NovelToon NovelToon

SAVE ME SAVE YOU

PROLOG

Memiliki penyakit yang bersarang ditubuh kita memang menyakitkan.

Cemas... cemas... dan selalu cemas, itulah yang aku rasakan saat ini.

Sangat sulit beradaptasi dengan penyakit yang ku derita saat ini, namun, berkatmu yang selalu ada, membuatku lebih baik.

Cerita diawali dengan seorang gadis penderita anxiety, yang kesulitan untuk mengendalikan penyakitnya. Rasa cemas yang berlebihan membuatnya kesulitan untuk menjalani kehidupan sehari-hari.Namun beruntung nya dia memiliki teman yang selalu ada, kapanpun dan dimanapun dia membutuhkannya.

Gadis beruntung tersebut adalah, im nari.

Seorang remaja berusia 17 tahun,yang kini duduk dibangku kelas 2 SMA di SMA Gyeongju. Gadis cantik dengan rambut panjang layer, curtain bangs dan memiliki warna ash grey.

( Warna ash grey adalah warna abu-abu yang dicampur dengan warna ash, yang memiliki tone kebiruan.)

Dan ciri lain yang membuatnya dapat mudah dikenal adalah tahi lalat yang berada di bawah mata, tepatnya dipuncak pipinya. Bibir kecilnya yang berwarna peach serta mata dengan iris berwarna coklat membuatnya semakin menawan.

Tapi dengan wajah cantik bukan berarti menjadi terkenal atau membuat semua orang menyukaimu. Hal yang sedang nari alami saat ini justru kebalikannya, banyak orang tak suka pada dirinya, bisa dibilang nari adalah murid yang biasa biasa saja.

Alasan ia tidak disukai terutama oleh kaum perempuan adalah karena teman dekatnya.

Kim haneul.

Haneul adalah teman sekaligus sahabat nari dari kecil yang selalu membantunya dalam hal apapun termasuk membantu mengontrol penyakitnya saat ini.

Haneul memiliki umur yang sama dengan nari, bahkan ulang tahun mereka hampir sama, nari berulangtahun tanggal 11 april, sedangkan haneul berulangtahun tanggal 12 April, ini sebuah kebetulan yang unik terlebih lagi bagi mereka berdua yang bersahabat.Tak jarang keduanya sering merayakan ulangtahun bersama.

Haneul memiliki wajah tampan serta rambutnya yang memiliki model two block haircut serta poni nya yang bervolume dan berwarna hitam itu sukses mencuri hati para gadis disekolah mereka.

Apalagi haneul adalah ketua kelas, dikelas yang sama dengan kelas yang nari tempati sekarang, yaitu 2-A.

Itulah alasan mengapa semua wanita disekolah ini membenci nari, selain karena wajah temannya, sikap haneul pun sangat perhatian padanya.

Wajar jika para wanita cemburu karena sikap spesial haneul pada nari.

Jika orang-orang bilang bahwa masa sekolah adalah paling indah, mungkin itu tidak berlaku bagi nari, baginya sekolah tak pernah memiliki masa indah karna temannya hanyalah haneul.

Walau hanya haneul, namun, ia sangat bersyukur memiliki sosok lelaki yang begitu perhatian padanya.

Kehidupannya yang dibenci banyak kaum perempuan tiba-tiba bertambah parah, sejak pertemuan nya dengan seorang laki-laki bernama.

Choi in ho.

In ho adalah laki-laki tampan dengan potongan rambut mullet serta poni yang berbentuk seperti curtain dan bewarna denim blue.

Berbeda dengan haneul yang memiliki image seorang laki-laki tampan yang baik dan perhatian atau biasa disebut good boy.

In ho memiliki image yang menyebalkan layaknya seorang bad boy.

Para wanita disekolah pun berlomba-lomba mengejar cinta inho berharap inho menjadi pacar mereka.

Di beberapa kesempatan inho memang terlihat berkencan dengan banyak perempuan. Ya seperti itulah laki-laki yang disukai kebanyakan wanita.

Seorang pria tampan dengan image bad boy selalu jadi incaran para wanita.

