NovelToon NovelToon

Cinta Sempurna

Bab 1

“Check, check, check.....” suara sang sound man yang tengah mengecek sound di mikrofon satu per satu.

Setelah di rasa cukup, kini giliran mengetes alat musik yang siap pakai untuk acara konser kecil-kecilan sebuah band ternama. Sementara temannya yang satu lagi tengah memasang spanduk konser di jalanan-jalanan. Mereka akan tampil di Stadion Cempaka pada malam Minggu.

Di tempat lain yang tak lain sebuah penginapan sebuah band ternama yang letaknya tak jauh dari Stadion Cempaka, terdapat empat personil tengah gladi bersih untuk mempersiapkan acara yang akan dilaksanakan tiga hari lagi. Masing-masing personil berlatih dengan alat musik pribadinya dan mengetes kualitas perfoma mereka nantinya.

“Guys, pokoknya kita harus bisa tampil sempurna nantinya” timpal sang vokalis di sela-sela latihan mereka. 

“Yoi Bro, kita harus kompak menampilkan terbaik untuk penonton kita terutama penggemar kita” balas sang bassist bersemangat.

“Harus dong. Demi kita, tim penyelenggara, dan penggemar kita” ucap sang gitaris penuh senyum

"Semoga acara besok lancar" sambung sang drummer sembari mengulurkan tangan kanannya untuk melakukan tos kepada ketiga temannya.

Mereka membalas tos kepada sang gitaris tersebut dan tertawa bersamaan.

¯¯¯

Musik bergenre pop galau namun merasuk sekali di hatiku mengalun lembut di telingaku. Kali ini aku benar-benar larut dalam lagu terbaru milik band favoritku. Band kesayangan yang mempunyai ciri lagu galau yang mendalam. Kini kunikmati satu per satu lagu terbarunya, memang benar-benar keren habis karya-karya mereka.

Suara sang vokalis yang mellow habis membuatku terhanyut dalam setiap lirik lagunya. Seperti malam ini aku tengah galau, mengingat tiga bulan yang lalu aku baru saja memutuskan hubungan dengan mantan pacarku bernama Rangga. Aku benar-benar kecewa saat tidak sengaja memergokinya sedang berciuman di gudang sekolah dengan sahabatku Fay. Detik itu juga aku langsung memutuskan hubungan percintaan dan persahabatanku dengan mereka. Diam-diam tanpa sepengetahuanku mereka sudah sering bertemu berdua di belakangku. Sakit sekali hatiku mengetahui hal tersebut. Kata Sang Idola seperti lagunya yang berjudul “Suara Kecewa”, eh bukan...bukan.... lebih tepatnya “Hati Tunggal”. Tapi sepertinya dua lagu itu memang pantas untuk mengisahkan kisah cintaku yang kandas mengenaskan ini.

Aku ingat lirik lagu mereka dengan judul Hati Tunggal seperti ini.”Mengapa...kau terlahir jika hanya membuat diriku mati, tak menduga ada cinta yang lainnya. Yang lebih menyakitkan kau menyayat luka berkali-kali. Bercumbu mesra dengan teman baikku....” nyanyiku sambil menirukan sang vokalis Donnie Sibarani menyanyi lagu di mp3 ponselku. Perasaanku kembali sesak saat menghayati lirik lagu itu, tak lama setelah itu aku kembali meneteskan air mata yang berbarengan dengan suara ponsel berdering. Aku langsung mengangkat teleponnya tanpa melihat nama di layar ponsel.

“Firaaaaaa....” teriak seseorang tersebut dari dalam telepon yang tak lain itu suara Fiki.

“Hy Fik, tumben malem-malem telepon nih?” sahutku dengan suara serak langsung sembari menyembunyikan perasaan sedihku.

“Malam minggu besok Ada Band tampil di Stadion Cempaka lhoh....” cerita Fiki to the point.

Aku terkejut mendengar informasi dari Fiki, “Seriusan Fik?” tanyaku sekali lagi dan pastinya berganti ekspresi senang.

“Seriusan lah, ngapain kalau Gue bohong ngabarin Loe dan buang pulsa demi Loe untuk kasih tahu tentang ini” sungut Fiki, “lagian ini Gue lagi di kafe deket Stadion Cempaka terus lihat ada spanduk itu” lanjut Fiki yang masih nyerocos di telepon.

Aku tertawa mendengarkan celotehan lucu dari Fiki dan langsung bersorak gembira sembari membayangkan bertemunya sang idola lagi di tempat yang sama beberapa tahun yang lalu. “Ah, nggak sabar deh rasanya pengen kesana” responku senang.

Terdengar samar-samar suara Mama mengetuk pintu kamarku.”Fik, udah dulu ya. Mama ngetuk pintu kamar nih” ucapku.

“Oke, Gue cuman mau kasih info ini saja sama Loe. Gue mau balik dulu ya” setuju Fiki sembari menutup teleponnya.

Lalu kuberi kecupan lewat telepon dan menutup telepon dari Fiki dengan perasaan senang. Setelah itu bergegas membukakan pintu kamar untuk mama. “Ya, Ma....” sahutku cepat-cepat.

Mama langsung geleng-geleng kepala melihat ekspresiku hanya senyum-senyum sendiri.

“Tuh, ada seseorang yang mau nemuin kamu” kata Mama.

Aku mengerutkan kening.”Siapa Ma? Malam-malam begini?” tanyaku penasaran.

Mama langsung menunjukkan seseorang yang ingin bertemu denganku. Aku terkejut dan ingin buang muka saat mengetahui seseorang itu adalah Fay.

“Hay Fir, Gue kangen tauk sama Loe” sapa Fay langsung memelukku.

 “Ngapain Loe kesini!” ketusku sembari mendorong tubuhnya hingga pelukan Fay terlepas.

Fay terkejut saat aku mendorong tubuhnya, begitupun dengan Mama yang terkejut melihat ekspresiku langsung tak bersahabat dengan kedatangan Fay.

“Fira, ada apa denganmu? Kenapa sikapmu seperti itu dengan sahabatmu sendiri?” tegur Mama terheran-heran.

Rasa sakit hatiku langsung menjalar di sekujur tubuh, sakit sekali mengingat kejadian menyayat itu. “Ma, dia sudah nggak pantas jadi sahabatku!” makiku sembari menunjuk kearah Fay, ”sahabat apa itu? Masa teman makan teman. Aku mergokin Fay sedang berciuman dengan Rangga di gudang sekolah” terangku sembari memasang ekspresi sengit kearah Fay.

Mama langsung terkejut mendengar ceritaku. Tampak Fay memasang ekspresi santai, seolah tidak merasakan ada kesalahan pada dirinya. ”Fir, Gue kangen Loe. Ayo kita main lagi” ucap Fay tanpa ada rasa bersalah sama sekali.

Mama melihat Fay, hanya menggelengkan kepala dengan heran dan melirik sinis."Kenapa Fay berbuat seperti itu pada Safira?" tanya Mamaku dengan ketus.

Fay hanya tersenyum tanpa sedikit pun merasa dosa karena menghianatiku."Cinta kami tidak bisa dipaksakan Tante" jawab Fay yang tanpa sadari membuat hatiku semakin sakit.

"Tapi cintamu salah Nak, sampai mengorbankan persahabatan kalian" tegur Mamaku lagi.

"Maaf Tante. Rangga juga mengatakan dia lebih bahagia bersamaku daripada dengan Safira" ucap Fay dengan senyum kemenangan.

Melihat ekspresi senyuman Fay, ingin sekali aku menampar wajahnya saat ini juga. Tapi Mama menahanku.

"Ambil saja cowok seperti Rangga!! Gue sudah tak butuh lagi cintanya" jawabku ketus,"satu lagi, kalo Loe mengajak Gue untuk bermain keluar bertiga dengan Rangga. GUE NGGAK BISA!!!!" jawabku menolak ajakkan Fay.

“Fir, ayolah” rengek Fay memohon dan pastinya tidak merasa bersalah padaku.

"Tante nggak izinkan Fay bermain lagi dengan Safira!!!!!" ucap Mama tegas.

“Tapi Tan.... Fir, please!” mohon Fay sekali lagi.

Dengan tegas, aku menggeleng dan tetap kekeuh akan mengusir Fay malam ini juga. “Gue nggak butuh teman penghianat seperti Loe Fay!!” teriakku sembari menatap sinis kearah Fay.

