NovelToon NovelToon

Jangan Mati Di Musim Semi

Hancurnya Hati Clara

Mmmhh!.. ".

Seorang gadis kecil bergeliat di atas kasur miliknya. Ia adalah Clara Nathalia. Ia masih berusia 8 tahun yang merupakan seorang siswa Sekolah Dasar. Dia sosok anak yang manis,baik hati, pintar namun terkadang juga sangat ceroboh. Clara terbangun tatkala telinganya mendengar keributan di rumahnya. Ia pun bangun dan melihat jam.

" Huaaahhh,oh baru jam 02.35. Tapi masih pagi gini kok udah berisik banget sih di bawah". Gumam gadis itu.

Tapi saat ia mencoba mendengarkan,suasana mendadak hening tanpa keributan. Ia pun merebahkan kembali tubuh mungilnya. Clara mengira hanya halusinasinya saja.Tapi tiba-tiba...

"Clara akan ikut denganku!". Teriak seorang lelaki.

" Tidak pak, Clara itu anakku. Aku yang melahirkannya kedunia ini, jadi aku yang lebih berhak mengurus Clara". Ucap seorang wanita tak kalah sengit.

" Itukan ibu sama bapak. Kenapa mereka bertengkar ya? ". Ucap Clara keheranan.

Ternyata yang tengah bertengkar ialah orang tuanya Clara,Bu Nesa dan Pak Tomo.Clara melihat orang tuanya bertengkar di kamar,karena pintu kamar mereka sedikit terbuka. Clara mengintip dan mendengarkan apa yang orang tuanya bicarakan di samping meja sambil memegang sebuah gelas berisikan air minum yang sebelumnya Clara ambil dari dapur. Belum lama Clara mengintip...

"Ya udah. Kamu aku talak Nesa. Mulai saat ini juga aku bukan suamimu lagi". Ucap Pak Tomo sambil menunjuk ke arah bu Nesa.

Pyarr!..."

Suara gelas pecah yang tak sengaja Clara jatuhkan. Mata Clara berkaca-kaca setelah mendengar akhir perdebatan antara kedua org tuanya yang berujung perceraian. Mendengar suara gelas yang pecah, bu Nesa dan pak Tomo terkejut dan lebih terkejutnya lagi saat melihat disana ada Clara yang mematung. Bu Nesa menghampiri Clara dan memeluknya.

"Sayang, sejak kapan kamu di sini". Tanya bu Nesa.

" Buu...". Bukannya menjawab, Clara malah merengek seolah meminta penjelasan dari apa yang ia dengar.

"Maafkan ibu sama bapak ya sayang". Pinta bu Nesa.

" Clara, ayo!. Kamu harus ikut sama bapak". Teriak pak Tomo sambil menarik lengan kanan Clara.

"Ngga, Clara biar ikut aku aja pak! ". Cegah bu Nesa mencoba melepaskan cengkraman tangan pak Tomo pada Clara.

"Biar aku yang urus Clara, bagaimana Clara nantinya jika hidup denganmu. Sebaiknya kamu pergi saja sama pria simpanan mu itu Nesa!. Dasar wanita menjijikkan". Teriak pak Tomo dengan amarah yg menggebu.

" Ayo Clara, ayo!". Ajak pak Tomo

"Jangan pak, jangan bawa Clara pergi". Pinta bu Nesa lagi.

Terjadilah tarik menarik antara pak Tomo dan bu Nesa memperebutkan Clara anak mereka. Karena orang tuanya mencengkram kedua tangan mungil Clara terlalu keras, Clara merasa kesakitan.

" Diaamm!!... Clara ngga mau ibu sama bapak pisah. Ngga mau huaaaaa..... ". Teriak Clara.

Kemudian Clara berlari sekuat tenaganya.  Ia berlari menuju kamarnya, dengan menangis layaknya seorang anak berteriak kesakitan. Yang Clara rasakan bukan hanya sakit pada tangannya tapi hatinya hancur setelah tahu orang tuanya akan berpisah.

"Clara, tunggu sayang! ". Teriak Bu Nesa mengejar Clara.

Karena Clara terburu-buru saat menaiki tangga, tiba-tiba kakinya terpeleset dan mengakibatkan Clara terjatuh dan terguling.

" Aaaaaa!... ". Jerit Clara.

" Clara!!!... ". Teriak pak Tomo dan bu Nesa bersamaan.