Im nari, choi in ho, kim ha neul, disinilah awal mula kisah mereka dimulai.

TERIMAKASIH.

...****************...

CHOI IN HO

Langit cerah dengan warna biru sebagai background dan awan putih yang terlihat seperti sebuah lukisan benar-benar terlihat indah.

Pemandangan inilah yang membuat Nari begitu merasa tenang.

Ia tak menyukai keramaian seperti kebanyakan orang lain, Saat di sekolah ia lebih memilih menikmati langit biru di atap sekolah daripada harus berinteraksi dengan teman-teman satu kelasnya.

Langit biru, suasana yang tenang, angin sepoi-sepoi itu sudah cukup baginya.

ia tak ingin penyakitnya sering kambuh karna itu benar-benar merepotkan, itulah kenapa ia selalu melakukan hal tersebut.

Sama seperti hari-hari yang telah ia lalui, kini saat jam istirahat Nari pergi ke atap sekolah untuk menikmati waktu santainya sembari memakan sebuah roti dan susu strawberry.

Waktunya yang tenang dan santai, tiba-tiba terusik oleh seseorang yang mendobrak pintu dengan kasar.

BRAAKKK...

Suara pintu yang bertabrakan dengan kerasnya dinding, sukses mengagetkan Nari yang sedang bersantai. Dari balik dinding ia mengintip siapa orang yang mengganggu waktu santainya.

Terlihat Seorang laki-laki bertubuh tinggi dengan rambut denim blue berjalan keluar. Nari berusaha acuh, ia berfikir mungkin orang itu juga sama ingin menikmati langit indah seperti dirinya.

Saat Nari berusaha acuh, ia menangkap sosok itu berjalan mendekati pinggiran gedung, Nari berfikir tidak... tidak mungkin kan... dia akan melakukan hal itu?.

Namun saat nari berusaha berfikir positif, sosok itu kini berada di pinggiran gedung bersiap untuk melompat.

Dengan naluri kemanusiaan nya Nari segera berlari menuju sosok itu dan menarik lengannya untuk menjauh dari pinggiran gedung.

Keduanya kini terjatuh, saling kehilangan keseimbangan karna ulah Nari tadi.

Tanpa memikirkan keadaan nya saat ini, Nari mengomel pada sosok laki-laki tersebut.

" YAK!! ... PABO YA!!...SETIDAKNYA PIKIRKAN DULU SEBELUM BERTINDAK!!.

KAU PIKIR AKAN SEPERTI DI ANIME!... SETELAH MENINGGAL MASUK ISEKAI?!!. PIKIRKAN ORANG-ORANG YANG MENYAYANGIMU!"

Bukannya tercerahkan karna omelan sosok yang telah menolongnya, Pria itu hanya menatap Nari sinis dan pergi meninggalkan nya.

KRRINGGGG.....

Tak terasa waktu istirahat nya telah usai, bell kini telah berbunyi tanda ia harus kembali ke kelas.

Waktu santainya terbuang sia-sia karna seorang pria menyebalkan. Dengan berat hati ia kembali ke kelasnya dan kembali pada keramaian.

Entah kenapa beberapa hari ini Nari merasa, Suasana sekolah semakin ramai. Biasanya memang ramai karna perempuan dari kelas lain berbondong-bondong datang untuk melihat wajah sahabatnya, namun kini benar-benar lebih ramai dari biasanya. Nari berusaha melewati kerumunan dengan susah payah untuk menuju ke kelas.

Sesampainya ia dikelas, ia langsung duduk ditempat duduknya yang berada di samping jendela dan berada di barisan ke 2 dari belakang.

Disebelah kanan kursinya, terdapat tempat duduk sahabatnya yang kini sedang mengobrol dengan para teman laki-laki nya.

Tidak seperti Nari introvert, sahabat nya memiliki banyak teman dan mudah bergaul, tapi dari yang Nari ketahui temannya ini hanya bergaul dengan para lelaki dan teman perempuan yang dia miliki hanya Nari.

Saat melihat Nari kembali ke tempat duduk, sahabat nya mengakhiri obrolan dengan temannya dan beralih pada Nari.