Fay menatapku tajam dan langsung meninggalkanku yang masih di depan pintu kamar. Tanpa berpamitan dengan Mama yang masih ada di kamarku dan Papa baru saja akan melihat kekacauan yang ada di kamarku.

Aku langsung menangis karena perasaanku berkecamuk sakit sekali saat membayangkan kejadian menyayat itu terekam lagi di otakku.

"Kamu akan segera mendapatkan pengganti Rangga Nak. Dia memang tidak pantas untukmu" ucap Mama sembari memelukku.

Aku mengangguk dalam pelukkan Mama,"Terima kasih Mama. Safira sayang Mama" ucapku mulai tersenyum.

Melihat kamarku terbuka, Papa segera masuk kamarku lalu bergabung padaku dan Mama.

"Cinta anak ABG memang rumit ya" canda Papa untuk menghiburku.

"Ihh Papa, kayak nggak merasa jadi ABG aja dulunya" responku sembari memanyunkan bibirku.

Papa tersenyum, lalu membelai kepalaku dengan sayang."Tenang, patah hati dari korban penghianatan akan lekas redanya dan langsung dapat pengganti lagi" ucap Papa lagi.

"Sejak kapan Dosen Teknik Arsitektur tiba-tiba jadi puitis begini" Mama melirik Papa dengan tatapan curiga.

"Kalo aku nggak puitis, mana mungkin bisa dapetin wanita cantik yang sudah memberiku satu keturunan yang cantik pula" Papa menggombali Mama kemudian melirikku.

Terlihat wajah Mama merona karena Papa mulai iseng menggodanya.

Aku tertawa melihat tingkah kedua orangtuaku persis seperti ABG yang sedang dimabuk cinta. Umurnya memang tak lagi muda, romantisnya tidak pernah pudar. 'Kelak aku juga ingin mendapatkan Pria yang romantis seperti Papa' doaku dalam hati.

¯¯¯

Siang itu saat istirahat kedua, aku masih saja merasa murung karena teringat kedatangan Fay semalam itu membuatku semakin merasa sakit hati dan yang pasti merusak mood ku seharian ini.

“Fir, Fira. Dari tadi kamu kelihatan murung terus? kenapa sih?” tanya Falen membuyarkan lamunanku.

“Iya Fir, kamu kenapa sih?” tanya Fiki ikutan penasaran.

Aku mendongak kearah mereka berdua lalu menggelengkan kepala.

“Tuh kan kalau ada masalah suka mendem sendiri” sungut Fiki.

“Iya Fir, kamu tuh ya dari tadi melamun terus. Sampai nggak merhatiin pelajaran” terang Falen, “ada apa sih sebenarnya?” tanya Falen semakin penasaran.

Merasa kalah dengan desakkan kedua sahabatku, akhirnya aku menceritakan apa yang terjadi semalam. Secara detail dan lengkap. Setelah aku selesai bercerita, mereka berdua tampak berapi-api karena merasa tak terima saat Fay tidak merasakan salah sama sekali.

"Apa! Fay bukannya minta maaf padamu, tapi mengajak keluar bertiga bareng Rangga” tanya Fiki yang sangat terkejut mendengar cerita dariku.

“Hello, urat malunya bener-bener putus. Seperti tidak punya rasa bersalah sama sekali” sungut Falen juga.

Aku hanya membalas dengan anggukan pelan. Aku yang sudah berusaha melupakan semuanya, tapi kedatangan Fay mengajakku main betiga dengan Rangga rasanya seperti tidak punya hati dan tidak adil bagiku karena aku dikhianat mereka berdua. Rasa sakit hati itu menjalar lagi di dadaku. Sangat menyakitkan.

“Sudahlah Fir, nggak usah di inget-inget lagi kejadian menyakitkan itu” hibur Falen sembari menenangkanku.

“Iya Fir, nggak usah terlalu dipikirkan kejadian itu lagi” sambung Fiki yang juga menyetujui ucapan Falen.

Aku mengangguk pada Fiki dan Falen, lalu tersenyum setuju karena sudah waktunya untuk melupakan semuanya yang menyakitkan tentang Rangga dan Fay.

Sementara dari dua bangku ke belakang aku merasa Diva tengah tersenyum untukku. Aku membalas senyumannya dengan rasa yang aneh tengah berdebar di hatiku. Senyuman manis Diva melekat jelas di otakku, sebagai tanda aku harus semangat menjalankan hari-hariku berikutnya. Tapi suara Fay dan Rangga masuk kelas membuatku mengalihkan pandangan kemudian melanjutkan bicara dengan Fiki dan Falen lagi. Tanpa sengaja aku melihat kemesraan mereka berdua yang membuat hatiku merasa sakit lagi. Aku mendengar mereka mulai membuka pembicaraan.

“Beib, aku punya sesuatu nih buat kamu” ucap Rangga sembari mencium pipi Fay.

Fay terlihat kegelian mendapati Rangga mencium pipinya,"Geli Beib, ini di kelas tauk" balas Fay dengan senyuman malu-malu sembari melirikku, “oh, ya? Hadiah apaan tuh Beib?” kejut Fay dengan perasaan salah tingkah.

Sementara, aku yang merasa dilirik sinis oleh Fay hanya cuek saja lalu mengeluarkan materi pelajaran hari ini.

Rangga tersenyum geli melihat kekasihnya tampak penasaran dengan hadiah yang akan ia berikan. Kemudian tangan kanannya mengeluarkan sesuatu berupa tiket konser. Ekspresi Fay berubah jadi cemberut karena merasa kecewa.

“Kok tiket konser sih Beib? Aku kira kamu kasih sesuatu yang glamour gitu ke aku” sedih Fay merasa kecewa sekali.

Kini ekspresi Rangga bengong.”Ada apa denganmu Beib?” tanya Rangga, “aku beli 2 tiket konser Ada Band ini untuk kita tonton besok malam Minggu” terang Rangga berusaha membujuk Fay dengan ekspresi girang.

Fay tampak tersenyum kecut ketika Rangga mengatakan demikian.”Tapi aku kan nggak suka Ada Band, Beib. Kasihkan Fira aja. Dia kan ngefans sekali dengan Band itu” usul Fay sembari melirikku lagi.

Rangga langsung melengos saat Fay mengatakan demikian.”Tapi pacarku itu kamu Beib. Bukan Fira lagi. Lagian nggak penting juga kasih tiket konser untuk dia” balas Rangga sengit sembari melirik kearahku juga.

Merasa Rangga membenciku, aku berlagak tak peduli dengannya saat Rangga mengatakan itu kepada Fay. “Cari muka segitunya. Padahal aku dari tadi diem aja, mereka kenapa yang kepanasan” batinku sembari memutar bola mata malas lalu membuang muka.

Kudengar Falen membisikkan, ”Nggak usah dilihatin Fir, nggak jelas mereka.”

Aku mengangguk patuh dan berusaha tak mempedulikan obrolan Rangga dan Fay lagi, tapi itu hanya sementara karena Rangga semakin menjelek-jelekanku di depan Fay.

Awalnya aku masih bisa menahan emosi, tapi kudengar Rangga seakan memancing emosiku. Aku tak tahan mendengarnya lalu beranjak dari bangku dan menghampiri Rangga lalu menggebrak meja di bangkunya.

“BRAKK!!!!” aku memukul meja dimana bangku Rangga dan Fay duduk.

"Maksudmu apa cari masalah terus sama aku?” emosiku sembari mendorong tubuh Rangga yang hampir limbung.

Tapi nyatanya Rangga malah menertawakanku. Puas sekali. Seakan melakukan perbuatan yang tak berdosa. Sementara Fay juga menertawakanku.

“Kalian memang klop sih" ucapku,"klop sakit jiwa nya" balasku sembari tertawa meledek Rangga dan Fay.

Fay yang ingin membalas, tertahan karena aku menahan tangan Fay. Kulihat Fay mulai cari perhatian dengan Rangga sembari teriak-teriak,"Aduhh Beib, tanganku mau di plintir Fira" adu Fay.

Kenyataannya, aku hanya memegangi tangan Fay saja tanpa memelintir sedikit pun. Tapi ternyata Rangga mendorongku hingga aku nyaris terjatuh tapi tidak jadi karena ditahan oleh Diva yang ada di belakangku.

"Kamu nggak apa-apa kan Fir?" tanya Diva dengan nada khawatir.

