NovelToon NovelToon

Amor Prohibido (Cinta Terlarang)

Prolog

“Lihat dirimu, apakah kau pantas untuk mendampingi putraku?” Pertanyaan keluar dari mulut nyonya Smith saat kekasih Nathan datang berkunjung ke kediaman orang tua Nathan.

Alice kekasih Nathan hanya diam saja dan mengalihkan pandangannya ke  tempat lain, ibu Nathan tidak begitu suka kepada Alice karena dia sudah menjodohkan sang putra dengan wanita pilihannya.

Bagi nyonya Smith Alice tidak pantas untuk Nathan, mengingat status Alice jauh dari kalangan mereka membuat nyonya Smith tidak suka kepada wanita itu.

Saat Nathan sedang berbincang dengan ayahnya di ruang kerja, dijadikan kesempatan oleh nyonya Smith untuk menghina Alice agar wanita itu mundur dari kehidupan putranya.

“Kamu hanya wantita miskin yang ingin menaikkan derajat dengan menggoda putraku.” Kembali nyonya Smith menghina Alice tapi wanita itu hanya diam saja.

Percuma melayani orang yang sudah membencinya, Alice hanya ingin meninggalkan rumah itu secepatnya. Dia tidak tahan lagi dengan hinaan-hinaan nyonya Smith padanya.

“Berapa banyak uang kau inginkan agar bisa meninggalkan putraku?” Alice menatap tajam nyonya Smith.

Dia bukan wanita rendahan yang hanya dinilai dengan uang, Alice memang miskin. Melanjutkan kuliah’pun itu karena dia mendapatkan bea siswa full. Tapi bukan berarti dia tidak punya harga diri.

“Simpan saja uangmu itu.” Alice terlihat sangat marah lalu meninggalkan kediaman orang tua Nathan tanpa menunggu kekasihnya.

Alice memanggil taxi lalu kembali ke tempat tinggalnya, saat tiba di apartemen dia menghempaskan tubuhnya di kasur dan menangis. Alice merasa terhina dengan ucapan juga hinaan dari ibu Nathan, dia berpikir lebih baik meninggalkan pria itu.

Sementara di kediaman tuan Smith nampak Nathan keluar dari ruang kerja ayahnya lalu pergi ke depan menemui Alice tapi dia tidak melihat kekasihnya.

“Mom, dimana Alice?” tanya Nathan dengan mengerutkan dahi saat tidak menemukan kekasihnya.

“Sudah pergi,” jawab nyonya Smith seadanya sambil berdiri ingin meninggalkan Nathan.

“Pergi? Apa yang sudah kau lakukan padanya?” Kembali Nathan bertanya dengan wajah marahnya.

“Aku tidak melakukan apa-apa kepadanya, tiba-tiba saja dia pergi tanpa bicara apa’pun.” Nyonya Smith berbohong kepada Nathan dengan memalingkan wajah dari putranya.

“Tidak mungkin, Mommy pasti sudah mengusirnya.” Sesudah berucap Nathan langsung meninggalkan kediaman orang tuanya dengan kecewa. Sedangkan tuan Smith hanya menggelengkan kepala melihat tingkah istrinya.

Nathan tiba di tempat tinggal Alice, tanpa mengetuk dia membuka pintu unit aparteman dan menuju ke kamar Alice. Dia melihat wanitanya sedang berbaring, Nathan tersenyum dan menghampiri Alice.

“Jangan hiraukan apa yang dikatakan oleh ibuku.” Sambil berucap Nathan membelai pipi Alice dan mengecupnya dengan lembut.

“Mungkin benar apa yang ibumu katakan, aku memang tidak pantas untukmu.” Alice memutar badannya memunggungi Nathan, dia terlihat sangat sedih dengan ucapan ibu pria itu.

“Mengapa berkata begitu? Aku sangat mencintaimu.” Nathan memegang punggung Alice dan memutar tubuh sang kekasih menghadapnya.

“Aku mohon tetap bersabar, begitu kuliahmu selesai kita akan menikah.” Pria itu terus membujuk Alice agar tidak marah dan kecewa dengan perkataan ibunya.

“Bagaimana dengan kedua orang tuamu? Mereka pasti tidak akan setuju kamu menikah denganku.” Nathan tersenyum dan memegang tangan Alice.

“Tidak usah khawatir, walau’pun mereka tidak setuju aku akan tetap menikahimu,” ucap Nathan meyakinkan Alice agar percaya dengan cintanya.

“Apakah setelah menikah kita akan tinggal bersama kedua orang tuamu?” Alice bertanya demikian karena dia tidak ingin tinggal bersama kedua orang tua Nathan yang sudah pasti tidak suka padanya.