Untung bu Nesa yang dari tadi mengejar Clara sigap menahan Clara. Selain itu pak Tomo berlari menghampiri dua perempuan itu. Melihat kondisi Clara yang gak sadarkan diri dan pelipis kanannya berdarah, mereka pun panik.

"Clara, Clara bangun sayang". Pinta bu Nesa menangis.

" Clara, Clara! ". Teriak pak Tomo menggoyangkan tubuh Clara.

Tanpa fikir panjang, pak Tomo mendekap Clara dalam pangkuannya dan membawa Clara ke rumah sakit.

Setelah pemeriksaan dokter, ternyata cedera Clara cukup serius karena tubuh Clara yang mungil harus terbanting berkali-kali di tangga rumah mereka. Pelipis Clara di perban, tangan kiri Clara di pasangkan jarum juga selang infus dan banyak memar tergambar di tubuh Clara.

"Dok anak saya akan baik-baik saja kan, dok?". Tanya bu Nesa Khawatir.

" Karena lukanya cukup serius, Clara harus di rawat inap sampai dia pulih. Karena cukup berbahaya di usia dini untuk cedera kali ini bu. Masalahnya, karena benturan keras dan berkali-kali di kepalanya mengakibatkan timbul retakan pada tulang kepalanya". Jelas Dokter.

"Pokoknya, apapun caranya dan berapa pun biayanya akan saya keluarkan asalkan Clara anak saya sembuh dok! ". Pinta pak Tomo.

" Baik pak, mungkin dengan perawatan ini anak bapak dan ibu akan segera sadar dan pulih. Mohon bapak dan ibu bersabar dengan keadaan ini". Jawab dokter.

"Terimakasih pak". Ucap bu Nesa.

"Baiklah saya pergi dulu. Panggil saya jika ada pergerakan dari Clara. Permisi". Izin dokter kemudian pergi.

" Baik dok".

Setelah dokter pergi, pak Tomo mengusir bu Nesa dari kamar dimana tempat Clara di rawat inap.

"Heh, kamu keluar sekarang! ". Ucap pak Tomo menyeret bu Nesa keluar ruangan.

" Ini semua gara-gara kamu Nesa. Semuanya jadi hancur. Pergi dan jangan kau perlihatkan wajah menjijikkanmu di hadapanku dan Clara seumur hidup". Usir pak Tomo.

"Tapi mas, izinkan aku di sini sampai Clara sadar. Aku akan pergi kalau aku sudah melihat Clara sembuh. Hiks... Hiks...". Pinta bu Nesa menangis. Ia bersimpuh di kaki pak Tomo supaya keinginannya untuk saat ini di penuhi.

" Tiada artinya kau menangis saat ini. Pergi aku muak melihat wajahmu". Maki pak Tomo. Ia menepis tangan bu Nesa yang memegang satu tangannya.

"Mas!.. Mas!..".

Tapi pak Tomo tak menghiraukan bu Nesa yang sedang berlutut tertunduk menyesali perbuatannya. Ia kembali ke dalam ruangan Clara dan duduk di kursi samping blankar rumah sakit yang Clara tiduri.

" Sayang, maafkan bapak ya nak. Cepatlah bangun sayang, bapak merindukanmu". Ucap pak Tomo.

"Pak, ibu dmna? ". Tanya Clara.

" Sayang, kamu istirahat dulu ya sayang.Nanti bapak bicara sama kamu ya". Titah pak Tomo sambil merebahkan Clara dan menyelimutinya.

Keinginan Clara

10 tahun kemudian...

"Harapan bapak,Rara dapat nilai yang memuaskan untuk hasil ujian akhir ini" Ucap pak Tomo menoleh pada Clara yang terdiam tak merespon.

Sejak kejadian 10 tahun yang lalu itu terjadi,Clara tumbuh menjadi sosok remaja yang pendiam. Bahkan untuk bicara saja seperlunya.

Hari ini adalah acara kelulusan Clara. Ia hanya membawa bapak Tanpa sosok ibu sebagai wali murid. Dan itulah yang membuat Clara membenci situasi imi. Clara hanya memandang lurus dengan wajah datarnya mengikuti rangkaian acara demi acara kelulusan kelas XII SMA Jasa Kartini.

"Baik,untuk prestasi siapa pemilik rekor tertinggi nilai akhir kelas XII SMA Jasa Kartini adalah...". Pembawa acara menggantung kalimatnya mengedarkan pandangan pada semua audiens di depannya.

"Wah siapa ya?"

"Kesya aja yang di rekor kedua nilainya udah 98,87"  Heran dan kagum para murid bersahutan menebak-nebak siapa kiranya murid cerdas itu.