Aku mengangguk,"Nggak apa-apa Div. Makasih ya" ucapku yang tanpa sadar membuat debaran jantungku kian melompat-lompat.

Diva tersenyum lega,"Syukurlah" balas Diva padaku.

Lalu menghampiri Rangga, “Beraninya sama cewek, sini kalau berani sama aku” tantang Diva mendorong pundak Rangga dengan sengit.

“Apaan kamu Div, nggak usah ikut campur deh” serang Rangga membalas mendorong pundak Diva juga.

Diva tampak menahan amarahnya sembari menatap tajam kearah Rangga. Sementara aku sendiri bengong melihat tingkah Diva yang memang akhir-akhir ini selalu membelaku saat Rangga membuat masalah padaku.

Memang sih, Diva baik sekali padaku, perhatian, walau kadang suka jahil. Divandra Ilyas, itu nama lengkapnya. Cowok berparas tampan, tinggi, dan bertubuh atletis itu kadang membuatku salah tingkah saat membalas senyumnya atau meliriknya. Dulu aku pernah mengaguminya, tapi semenjak jadian dengan Rangga rasa kagumku hilang pelan-pelan dan berubah menjadi biasa saja. Tapi setelah putus dari Rangga, sepertinya perasaan itu muncul lagi. Apalagi semenjak Diva sering membelaku saat diganggu Rangga. Rasa kagumku 2x lipat untuknya.

“Oke, aku nggak akan mengganggumu lagi Rangga. Asal kamu jangan mengganggu Fira yang sudah menjadi masa lalumu” pinta Diva akhirnya mengalah dan suaranya membuyarkan lamunanku tentangnya.

Sementara kulihat Rangga masih saja menahan marahnya siang ini. Dari ekspresi wajahnya seperti ingin menghabisi Diva siang ini. Tapi Fay menahannya terus supaya pertengkaran sepele ini segera berakhir.

“Sudahlah Beib, kamu jangan ambil gara-gara lagi” bisik Fay dengan ekspresi pura-pura melerai Rangga dan Diva.

“Tapi dia.....” protes Rangga terpotong karena Fay terlanjur memelototi Rangga agar diam saja tak menanggapinya lagi.

Rangga tampak mengangguk patuh seakan menuruti perkataan Fay  bersamaan dengan kedatangan sang guru BK yang kebetulan melewati kelas kami. Keributan langsung terhenti saat beliau menegur kami-kami yang sedang gaduh di kelas.

¯¯

Bab 2

20 Agustus 2011. Dimana malam ini idola favoritku akan tampil di Stadion Cempaka. Yup, Ada Band akan manggung disana. Rasanya kali ini aku benar-benar seperti mimpi bertemu mereka secara langsung.

Seperti biasa, aku berangkat kesana bersama Fiki dan Falen.  Malam ini aku sudah siap dengan penampilan sederhanaku. Menggunakan kaos panjang berwarna pink yang kupadukan dengan vest berwarna putih seperti warna celana jeans-ku serta tas selempang kecil untuk memasukkan handphone dan beberapa barang yang kubutuhkan. Segera aku keluar kamar karena sebentar lagi Fiki dan Falen datang menjemputku.

        Saat aku akan keluar kamar, terdengar deringan handphone-ku berulang-ulang pertanda ada panggilan masuk. Kulihat di layar handphone nama Fiki memanggil. Aku tersenyum senang karena Fiki akan mengajakku malam ini menonton idola kesayangan.

          “Firaaaaa......” teriak Fiki dari dalam telepon

Aku hampir saja teriak kegirangan karena sudah tak sabar untuk bertemu sang Idola.”Iya Fik...” responku santai sembari memakai jam tangan dan siap untuk keluar kamar.

        “Buruan keluar gih, aku sudah sampai depan rumah nih” pinta Fiki sudah tak sabar.

Kudengar suara cekikikan geli yang bersumber dari Falen membuatku ikutan geli juga mendengarkan.

          “Iya, aku keluar kamar nih. Sebentar yaaaa” responku langsung keluar dari kamar dan mempercepat langkah menuju teras rumah.

       Kudengar telepon dari Fiki mati. Aku hanya menggeleng-geleng kepala sembari menyimpan rasa bahagia malam ini. Sebelumnya aku meminta izin kepada Mama dan Papa untuk menonton Sang Idola tampil di Stadion Cempaka.

        “Hay Guys.....” senyumku girang menyambut kedatangan Fiki dan Falen.

        “Ditungguin juga dari tadi...” sungut Fiki yang terlihat sudah tak sabar.

Aku tertawa mendengar ocehan Fiki, begitu juga dengan Falen. “Kalian juga barusan datang kan? Sabar kek” geliku yang memang sudah mengetahui mereka baru saja datang kemari.

Fiki langsung meringis tanpa dosa sembari mengacungkan tanda V kearahku. Falen juga kulihat ikutan tertawa melihat tingkah Fiki.

       “Udah yukk, keburu malem lagi” ajakku langsung bersemangat.

      “Iya yuk. Buruan berangkat sekarang. sepertinya konsernya akan di mulai” desak Falen juga yang sudah tak sabaran sembari mendorong Fiki menuju garasi rumahku.

        “Sabar deh, ini juga aku lagi ngeluarin kunci mobil” sebal Fiki sembari tangan kanannya merogoh-rogoh isi tasnya untuk mengambil kunci mobilnya.

Aku tertawa melihat aksi kedua sahabatku ini. Sementara, setelah Fiki menemukan kunci mobilnya segera memencet tombol buka kemudian menyuruhku dan Falen untuk masuk mobil terlebih dahulu diikuti Fiki juga masuk ke dalam mobil.

Sebelumnya aku sudah meminta izin kepada kedua orangtuaku untuk melihat konser group band idola ini. Mereka mengizinkan karena aku berangkat bersama Falen dan Fiki.

        "Maaa, Paaa.... Safira liat konser dulu ya" pamitku sembari mencium tangan keduanya dengan hormat.

       "Iya, hati-hati Nak. Jangan pisah barisan sama Fiki dan Falen ya" pesan Mama.

        "Siap Tuan Putri" ucapku sembari nyengir kearah Mama.

          "Jangan malam-malam pulangnya" pesan Papa juga.

Aku mengangguk patuh pada beliau, tak lupa mengecup pipi mereka dengan sayang.

Tampak Falen dan Fiki melakukan hal yang sama, mencium tangan Mama dan Papa dengan hormat.

Saat kami sudah masuk ke dalam mobil, segera Fiki menancapkan kunci mobil dan langsung di nyalakan. Sembari menunggu pemanasan mobil, kami menggunakan sabuk pengaman terlebih dahulu. Yang pastinya aku merasa sangat senang sekali malam ini karena akan melewatkan moment yang tak terlupakan pastinya.

         “Are you ready guys.....” teriak Fiki yang tampak semangat juga sembari menyalakan lagu Ada Band yang berjudul Kau Auraku di Tipe mobilnya. 

Aku dan Falen mengangguk semangat malam ini untuk bertemu sang idola sembari menirukan lagu Kau Auraku.

                                       ¯¯¯

Selang beberapa menit kemudian, Diva baru saja sampai di depan rumah Fira. Saat motor diberhentikan, Diva merasa suasana rumah Fira tampak sepi. Ada sedikit rasa kecewa di hatinya saat mendapati hal tersebut.

          “Sepi sekali, apa Fira sudah berangkat ke Stadion kali ya?” pikir Diva sembari mengintip pagar rumah Fira yang terlihat sepi.

Saat Diva akan menelepon Fira, terdengar pintu rumah di buka seseorang yang tak lain adalah sang Papa Fira. Papa Fira segera membukakan pagar rumah dan mengagetkan kegiatan Diva yang sedang menelepon seseorang. 

          “Maaf Mas, cari Fira ya?” tanya Papa sembari membukakan gerbang pintu rumahnya.

Diva terkejut saat mendapati gerbang rumah Fira dibuka oleh seorang lelaki paruh baya. Yup, Papa Safira.

      “Iy..iya Om, saya Divandra Ilyas teman sekelas Fira. Panggil saja Diva” angguk Diva sopan memperkenalkan diri sembari mencium tangan Papa Fira dengan hormat. “Fira sudah berangkat ke Stadion Cempaka belum Om?” tanya Diva sembari menyimpan rasa gugupnya.

Melihat peringai sopan dari Diva, Papa Fira sedikit terkesima. “Sudah dari tadi Nak Diva berangkatnya” terang Papa Fira,”bersama kedua temannya”.