" Nari...lihat aku mendapat sepotong kue, kau mau? " ucap sahabatnya mengajak mengobrol.

Nari tau bahwa kue itu adalah pemberian dari para perempuan yang ingin mendekati sahabatnya, Lagi pula kini dengan jelas perempuan yang kemungkinan memberi kue itu sedang menatap Nari sinis, sembari meremas sebuah kaleng soda kosong hingga mengerut.

" tidak usah... Aku sudah kenyang. "

" ya sudah kubuang saja... aku juga tidak terlalu suka. "

Mendengar ucapan dari sahabatnya, Nari terkejut dan segera memarahi sahabatnya. Tanpa ia menoleh pasti ia tau kini perempuan yang memberi kue pada sahabatnya kini sangat marah.

" Kim haneul... kau tidak boleh membuang-buang makanan!. "

Haneul yang mendengar omelan sahabatnya hanya tersenyum dan menatap sahabatnya dengan gemas.

" Baiklah kalau kau berkata seperti itu, aku tak akan membuangnya.

Akan ku bawa pulang untuk Anjingku. " ucap haneul.

Uhuk...

Nari tersedak, setelah mendengar ucapan ngawur sahabatnya. Haneul yang melihat langsung menanyakan keadaan Nari dan tak lama guru pun datang, dan pelajaran pun dimulai.

KRIIINGGG....

Setelah 8 jam lebih bersekolah, akhirnya bell pulang pun berbunyi. Seperti biasa Nari dan Haneul pulang bersama dengan berjalan kaki.

Seperti biasa pula semua tatapan mengintimidasi dari para kaum perempuan datang untuk menghancurkan mental Nari, tangannya mulai gemetar namun Haneul langsung memberi sebelah headset wireless nya pada Nari sembari berusaha menenangkannya.

" Abaikan mereka Nari. "

Baru beberapa langkah mereka keluar dari kelas, kini langkah mereka terhenti karna kerumunan para kaum hawa yang kini memenuhi jalan.

Haneul merasa lelah, seharian ia telah belajar kini saat ingin menghabiskan waktu bersama sahabat nya dengan santai harus bertemu hal menyebalkan seperti ini.

" MINGGIR... KALIAN SEMUA MENGHALANGI JALAN! " ucap Haneul dengan suara keras.

Semua kerumunan itu kini berbalik arah memandang Haneul yang tengah memasang raut wajah kesal.

Para wanita itu kini menepi memberi jalan pada Haneul.Setelah para kerumunan menepi kini jalan pun terlihat dan kini mereka tau apa yang membuat para kerumunan ini berkumpul.

Terlihat dari kejauhan segerombol laki-laki dengan pemimpinnya yang tampan, berekspresi datar dan kedua tangannya masuk kedalam saku celana, terlihat seperti sikap laki-laki dingin pada umumnya,sedang melempar pandangan satu sama lain pada Haneul.

Aura mereka sangat kuat hingga membuat para wanita disekitar nya semakin tergila-gila pada mereka berdua.

Visual mereka seakan beradu, tidak ada yang mau mengalah satu sama lain.

Haneul melangkah maju diikuti oleh Nari yang kini berada di belakangnya, dengan terus menundukkan kepalanya karna ia tau jika ia melihat sekitar rasa cemasnya pasti akan kambuh kembali.

Semua wanita berbisik membicarakan kejadian langka ini.

" Wah lihat Haneul tampan sekali... "

" Apa mereka akan bertarung?... haduh aku tak bisa memilih... mereka berdua sama-sama tampan "

" Kyaaa Haneul semakin mendekat... ini benar-benar adu visual... "

" Iih... lihat dia selalu mengekor pada Haneul...

dasar perempuan centil. "

" Mengotori pemandangan indah saja, perempuan itu!! "

"MENYEBALKAN!!... DASAR CAPER!!. "

Nari berusaha menutup telinganya rapat-rapat agar tak terdengar satu kata pun yang keluar dari mulut para perempuan yang iri melihatnya.