"Peraih rekor tertinggi nilai akhir kelas XII SMA Jasa Kartini diraih oleh.... Clara Nathalia!!". Ucap pembawa acara yang sontak mengejutkan ribuan murid yang ada disana.

"What? Serius?".Pekik Keysa saingan Clara yang sedari SMP membenci Clara.

"Lo kalah dong Key". Seru Nadin teman Keysa.

"Kok bisa si nilai gue lebih jelek dari si patung itu". Kesal Keysa

"Bisalah,secarakan dia itu patung dan lo itu pengunjung mall ya beda hahaha...". Sahut Dion Teman Kesya menertawakannya. Ya walaupun tak ada letak lucunya sama sekali

"Diem lu!". Ancam Keysa.

"Sorry Sya soalnya lo lucu tau. Lo kan tau sendiri dibalik sependiamnya si Clara itu ada otak sebening mutiara". Celetuk Dion yang di tatap tajam Kesya.

" Brisik!" Suara bariton seorang pria yang menghampiri mereka. Keysa berdiri dan langsung  memeluk manja tubuh pria itu. Tapi langsung pria itu merasa risih dan melepas pelukan Kesya.

"Kok gitu sih sama Kesya". Rengek Keysa.

"Gerah. Minggir!". Usirnya. Ia menarik sebuah kursi untuk ia duduki. Kesya duduk di kursi samping pria itu. Nadin dan Dion hanya terkekeh melihat penampakan itu.

"Kacang,kacang,,kacang!!!". Dion kembali tertawa karen tingkah Keysa.

Lama mereka menyaksikan acara yang bagi pria itu membosankan dengan saling diam. Beberapa detik kemudian,pria itu berdiri. Kesya ikut berdiri menahan tangan pria itu.

"Kak mau kemana?". Tanya Keysa

"Lepas!.Saya ada urusan. Dan satu lagi, jangan ganggu saya". Setelah itu pria itu berlalu pergi meninggalkan Kesya dan kedua temannya.

          ***

Di kediaman keluarga pak Tomo,Clara membaringkan tubuhnya di ranjang kamar tidurnya. Baru saja mau memejamkan mata cantiknya, terdengar keributan dari ruang tamu.

"Rara sayaaaaang!!". Teriak seorang wanita muda memanggil Clara.

"Raraaa sini sayang!".

" Rara! Kamu denger mami ngomong ngga?".

"Rara cepet sayang".

"Huh!! Berisik banget sih". Kesal Clara.

Clara keluar dari kamar menuruni anak tangga rumah mewah itu menghampiri wanita berisik yang mengaku sebagai maminya.

Sandra Mathrix adalah seorang psikolog sekaligus guru les private khusus Clara selama ini. Dia bertemu Clara waktu Clara masih SMP. Saat itu, Clara di buli habis-habisan oleh Kesya karena orang tua Clara berpisah.

Yang membuat Clara makin terpuruk dan saat itu lah Sandra menemukan sesosok remaja rapuh seperti Clara dan Sandra memutuskan untuk menjadi teman sekaligus guru Clara. Makanya Clara masih bisa berfikir sehat dan mejalankan kehidupannya dengan baik di bantu oleh Sandra.

Karena Clara merasa kesepian tak ada sosok seorang ibu, yang seharusnya ada di sampingnya saat ini. Clara meminta izin pada Sandra untuk dipanggil mami oleh Clara. Sayangnya, Sandra telah memiliki tunangan maka dari itu Clara amat kecewa karena awalnya akan ia jodohkan dengan bapaknya

"Ada apa gerangan ratu memanggil hamba?". Tanya Clara sambil memperagakan bak seorang princes yang di panggil untuk menghadap ratu. Wanita itu tersenyum menghampiri Clara dan memeluknya erat.

"Ah sayaaang,, mami banggaaaa banget sama kamu. Kamu mencapai rekor yang memuaskan. Muuachh!!".  Puji mami sandra lalu mencium pipi dan pucuk kepala Clara.

" Iya mami ku yang cantiiik, ini juga berkat mami yang sabar ngajarin aku. Makasih mami". Ucap Clara kembali memeluk maminya.

"Oh iya. Hampir saja mami lupa. Ada kado nih buat Rara dari mami karena Rara udah bikin mami bangga". Ucap mami Sandra menyerahkan sebuah paper bag pada Clara.