Mendapati hal tersebut, Diva sepertinya berdecak kecewa dan tanpa pikir panjang Diva segera berpamitan pada Papa Fira untuk menyusul ke tempat Stadion Cempaka.

                                            ¯¯¯

Kau auraku..oh pancarkan sepercik harapan Datanglah merasuk…menjelma, meleburkan cinta

Membawa kau terbang, menembus awan yang beriring

Kembangkan senyuman, bagai bunga membawa keindahan

Suara sang vokalis Donnie Sibarani benar-benar bagus sekali, ditambah penampilannya malam ini sangat yang kece abis. Aku sampai terpukau melihat perfom mereka. Bahagia. Itulah perasaanku yang tak bisa dijelaskan kata-kata.

         “Asli, keren banget penampilan mereka malam ini. Kereeennnn abissss” seruku pada mereka sembari mengeraskan volume keras.

          “Bener Fir, keren banget deh penampilan mereka malam ini. Gila, makin kece aja tuh vokalisnya” balas Falen dengan suara yang tak kalah kencangnya pada kami berdua.

        “Foto bareng ahh, nanti sama mereka semua setelah konser” senyumku tersipu.

        “Dihh, foto bareng tapi nggak ngajak-ngajak nih” protes Fiki sembari menyenggol lenganku.

Aku refleks menoleh kearah Falen sembari melempar cengiran tanpa dosa kepada Fiki. Lalu menjawab dengan menahan rasa geli ”Iya, iya. Tenang aja deh, aku pasti ajak kalian kok untuk foto bareng mereka.”

        “Nah, gitu dong kalau mau foto bareng ajak-ajak kita” senyum Fiki merekah.

Aku dan Falen saling pandang dan tersenyum kearah Fiki dengan ekspresi geli. Dan malam ini kami larut dalam ramainya konser Ada Band sembari menirukan lagu mereka yang berjudul Baiknya.

                                     ¯¯¯

Diva tampak sibuk menelepon seseorang. Tapi hasilnya sama saja, tak diangkat. Hampir menyerah rasanya. Tapi Diva tetap kekeuh untuk mencoba meneleponnya kembali dan tanpa sadar dia bergumam kecil ”Duhh, Fira kemana sih nggak angkat teleponku.”

Saat Diva tengah menanti telepon dari Fira, tiba-tiba ada yang menepuk pundak Diva dan sontak membuat Diva refleks menoleh sembari berseru”Fira….”

Tapi seseorang yang dimaksud Fira hanya tersenyum, sementara Diva sedikit kecewa karena  bukan Fira seseorang itu, melainkan”Fay…..”

Fay mengangguk dan masih tersenyum untuk Diva, tapi yang diberi senyum hanya membalas dengan tatapan tak bersahabat. ”Ohh, Loe ternyata Fay” respon Diva jutek.

Fay membalas dengan tersenyum kecut, karena Diva tak menyambut baik kedatangannya.

        “Ngapain Loe kesini?” tanya Diva merasa terganggu atas kedatangan Fay, “bukannya Loe paling anti kalau disuruh dateng ke Konser Ada Band yaa…” kata Diva melanjutkan dengan ucapan ketus.

Tampang Fay berubah gondok karena Diva sangat membencinya. “ Gue kesini juga karena Rangga kok, mungkin kalau bukan karena Rangga. Gue mah udah nggak sudi datengin ini tempat” jawab Fay tak kalah ketusnya.

       “Ohh…” respon Diva singkat se singkat-singkatnya dan mulai meninggalkan Fay seorang diri.

Diva malas, karena kedatangan Fay selalu merusak mood nya malam ini. Segera Diva mempercepat langkah kakinya untuk memisahkan diri dari Fay dan tentunya Rangga.

        “Div, tungguin aku dong” teriak Fay yang merasa sendirian.

Tapi Diva tak merespon panggilan Fay. Langkah kakinya seakan meminta untuk segera menerobos penonton-penonton lainnya karena ingin melihat idola dari dekat. Dan pastinya Diva memang sengaja ingin meninggalkan Fay seorang diri. Entah, semenjak Fay dan Rangga berpacaran, Diva benar-benar membencinya. Bukan karena Diva menyukai Fay, tetapi Diva merasa tak terima karena dulu Fira diselingkuhin mereka berdua, yang notabene nya kekasih dan sahabat Fira. Teringat akan kejadian itu, Diva semakin membencinya dan bersumpah tak akan memaafkan mereka.

        Sementara jarak beberapa kilo dari panggung, Fay merasa ada seseorang yang menepuk pundaknya dan sontak Fay tersentak kaget. Saat Fay menoleh, ternyata sosok Rangga yang melakukannya dan niat Fay untuk menyusul Diva urung.

           “Ck, kemana aja sih. Di telepon nggak diangkat-angkat” sungut Rangga mendapati ceweknya ingin menyusul seseorang.

Fay membalas dengan senyuman kecut kearah Rangga, niatnya kali ini benar-benar urung. “Kirain tadi lama, jadinya aku ingin mencari angin segar aja” ucap Fay beralasan.

Rangga menatap Fay penuh curiga seakan tak percaya dengan ucapan kekasihnya. Fay langsung buang muka dan menjawab”Nggak usah liatin aku segitunya” jawab Fay kesal.

Rangga memutarkan kedua bola matanya dengan malas, “Yaudah kita cari tempat enakan yuk” ajak Rangga sambil menarik paksa tangan Fay.

Tampak Fay langsung refleks mengaduh pelan dan langkahnya segera mengikuti kemana Rangga mau.        

                                   ¯¯¯

Diva masih saja uring-uringan nggak jelas saat mendapati dirinya gagal terus untuk menelepon Fira. "Kemana lagi aku harus mencari Fira di tengah kerumunan penonton begini" gumam Diva merasa putus asa. Sementara dari arah samping panggung tepat di depan, aku dan kedua sahabatku benar-benar menikmati penampilan mereka malam ini. Menirukan sang vokalis tengah menyanyi lagu Manusia Bodoh. "Tiada yang salah, hanya aku manusia bodoh. Yang biarkan semua ini permainkanku berulang-ulang kali...."

Saat sang vokalis Donnie Sibarani mengacungkan Mic sembari meneriakkan pada penonton untuk melanjutkan menyanyi di bagian reff-nya "Ayo semua...."

Semua mengikuti sang vokalis menyanyi bagian reff-nya termasuk aku dan kedua sahabatku. Kami menyanyikan lagu Manusia Bodoh dengan bersemangat. "Mencoba bertahan sekuat hati  Layaknya karang yang di hempas sang ombak  Jalani hidup dalam buai belaka. Serahkan cinta tulus di dalam takdir...."                   

                                   ¯¯¯

Diva sejenak melupakan perasaan keputusasaan tentang menelepon Fira yang tak kunjung diangkat. Kini, Diva tampak menikmati konser band kesayangan malam ini dengan menirukan menyanyi lagu Manusia Bodoh.  Saat menghayati setiap liriknya, Diva berpikir kalo lagu tersebut tengah menggambarkan perasaannya yang kini benar-benar kalut karna seseorang. Diva merasa seseorang tersebut tak merespon perasaannya. Membayangkan kejadian tragis itu, Diva hanya bisa menghembuskan nafas dengan perasaan pasrah. "Mencintai dan terus-terusan mengejar orangnya. Bener kata lagu Ada Band yang judulnya Manusia Bodoh. Nasibnya nggak jauh-jauh sama nasibku" gumam Diva dengan perasaan yang berkecamuk.  Akhirnya Diva seorang diri hanya menikmati lagu kesayangan sendirian, tanpa seseorang yang berada di sebelahnya. Sesekali dirinya melirik penonton di sebelahnya dengan menggandeng pasangannya.               

                                     ¯¯¯

Senang, bahagia, dan tak terlupakan ini lah yang kurasakan. Benar-benar spektakuler malam ini melihat penampilan idola kesayangan tampil memukau. Rasanya ingin cepat-cepat meminta foto bersama mereka setelah acara selesai. Aku selalu menunggu moment langka ini.                                    "Senyum-senyum mulu Fir..." kaget Fiki sembari menyenggol lenganku.

Refleks aku menoleh kearah Fiki sembari mengiris percaya diri kearahnya. Lalu berkata"Lagi bayangin bisa satu panggung sama sang vokalisnya. Kapan ya bisa terwujud??"