Haneul yang melihat Nari tersiksa, sesegera mungkin berjalan menuju pintu keluar dan mengabaikan sosok tampan yang kini menatapnya sinis karena telah berjalan melewati nya.

Setelah drama singkat yang mereka alami, kini merekapun keluar dari bangunan sekolah. Haneul dengan cepat menanyakan keadaan Nari.

" Nari kau baik-baik saja ?, " ucap Haneul sembari memegang kepala Nari.

" Ayo... pulang... abaikan mereka. "

Keduanya kini saling berjalan bersebelahan sembari mendengarkan music pada headset Haneul.

Nari membuka percakapan, dengan menanyakan siapa orang tadi.

" Haneul apa kau tau siapa orang tadi? "

" Oh laki-laki yang sok bersikap dingin tadi.

Dia In ho murid pindahan dari sekolah lain.

Kenapa kau bertanya?... apa kau menyukai nya? " tanya haneul sembari menendang sebuah batu kerikil kecil.

" Kau ini bicara apa... aku hanya penasaran, aku bertemu dengannya saat jam istirahat. Saat itu dia akan melompat dari atap jadi aku menarik lengannya, menghentikan tindakan bodoh itu. "

Mendengar perkataan dari sahabatnya, mata Haneul terbuka lebar dan dengan cepat ia mencengkram kedua lengan sahabatnya dan memarahinya.

" Kenapa kau lakukan hal berbahaya seperti itu!!, bagaimana jika saat itu kau yang terjatuh!!, kau ini benar-benar membuatku khawatir setiap hari!!. "

" Iya maaf... maaf, " ucap Nari sembari cengengesan melihat sahabatnya mengkhawatirkan dirinya.

" Baiklah mulai besok aku akan selalu mengikuti mu kemanapun kau pergi Nari. "

" Ya ampun konyol sekali, dengar ya kim haneul kau punya teman yang harus bermain denganmu... hidupmu itu tidak harus selalu mengurusi aku. "

" Tidak masalah, lagi pula yang kubutuhkan juga hanya kau Nari. "

" Hufftt... sudahlah... ayo cepat pulang. "

...****************...

Keesokan harinya.

Sama seperti sebelumnya, saat jam istirahat Nari pergi ke atas atap sekolah, Namun, ditengah perjalanannya Nari melihat sebuah keributan.

Disana ia melihat seorang siswi didorong dengan kasar hingga terjatuh, Saat siswi lain disekitarnya hanya terdiam, Nari berlari menghampiri siswi tersebut.

Sosok laki-laki yang mendorong perempuan itu hanya menatapnya dengan jijik sembari melakukan gerakan tangan membersihkan bajunya yang tak kotor.

Nari segera berjongkok menyeimbangkan posisinya dengan perempuan yang terjatuh.

Ia berusaha menolong wanita itu, namun niat baiknya justru ditolak dan ia di dorong dengan kasar oleh wanita tersebut.

" Minggir... dasar menjijikkan!!, " ucap perempuan itu sembari mendorong Nari hingga ia kehilangan keseimbangan nya.

Untung saja tangan nari dengan sigap mendarat, menyangga tubuhnya.

Sosok itu kini mengomel kepada Nari.

" Ini adalah kehormatan bagiku karna bisa disentuh oleh Tuan In ho!!... Jadi jangan menolongku!! "

Nari yang mendengar nya hanya bisa terdiam. Orang orang mulai membicarakan Nari. Pori-pori kulit Nari mulai mengeluarkan keringat, Ia mulai merasakan panik karna perkataan orang-orang yang di dengar olehnya.

Tak lama Sosok laki-laki bernama inho menendang perempuan yang mendorong Nari sembari berkata,

" Kau menjijikkan... "

In ho mendekati Nari dan berjongkok,

Tanpa basa basi, bibir merahnya dengan cepat mencium bibir mungil milik Nari.

Bukan hanya Nari, namun semua pasang mata yang melihatnya kini terbelalak, bola mata mereka bahkan hampir keluar dari tempat nya.

Nari segera melepaskan ciumannya dan menampar Pria bernama In ho.

PLAKK...