“Tentu tidak, Sayang. Kita akan tinggal sendiri, jangan khawatir, ok!” Alice berusaha tersenyum dan menganggukkan kepala. Dia memeluk prianya dengan erat dengan mengecup pipinya.

“Tidak lama lagi kamu akan selesai, aku akan mempersiapkan semuanya. Oh ya, minggu depan ulang tahun ayahku. Aku ingin kamu ikut hadir bersamaku.” Terlihat Alice menarik napas dengan berat.

Hadir di ulang tahun ayah Nathan sudah pasti akan bertemu dengan nyonya Smith dan rekan-rekan bisnis ayah Nathan, Alice sudah berpikir pasti ibu sang kekasih akan mempermalukannya.

“Babe, bagaimana kalau kau saja yang pergi. Kau tahu sendiri ibumu sangat tidak suka padaku,” ujar Alice dengan wajah memelas kepada Nathan.

“Sayang, kamu tidak usah khawatir. Aku akan selalu bersamamu,” janji Nathan dengan memegang kedua tangan Alice. “Mau ya?” Wajah Nathan penuh permohonan kepada Alice.

“Baiklah, tapi janji. Jangan tinggalkan aku sendiri.” Nathan menganggukkan kepala dan mengangkat jari telunjuk dan tengah sebagai sumpah dia tidak akan melanggar janjinya.

“I promise.” Selesai berucap Nathan memeluk erat tubuh Alice kemudian mengecup ubun kepala wanita itu.

****

Houston adalah kota terbesar keempat yang ada di Amerika Serikat juga terbesar di negara bagian Texas yang di dirikan oleh Sam Housten pada tahun 1836 kini menjadi pusat ekonomi untuk kawasan metropolitan Houston-Sugar Land-Baytown yang terbesar keenam di Amerika serikat.

Di kota inilah Nathan dan Alice bertemu dan saling jatuh cinta, mereka kuliah di Universtis dengan jurusan yang sama. Nathan adalah kakak tingkat dari Alice.

Kini Alice sedang duduk di cafe bersama Rosse temannya sedari masa sekolah, Rosse adalah anak seorang pengusaha ternama di kota Houston. Wanita itu juga memberikan pekerjaan paruh waktu kepada Alice di perusahan ayahnya.

“Bagaimana hubunganmu dengan Nathan?” tanya Rosse setelah selesai menyeruput kopinya. Rosse adalah salah satu yang mendukung hubungan Alice dengan Nathan.

“Sejauh ini baik-baik saja, hanya ibunya tidak suka padaku,” tutur Alcie dengan wajah tertunduk dan menarik napas serta menghembuskannya dengan kasar.

“Disetiap hubungan pasti ada halangan, tinggal bagaimana kamu menghadapinya dan aku rasa Nathan akan lebih memilihmu dari pada orang tuanya.” Rosse memberikan semangat kepada Alice karena dia tahu bagaimana Nathan mencintai wanita yang ada di hadapannya ini.

“Iya, terima kasih. Kamu selalu mendukungku,” ucap Alice dengan menggenggam tangan Rosse. “Sabtu besok aku harus menemani Nathan untuk hadir di acara ulang tahun ayahnya.” Nampak Wajah Alice murung saat mengingat dia harus menemani sang kekasih.

“Pergi saja dan jangan hiraukan apa yang dikatakan oleh ibu Nathan.” Alice hanya menganggukan kepala mendengar saran Rosse, sebenarnya dia berat untuk hadir tapi Alice tidak ingin mengecewakan Nathan.

“Oh ya, bagaimana kabar kekasihmu?” Alice mengalihkan pembicaraan dia tidak ingin membahas lagi ibu Nathan.

“Lancar seperti jalan tol.” Alice terkekeh mendengar candaan Rosse. “Walau’pun kita berbeda negara tapi kami saling memberi kabar.” Alice senang mendengar hubungan Rosse dengan kekasihnya.

“Bagus kalau begitu. Oh ya, jam kuliah sudah akan mulai. Lebih baik kita masuk sekarang,” ujar Alice lalu menyeruput kopinya kemudian berdiri diikuti Rosse. Mereka berdua meninggalkan cafe   dan kembali ke ruangan.

Selesai Alice kuliah, Nathan sudah menunggunya di parkiran mobil. Pria itu ingin mengajak sang kekasih untuk pergi ke pusat perbelanjaan, dia ingin membelikan gaun untuk Alice kenakan saat malam perayaan ulang tahun ayahnya.

