas jadi tempat terlarang untuk Kenny.

Charlie hanya bisa menatap sendu punggung Kenny, adiknya itu lebih banyak masalah di banding dirinya. Ia juga tahu mengapa Kenny bisa mendapatkan penyakit mental seperti itu, karena berawal dari masa kecil yang tidak menyenangkan.

Flashback On

Suara melodi yang menyentuh hati terdengar di ruang seni rumah itu, piano yang di mainkan oleh jari Charlie sangatlah indah. Saat itu usianya masih kecil, masih sekitar 8 tahun. Di samping Charlie Ada Kenny yang umurnya berada di bawah Charlie.

Kenny kagum akan kemampuan hebat sang kakak, Charlie juga bahagia saat dirinya terus-menerus di puji oleh adiknya.

Waktu bahagia mereka seketika berhenti setelah ayah datang bersama orang-orangnya. Ia berdiri di samping piano sembari menatap Kenny dengan wajah datar tanpa senyum.

Charlie lantas menghentikan permainan piano nya, keduanya kini menatap sang ayah bersama-sama.

"Charlie apa kau sudah mengajarkan piano pada Kenny?" Tanya Kaz, seperti biasa ia mengeluarkan suara tegasnya pada semua orang termasuk anaknya sendiri.

"Aku baru menunjukkan melodi pertama." Jawab Charlie.

Mendengar itu Kaz langsung meninggikan suaranya sembari sorot matanya menatap tajam ke arah Kenny.

"Kenny, lakukan apa yang kakakmu lakukan sebelumnya!" Titah Kaz.

Mendengar itu Charlie terkejut, ia bahkan belum mengajarkan Kenny bagaimana menyentuh piano dengan baik.

"Tapi ayah, Kenny baru saja belajar tidak mungkin ia langsung bisa." Ucap Charlie.

Kaz tak peduli, ia hanya ingin melihat perkembangan anak keduanya itu dalam memahami pembelajaran.

"Diamlah Charlie."

Satu lirikan Kaz pada bodyguard di belakang sana mampu membuat mereka mengerti akan maksud tuannya. Dengan cepat dua bodyguard membawa Charlie pergi dari ruangan tersebut.

"Ayah, hukum saja aku! Kenny tidak bersalah." Teriak Charlie saat tubuhnya di bawa oleh dua bodyguard keluar dari sana.

Kenny yang masih kecil tak mengerti apa pun yang terjadi di saat itu. Dan ternyata setelah kejadian hari itu, Kaz memasukkan banyak jadwal pelajaran pada Kenny sehingga Kenny tak mempunyai waktu untuk bermain.

Sekedar bertemu dengan Charlie pun susah, karena ia harus fokus pada belajarnya. Sudah sering kali Charlie meminta ayah untuk tidak melakukan hal seperti itu pada adiknya tapi Kaz menutup telinganya.

Alhasil Charlie hanya bisa diam-diam pergi menemui Kenny saat dirinya ingin bersama dengan Kenny, bermain seperti anak-anak lain dan tersenyum tanpa ada beban.

Charlie yang mendapatkan kesempatan pergi ke sekolah dan mempunyai banyak teman berbeda dengan Kenny yang harus homeschooling sehingga ia sedikit sekali punya teman sebaya.

Hanya ada satu teman sebaya Kenny bernama Casey Jasper. Seorang anak yatim piatu yang di tugaskan oleh Jennifer untuk menjadi pendamping setia Kenny selamanya.

Jennifer walaupun dari luar terlihat tidak peduli namun sebenarnya ia sangat mengkhawatirkan kedua anaknya terutama Kenny, Jennifer menemukan Casey di tempat kumuh lalu membawanya dan memberikan semua kebutuhan anak itu asal Casey mau menjadi teman sejati Kenny.

Tak lain Jennifer lakukan hal itu untuk kebaikan Kenny di masa depan, ia tahu tak bisa melawan suami akan tetapi setidaknya ia membantu jalan Kenny.

Semua informasi dari mulai tempat, waktu dan lainnya Casey lah yang memberikannya saat Kenny mencoba bunuh diri.

Casey di latih, di ajarkan bagaimana menjadi seorang yang bertalenta terutama seni bela diri agar melindungi Kenny.

"Kenny, perkenalkan namanya Casey Jesper dia akan menjadi temanmu mulai saat ini." Jennifer memperkenalkan Casey saat Kenny sedang belajar sendiri di kamarnya.

Sebelumnya Jennifer juga sudah meminta ijin pada Kaz bahwa ia akan membawa satu teman untuk Kenny.

"Apa dia seorang budak?" Tanya Kaz sembari menuangkan minuman dalam gelas.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!