NovelToon NovelToon

AKU TIDAK KERE MAS

HANCUR 1

Aku merasa dunia ku hancur seketika saat melihat foto-foto kemesraan suami ku dengan salah satu teman kerja nya. Ku pejamkan mataku rapat-rapat, berharap jika ku buka mata , semua ini hanyalah sebuah mimpi.

Tapi itu hanya sebuah harapan kosong,cuping telinga ku panas. Ku gigit bibir bawahku dengan kuat sampai terluka dan berdarah.

"Nis... Kau harus kuat.." Desi sahabat baikku yang juga menjabat sebagai direktur di perusahaan tekstil milik ku menggenggam tanganku.

" Aku hanya tidak menyangka jika Mas Farhat akan mengkhianati ku seperti ini"

Desi diam tak berkomentar, ia meremas jemari ku. Menghangatkan tangan yang mendadak sedingin salju.

"Mungkin lebih baik kamu bicarakan hal ini dengan suami mu"

Aku menarik nafas dalam-dalam, dadaku seperti kekurangan oksigen. Aku hanya mampu mengangguk pelan.

" Ya sudah... aku pulang dulu"

Desi mengijinkan, aku pun bangkit dan tak lupa ku tenteng belanja an ku. Karena aku baru saja belanja di pasar untuk keperluan di dapur.

Sejak aku menikah dengan Mas Farhat, aku sudah memfokuskan diri untuk mengabdi kepada nya. Dia mau menerima keadaan dan kekurangan ku saja sebagai seorang anak yatim-piatu saat itu, Aku sudah sangat bersyukur.

Memang, aku sengaja menyembunyikan identitas asli ku. Yang memiliki usaha tekstil atas ketekunan ku sendiri. Karena aku benar-benar menginginkan rumah tangga yang berjuang dari Nol. Seperti yang selalu viral di tiktok.

Pertemuan ku dengan Mas Farhat pun juga terjadi di pabrik. Saat itu aku yang datang terburu-buru tidak memakai baju dinas yang rapi,disangka Mas Farhat aku hanya seorang pegawai biasa.

Dan Aku pun mengiyakannya saja, ternyata Mas Farhat tertarik padaku dan kami mulai dekat dan pacaran.

Aku bahagia sekali saat itu, karena dicintai oleh seorang pria dengan segala bentuk kekurangan ku. Tanpa menunjuk kan siapa diriku.

Dan tidak butuh waktu lama, kami pun menikah. Aku selalu bersyukur karena kedua mertua ku memperlakukan aku dengan baik.Meskipun mereka cenderung banyak memerintah ini dan itu, termasuk adik-adik Mas Farhat. Tapi aku tidak pernah mengeluh, aku akan senang melakukan apa saja demi keluarga baru ku.

Sepanjang perjalanan, air mata ku berderai. Aku sesekali mengesat nya agar pandangan ku tidak terganggu.

Namun Na'as,belum lagi aku sampai di rumah.Motorku mati, setelah ku cek. Ternyata bensin nya habis. Astaga...aku lupa, tadi aku sudah berniat untuk membeli bensin saat pulang. Tapi karena pikiran ku lagi kacau, aku lupa. Terpaksa aku mendorong motor ku di tengah teriknya matahari yang membuat isi kepala ku mendidih.

Untung saja, posisi rumah tidak terlalu jauh. Jadi aku tidak perlu lama-lama mendorong motor ku.

Saat aku sudah sampai, aku lihat sebuah mobil Avanza tahun 2008 terparkir di halaman rumah. Aku bertanya sendiri, mobil siapa ini? Ku bawa barang belanjaan langsung ke dapur. Dan karena jalan ke dapur melewati halaman samping rumah, tepat di sebelah ruang tamu. Tanpa sengaja aku mendengar percakapan Ibu mertua ku dengan sang tamu di dalam.

" Farhat dan Nak Mawar memang pasangan yang cocok. Ibu sangat setuju sekali, beda kalau sama Anis. Dari dulu Ibu dan Bapak tidak pernah setuju sama dia, tapi Farhat sudah kayak orang kena pelet. Padahal Anis kalah jauh sama Nak Mawar, iya kan Pak?"

" Iya..."