Pria itu kini hanya tersenyum tipis setelah mendapat tamparan cukup keras dari Nari. Tangan dan kaki Nari gemetar, keringatnya pun makin mengucur deras membanjiri tubuhnya.

BUKK...

Satu bogeman mentah datang dari arah yang tak terduga yang membuat Inho jatuh tersungkur. Nari yang menyaksikan itu di depan matanya segera mencari tau sumbernya.

Orang yang memberi tinjuan itu adalah sahabatnya, Haneul dengan cepat menggenggam erat kedua tangan Nari kemudian menggendong nya ke ruang Uks.

Dengan panik Haneul meletakan tubuh Nari diatas kasur dan menenangkan nya.

" Nari... tarik nafasmu 4 detik lalu tahan 7 detik, kemudian lepaskan perlahan selama 8 detik.Ayo kita lakukan seperti biasanya... aku mulai... " ucap Haneul memberi instruksi sembari menggenggam erat kedua tangan Nari.

Nari pun mengikuti instruksi dari sahabatnya dan perlahan mulai tenang.

Haneul menghela nafasnya panjang, tanda ia lega Nari telah tenang.

Tanpa mengucapkan sepatah kata Haneul memeluk Nari erat, dan mencium kepala bagian belakang Nari.

Nari membalas pelukan Haneul dan berterimakasih padanya.

" Ya ampun kau lagi... "

ucap seorang dokter uks yang sedari tadi melihat drama yang mereka berdua lakukan.

Nari dan Haneul segera melepaskan pelukannya masing-masing.

" Dunia seperti milik sendiri... aku sampai diabaikan dan tidak dianggap. "

Nari dan Haneul tak merespon perkataan sang dokter karna terlalu malu.

KRIINGG...

Bel tanda berakhir nya istirahat telah berakhir.

Nari menyuruh sahabatnya untuk kembali ke kelas.

" Kembali lah kekelas, aku sudah baikan... terimakasih. "

" Tidak... aku akan izin, untuk menjagamu. "

" Haneul... kau harus belajar agar jadi dokter yang hebat kelak sama seperti ayahmu. Lagipula ada dokter rin disini. " ucap Nari sembari tersenyum manis.

Dengan berat hati Haneul kembali ke kelas atas permintaan Sahabatnya.

dokter penjaga uks pun kembali ke kursinya setelah mengecek kondisi Nari.

Nari mulai menarik selimut lalu membaringkan tubuhnya dan melihat keluar jendela, langit biru serta awan putih favoritnya.

Nari berusaha mengistirahatkan tubuhnya dan menutup matanya perlahan.

CEKLEK...

Saat tubuhnya setengah sadar ia mendengar suara pintu uks yang terkunci kemudian diikuti suara langkah kaki yang mendekat kearahnya.

Matanya perlahan terbuka dan terbangun untuk memastikan siapa orang tersebut.

" Dokter Rin?... kau disana?... "

"..... "

Tak ada sahutan, hanya suara langkah kaki yang semakin mendekat.Nari mulai panik, ia menggenggam selimutnya erat-erat dari balik Tirai putih yang menutupi nya.

SREEKKK...

Suara Tirai yang berbunyi karna ditarik.Terlihat sosok laki-laki yang membuka tirai tersebut.

" In ho " ucap Nari lirih.

In ho menatap Nari kemudian menghampiri nya dan dengan lancang sebelah kakinya naik keatas kasur Nari, tubuhnya mendekat, tangan memegang puncak kepala Nari, kemudian In ho mencium kening Nari dengan lembut.

Nari hanya terdiam karna terkejut akan perbuatan In ho.

Kini In ho menurunkan sebelah kakinya dan mengambil sebuah kursi untuk ia duduki di sebelah kasur Nari.

In ho duduk dan membaringkan setengah badannya kepangkuan Nari, Tangannya mulai menarik tangan Nari dan meletakkan nya keatas kepala Inho. Inho menggerakkan tangan Nari seolah-olah meminta Nari untuk mengelus-elus kepalanya.

Nari segera melepaskan nya dan bertanya apa maksud In ho melakukan semua itu.