Alice menghampiri Nathan dan mengecup lembut bibir sang kekasih lalu masuk ke mobil. Nathan tersenyum, dia ikut masuk kemudian menyetir kendaraannya pergi ke pusat perbelanjaan.

Tidak menunggu lama mereka berdua’pun tiba, Alice dan Nathan berjalan masuk ke pusat perbelanjaan. Pria itu  menarik tangan Alice masuk ke salah satu butik terkenal.

“Untuk apa kita ke sini?” tanya Alice dengan wajah heran, dia tahu pakaian yang ada di dalam butik itu sangat mahal.

“Aku ingin membelikan gaun untukmu,” jawab Nathan sambil menarik masuk Alice ke butik.

Alice tidak bisa menolak ajakan Nathan, dia mengikuti pria itu dari belakang dan melihat sang kekasih memilih-milih gaun untuknya. Nathan meminta  penjaga butik membantunya mencari gaun yang cocok untuk Alice.

Alice tidak ingin ikut mencari gaun, baginya apa yang dipilih oleh Nathan pasti bagus dan cocok dia kenakan. Matanya hanya memperhatikan gaun-gaun yang terpajang dengan harga selangit.

Sementara Nathan sudah memegang gaun berwarna silver dengan belahan sampai di paha, dia menatap sang kekasih dan tersenyum. Nathan memberikan isyarat agar mendekat padanya.

Alice berdiri dan menghampiri Nathan dia memperhatikan gaun yang ada di tangan pria itu, pikirnya sudah pasti ini pilihanya. Nathan memang suka melihat Alice mengenakan pakaian yang seksi.

“Aku pikir gaun ini cocok di tubuhmu.” Alice mengambil gaun itu dari tangan Nathan lalu masuk ke kamar pas.

Sebelum mencobanya dia melihat harga yang tergantung di gaun itu, Alice menggeleng-gelengkan kepala. Ia tidak bisa menolak apa yang sudah menjadi keinginan sang kekasih.

Alice mencoba gaun itu lalu pintu terbuka sedikit, nampak Nathan sedikit mengintip dan memperhatikan Alice. Dia tersenyum dan ikut masuk, Nathan memutar tubuh sang kekasih. Menatap dari ujung kaki sampai kepala.

“Sayang, kamu sangat cantik dengan gaun ini.”  Alice tersipu mendengar pujian Nathan, dia memutar tubuh menghadap cermin dan memperhatikan gaun yang dia pakai.

“Babe, gaun ini sangat mahal. Bagaimana kalau kita cari yang lain saja.” Nathan memeluk Alice dari belakang dan meletakkan dagunya di punggung wanita itu.

“Tidak, Sayang. Aku ingin kamu kenakan gaun ini diperayaan ulang tahun ayahku. Jangan pikirkan harganya, ok!” Alice hanya diam dan menatap Nathan lewat cermin, dia menarik napas yang dalam lalu menganggukkan kepala.

Selesai membeli gaun Nathan mengajak Alice masuk ke toko sepatu, dia memilihkan sepatu untuk kekasihnya. Nathan tidak ingin mereka memandang rendah kepada Alice.

NOTICE

NOVEL INI AKU PINDAH GAK LANJUT LAGI

Kehadiran sang mantan

“Lihat dirimu, apakah kau pantas untuk mendampingi putraku?” Pertanyaan keluar dari mulut nyonya Smith saat kekasih Nathan datang berkunjung ke kediaman orang tua Nathan.

Alice kekasih Nathan hanya diam saja dan mengalihkan pandangannya ke  tempat lain, ibu Nathan tidak begitu suka kepada Alice karena dia sudah menjodohkan sang putra dengan wanita pilihannya.

Bagi nyonya Smith Alice tidak pantas untuk Nathan, mengingat status Alice jauh dari kalangan mereka membuat nyonya Smith tidak suka kepada wanita itu.

Saat Nathan sedang berbincang dengan ayahnya di ruang kerja, dijadikan kesempatan oleh nyonya Smith untuk menghina Alice agar wanita itu mundur dari kehidupan putranya.

“Kamu hanya wantita miskin yang ingin menaikkan derajat dengan menggoda putraku.” Kembali nyonya Smith menghina Alice tapi wanita itu hanya diam saja.

Percuma melayani orang yang sudah membencinya, Alice hanya ingin meninggalkan rumah itu secepatnya. Dia tidak tahan lagi dengan hinaan-hinaan nyonya Smith padanya.

“Berapa banyak uang kau inginkan agar bisa meninggalkan putraku?” Alice menatap tajam nyonya Smith.