" Tapi bagaimana kalau Istri Mas Farhat tahu tentang hubungan kami Tante?" Ku dengar suara manja semakin mengorek luka di hati.

" Sebelum tahu, ceraikan saja. Toh mereka belum punya anak. Itu yang Ibu kecewa kan juga, sudah yatim, miskin, mandul lagi... Pintarnya cuma masak doang, dan nurut... Di suruh ini dan itu.. nurut aja"

"Mungkin dia nurut biar nggak diceraikan, karena dia banyak sekali kekurangan " Ku dengar pula Yasmin menyampuk pembicaraan. Aku meremas dadaku yang semakin sakit dan sesak.

" Bisa jadi itu" Ibu mertuaku menambahkan.

" Kalau begitu cepat cerai kan saja istri mu Mas" sahut Si Mawar.

" Iya... akan segera ku cerai kan dia" jawaban Mas Farhat membuat telinga ku berdengung hebat. Aku hampir saja roboh kalau tidak ada sepeda motor bapak yang ku sender.

" Ini tidak bisa ku biarkan" ku hempaskan semua belanja an ku disana, aku sudah tidak bisa bersabar lagi. Aku pikir, aku masih bisa berharap kepada kedua mertua ku untuk bisa mempertahankan rumah tangga ku.

Meskipun pernikahan kami masih tiga tahun, namun aku tidak pernah menginginkan sebuah perceraian. Kalau masih bisa dipertahankan, akan aku pertahankan.Tapi kalau seperti ini kejadian nya, entahlah... aku sudah tidak bisa berpikir jernih lagi.

Ku langkahkan sepasang kaki ku yang gemetar meringsek masuk ke ruang tamu. Aku bisa melihat betapa terkejutnya semua orang yang berada di tempat itu. Ku pandangi mereka satu persatu, dadaku naik turun karena emosi yang tersulut.

" Apa maksud semua ini??" Suaraku bergetar, air mataku sudah mengalir deras. Aku tak sanggup untuk berpura-pura kuat.

Mereka tidak ada yang menjawab, hanya melemparkan pandangan satu sama lain.

" Aku tidak salah dengar kan??"

Tak ada jawaban... mereka seketika itu jadi melempem, tadi bukan main semangat mereka menjelekkan aku.

" Ibu... benar kah Ibu tidak menyukai ku??"

Ibu mertuaku membuang muka,

" Bapak... bisakah Bapak menjelaskan semuanya padaku ??"

Bapak mertua ku pun tak berani menatap ku. Ku alihkan pandangan ku kepada Yasmin,nl namun ia sudah membuang muka terlebih dahulu.

Mas Farhat bangkit mendekat..

" Ayo kita masuk.." Dia seolah-olah ingin menjadi superhero bagi keluarganya. Namun aku menepis tangan nya dengan cepat.

" Aku tidak mau, aku ingin kalian bicara di depan aku. Bukan di belakang ku seperti yang baru saja ku dengar"

" Iya... tapi kita bicara di dalam, bukan disini"

" Kenapa ??" bantah ku cepat" Kalian mempermalukan aku di depan selingkuhan mu, tapi saat aku datang kalian tidak punya nyali untuk menjawab pertanyaan ku. Aku ingin semua jelas sejelas nya sekarang juga!!" Ucapku lantang yang membuat Mas Farhat seperti tercengang. Yah!! Aku memang tidak pernah berkata kasar ataupun bernada tinggi kepada nya. Tapi sekarang ??? lain masalahnya.

" Nis... berani yah kamu membentak suamimu?" Ibu mertua ku berdiri menegur ku.

" Ibu juga berani menghinaku tanpa tahu siapa aku" balasku dengan jelingan tajam.

" Apa?? Kau hanya yatim-piatu miskin yang tidak punya siapa-siapa. Kalau kamu tidak menikah dengan Farhat, mau jadi apa kamu?"

" Itu yang Ibu tahu, tapi kalau bukan karena aku, Sampai detik ini Mas Farhat tidak akan berada di posisi nya yang sekarang Bu"

Semua terkejut mendengar ucapan ku, namun senyuman menghina tersungging berjamaah.

SEBUAH RENCANA 2

"Tidak sadar diri.. sombong lagi" ku dengar Yasmin bergumam.

"Apa kamu bilang ??" pekikku kuat.