" Waah,,makasih ya mam. Aku buka ya". Izin Clara langsung membuka paperbag itu. Dan alangkah terkejutnya Clara dengan hadiah itu. Ia keluarkan isinya dan alangkah bahagianya Clara.

"Iya sayang, gimana suka? ". Tanya mami melihat ekspresi Clara.

" Gimana gak suka coba mam, ini kan laptop yang aku minta sama bapak. Tapi bapak gak mau beliin aku". Tutur Clara sambil memanyunkan bibirnya mengingat permintaannya dulu pada pak Tomo belum terwujud.

"Nonton drakor boleh, tapi kalo beres belajar ya sayang. Jangan berlebihan sampai habisin semua waktu kamu buat nonton". Ucap mami Sandra yang di jawab anggukan tanda setuju dari Clara.

Clara kembali ke kamarnya membawa laptop pemberian maminya. Termenung ia dalam diam. Entahah apa yang ia fikirkan. Karena merasa lelah Clara merebahkan tubuhnya di atas kasur dan tanpa lama Clara memejamkan matanya tidur.

               ***

Di ruangan kerja...

"Apa?! "

Brakk!!!

"Apa yang kamu lakukan Sandra? Saya mengundang kamu dan membiarkan Clara dekat denganmu itu hanya untuk membantu Clara menjalani kehidupan normal. Tapi apa yang kamu lakukan? Saya sudah melarang kamu memberi sesuatu pada Clara tapi kamu bantah aturan dari saya". Marah pak Tomo mengetahui mami Sandra memberi hadiah sebuah Laptop pada Clara tanpa sepengetahuannya.

"Kenapa kamu marah? Bukankah hal yang wajar jika seorang anak memiliki bakat yang melebihi kemampuan dari anak sebayanya itu kita beri sebuah apresiasi supaya dia lebih giat belajar? ". Kelas mami mencoba menurunkan emosi ak Tomo.

" Apresiasi katamu? An-... ". Perkataan pak Tomo berhenti tampak berfikir dan menatap mami Sandra.

Lalu pak Tomo menyeringai membuat mami Sandra heran dengan sikap pak Tomo.

"Pergilah". Ucap pak Tomo halus.

" Aneh banget si". Ucap mami dalam hati sambil melangkahkan keluar dari ruangan kerja pak Tomo.

Setelah kepergian mami Sandra, pak Tomo menghempaskan kasar tubuhnya pada kursi kerjanya. Pak Tomo menatap langit-langit ruangan itu dan terfikir akan sesuatu. Ia membuka laci dan mengeluarkan sebuah amplop putih panjang dari dalam map. Menatap benda itu dengan pandangan nanarnya, mengusap wajahnya kasar dan mengacak rambutnya frustasi.

"Mengapa semuanya terungkap setelah sekian lama? Dimana kamu sekarang? Apakah kamu baik-baik saja? Kenapa kau begitu tega membiarkan tubuhmu merasakan pahitnya sendiri? Aku merindukanmu"!. Lirih pak Tomo sendu.

"Ceklek! ".

Sontak saja membuat pak Tomo terkejut ketika melihat bahwa Clara yang datang. Ia segera memasukkan amplop itu ke asalnya. Ia dengan mudahnya segera mengubah raut wajahnya kembali ramah seperti semula. Clara duduk di sofa panjang ruangan kerja pak Tomo.

" Pak". Panggil Clara

"Iya sayang, kenapa?". Jawab pak Tomo tersenyum dan menghampiri Clara dan duduk di sampingnya.

Clara terdiam lama. Menatap lekat wajah pak Tomo membuat pak Tomo heran dengan sikap Clara. Jarang-jarang Clara seperti ini.

"Rara kangen ibu ya? ". Tanya ak Tomo melihat Clara menundukan kepalanya. Pak Tomo meraih pundak Clara dan menyandarkan kepala Clara pada dadanya. Bagaimanapun juga sosok ibu adalah nyawa bagi anaknya. Jika seorang ibu jauh dari anaknya,maka kebiasaan anaknya akan selalu gelisah dan merasa tak tentu arah kemana akan melangkah.

"Maafkan bapak belum bisa membahagiakanmu".  Batin pak Tomo.

"Idih siapa juga yang kangen sama ibu. Mana ada anak yang di telantarkan ibunya mau bertemu dengan ibunya yang tega pada anaknya sendiri". Sewot Clara berapi-api.

"Sebenci itukah Clara pada ibunya". Batin pak Tomo. Ia hnya menghela nafas dalam melihat sng putri sangat membenci ibunya.