Mendengar angan-angan anehku, Falen mendadak berceletuk"Hahaaa, Fir...Fir... nyanyi di kamar mandi aja suaramu sumbang, apalagi kalo nyanyi bareng vokalisnya langsung di panggung. Bubar deh penonton."

Tampak Fiki ikutan tertawa lepas mendengar celetukan asal dari Falen."Tauk tuh Fira lagi mabuk Len, jadi ngigau gitu ngomongnya" geli Fiki yang  masih saja menertawakanku.

      "Hahahahaaaaa....." suara tawa Falen yang masih saja menertawakanku, "Ada-ada aja kamu Fir, bukannya itu bukan cita-citamu ya?? Kenapa mendadak pengen jadi penyanyi gini??" tanya Falen tak bisa menahan rasa gelinya.

Aku yang dari tadi cemberut, akhirnya tersenyum meringis juga kearah mereka berdua "Yeee, biarin aja. Ini kan cita-citaku. Kenapa anda-anda yang sewot??" protesku, "lagian kalian nggak rugi juga kan kalo temennya temenan sama artis juga" lanjutku merasa tak terima. 

Fiki dan Falen tampak tertawa geli karena aku memprotesnya demikian. "Imajinasimu Fir, ketinggian banget. Ngarep pengen sepanggung sama idola itu impossible gitu" geli Falen.        

    "Yee, kata siapa impossible. Bisa tuh, udah banyak kale yang ketemu idola secara langsung" sanggahku,"lagian pasti ada kesempatan untuk ketemu mereka, tapi karena aku baru pertama kali bisa liat di depan di syukuri aja" senyumku melebar. 

Dari jauh sekitar beberapa kilo dari tempat seseorang itu berdiri di depan barisan kedua, tampak ia sedang mengamati seseorang yang dicari-carinya. Tanpa pikir panjang, ia memanggil-manggil seseorang tersebut "Fira....Fira....." panggil Diva bersemangat.

Tapi tampaknya yang dipanggil masih asyik berbincang-bincang dengan kedua sahabatnya dan kondisi panggung yang semakin ramai dengan bisingnya alat musik yang menggema di telinga. Merasa kali ini gagal lagi memanggil targetnya, Diva pasrah dan kembali menikmati alunan musik romantis ala Ada Band.                     

                                         ¯¯¯

 Malam semakin larut, penampilan Ada Band semakin memukau sembari diiringi alunan musik romantisnya. Aku dan kedua temanku seakan larut dalam lagu-lagu yang mereka bawakan. Romantissss abisss......

Di tempat lain dan masih di area yang sama, Diva juga seakan hanyut dalam musik romantisnya Ada Band. Dibenaknya dia membayangkan sedang berdua dgn Fira menonton Band kesayangannya ini.                  

Tak terasa di penghujung acara, aku dan kedua sahabatku benar-benar menikmati konser sang idola malam ini. Lagu-lagu romantisnya masih saja terngiang jelas di telingaku. Suara sound musik masih terdengar keras sekali, tapi tak menyurutkanku dan kedua sahabatku untuk menirukan sang vokalis menyanyikan lagu "Langit Tujuh Bidadari". Dan sesekali sang vokalis menyodorkan mic ke arah penonton. Sambil berlonjak-lonjak semangat, aku masih saja menirukan Donnie Sibarani menyanyikan lagu tersebut hingga lagu terakhir mereka yang berjudul"Masih (Sahabatku,Kekasihku)". Mellow tapi tetep romantis sekali, aku seakan larut dalam lirik lagu tersebut. Apalagi saat sang vokalis menyanyikan bagian reff-nya"Walau badai menghadang, ingatlah ku kan selalu setia menjagamu. Berdua kita lewati jalan yang berliku tajam. Resah yang kau rasakan, kan jadi bagian hidupku bersamamu. Letakkan lah segala lara di pundakku ini" Saat bagian akhir lirik, sang vokalis menyodorkan mic-nya pada beberapa penonton barisan depan untuk menirukan sampai akhir. Kemudian musik itu berakhir dan diikuti acara panggung kali ini juga selesai. 

      "Ahhh, benar-benar puas aku rasanya melihat sang idola tampil kali ini" gumamku sepelan mungkin dengan perasaan yang sangat puas juga.                  

                                     ¯¯¯

Saat acara berakhir, dari tim manajemen mengizinkan para fans Ada Band atau yang disebut armADA untuk berfoto ria dengan sang idola. Aku dan kedua sahabatku pastinya tak akan meninggalkan moment indah ini.

Cekrek....cekrek...cekrek.... 

Hampir 10 foto lebih aku dan kedua sahabatku berfoto ria dengan sang idola tercinta, "Aku rasa malam ini tak akan pernah berakhir" gumamku sangat puas sambil tersenyum saat akhir acara konser.

Dan entah kenapa, tiba-tiba di depanku tampak bayangan Diva yang juga tersenyum kepadaku disana. Tanpa sadari, aku ikut tersenyum tak jelas sembari membayangkan wajah tampan milik Diva yang berada tepat di depanku. Tiba-tiba.... "Fir, kamu ngapain senyum-senyum nggak jelas gitu?" tanya Diva sembari menepuk pundakku yang suaranya menyadarkanku.

Aku terkejut bercampur salah tingkah karena yang berada di depanku adalah..."Diva..." kejutku masih merasakan degupan kencang di dada karena salah tingkah.

Diva tersenyum sangat manis, sehingga degupan jantungku semakin kencang. "Kamu disini sama...." tanya Diva terpotong karena teriakan kedua sahabatku Falen dan Fiki yang membuatku dan Diva menoleh kearah mereka berdua. 

     "Di cariin juga......" sungut Falen terhenti saat melihat disebelahku ternyata Diva. 

Falen langsung melempar senyuman jahil kearah Fiki yang membuat mengerti maksud dari senyuman Falen. Sementara aku hanya bengong melihat mereka bertingkah aneh seperti itu.     

      "Sendirian aja nih Div?? " tanya Fiki sembari melirikku.

    "Iya nih Fik, tadi sih aku nyamperin cewek tapi ternyata ceweknya udah pergi sama temen-temennya" cerita Diva sembari melirikku juga, tapi aku masih belum mengerti maksud dari mereka.

Fiki langsung mengerti kemana arah mata Diva.      "Ohh, sama cewek itu...." respon Fiki sembari melirikku juga dan aku masih belum menyadarinya.        

    "Kasian deh kamu Div, mending tadi berangkatnya sama aku aja. Kita berdua gitu" ucap Falen menimbrung mereka berdua sembari mengodeku yang langsung membuatku sadar.

Aku refleks kelepasan merespon, "Hihh, Falen gitu deh. Masa gebetan temen diambil sih.."ucapku yang membuat Falen dan Fiki tertawa terpingkal-pingkal, sementara Diva yang merasa hanya tersenyum geli saja mendengarkanku mengatakan demikian. Sadar bahwa ucapanku yang kelepasan, tiba-tiba aku menutup mulutku karena malu. "Ahh, sudah...sudah... lupakan saja" tampikku langsung, karena terlanjur merasa salah tingkah. Tampak Diva masih tersenyum untukku yang pasti semakin sukses membuat pipiku semakin merona.

Falen dan Fiki semakin terpingkal-pingkal karena melihat ekspresiku sudah merona.

      "Ciee, ciee yang pipinya pake blush on" ledek Fiki yang masih menertawakanku.

     "Ciee, ciee yang ngomongnya kelepasan di depan...." sambung Falen terputus karena aku cepat-cepat menutup mulutnya.

Falen dan Fiki semakin tertawakanku malam ini.

    "Udah puas belum ketawanya?" ucapku sembari melirik kearah Fiki dan Falen, yang pasti untuk menyembunyikan rasa salah tingkahku. 

Falen dan Fiki hanya membalas dengan melemparan cengiran tanpa dosa kearahku. Sementara Diva hanya tersenyum saja.       

    "Udah malem banget nih, pulang yuk. Lagian konser kan udah selesai dari tadi" ajak Diva pada kami bertiga sembari menutupi perasaan salah tingkahnya juga.

Kulirik jam tangan yang menempel di pergelangan tanganku memang sudah pukul 22.45 . "Iya nih, udah malam banget" responku yang sudah merasa mengantuk sekali.

Falen juga melirik jam tangannya yang memang waktu sudah menunjukkan tengah malam. "Iya deh, pulang yuk Fik. Udah malam juga sih" ajak Falen menoleh kearah Fiki.