Dia bukan wanita rendahan yang hanya dinilai dengan uang, Alice memang miskin. Melanjutkan kuliah’pun itu karena dia mendapatkan bea siswa full. Tapi bukan berarti dia tidak punya harga diri.

“Simpan saja uangmu itu.” Alice terlihat sangat marah lalu meninggalkan kediaman orang tua Nathan tanpa menunggu kekasihnya.

Alice memanggil taxi lalu kembali ke tempat tinggalnya, saat tiba di apartemen dia menghempaskan tubuhnya di kasur dan menangis. Alice merasa terhina dengan ucapan juga hinaan dari ibu Nathan, dia berpikir lebih baik meninggalkan pria itu.

Sementara di kediaman tuan Smith nampak Nathan keluar dari ruang kerja ayahnya lalu pergi ke depan menemui Alice tapi dia tidak melihat kekasihnya.

“Mom, dimana Alice?” tanya Nathan dengan mengerutkan dahi saat tidak menemukan kekasihnya.

“Sudah pergi,” jawab nyonya Smith seadanya sambil berdiri ingin meninggalkan Nathan.

“Pergi? Apa yang sudah kau lakukan padanya?” Kembali Nathan bertanya dengan wajah marahnya.

“Aku tidak melakukan apa-apa kepadanya, tiba-tiba saja dia pergi tanpa bicara apa’pun.” Nyonya Smith berbohong kepada Nathan dengan memalingkan wajah dari putranya.

“Tidak mungkin, Mommy pasti sudah mengusirnya.” Sesudah berucap Nathan langsung meninggalkan kediaman orang tuanya dengan kecewa. Sedangkan tuan Smith hanya menggelengkan kepala melihat tingkah istrinya.

Nathan tiba di tempat tinggal Alice, tanpa mengetuk dia membuka pintu unit aparteman dan menuju ke kamar Alice. Dia melihat wanitanya sedang berbaring, Nathan tersenyum dan menghampiri Alice.

“Jangan hiraukan apa yang dikatakan oleh ibuku.” Sambil berucap Nathan membelai pipi Alice dan mengecupnya dengan lembut.

“Mungkin benar apa yang ibumu katakan, aku memang tidak pantas untukmu.” Alice memutar badannya memunggungi Nathan, dia terlihat sangat sedih dengan ucapan ibu pria itu.

“Mengapa berkata begitu? Aku sangat mencintaimu.” Nathan memegang punggung Alice dan memutar tubuh sang kekasih menghadapnya.

“Aku mohon tetap bersabar, begitu kuliahmu selesai kita akan menikah.” Pria itu terus membujuk Alice agar tidak marah dan kecewa dengan perkataan ibunya.

“Bagaimana dengan kedua orang tuamu? Mereka pasti tidak akan setuju kamu menikah denganku.” Nathan tersenyum dan memegang tangan Alice.

“Tidak usah khawatir, walau’pun mereka tidak setuju aku akan tetap menikahimu,” ucap Nathan meyakinkan Alice agar percaya dengan cintanya.

“Apakah setelah menikah kita akan tinggal bersama kedua orang tuamu?” Alice bertanya demikian karena dia tidak ingin tinggal bersama kedua orang tua Nathan yang sudah pasti tidak suka padanya.

“Tentu tidak, Sayang. Kita akan tinggal sendiri, jangan khawatir, ok!” Alice berusaha tersenyum dan menganggukkan kepala. Dia memeluk prianya dengan erat dengan mengecup pipinya.

“Tidak lama lagi kamu akan selesai, aku akan mempersiapkan semuanya. Oh ya, minggu depan ulang tahun ayahku. Aku ingin kamu ikut hadir bersamaku.” Terlihat Alice menarik napas dengan berat.

Hadir di ulang tahun ayah Nathan sudah pasti akan bertemu dengan nyonya Smith dan rekan-rekan bisnis ayah Nathan, Alice sudah berpikir pasti ibu sang kekasih akan mempermalukannya.

“Babe, bagaimana kalau kau saja yang pergi. Kau tahu sendiri ibumu sangat tidak suka padaku,” ujar Alice dengan wajah memelas kepada Nathan.

“Sayang, kamu tidak usah khawatir. Aku akan selalu bersamamu,” janji Nathan dengan memegang kedua tangan Alice. “Mau ya?” Wajah Nathan penuh permohonan kepada Alice.

“Baiklah, tapi janji. Jangan tinggalkan aku sendiri.” Nathan menganggukkan kepala dan mengangkat jari telunjuk dan tengah sebagai sumpah dia tidak akan melanggar janjinya.

“I promise.” Selesai berucap Nathan memeluk erat tubuh Alice kemudian mengecup ubun kepala wanita itu.