" Apa yang kau lakukan?... "

Mendengar pertanyaan Nari, kini In ho meletakan kedua tangannya diatas pangkuan Nari dengan posisi menyilang dan menyandarkan kepalanya diatas tangannya.

Inho hanya menatap Nari, tak lama mulutnya mulai berucap.

" Kau milikku... "

Nari merespon dengan mengernyitkan dahinya.

" APA YANG SIBODOH INI KATAKAN, "

ucap Nari dalam hatinya.

Tak lama terdengar suara pintu yang digedor berkali-kali dan terdengar suara Dokter Rin yang berteriak dari arah luar.

In ho terbangun dan berdiri. Kini tangannya mulai menggenggam tangan Nari dan Mengecup punggung tangan Nari lembut.

Nari segera melepaskannya dan mengelap punggung tangannya pada selimut.

Bukannya marah inho malah memberi respon tak terduga, mulutnya tersenyum tipis kemudian berbisik pada Nari,

" Ayo kita bermain besok... "

Setelah mengucapkan itu In ho pergi dan tak lama dokter rin masuk.

Dasar orang aneh.

...****************...

KIM HANEUL

Dasar orang aneh.

Kehidupan ku yang normal, kenapa harus terusik oleh orang aneh.

Sudah cukup dengan penyakit yang menyebalkan ini, tapi kenapa harus bertambah dengan bertemu orang aneh.

Nari berusaha melupakan apa yang sudah terjadi dan kini kembali mengistirahatkan tubuhnya.

...****************...

Keesokan harinya nari berangkat sekolah seperti biasanya. Hari ini haneul memintanya untuk berangkat terlebih dahulu. Rasanya sedikit aneh karena biasanya ia dan haneul selalu berangkat bersama.

Nari bukan tipe orang yang berangkat sekolah pagi-pagi sekali jadi ketika ia masuk ke kelas sudah banyak murid di dalam kelas.

Tak banyak yang bisa nari lakukan setelah masuk ke kelas, disaat yang lain saling mengobrol ia hanya mendengarkan lagu melalui earphone nya, kemudian membaca buku yang akan dipelajari saat kelas dimulai nanti.

Sekarang ia mulai merasa khawatir karna haneul belum juga muncul, mungkin hari ini nari agak kesepian karna tak akan mendengar celotehan dari sahabatnya itu.

Nari kembali fokus pada buku yang tengah ia baca, namun tiba-tiba saja seseorang melepaskan earphone di sebelah telinga sebelah kanannya dan berbisik lirih.

Suara bisikan lirih serta hembusan nafas yang datang melewati lubang telinga sebelah kanannya membuat nari merinding, hingga akhirnya menoleh dan melihat sosok yang telah berbisik padanya.

" Apa yang kau lakukan!... kembalikan earphone ku! " pinta nari pada sosok yang kini berdiri di sebelahnya.

Nari berdiri dan berusaha meraih earphone yang kini berada dalam genggaman sosok tersebut.

Karna perbedaan tinggi badan, nari berjinjit berusaha meraih earphone miliknya.

" Aku mohon kembalikan. " pinta nari kembali seraya masih berusaha meraih earphone miliknya.

Setelah mendengar permintaan nari sosok tersebut kini menurunkan tangannya dan menatap nari.

Nari sedikit takut karna tatapan itu, ia berjalan mundur, namun sosok itu mulai mendekat padanya hingga nari tak bisa lagi berjalan mundur karna meja yang ada di belakang nari.

Walau tak bisa berjalan mundur tapi sosok itu terus mendekat dan memaksa nari hingga bagian tubuh atasnya sedikit naik ke meja miliknya.

Sosok itu kini benar-benar berada sangat dekat di depannya. sosok itu menaruh kedua tangannya di sebelah kanan dan kiri meja hingga akhirnya memblok pergerakan nari.

Dari arah bawah wajah sosok tersebut semakin mendekat ke wajah nari, hingga ia mengalihkan pandangannya dari sosok tersebut.

GRRAB...

Sepasang tangan datang memegang kedua sisi samping perutnya kemudian sosok pemilik tangan tersebut mencium leher nari.