      "Bisa-bisanya ngajakinnya cuman Fiki doang" protesku tak terima.

      "Kan kamu ada kesempatan tuh, pulang bareng Divandra" bisik Falen mulai jahil.

Ucapan Falen sukses membuatku semakin salah tingkah,"Falentinaaaa" aku melirik tajam kearah Falen.

Falen semakin tertawa saat melihat kesalah tingkahanku.

         "Katanya naksir, buruan deketin. Divandra jomblo lho sama kayak kamu" timpal Fiki ikut mengkomporiku.

         "Ihh, kalian ini. Aku malu lah" ucapku sembari mengatur degupan jantung.

Kami berempat langsung berjalan meninggalkan Stadion Cempaka dan menuju tempat parkir. 

Setelah sampai depan parkiran, kami bertiga berpisah jalan pada Diva yang menuju parkiran motor.  Sebelum Diva melanjutkan langkahnya menuju parkiran motor, dia menoleh kearahku"Fira...pulang bareng yuk" tawarnya. Aku yang mendengar tawaran Diva, langsung menoleh untuk merespon"Tapi aku naik mobil sama mereka berdua" sembari menunjuk Fiki dan Falen.

      "Divaaaa” panggil Falen,”sepertinya Fira mau tuh kamu ajak pulang bareng” Falen melanjutkan ucapannya.     

     "Iya tuh Fir, diajakin Diva pulang bareng lhoh" geli Fiki ikut menimpali dan semakin menggodaku juga.

Diva tampak salah tingkah saat mendengarkanku diledek Falen dan Fiki. Aku terkejut karena merasa diledek tapi yang salah tingkah Diva.  Ingin meluluskan permintaan Diva tapi rasanya malu. Dan akhirnya aku menjawab "Hmm, iya deh Div aku nggak keberatan" sembari mengangguk salah tingkah.

Dari ekspresinya, Diva tersenyum senang. Wajah meronanya nampak lagi di kedua pipinya. "Nggak keberatan lah Fir, aku senang kamu meluluskan permintaanku" ucap Diva sembari melebarkan senyumnya.

Setelah Diva mengatakan demikian, aku langsung memboncengnya.

Sementara kedua temanku Fiki dan Falen saling tersenyum jahil, kemudian Fiki membisikkan sesuatu di telinga Falen"Sepertinya mereka cocok ya."

      "Iya, cocok banget deh Fik, nggak sabar tauk liat mereka jadi pasangan kekasih" respon Falen ikutan geli saat motor Diva melewati mereka berdua.

Tiba-tiba Falen berseru, "Ciee, cocok sekali kalian berdua."

Diva menoleh sembari melemparkan senyuman senang, sementara aku pura-pura manyun di depan mereka sembari menutupi perasaan salah tingkah.

        "Yaudah kalo gitu, kita pamit dulu yaa..."pamit Falen sembari melambaikan tangannya.

Sementara di bagian kanan, Fiki yang memegang setir mobil tampak tersenyum dan mengangguk kearahku dan Diva.

        “Oke Len, kalian hati-hati yaaa” ucapku penuh senyum sembari melambaikan tangan juga kearah mereka, Diva juga ikutan melambaikan tangan kearah Fiki dan Falen.

Setelah Falen dan Fiki menghilang dari pandangan kami, tiba-tiba Diva berdehem kearahku”Ehmm… pulang yuk, nanti dicari Papamu” ajak Diva mulai menyalakan motornya.

Aku menoleh kearahnya sembari mengangguk dan tersenyum, ”Oke Diva” sembari siap membonceng Diva.

       “Pegangan yang kenceng yaa” perintah Diva sembari mengatur detak jantung yang mulai berantakan.

Sepanjang perjalanan setelah melihat konser malam ini, aku hanya bisa mengumpat senyumku. Aku juga mendengarkan Diva berceloteh banyak tentang Ada Band, sesekali aku menanggapinya dengan perasaan senang juga.

           “Fir, kamu sudah berapa lama menyukai Ada Band?” tanya Diva dengan teriak.

          “Sudah lama sekali Div, waktu mereka mengeluarkan album Metamorphosis itu. Sejak vokalisnya ganti Donnie Sibarani” responku sembari mengingat-ingat kapan pertama mulai mengidolakan band yang bervokaliskan tampan itu.

        “Waw... jadi aku ketinggalan lumayan jauh dong, hahaaa” gelak Diva, “aku ngefans mereka saat mengeluarkan lagu Manusia Bodoh itu Fir” ucap Diva melanjutkan cerita.

Aku manggut-manggut mengerti saat Diva bercerita seperti itu padaku.”Ohh, maksudmu di album Heaven Of Love itu ya? Yang sampul covernya gambar pohon cemara warna hijau itu kan?” geliku merespon cerita Diva.  

      “Oh..ya, ya. Aku ingat Fir. Maklum masih mengidolakan baru-baru ini deh. Jadi belum hafal dengan warna covernya” balas Diva dengan ekspresi geli juga.

Aku tertawa karena kelucuan Diva. Sementara Diva sendiri juga tersenyum geli kearahku karena ucapannya tadi. Setelah itu, kami hening tak melanjutkan cerita lagi. Diva tampak konsentrasi saat mengendarai motornya.

                               ◇◇◇◇◇

Pagi harinya di hari Senin....

   "Ehmm...."

Aku terkejut saat Falen masuk kelas dan tiba-tiba berdehem.

  "Ehmmm...ehmmm...."

Suara itu terdengar lagi lebih keras dari Fiki. Aku hanya tersenyum sambil menggelangkan kepala karena tidak paham maksud dari mereka.

    "Cieee cieee... malam Minggu kemarin Fira pulang dari konser dianter siapa tuh?" ledek Falen.

      "Pangerannya dong..." sambung Fiki sembari tertawa.

Belum sempat aku membalas ledekan maut dari mereka, tiba-tiba ada suara"Hayoo, Fiki dan Falen pagi-pagi udah ghibah orang ya."

Suara itu, yang tak lain adalah Diva. Aku bergantian menertawakan mereka.

Merasa menjadi tersangka, mereka hanya memamerkan cengiran tanpa dosa."Ahh, nggak seru deh. Udah ketahuan yang bersangkutan" cemberut Fiki.

     "Iya nih, padahal niatnya pengen godain Fira lho" sambung Falen ikutan cemberut.

      "Makanya jangan gangguin Fira. Dia malu tuh" balas Diva sambil melirikku.

      "Biasa Div, mereka itu iri liat aku kemarin malam minggu dibonceng kamu" sambungku dengan menjulurkan lidah kearah Fiki dan Falen.

      "Dihh, ngapain iri sama kalian. Kan kita udah punya cowok masing-masing" gelak Fiki meledek.

      "Iya nih, justru kita liat. Kalian tuh cocok jadi pasangan" sambung Falen sambil mengerlingkan mata genit kearahku.

       "Oh iya Fir, kebetulan nih aku single. Kamu juga single kan??" Diva menimbrung lalu mengerlingkan mata genit kearahku.

Tanpa di sadari, jantungku langsung berlompat-lompat gembira. 'Sialan Diva, ngapain sih ikut-ikutan mereka' batinku mulai salah tingkah.

     "Ciee Firaaaaa.... tuh, udah di kodein sama ayang Diva. Jadi kapan di resmikan hubungan kalian??" Fiki tak kalah heboh dan semakin meledekku.

      "Tanya Fira dong, maunya kapan" goda Diva sembari tersenyum jahil kearahku.

      "Apaan sih kalian-kalian ini. Ini udah mau masuk. Balik lah duduk di bangku masing-masing" ujarku mengalihkan pembicaraan, padahal sudah sangat salah tingkah sekali.

Falen dan Fiki langsung tertawa sembari duduk dibangku masing-masing. Sementara Diva langsung tersenyum kearahku lalu berbisik,"Kamu cantik banget hari ini."

Aku memelototinya sembari mengatur jantungku yang hampir meledak,"Divandraaaa."

Diva tertawa lalu berlari menuju bangkunya.

Bel masuk berbunyi, tandanya pelajaran jam pertama akan di mulai.

Kulihat Diva tiba-tiba pindah tempat duduk di sebelah bangku ku yang kosong.

     "Sampe jam pulang ya, aku duduk sini" pinta Diva penuh senyum langsung duduk dan mengeluarkan buku paket.