****

Houston adalah kota terbesar keempat yang ada di Amerika Serikat juga terbesar di negara bagian Texas yang di dirikan oleh Sam Housten pada tahun 1836 kini menjadi pusat ekonomi untuk kawasan metropolitan Houston-Sugar Land-Baytown yang terbesar keenam di Amerika serikat.

Di kota inilah Nathan dan Alice bertemu dan saling jatuh cinta, mereka kuliah di Universtis dengan jurusan yang sama. Nathan adalah kakak tingkat dari Alice.

Kini Alice sedang duduk di cafe bersama Rosse temannya sedari masa sekolah, Rosse adalah anak seorang pengusaha ternama di kota Houston. Wanita itu juga memberikan pekerjaan paruh waktu kepada Alice di perusahan ayahnya.

“Bagaimana hubunganmu dengan Nathan?” tanya Rosse setelah selesai menyeruput kopinya. Rosse adalah salah satu yang mendukung hubungan Alice dengan Nathan.

“Sejauh ini baik-baik saja, hanya ibunya tidak suka padaku,” tutur Alcie dengan wajah tertunduk dan menarik napas serta menghembuskannya dengan kasar.

“Disetiap hubungan pasti ada halangan, tinggal bagaimana kamu menghadapinya dan aku rasa Nathan akan lebih memilihmu dari pada orang tuanya.” Rosse memberikan semangat kepada Alice karena dia tahu bagaimana Nathan mencintai wanita yang ada di hadapannya ini.

“Iya, terima kasih. Kamu selalu mendukungku,” ucap Alice dengan menggenggam tangan Rosse. “Sabtu besok aku harus menemani Nathan untuk hadir di acara ulang tahun ayahnya.” Nampak Wajah Alice murung saat mengingat dia harus menemani sang kekasih.

“Pergi saja dan jangan hiraukan apa yang dikatakan oleh ibu Nathan.” Alice hanya menganggukan kepala mendengar saran Rosse, sebenarnya dia berat untuk hadir tapi Alice tidak ingin mengecewakan Nathan.

“Oh ya, bagaimana kabar kekasihmu?” Alice mengalihkan pembicaraan dia tidak ingin membahas lagi ibu Nathan.

“Lancar seperti jalan tol.” Alice terkekeh mendengar candaan Rosse. “Walau’pun kita berbeda negara tapi kami saling memberi kabar.” Alice senang mendengar hubungan Rosse dengan kekasihnya.

“Bagus kalau begitu. Oh ya, jam kuliah sudah akan mulai. Lebih baik kita masuk sekarang,” ujar Alice lalu menyeruput kopinya kemudian berdiri diikuti Rosse. Mereka berdua meninggalkan cafe   dan kembali ke ruangan.

Selesai Alice kuliah, Nathan sudah menunggunya di parkiran mobil. Pria itu ingin mengajak sang kekasih untuk pergi ke pusat perbelanjaan, dia ingin membelikan gaun untuk Alice kenakan saat malam perayaan ulang tahun ayahnya.

Alice menghampiri Nathan dan mengecup lembut bibir sang kekasih lalu masuk ke mobil. Nathan tersenyum, dia ikut masuk kemudian menyetir kendaraannya pergi ke pusat perbelanjaan.

Tidak menunggu lama mereka berdua’pun tiba, Alice dan Nathan berjalan masuk ke pusat perbelanjaan. Pria itu  menarik tangan Alice masuk ke salah satu butik terkenal.

“Untuk apa kita ke sini?” tanya Alice dengan wajah heran, dia tahu pakaian yang ada di dalam butik itu sangat mahal.

“Aku ingin membelikan gaun untukmu,” jawab Nathan sambil menarik masuk Alice ke butik.

Alice tidak bisa menolak ajakan Nathan, dia mengikuti pria itu dari belakang dan melihat sang kekasih memilih-milih gaun untuknya. Nathan meminta  penjaga butik membantunya mencari gaun yang cocok untuk Alice.

Alice tidak ingin ikut mencari gaun, baginya apa yang dipilih oleh Nathan pasti bagus dan cocok dia kenakan. Matanya hanya memperhatikan gaun-gaun yang terpajang dengan harga selangit.

Sementara Nathan sudah memegang gaun berwarna silver dengan belahan sampai di paha, dia menatap sang kekasih dan tersenyum. Nathan memberikan isyarat agar mendekat padanya.

Alice berdiri dan menghampiri Nathan dia memperhatikan gaun yang ada di tangan pria itu, pikirnya sudah pasti ini pilihanya. Nathan memang suka melihat Alice mengenakan pakaian yang seksi.