Ia bahkan bisa merasakan saat kulit yang berada di lehernya bersentuhan langsung dengan bibir sosok tersebut.

Hembusan nafas sosok tersebut bahkan terasa hingga mengenai bagian tengkuknya.

Nari tak tinggal diam dan berusaha mendorong tubuh sosok tersebut.

" mmm... lepaskan! " pinta nari sembari berusaha melepaskan diri dari pria yang dengan lancang melakukan hal ini padanya.

Nari masih terus berusaha melepaskan diri, namun kekuatan laki-laki yang sedang melakukan hal tak pantas pada dirinya itu terlalu kuat.

Tubuh laki-laki itu terasa berat dan sekeras baja, nari bahkan tak bisa mendorongnya sedikitpun.

Tak lama keberuntungan datang padanya,sahabatnya datang kemudian menarik kasar seragam sosok tersebut dan memberinya sebuah tinjuan tepat pada wajah sosok tersebut hingga terkapar.

BBUUK...

Saat sosok itu terkapar haneul memeriksa leher sahabatnya dan terlihat jelas bekas ciuman berwarna kemerahan yang tertinggal di sana.

Haneul mengepalkan kedua tangannya dan bersiap untuk menghantam kembali sosok yang tengah terkapar itu.

Haneul memposisikan dirinya diatas sosok tersebut, tanpa basa basi ia memberikan beberapa kali bogeman mentah pada sosok itu.

Haneul tak pernah terlihat semarah ini, ia sampai menggertakan giginya tanda ia begitu marah pada sosok itu.

Seluruh siswa berkumpul berbondong-bondong melihat apa yang tengah terjadi, kini kejadian itu tak hanya terlihat oleh siswa dikelas nari saja, namun kini hampir seluruh siswa berbondong-bondong datang melihat kejadian itu.

Haneul masih terus memberikan tinjunya dan kini ia meraih kerah sosok tersebut dengan kasar.

" YAK!... CHOI IN HO!, KAU MAU MATI?! " ucap haneul yang kini memegang erat kerah inho sembari terus menggertakan giginya.

" Menarik... " jawab inho kemudian dilanjutkan dengan menyeringai.

Tak terima mendapatkan jawaban seperti itu, haneul kembali akan melanjutkan tindakannya, namun, kini dari arah bersebrangan sebuah kepalan tangan datang dan membuatnya terlempar agak jauh dari posisinya saat itu.

Haneul tak bisa merasakan pergerakan inho, dia sangat cepat dan juga kuat, haneul merasa bahwa inho adalah orang yang berbahaya.

Saat ia tengah terfokus dengan pikirannya tiba-tiba,

tes... tes..

Darah mulai menetes dari balik hidung nya dan ia reflek menutup lubang hidungnya dengan tangannya.

" HANEUL!... "

Sebuah panggilan yang mencurahkan rasa khawatir datang dari sahabat haneul.

Nari datang menghampiri haneul dan memberinya sapu tangan. Dengan tubuh yang terus gemetar ia berusaha membawa haneul menuju ruang uks untuk diobati.

Sepanjang perjalanannya ke uks, seluruh siswa hanya melihat tanpa membantu nari mengantarkan haneul.

Hingga sampai saat ia ke ruang uks, dokter rin begitu terkejut melihat kondisi hidung serta mulutnya kini bermandikan darah.

Dokter rin segera memeriksa kondisi haneul, dan yang ia takutkan benar saja terjadi. Tulang hidung laki-laki muda itu patah dan harus segera dirujuk ke rumah sakit.

" Haneul... ini parah, tulang hidungmu patah. Aku akan merujuk mu ke rumah sakit. " ucap dokter rin yang kemudian juga meminta Nari untuk menemani haneul dirujuk ke rumah sakit.

Seluruh sekolah gempar atas kejadian ini dan hal itu menjadi trending topik di sekolah tersebut.

Setelah perjalanan yang tak menyita waktu cukup banyak itu mereka telah sampai di rumah sakit. Entah takdir atau mungkin kebetulan, yang menangani operasi haneul adalah ayahnya sendiri.