"Sudah Nis sudah" Mas Farhat menyela.

"Belum Mas, Aku belum memulai apapun. Sekarang coba jelaskan, Apa maksud semua ini? hah?? dia siapa?" Ku tunjuk wajah manis yang ketakutan. Mas Farhat melirik Mawar, Lalu kembali menatap ku.

"Dia .."

"Selingkuhan mu" potong ku cepat.

"Aku akan menikahi nya Nis, Dan aku akan adil sama kamu"

Aku berdecih muak..

"Apa?? tadi kamu bilang akan menceraikan nya" Mawar bangkit seperti tak terima.

"Sayang... tenang dulu... biar aku yang selesai kan masalah ini " Farhat berusaha menenangkan perempuan itu.

"Jadi kau memang akan menceraikan ku Mas?" Aku ingin sebuah jawaban keluar dari mulut suami ku sendiri, meskipun tadi sudah ku dengar jika ia memang mengatakan akan menceraikan aku.

Mas Farhat tidak menjawab ,

"Aku beri kamu satu kali kesempatan Mas" Saat ini aku berusaha menenangkan diri sendiri meskipun sebenarnya, Hatiku hancur dan dunia ku gelap gulita.

"Tidak perlu kesempatan, Farhat!! kamu cerai kan saja dia. Ibu tidak suka menantu yang tidak tahu diri, sudah miskin, sombong!!"

Ku acuhkan kalimat Ibu mertua ku yang menikam hatiku. Aku hanya menunggu keputusan Mas Farhat. Mungkin saja pernikahan kami masih bisa diselamatkan.

"Mas..." Mawar bergelayut manja di lengan Mas Farhat, membuat lelaki itu melemparkan senyuman kepadanya. Darahku seperti mendidih, Tapi tetap aku mencoba bertahan di tempat yang sama sekali tidak ada dukungan untuk ku.

"Farhat!!" Bapak mertuaku berseru, Mas Farhat menoleh ke arah beliau" Mantapkan pilihan mu" Ucapan Bapak semakin menyisihkan diriku.

Mas Farhat bergulir menatap ku. Untuk sekian detik, Ia diam tak bergeming.

"Ayo Farhat... jangan lagi kamu mengambil keputusan yang salah dalam hidup mu" gertak Ibu Mas Farhat.

Pria yang ku cintai sebelum kejadian ini terlihat menarik nafas dalam-dalam. Ia seperti ragu, Namun anggukan kepalanya menandakan sebuah keyakinan yang dimantapkan.

"Siti Rengganis binti Muhammad, Ku ceraikan kamu dengan talak satu"

Aku merasa bumi sudah berhenti berputar saat itu juga. Telingaku berdengung penuh, ditambahi sorakan kecil dari sekutu Mawar.

Ku remas ujung dasterku yang sudah berumur sekian tahun, Kepala ku tertunduk diantara senyuman kemenangan dari pihak musuh ku.

Tapi... tawa renyah si Mawar membuat ku mengangkat kepala ku dengan tegak. Ku tandai wajahnya, Akan ku ingat semua penghinaan ini. Dan akan ku balas sepenuhnya hingga mereka semua bersujud di bawah kakiku.

"Mas "

Suaraku membuat semua menjeling ku.

"Dalam Islam, istri yang sudah diceraikan akan memiliki masa 'itdah. Dan diwajibkan agar istri mengambil masa 'itdah di rumah suaminya. Jadi aku minta ijin, Agar aku bisa tinggal disini sampai masa 'itdah ku selesai "

"Ah bilang aja mau numpang, kan nggak punya tempat tinggal " Celutuk ibu mertuaku.

"Mas... bisa jadi dia ingin mencari perhatian mu lagi, jangan di kasih Mas"Mawar menambahkan.

"Sebelum ketuk palu, Aku masih istri Mas Farhat secara hukum. Aku bisa menuntut mu atas sikap mu yang menjadi pelakor dalam rumah tangga ku"

Ucapan ku rupanya berhasil membuat Mawar ciut nyali. Melihat Mawar yang manyun, sepertinya Mas Farhat tidak akan mengijinkan ku untuk tinggal.