“Aku pikir gaun ini cocok di tubuhmu.” Alice mengambil gaun itu dari tangan Nathan lalu masuk ke kamar pas.

Sebelum mencobanya dia melihat harga yang tergantung di gaun itu, Alice menggeleng-gelengkan kepala. Ia tidak bisa menolak apa yang sudah menjadi keinginan sang kekasih.

Alice mencoba gaun itu lalu pintu terbuka sedikit, nampak Nathan sedikit mengintip dan memperhatikan Alice. Dia tersenyum dan ikut masuk, Nathan memutar tubuh sang kekasih. Menatap dari ujung kaki sampai kepala.

“Sayang, kamu sangat cantik dengan gaun ini.”  Alice tersipu mendengar pujian Nathan, dia memutar tubuh menghadap cermin dan memperhatikan gaun yang dia pakai.

“Babe, gaun ini sangat mahal. Bagaimana kalau kita cari yang lain saja.” Nathan memeluk Alice dari belakang dan meletakkan dagunya di punggung wanita itu.

“Tidak, Sayang. Aku ingin kamu kenakan gaun ini diperayaan ulang tahun ayahku. Jangan pikirkan harganya, ok!” Alice hanya diam dan menatap Nathan lewat cermin, dia menarik napas yang dalam lalu menganggukkan kepala.

Selesai membeli gaun Nathan mengajak Alice masuk ke toko sepatu, dia memilihkan sepatu untuk kekasihnya. Nathan tidak ingin mereka memandang rendah kepada Alice.

Will you marrie me?

“Lihat dirimu, apakah kau pantas untuk mendampingi putraku?” Pertanyaan keluar dari mulut nyonya Smith saat kekasih Nathan datang berkunjung ke kediaman orang tua Nathan.

Alice kekasih Nathan hanya diam saja dan mengalihkan pandangannya ke  tempat lain, ibu Nathan tidak begitu suka kepada Alice karena dia sudah menjodohkan sang putra dengan wanita pilihannya.

Bagi nyonya Smith Alice tidak pantas untuk Nathan, mengingat status Alice jauh dari kalangan mereka membuat nyonya Smith tidak suka kepada wanita itu.

Saat Nathan sedang berbincang dengan ayahnya di ruang kerja, dijadikan kesempatan oleh nyonya Smith untuk menghina Alice agar wanita itu mundur dari kehidupan putranya.

“Kamu hanya wantita miskin yang ingin menaikkan derajat dengan menggoda putraku.” Kembali nyonya Smith menghina Alice tapi wanita itu hanya diam saja.

Percuma melayani orang yang sudah membencinya, Alice hanya ingin meninggalkan rumah itu secepatnya. Dia tidak tahan lagi dengan hinaan-hinaan nyonya Smith padanya.

“Berapa banyak uang kau inginkan agar bisa meninggalkan putraku?” Alice menatap tajam nyonya Smith.

Dia bukan wanita rendahan yang hanya dinilai dengan uang, Alice memang miskin. Melanjutkan kuliah’pun itu karena dia mendapatkan bea siswa full. Tapi bukan berarti dia tidak punya harga diri.

“Simpan saja uangmu itu.” Alice terlihat sangat marah lalu meninggalkan kediaman orang tua Nathan tanpa menunggu kekasihnya.

Alice memanggil taxi lalu kembali ke tempat tinggalnya, saat tiba di apartemen dia menghempaskan tubuhnya di kasur dan menangis. Alice merasa terhina dengan ucapan juga hinaan dari ibu Nathan, dia berpikir lebih baik meninggalkan pria itu.

Sementara di kediaman tuan Smith nampak Nathan keluar dari ruang kerja ayahnya lalu pergi ke depan menemui Alice tapi dia tidak melihat kekasihnya.

“Mom, dimana Alice?” tanya Nathan dengan mengerutkan dahi saat tidak menemukan kekasihnya.

“Sudah pergi,” jawab nyonya Smith seadanya sambil berdiri ingin meninggalkan Nathan.

“Pergi? Apa yang sudah kau lakukan padanya?” Kembali Nathan bertanya dengan wajah marahnya.

“Aku tidak melakukan apa-apa kepadanya, tiba-tiba saja dia pergi tanpa bicara apa’pun.” Nyonya Smith berbohong kepada Nathan dengan memalingkan wajah dari putranya.

“Tidak mungkin, Mommy pasti sudah mengusirnya.” Sesudah berucap Nathan langsung meninggalkan kediaman orang tuanya dengan kecewa. Sedangkan tuan Smith hanya menggelengkan kepala melihat tingkah istrinya.