" Ga boleh gitu loh sayang, ibu Nesa itu tetep ibu kandung kamu". Kata pak Tomo lembut.

"Ga mau. Malah Clara berharap bapak bisa temuin wanita lain lagi buat bapak jadiin istri supaya baak gak kesepian seperti sekarang". pinta Clara membuat pak Tomo terkejut mendengar permintaan Clara.

Deg,

"Kenapa Clara minta hal itu pada bapak,apakah tidak ada keinginan lain di hati kamu selain itu". Batin seseorang yang berada di balik pintu.

Awal Mula

Di suatu kantor pencakar langit bernama PT STAR FOOD,milik seorang CEO muda yang sukses dalam dunia bisnis bernama Satria Airlangga. Dia anak pertama dari pasangan Heri Airlangga dan Meta Wilson. Sayangnya, Meta telah meninggal dunia 10 tahun lalu karena kecelakaan. Di balik kesuksesannya Satria memiliki sikap kejam,tidak ada gurat kehangatan di setiap sisi wajahnya.

Satria berusia 27  tahun. Ia memiliki dua saudara, adik pertama bernama Willy Airlangga berusia 23 tahun dan adik keduanya bernama Mila Sandriani Airlangga yang masih berusia 10 tahun.

"Kita berhasil,Tuan! ". Ucap seseorang dalam sambungan telfon.

"Hancurkan sehancur-hancurnya!". Titah Satria

"B-baik Tuan. Sesuai keinginan anda". Sanggupnya.

Kemudian Satria memutuskan sambungan telfon sepihak. Melempar telfon itu pada meja dan merebahkan tubuhnya pada kursi kekuasaannya. Wajah tampan blasteran Indonesia-Italia itu menengadah ke arah langit-langit ruangannya. Kulit yang putih,berawakan tinggi,rahangnya yang tegas, alis yang tebal dan sorot mata yang tajam mendominasi kekejamannya.

Tok,,

Tok,,

Tok,,

"Masuk!". Ucap Satria tanpa menoleh arah suara.

"Ceklek!".

"Permisi Tuan".

" Katakan!". Ucapnya tanpa menoleh. Karena yang ia izinkan memasuki ruangannya hanya asisten pribadinya saja.

" Di bawah ada seorang gadis ingin bertemu dengan Tuan. Katanya sudah memiliki janji karena dia membawa kartu nama Tuan". Ucap asisten pribadi Satria menunduk hormat.

"Saya sibuk!".

"Baik Tuan. Mohon maaf mengganggu waktu Tuan". Pamitnya undur diri.

Saat asistennya baru melangkah akan pergi, kening Satria berkerut mengingat sesuatu.

"Tunggu!". Teriak Satria.

"Ya Tuan, ada perlu apa?". Tanya Reno sang asisten.

"Ulangi ucapanmu tadi!"

"Di bawah ada seorang gadis ingin bertemu dengan Tuan. Katanya sudah memiliki janji karena dia membawa kartu nama Tuan". Tutur Reno mengulang perkataanya.

"Siapa namanya?". Selidik Satria.

"Namanya Clara Nathalia, Tuan". Jawab Reno.

Satria nampak mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti. Ia menoleh jam tangan mahalnya dengan santai. Terlihat cool tapi tidak menurut pegawai dan para musuhnya.

"Jam 14.30 di ruang meeting". Ucap Satria.

"Di ruang meeting,Tuan?" Heran Reno.

"Dia klien khusus saya. Untuk hari ini undur jadwal besok". Tegas Satria.

"B-baik,Tuan. Apa ada yang perlu saya kerjakan Tuan?". Tanya Reno hati-hati.

" Keluarlah. Saya sudah muak melihatmu". Usir Satria.

"Baik Tuan. Kalau begitu,saya undur diri". Pamit Reno menunduk hormat.

Setelah Reno keluar ruangan. Satria tersenyum,kemudian tertawa alhasil Reno yang mendengar suara Satria tertawa merinding dibuatnya.

"Akhirnya kita bertemu. Dan kamu takkan bisa keluar dari cengkramanku". Gumam Satria dalam hati kemudian kembali tertawa.

***

"Apa wajahku seburuk itu?". Gumam Reno bercermin di pintu kaca.

"Ya,memang kau jelek". Ledek seseorang.

"Jelek-jelek gini diem-diem lu pasti naksir sama gue kan? Ngaku aja lo!". Jawab Reno tak terima di sebut jelek.