      "Hahhh?" bengongku tapi dalam hati bersorak gembira.

Lalu aku mengangguk meng'iya'kan permintaan Diva. Dalam hati"seterusnya kamu di bangku sebelahku juga tidak apa-apa kok Div. Aku senang sekali."

Kulihat Rangga dan Fay baru saja masuk kelas. Tapi tatapan Rangga beralih ke arahku dan Diva dengan tatapan tajam. Sementara Fay yang duduk di sebelah Rangga langsung mengeluarkan pelajaran hari ini. Rangga yang akan menghampiri mejaku tidak jadi karena Guru pengampu sudah datang, akhirnya niatnya urung.

                               ◇◇◇◇◇

        "Fira..."panggil Diva dengan tiba-tiba sembari membawakan sesuatu lalu diberikan untukku.

Belum sempat aku menyahut, Diva langsung membawakan batagor kesukaanku"Makan dulu gih, aku tau kamu laper."

Hawa panas langsung menyembur di pipi. Yap, aku merasa pipiku merona karena Diva"so thanks you so much Div" senyumku malu-malu.

    "You're welcome Fira" balas Diva dengan tersenyum juga.

Kami pun memakan batagor yang dibeli Diva dari kantin sembari bercerita tentang konser di Stadion Cempaka saat Malam Minggu itu.

Tampak dari jauh ada yang memantau keakraban kami dengan perasaan jealous. Aku sudah tak peduli dengan Rangga, karena dia bukan pacarku lagi. Melainkan MANTAN PACAR ku yang memang tega menduakanku bersama Fay. Cocok lah mereka, sama-sama PENGHIANAT. 

    "Falen sama Fiki kemana Fir?" tanya Diva yang tanpa sadari membuyarkan lamunanku.

     "Eh, oh.... mereka tadi bilangnya mau ke perpus cari bahan untuk tugas kelompok Bu Mirna" balasku.

    "Asyik, bisa nih berdua sama kamu lagi tanpa diganggu mereka" ucap Diva keceplosan lalu cepat-cepat menutup mulutnya.

Mendengar itu, aku senang sekali.'Diva aneh deh, kenapa sering begitu' batinku salah tingkah.

Keasyikan ngobrol sampai tidak tahu bahwa makanan yang kami makan sudah habis.

     "Sini, giliran aku yang buang sampah" pintaku ke Diva.

      "Siap... thanks yaaa" senyum Diva.

Aku mengangguk dan membalas tersenyum kearahnya.

Tanpa sengaja, aku menabrak orang. Tapi kulihat orang yang menabrakku memanglah di sengaja.             "Maaf nggak sengaja" ucapku hati-hati.

       "Punya mata itu dipake ya tolongggg!!" ketus Rangga sembari mendorong pundakku dengan kasar.

        "Yeee, apaan sih? Orang aku nggak sengaja juga" balasku nggak kalah ketusnya.

        "Makanya jalan liat depan bukan ke belakang" jawab Rangga sembari menoyor kepalaku.

Dari kejauhan, Diva melihat kejadian sebenarnya dan segera menghampiriku dan Rangga."Orang kalo udah minta maaf ya di maafin. Bukan main toyor kepala" balas Diva sembari menoyor balik kepala Rangga.

   "Ngapain ikut campur?? Bukan urusanmu!!" kesal Rangga tidak terima.

    "Emang bukan urusanku, tapi kamu sudah melukai Fira. Aku lihat sendiri tadi, kamu sengaja nabrak Fira kan?" balas Diva terlihat kesal.

       "Ohh, mau jadi pahlawan untuk Fira?" sindir Rangga untuk Diva,"beruntung sekali anda Safira Wijaya ada yang belain" lanjut Rangga melirikku dengan sinis.

      "Memang kenapa kalo aku belain Safira Wijaya? Masalah buat Loe!!!" ucap Diva sembari menunjuk ke wajah Rangga,"lagian apa salahnya kalo aku perhatian, bukannya kamu udah jadi MANTAN?" Diva melanjutkan ucapannya.

Merasa kalah dengan ucapan Diva, membuat Rangga langsung terdiam.

        "Tunggu saja pembalasanku Divandra!" ancam Rangga.

     "Bodo amat...." balas Diva sembari meledek Rangga dengan menjulurkan lidah.

     "Udahlah Beib, nggak perlu kamu ikut campur urusan mereka. Aku malas berurusan dengan mereka" lerai Fay sembari memutar bola mata dengan malas.

     "Siapa juga yang mau ikut campur sama hubungan kalian. Lagian aku sudah memutus rantai hubunganku dengan Rangga dan juga kamu Fay!" jawabku menohok.

Kulihat Fay langsung terdiam. Entah, mungkin merasa menyesal atau sebaliknya.

Aku bergegas keluar kelas untuk membuang sampah dan ke toilet untuk mencuci tangan. Setelah itu aku menyusul Fiki dan Falen yang sedang mencari bahan materi di perpustakaan.

    "Tolong itu muka bisa dikondisikan Firaaa..." ucap Falen yang melihatku memasang wajah BT.

      "Habis kesel aku di kelas" ceritaku langsung.

       "Kenapa? Dua pasangan toxic itu ya?" tebak Fiki.

Aku malas menjawab dan hanya anggukan saja yang kubalas untuk Fiki.

       "Mau mereka apaan sih?" gerutu Falen.

       "Entah lah, aku juga nggak tau Len" lirihku pasrah.

       "Tenang Fir. Aku, Falen dan Diva ada di pihakmu" ucap Fiki menenangkanku.

Aku mengangguk dan tersenyum kearah Fiki,"Thanks" aku berusaha tersenyum.

                              ◇◇◇◇◇

Bab 3

Beberapa hari kemudian ada kejadian tak terduga saat aku sampai kelas dan menaruh tas ransel di bangku. Aku melihat ada kertas di meja tempat bangku ku. Kubaca tulisannya"Happy birthday Safira cantik....bahagia selalu yaa."

    "Siapa yang ngirim ini ya?" gumamku sembari melihat sekitaran kelas yang masih tampak sepi.

Bahkan di kelas hanya aku saja, yang lain masih pada di luar kelas.

     "Fir, happy birthday yaaa...." ucap seseorang yang tiba-tiba masuk kelas dan tak lain adalah Rangga.

Aku memutar bola mata malas."Mau kamu apa Rangga! Membuat sensasi di kelas dan sengaja membuat Fay cemburu?"

Rangga tak menghiraukan pertanyaanku dan dia semakin mendekatiku sembari memegang tanganku. Aku menampik dan mendorong tubuh Rangga. "MAU LOE APA SIH??" ucapku ketus lalu merobek kertas ucapan ulangtahun dari Rangga.

     "Ternyata aku masih ada rasa sama kamu Fir" ungkap Rangga jujur.

       "Tapi sayangnya aku sudah nggak ada rasa lagi sama kamu" balasku meledek.

Terdengar suara tepuk tangan yang tak lain dari Fay. Yup, Fay mendengar semua percakapan dan ungkapan hati Rangga.

       "Pantesan dari kemaren sibuk terus. Di telepon nggak diangkat dan selalu di reject. Ternyata pikiran dan hatinya masih saja ada di MANTAN" sindir Fay pada Rangga dan melirikku sinis.

Aku terkejut mendengar pernyataan seperti itu. Belum sempat aku membalas ucapan Fay, tiba-tiba Fay mendatangi bangku ku"Masa lalu bukannya nggak penting ya, kok diam-diam kamu nusuk aku Fir" Fay langsung melabrakku.

    "Apa Fay, aku nggak denger" aku sengaja menulikan pendengaranku supaya Fay bisa mengulangi ucapannya.

Belum sempat Fay membalas, aku membalasnya"Kaca dimana kaca? Ohh ini kelas nggak ada kaca ya, upsss. Siapa yang jadi perebut pacar orang disini. Kamu nggak merasa bersalah ya, tapi kenapa kamu selalu melempar kesalahan padaku terus" aku mendorong pundak Fay.

Tanpa di sadari ternyata Diva merekam semua kejadian di kelas dari awal sampai detik ini. "Keterlaluan mereka..." gumam Diva kesal melihat kejadian di kelas.

        "Tenang Beib, aku bisa jelasin semua" ucap Rangga melerai.