Nathan tiba di tempat tinggal Alice, tanpa mengetuk dia membuka pintu unit aparteman dan menuju ke kamar Alice. Dia melihat wanitanya sedang berbaring, Nathan tersenyum dan menghampiri Alice.

“Jangan hiraukan apa yang dikatakan oleh ibuku.” Sambil berucap Nathan membelai pipi Alice dan mengecupnya dengan lembut.

“Mungkin benar apa yang ibumu katakan, aku memang tidak pantas untukmu.” Alice memutar badannya memunggungi Nathan, dia terlihat sangat sedih dengan ucapan ibu pria itu.

“Mengapa berkata begitu? Aku sangat mencintaimu.” Nathan memegang punggung Alice dan memutar tubuh sang kekasih menghadapnya.

“Aku mohon tetap bersabar, begitu kuliahmu selesai kita akan menikah.” Pria itu terus membujuk Alice agar tidak marah dan kecewa dengan perkataan ibunya.

“Bagaimana dengan kedua orang tuamu? Mereka pasti tidak akan setuju kamu menikah denganku.” Nathan tersenyum dan memegang tangan Alice.

“Tidak usah khawatir, walau’pun mereka tidak setuju aku akan tetap menikahimu,” ucap Nathan meyakinkan Alice agar percaya dengan cintanya.

“Apakah setelah menikah kita akan tinggal bersama kedua orang tuamu?” Alice bertanya demikian karena dia tidak ingin tinggal bersama kedua orang tua Nathan yang sudah pasti tidak suka padanya.

“Tentu tidak, Sayang. Kita akan tinggal sendiri, jangan khawatir, ok!” Alice berusaha tersenyum dan menganggukkan kepala. Dia memeluk prianya dengan erat dengan mengecup pipinya.

“Tidak lama lagi kamu akan selesai, aku akan mempersiapkan semuanya. Oh ya, minggu depan ulang tahun ayahku. Aku ingin kamu ikut hadir bersamaku.” Terlihat Alice menarik napas dengan berat.

Hadir di ulang tahun ayah Nathan sudah pasti akan bertemu dengan nyonya Smith dan rekan-rekan bisnis ayah Nathan, Alice sudah berpikir pasti ibu sang kekasih akan mempermalukannya.

“Babe, bagaimana kalau kau saja yang pergi. Kau tahu sendiri ibumu sangat tidak suka padaku,” ujar Alice dengan wajah memelas kepada Nathan.

“Sayang, kamu tidak usah khawatir. Aku akan selalu bersamamu,” janji Nathan dengan memegang kedua tangan Alice. “Mau ya?” Wajah Nathan penuh permohonan kepada Alice.

“Baiklah, tapi janji. Jangan tinggalkan aku sendiri.” Nathan menganggukkan kepala dan mengangkat jari telunjuk dan tengah sebagai sumpah dia tidak akan melanggar janjinya.

“I promise.” Selesai berucap Nathan memeluk erat tubuh Alice kemudian mengecup ubun kepala wanita itu.

****

Houston adalah kota terbesar keempat yang ada di Amerika Serikat juga terbesar di negara bagian Texas yang di dirikan oleh Sam Housten pada tahun 1836 kini menjadi pusat ekonomi untuk kawasan metropolitan Houston-Sugar Land-Baytown yang terbesar keenam di Amerika serikat.

Di kota inilah Nathan dan Alice bertemu dan saling jatuh cinta, mereka kuliah di Universtis dengan jurusan yang sama. Nathan adalah kakak tingkat dari Alice.

Kini Alice sedang duduk di cafe bersama Rosse temannya sedari masa sekolah, Rosse adalah anak seorang pengusaha ternama di kota Houston. Wanita itu juga memberikan pekerjaan paruh waktu kepada Alice di perusahan ayahnya.

“Bagaimana hubunganmu dengan Nathan?” tanya Rosse setelah selesai menyeruput kopinya. Rosse adalah salah satu yang mendukung hubungan Alice dengan Nathan.

“Sejauh ini baik-baik saja, hanya ibunya tidak suka padaku,” tutur Alcie dengan wajah tertunduk dan menarik napas serta menghembuskannya dengan kasar.

“Disetiap hubungan pasti ada halangan, tinggal bagaimana kamu menghadapinya dan aku rasa Nathan akan lebih memilihmu dari pada orang tuanya.” Rosse memberikan semangat kepada Alice karena dia tahu bagaimana Nathan mencintai wanita yang ada di hadapannya ini.