Ayah haneul adalah dokter dan salah satu orang berpengaruh di rumah sakit itu, itulah kenapa haneul sangat menghormati ayahnya dan ingin menjadi orang hebat seperti ayahnya.

Diruang tunggu, Nari terduduk sembari menggigiti kuku jarinya, tubuhnya juga terus bergetar hebat mengingat apa yang telah terjadi.

Nari merasa khawatir, ketakutan, marah, dan sebagainya. Ia merasa begitu campur aduk saat ini.

Karena terlalu merasa khawatir, Nari tak sadar bahwa kini ayah haneul yang telah selesai menjalankan operasi datang dan duduk di sebelahnya.

" Nari... " panggil ayah haneul sembari menepuk pelan pundak nari.

Nari menoleh dengan ekspresi khawatir serta iris bola matanya kini melebar.

" paman kim, aku minta maaf, ini salahku.

Karna aku, haneul jadi begini, aku benar-benar minta maaf. " ucap nari dengan menyeka kasar air matanya.

" Tak apa nari, haneul akan segera sembuh.

Jangan terlalu difikirkan.Aku juga tak mau kau bertambah sakit Nari.

Kau bisa menemuinya sekarang. "

Setelah mendengarkan perkataan ayah haneul, akhirnya nari masuk ke kamar haneul yang ada di rumah sakit.

" Nari... " panggil haneul lirih

Nari kini hanya bisa terduduk dan tertunduk di kursi sebelah kasur milik haneul sembari sesekali menyeka air mata yang keluar.

" Jangan menangis, aku baik-baik saja... " ucap haneul berusaha menenangkan sahabatnya itu.

" maafkan aku haneul, aku terlalu lemah dan selalu menjadi bebanmu. Maaf... "

Haneul tersenyum tipis dan menggenggam tangan nari.

" Nari... ini sudah menjadi tanggung jawabku menjaga mu?... ingat tidak janji yang kuberikan saat ayahmu meninggal dulu?.

Aku berjanji akan selalu melindungi mu, dan aku bersumpah pada ayahmu aku akan selalu menjagamu. "

" Tapi itu hanya janji ketika kita masih anak-anak. " ucap nari pada haneul.

" bagimu mungkin hanya perkataan anak-anak, tapi aku menepatinya hingga sekarang bukan?. "

Tangan haneul kini semakin erat menggenggam tangan sahabatnya itu.

" Nari... mendekat lah padaku. " pinta haneul pada nari yang disetujui oleh nari.

Nari mendekatkan setengah tubuhnya ke arah haneul. Saat wajahnya telah benar-benar dekat di depan wajah haneul tak disangka,

" ARGGGHH...SAKIT " ucap nari kesakitan.

Haneul mencubit pipinya dengan gemas dan tertawa dengan senangnya diatas penderitaan nari.

" Hahaha maaf ya... sana pulang, besok kita akan ke sekolah bukan? "

" Tapi kau bagaimana... "

Haneul mulai terkekeh setelah mendengar kata kata yang diucapkan oleh sahabatnya itu hingga nari yang kesal dan akhirnya memukul lengan sahabatnya.

PLAK..

" Dasar bodoh... "

" Hey itu sakit nari ku sayang. "

" Berhenti membuat lelucon itu haneul, aku benar-benar merinding sekarang "

" Sayang ku Im nari, sayang... sayang. "

Seolah tak mendengarkan perkataan sahabatnya, haneul terus menggoda nari.

Nari menyerah menghadapi lelucon sahabatnya itu dan kini ia pamit untuk pulang.

" Ya terserah saja, aku pulang dulu... sampai jumpa besok haneul, semoga cepat sembuh " ucap nari diiringi dengan senyum manis yang terpancar di wajahnya.

Haneul hanya membalas dengan senyuman tipis dan ia melihat bahwa sahabatnya kini telah keluar pergi meninggalkan kamar ruangannya untuk kembali pulang kerumah.

" Aku menyukai mu nari...

aku merasa seperti pengecut.

Aku takut saat aku menyatakan perasaanku padamu, hubungan kita tak lagi sama seperti sekarang.

Aku benar-benar menyukai mu nari... "

...****************...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!