         "NGGAK BUTUH DIJELASIN KAN BEIB UNTUK INI SEMUA! BUKANNYA MEMANG KAMU MASIH ADA RASA SAMA MANTANMU INI!" emosi Fay sembari menunjukku.

        "Apaan sih kamu ini, marah-marah kayak anak kecil aja!" marah Rangga pada Fay yang suaranya masuk ke rekaman Diva.

Fay terlihat emosi dan menghampiriku. Lalu tiba-tiba menarik rambutku sekencang mungkin.

Melihat situasi kelas yang semakin memanas, Diva segera mengakhiri merekam video di handphone-nya. Secepat mungkin menahan tangan Fay yang semakin ganas menarik rambut Safira.

      "Fay tolong hentikan ini!!" pinta Diva yang masih menahan tangan Fay.

Fay seakan menulikan pendengarannya, lalu Diva berteriak,"STOPPP FAYYYYY!!!"

Fay masih saja tidak mendengarkan teriakan Diva dan menampik tangan Diva, dia semakin kuat menarik rambutku tanpa ampun.

Aku benar-benar kesakitan."Faya, Stop!! Jangan lakukan ini" ucapku sembari meringis kesakitan.

      "Gue nggak akan tinggal diam kalo Loe masih aja deketin Rangga!" ancam Fay seperti kesetanan.

Diva menarik tangan Fay lagi yang masih menjambak rambutku, akhirnya tangan Fay terlepas.

       "Loe apa-apaan Divandraaaa..." Fay menatap sengit kearah Diva sembari mendorong tubuhnya.

       "Loe itu yang nggak waras!" ucap Diva tak kalah ketus,"kenapa Loe lakuin ini ke Safira? Apa tidak melihat Safira sekarang kesakitan gara-gara rambutnya Loe tarik segitu kuatnya" Diva meluapkan kekesalannya pada Fay.

      "Ini urusan Gue dengan Fira. Ngapain Loe ikut-ikutan" jawab Fay dengan nada dingin.

      "Fira disini korban. Tapi kenapa Loe memutarbalikkan fakta. Jelas-jelas yang menikung kan Loe Fay. Syukur Fira udah putus dengan Rangga" ucap Diva dengan emosi.

Fay langsung terdiam mendengar ucapan Diva, tapi matanya masih saja melirik sinis kearahku. Aku tak mempedulikan tatapan sinis Fay.

      "Kamu nggak apa-apa kan Fir?" tanya Diva padaku.

Aku menggelengkan kepala sembari merasakan pusing yang teramat sangat karena Fay menarik rambutku begitu kencang.

      "Aku nggak apa Div, makasih ya" balasku malu-malu sembari mengatur detak jantungku yang berdebar kencang.

Diva mengangguk dan tersenyum sangat manis padaku. Aku semakin dibuat salah tingkah karenanya.

Fiki dan Falen menenangkanku.

Selang beberapa menit kemudian datang Guru BK yang sedang berkeliling mengecek sikon kelas.

Tepat di kelas XI 3, terlihat pertengkaran di dalamnya.

       "Apa-apaan ini?? Masih pagi sudah berantem. Safira dan Faya ikut saya ke ruang BK!" perintah Bu Nita tanpa basa basi.

Rangga bukannya membela Fay malah asyik melihat pertengkaranku dan Fay kekasihnya sembari merekam. Kemudian....

        "Rangga Hadi, kamu juga ikutan saya ke BK" emosi Bu Nita sembari menyita HP Rangga.

       "Hah, kenapa harus Saya. Ini salah Fira" Rangga menampik tapi tetap saja tangannya ditarik oleh Bu Nita.

       "Divandra, kamu boleh masuk kelas" ucap Bu Nita pada Diva.

Diva hanya mengangguk, tapi diam-diam langkahnya mengikuti kami menuju ruangan BK.

Kami bertiga masuk ruang BK dan ini pertama kalinya aku masuk ruang BK.

       "Apa masalah kalian? Kenapa bisa bertengkar seperti ini?" tanya Bu Nita dengan nada galak.

Belum sempat aku menjelaskan, mereka bisa-bisanya menuduhku. Saat aku sanggah, mata Bu Nita melirikku dengan tajam dan aku merasa dunia ini tidak adil untukku. Yup, aku di fitnah pasangan toxic ini.

Bu Nita menceramahiku panjang lebar dengan nada galak. Kulihat Fay menahan senyuman mengejek.

      "Safira Wijaya! kamu, saya skorsing seminggu dalam masalah ini" ucap Bu Nita tanpa langsung mendengarkan penjelasanku,"silakan kemasi barang yang ada di meja belajarmu dan pulang ke rumah, surat untuk orangtuamu menyusul. Tahu kan pintu keluar dimana?" lanjut Bu Nita dengan ucapan sinis.

     "Untuk Rangga Hadi dan Faya, silakan kembali ke kelas. Oya, hpmu sementara Saya sita sampai waktu yg tidak ditentukan" ucap Bu Nita kembali ke ruangannya.

Rangga dan Fay hanya terdiam sembari melangkah gontai keluar ruang BK.

      "Kamu sih, ngapain juga kayak gitu di rekam-rekam segala. Di sita deh hpmu, jadi nggak bisa komunikasi untuk sementara waktu" kesal Fay mempercepat langkahnya dan meninggalkan Rangga yg jalan di belakangnya.

Sementara aku segera mengemasi buku-buku yang sudah ada di meja sembari menahan tangis.

       "Fira, kamu di skorsing??" tanya Fiki dengan ekspresi sedih.

        "Kamu nggak salah, tapi mereka yang salah!!!" ucap Falen tidak terima.

       "Percuma aku jelasin, buktinya Bu Nita nggak pernah percaya sama aku" ucapku pasrah. "aku pulang dulu ya, kalian jaga diri baik-baik disini. Tunggu aku minggu depan ketemu kalian lagi" senyumku yang ternyata airmataku sudah tumpah.

Falen dan Fiki memelukku erat sekali. Aku membalas pelukkan mereka sangat erat. Lalu langsung meninggalkan kelas dan pulang.

    "Fir, kamu mau kemana?" kejut Diva saat aku keluar kelas sembari membawa tas ranselku.

Aku yang sudah terlanjur menangis segera menghapus airmata. Kuusahan tersenyum untuk menyambut Diva"Hay Div, kenapa kamu nggak masuk kelas. Tuh Pak Toni udah masuk kelas" ucapku mengalihkan topik pembicaraan,"aku pulang dulu ya, kamu jaga diri baik-baik. Sampai ketemu minggu...."ucapku terputus saat Diva memelukku erat.

    "Aku akan buktikan kalo kamu nggak salah apa-apa disini" bisik Diva menguatkanku.

Aku melepaskan pelukan Diva dan mengatakan"Percuma Div, Bu Nita nggak akan bakal percaya."

      "Optimis Fir, semua akan baik-baik saja. Btw, happy birthday ya buat kamu. Doaku supaya kamu bisa bebas dari skorsing" ucap Diva tulus.

Mendengar ucapan ulangtahun dari Diva, air mataku benar-benar menetes. Aku menangis haru di depan Diva. Sampai sesenggukan.

     "Ulang tahun kali ini pahit sekali. Hadiah dari Bu Nita dapet skorsing" ucapku pahit, "btw, makasih ya Div buat ucapannya. Doamu aku aminkan" tambahku sembari berusaha tersenyum.

   "Jangan nangis, aku nggak mau liat kamu sedih. Aku kenal Safira Wijaya adalah orang yang periang dan cerewet" canda Diva yang membuatku langsung tertawa lalu menghapus airmataku,"dan satu lagi. Aku akan selalu ada untukmu" bisik Diva menghiburku.

Aku tersenyum,"Thank Div..." ucapku sembari menyeka airmata.

   "Udah ah, aku pulang. Nanti ketahuan sama Bu Nita kalo aku masih disini dan kamu nanti di marahin sama Pak Toni nggak ikut pelajaran Fisika" ucapku sambil berjalan meninggalkan Diva.

    "Okeee, aku nggak sabar nunggu kamu balik ke sekolah. Semua akan berlalu Fir" balas Diva dengan berteriak.

Dari jarak jauh aku tersenyum dan pastinya hatiku salah tingkah sekali hari ini. "Thanks God, this second i fell in love with him" ucapku senang dan tak bisa membendung bahagia hari ini. Walau hari ini aku di skorsing, tapi Diva tetap mensupport ku dalam segala kondisi apapun.

                                 ◇◇◇◇◇◇

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!