“Iya, terima kasih. Kamu selalu mendukungku,” ucap Alice dengan menggenggam tangan Rosse. “Sabtu besok aku harus menemani Nathan untuk hadir di acara ulang tahun ayahnya.” Nampak Wajah Alice murung saat mengingat dia harus menemani sang kekasih.

“Pergi saja dan jangan hiraukan apa yang dikatakan oleh ibu Nathan.” Alice hanya menganggukan kepala mendengar saran Rosse, sebenarnya dia berat untuk hadir tapi Alice tidak ingin mengecewakan Nathan.

“Oh ya, bagaimana kabar kekasihmu?” Alice mengalihkan pembicaraan dia tidak ingin membahas lagi ibu Nathan.

“Lancar seperti jalan tol.” Alice terkekeh mendengar candaan Rosse. “Walau’pun kita berbeda negara tapi kami saling memberi kabar.” Alice senang mendengar hubungan Rosse dengan kekasihnya.

“Bagus kalau begitu. Oh ya, jam kuliah sudah akan mulai. Lebih baik kita masuk sekarang,” ujar Alice lalu menyeruput kopinya kemudian berdiri diikuti Rosse. Mereka berdua meninggalkan cafe   dan kembali ke ruangan.

Selesai Alice kuliah, Nathan sudah menunggunya di parkiran mobil. Pria itu ingin mengajak sang kekasih untuk pergi ke pusat perbelanjaan, dia ingin membelikan gaun untuk Alice kenakan saat malam perayaan ulang tahun ayahnya.

Alice menghampiri Nathan dan mengecup lembut bibir sang kekasih lalu masuk ke mobil. Nathan tersenyum, dia ikut masuk kemudian menyetir kendaraannya pergi ke pusat perbelanjaan.

Tidak menunggu lama mereka berdua’pun tiba, Alice dan Nathan berjalan masuk ke pusat perbelanjaan. Pria itu  menarik tangan Alice masuk ke salah satu butik terkenal.

“Untuk apa kita ke sini?” tanya Alice dengan wajah heran, dia tahu pakaian yang ada di dalam butik itu sangat mahal.

“Aku ingin membelikan gaun untukmu,” jawab Nathan sambil menarik masuk Alice ke butik.

Alice tidak bisa menolak ajakan Nathan, dia mengikuti pria itu dari belakang dan melihat sang kekasih memilih-milih gaun untuknya. Nathan meminta  penjaga butik membantunya mencari gaun yang cocok untuk Alice.

Alice tidak ingin ikut mencari gaun, baginya apa yang dipilih oleh Nathan pasti bagus dan cocok dia kenakan. Matanya hanya memperhatikan gaun-gaun yang terpajang dengan harga selangit.

Sementara Nathan sudah memegang gaun berwarna silver dengan belahan sampai di paha, dia menatap sang kekasih dan tersenyum. Nathan memberikan isyarat agar mendekat padanya.

Alice berdiri dan menghampiri Nathan dia memperhatikan gaun yang ada di tangan pria itu, pikirnya sudah pasti ini pilihanya. Nathan memang suka melihat Alice mengenakan pakaian yang seksi.

“Aku pikir gaun ini cocok di tubuhmu.” Alice mengambil gaun itu dari tangan Nathan lalu masuk ke kamar pas.

Sebelum mencobanya dia melihat harga yang tergantung di gaun itu, Alice menggeleng-gelengkan kepala. Ia tidak bisa menolak apa yang sudah menjadi keinginan sang kekasih.

Alice mencoba gaun itu lalu pintu terbuka sedikit, nampak Nathan sedikit mengintip dan memperhatikan Alice. Dia tersenyum dan ikut masuk, Nathan memutar tubuh sang kekasih. Menatap dari ujung kaki sampai kepala.

“Sayang, kamu sangat cantik dengan gaun ini.”  Alice tersipu mendengar pujian Nathan, dia memutar tubuh menghadap cermin dan memperhatikan gaun yang dia pakai.

“Babe, gaun ini sangat mahal. Bagaimana kalau kita cari yang lain saja.” Nathan memeluk Alice dari belakang dan meletakkan dagunya di punggung wanita itu.

“Tidak, Sayang. Aku ingin kamu kenakan gaun ini diperayaan ulang tahun ayahku. Jangan pikirkan harganya, ok!” Alice hanya diam dan menatap Nathan lewat cermin, dia menarik napas yang dalam lalu menganggukkan kepala.

Selesai membeli gaun Nathan mengajak Alice masuk ke toko sepatu, dia memilihkan sepatu untuk kekasihnya. Nathan tidak ingin mereka memandang rendah kepada Alice.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!