"Aku janji tidak akan menggangu kehidupan kalian, Dan aku tidak akan menggunakan setetes air dari rumah ini tanpa ijin. Aku juga tidak akan bicara tanpa ijin. Tidur di gudang belakang pun tak apa, Aku hanya ingin menjalankan masa 'itdah ku dengan ridho Allah Mas" Aku membujuk cepat sebelum Mas Farhat melarang ku.

Ku lihat Yasmin membisikkan sesuatu kepada Mawar dan Suami ku.

"Baiklah... Tapi ingat, Kau adalah patung bagi kami" Jawab Mas Farhat yang membuat ku tersenyum senang. Yah akan ku buat kalian semua menyesal.

"Terimakasih Mas, Namun sekali lagi. Jika aku ingin pergi kemana pun dan dengan siapa pun yang terpenting dia adalah muhrim. Maka kamu akan mengijinkan nya"

"Tapi tidak boleh memakai fasilitas kendaraan keluarga kami" timpal Ibu mertua ku.

"Iya Bu" Jawabku tegas.

"Yah aku ijin kan" Sambung Mas Farhat.

"Tapi setelah semua selesai, Kamu harus segera pergi dari rumah ini detik itu juga" Mawar menambahkan tanpa diminta. Aku hanya mengangguk, Lalu berpamitan untuk masuk ke dalam merapikan gudang. Yang akan ku gunakan sebagai tempat istirahat ku tiga bulan ke depan.

*

Usai membersihkan sedikit ruangan yang bisa untuk ku tidur dan sholat. Aku duduk melantai melepaskan lelah.

Gudang ini tak sebesar mana, Masih lebih besar kamar mandi ku di rumah pribadi ku. Namun aku harus bertahan demi tujuan balas dendam ku. Keluarga Mas Farhat dan suami ku sendiri sudah sangat keterlaluan. Semudah itu mereka menghinaku yang telah mengabdi kepada keluarga ini kurang lebih tiga tahun lamanya.

Ku Keluar kan ponsel ku yang LCD nya retak dimana-mana. Aku sengaja memakai ponsel ini karena tidak mungkin aku yang menonjol kan kesederhanaan memakai ponsel i- phone Keluaran terbaru yang seperti di pakai oleh Desi.

Setelah memastikan situasi aman di luar gudang, Aku diam-diam menghubungi Desi.

"Gimana ??" Jawab sahabat ku dari sebrang.

"Aku diceraikan"

"Apa??"

Ku jauh kan ponsel dari telinga ku, karena jeritan Desi cukup kuat.

"Kau serius ??"

"Mawar disini... mereka sudah merencanakan pernikahan yang hal itu direstui oleh mertua ku"

"Gila.... edan banget tuh cowok" Sahut Desi.

"Awalnya aku pikir mertua ku akan menjadi penyelamat rumah tangga kami, Tapi rupanya.. Aku dihina berjamaah, mereka bilang aku mandul, miskin dan sombong " Ku pejamkan mataku menahan sakit di dadaku yang bergejolak.

"Astaga jahat bener... sekarang kamu dimana?"

"Di gudang "

"Ngapain ??"

"Aku akan menjalankan masa 'itdah disini "

"Kau gila Nis... rumah mu besar, ngapain kamu tinggal di gudang. Udah cepat pergi dari tempat itu, sepuluh menit lagi aku datang menjemput mu"

"Tidak perlu... Aku punya rencana kenapa aku memilih bertahan. Mereka sudah sangat keterlaluan, Aku tidak mungkin meloloskan nya" Aku sangat yakin dengan rencana ku.

"Apa yang akan kamu lakukan?" Tanya Desi dari seberang.

"Kau ikuti saja alurnya dan datang lah segera jika ku panggil"

"Hemmm baiklah... Aku akan selalu senantiasa ada untukmu"

"Terimakasih Des ..."

"Sama-sama.."

Ku putuskan talian, ku tarik nafas dalam-dalam lalu ku hembuskan. Sesak di dada masih terasa, sungguh dunia ku runtuh seketika.

Entah sudah sejak kapan perselingkuhan ini terjadi. Aku tidak merasakan perubahan sikap dari Mas Farhat sendiri, Atau?? Aku yang kurang peka. Yang terlalu sibuk melakukan pekerjaan di rumah sehingga tidak perduli jika Suami ku lebih banyak menatap layar ponsel dari padi wajah lelahku ??

"Hemmmmm Mas... Aku sangat menyesalkan tindakan mu. Padahal, Hanya tinggal menunggu waktu saja. Aku sudah berencana mengangkat jabatan mu menggantikan Desi. Tapi... Kau lebih tergiur dengan wanita cantik"

Ku peluk dua lutut ku lalu ku benamkan wajahku di antaranya. Ku coba untuk menata hati di saat kerungsingan.

KELAPARAN 3

Adzan Ashar berkumandang, ku paksakan tubuh ku yang meringkuk di lantai yang hanya beralaskan kardus usang untuk bangun. Aku akan mandi dan sholat di masjid. Karena aku sudah berjanji tidak akan menggunakan air setetes pun dari rumah ini.

Aku juga berniat untuk bertemu dengan Desi. Agar dia membawa kan aku pakaian yang lebih layak untuk ku.

Aku berangkat setelah ku kirim message kepada sahabat ku itu. Namun.. Saat melewati dapur yang menyatu dengan ruang makan. Aku terserempak dengan Yasmin yang mengomel di dapur, sedangkan Dino adik bungsu Mas Farhat asyik main game saja.

Saat aku lewat, Yasmin menjeling ku.

"Mau kemana Mbak??" serunya.

"Sholat!" jawabku pendek.

"Nah untung Mbak datang, bantuin Mbak Yasmin gih. Dia dari tadi ngoceh terus sambil nyuci piring. Sampek hampir budek telinga ku" Seloroh Dino.

Ku tatap Yasmin yang serba salah kayaknya.

"Sekalian ya Kak, Aku laper pengen makan tapi tak ada satupun yang bisa ku makan Mbak. Mbak masakan mie aja ya" sambung Dino seperti biasanya yang suka nyuruh-nyuruh.

Yasmin masih bungkam ku lihat.

"Din... Mbak sudah tidak bisa melakukan itu semua" ucapku.

"Kenapa ??" Dino menautkan kedua alisnya.

"Karena Mbak sudah diceraikan oleh Abangmu"

"Apa?? masak sih?? Tapi Kok Mbak masih disini ? seharusnya Mbak kan sudah tidak tinggal disini lagi "

"Dia kan tidak punya tempat tinggal Din.. udah biar aku yang masak Mie. Wong cuma mie nggak susah kok" Timpal Yasmin dengan entengnya.

"Nah.. denger kan apa kata Yasmin " Aku benarkan saja ucapan ketus si Yasmin.

"Ya udah cepetan dong Mbak, Aku laper.." seru Dino cuek.

"Iya iya.. ngoceh aja dari tadi" cetus Yasmin. Aku senyumin aja lah, meskipun mereka menyakiti perasaan ku.

Yasmin mengambil panci kecil yang ku pakai untuk masak air jika ingin buat kopi. Ku biarkan saja meskipun itu salah bagi ku. Ia mengambil air lalu memantik api. Airnya lumayan banyak, padahal untuk masak mie cukup hanya seperlunya saja agar air cepat mendidih.

"Ngapain masih berdiri disitu ?" Tegur Yasmin padaku.

"Aku cuma ingin memperhatikan bagaimana kamu melakukan nya" Jawab ku sambil melipat tangan di dada.

"A.. ini.. gampang kan?" Yasmin terlihat gugup. Aku tersenyum miring, hati ini merasa ingin sekali membalas penghinaan yang baru saja aku dapatkan.

"Kok lama amat sih" Yasmin mulai menggerutu. Ia menengok air yang pastinya hanya panas saja.

"Masih lama ya mbak?" Dino sudah tidak sabar.

"Kalau keburu kenapa nggak beli nasi uduk aja gih" Celutuk Yasmin.

"Ah nggak dikasih uang sama Ibu, katanya nunggu gajian"

Aku diam menonton saja semua adegan itu.

"Mbak..." Dino membuat ku menoleh" Mbak punya uang nggak ??"

Aku menggeleng

"Tadi Ibu ngasih cuma 50ribu untuk belanja, Itu pun nggak cukup. Jadi untuk hari ini aku nggak belanja cabe karena cabe masih ada di kulkas" Jawabku.

Yah memang begitu lah Ibu mertuaku, gaji Suami ku ia pegang. Dan selalu ngasi uang pas-pasan sama aku untuk pergi ke pasar. Tapi sebelumnya, Aku tidak perhitungan. Setiap belanjaan kurang, Aku nombokin tanpa pengetahuan mereka tentunya. Dan mungkin saja Ibu mertuaku mengira aku pintar ngatur belanja sehingga selalu cukup-cukup saja.

"Eh Dino.. ngapain disini sayang?" Ibu mertuaku datang dan mendudukkan dirinya di kursi makan sebelah putra bungsu nya.

"Nunggu Mbak Yasmin buat mie, lama banget Bu. Minta sama Mbak Anies, nggak mau! katanya udah cerai sama Mas Farhat"

Ibu mertuaku melirik ku sesaat.

"Iya itu benar, Tapi heran juga kenapa dia tidak tahu malu banget ya? Masih mau menjalani masa 'itdah disini "

Aku diam saja meskipun hatiku terasa perih.

"Din.. Kamu perhatikan dia baik-baik ya, Tadi dia bilang tidak akan menggunakan setetes air pun dari rumah ini. Jadi kalau kamu lihat dia pakai fasilitas apapun dari rumah ini, Kamu teriakin aja dia maling"

"Separah itu Bu??" Tanya Dino.

"Dia sendiri yang mengatakan hal itu dengan sombongnya" bantah Ibu mertua ku dengan jelingan sinis padaku.

Aku menarik nafas panjang lalu memilih pergi saja, dari pada berlama-lama disana menahan sakit hati.

*

*

Usai mandi, Dan sholat di masjid. Desi datang menghampiri ku yang masih belum habis berzikir. Setelah ku tuntaskan dengan do'a, Ia pun mencolek pundakku.

"Eh.. sudah tadi??" Tanyaku.

"Baru saja, Kamu masih dzikir jadi aku tunggu"

Aku tersenyum tipis, Meskipun Desi non muslim. Tapi dia begitu menghargai kami yang muslim.

"Sudah kamu bawa semua pesanan ku?"

Desi menjawab dengan anggukan kepala sembari menunjukkan paper bag di tangan nya.

"Apa rencanamu ?"

"Besok... adakan miting, Kau umumkan kepindahan mu serta kabarkan jika ada dua kandidat yang akan menggantikan mu"

"Siapa??" Desi dengan cepat menyela.

"Mawar dan Farhat "

Desi awalnya seperti tak terima, Namun setelah menatap ku dengan begitu mendalam. Sudut bibirnya terangkat, sepertinya ia mengerti tujuan ku.

"Kau ingin menciptakan perang dingin diantara mereka ??"

Aku tersenyum sebagai jawaban.

"Kau memang pintar " pujinya.

"Itu belum apa-apa, setelah perang dingin dimulai. Secara bertahap aku akan menampakkan diri. Dan kita akan menikmati adegan mereka yang akan mengemis di bawah kakiku "

"Tapi ... sebaiknya lakukan saat sebelum ketuk palu, maksimal tinggal beberapa hari untuk menunggu keputusan hakim"

Aku mengangguk setuju.

"Apa perlu ku panggil Syakila?" Desi menyebut seorang sahabat kami yang menjadi seorang pengacara disebuah kejaksaan.

"Tidak perlu, masalah perceraian pasti akan berjalan mulus. Karena mereka akan segera menikah, Dan mereka tidak akan bisa menikah resmi sebelum aku sah diceraikan"

"Tapi... proses perceraian mu mungkin lebih cepat dibandingkan dengan masa 'itdah mu. Apa kamu akan tetap bertahan disana?"

"Semakin aku bertahan disana, semakin mereka akan menjilat ku setelah tahu siapa aku? Itu yang aku mau ... Karena mereka sudah sangat menghinaku "

Desi mengangguk mengerti..

"Des.. boleh aku minta tolong satu hal lagi??"

"Boleh..."

"Aku lapar, Sejak pulang dari pasar aku belum makan apapun "

"Astaga... kenapa kamu tidak ngomong saat di telepon ?? ya udah aku yuk kita makan diluar " Desi dengan segera mengajak ku. Tapi aku menolak, Aku ingin makan di masjid saja. Akhirnya Desi mengalah, Ia ijin keluar sebentar untuk membelikan aku makanan.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!