"Idih ngga kali. Lu nya aja ke pe-de-an". Ejek nya lagi.

Dia adalah Keke Melista sang sekertaris Satria. Keke teman kerja Reno setelah 8 tahun kerja di kantor Satria. Keke orang yang baik, cerdas dan kadang usil tapi hanya pada Reno dia berani berbuat seperti itu.

Dari pada badmood gara-gara Keke, Reno memilih pergi turun menemui Clara. Di depan meja resepsionis terdapat Clara yang sedang duduk di kursi tamu yang tersedia. Reno menghampiri Clara. Mendengan suara langkah kaki, Clara mendonggakkan kepalanya. Clara berdiri saat tahu bahwa yang datang adalah Reno.

"Nona Clara"

"Iya pak. Bagaimana?". Tanya Clara.

"Maaf,untuk saat ini Tuan Satria sedang sibuk. Datang saja kembali nanti jam 14.00 ya". Terang Reno

" Baiklah. Terimakasih pak. Saya pamit". Ucap Clara kemudian keluar dari gedung itu.

Melihat Clara menjauh, Reno hanya menggeleng kepaanya pelan.

"Hari ini orang-orang pada kenapa sih? Ngga si bos ngga kliennya jutek semua dah. Bingung gue". Gumam Reno. Saat Reno membalikkan badannya, tiba-tiba...

" Dor!..." Teriak Keke mengangkt kedua tangannya layaknya mau mencakar wajah Reno.

"Setan, setan, eh setan". Latah Reno karena terkejut

Keke hanya tertawa dan segera berlari menjauhi Reno.

"Kekeeeeee!!!!......" Teriak Reno frustasi.

***

Di perjalanan pulang Clara berjalan gontai karena ia meninggalkan mobilnya entah kenapa ia malas sekali untuk menyetir. Sesekali ia menengok ke arah bangunan megah nan tinggi itu. Setelah agak jauh Clara merasa lelah kemudian ia duduk di halte bus. Tangannya mengipas-ngipasi wajahnya yang merasa panas dan gerah.

Tanpa sengaja, ekor matanya melihat sebuah bangunan kafe megah bergaya eropa modern. Di kelilingi oleh taman yang terdapat pohon rindang. Clara berdiri berjalan mendekati bangunan itu.

"Wills Coffe?". Lirih Clara mengerutkan kedua alisnya.

"Kaya ngga asing deh namanya. Tapi lupa". Lanjut Clara mencoba mengingat.

Dengan penasaran, Clara masuk ke dalam kafe itu. Setelah di dalam, Dia di buat kagum oleh desain bangunan dan segalanya yang ada di sana.

"Ada yang bisa saya bantu kak?". Tanya seorang pelayan menghampiri Clara.

Clara yang terkejut menoleh ke arah samping ternyata sang pelayan dengan name tag bernama Siska sedang menunggu jawabannya sambil menilai penampilan Clara dari atas sampai bawah.

"Orang penampilan kayak gini mana mampu beli". Fikiran Siska merendahkan.

Karena saat ini Clara hanya memakai baju santainya di rumah.

"Oh iya. Saya mau Caramel Macchiato dan Rib Eye Steak!". Pinta Clara menunjuk menu di hadapannya.

"Ini mahal loh kak?". Jelas Siska mengejek sambil menulis pesanan Clara.

"Hmmm".

"Baiklah. Kakak bisa tunggu di meja no.15 tuh di pojok sana kak". Saran Siska

"Hmmm". Clara kemudian duduk.

Pelayan pun pergi. Indra penglihatan Clara tak bosan untuk terus mengagumi bangunan itu. Clara memandang bangunan-bangunan yang menjulang tinggi dari kaca jendela. Karena posisi duduknya tepat di pojok dekat jendela mengarah ke jalan raya.

Bersamaan saat pesanan Clara datang,seketika penglihatan Clara terganggu karena melihat ada seseorang yang datang ke dalam kafe tersebut memasuki ruangan VVIP. Wajahnya tampan, tubuhnya tinggi, gagah pokoknya mantep deh untuk diliat.

"Itu siapa ya?". Tanya Clara pada Siska yang mengantarkan pesanannya.

Siska mengalihkan pandangannya pada orang yang Clara maksud.

"Oh, itu pemilik kafe ini". Jawab Siska semakin jutek.

"Hmm". Gumam Clara sambil mengangguk-anggukkan keplayan.

"Ada yang perlu saya bantu lagi kak?". Clara hanya menggeleng.

"Baiklah. Selamat menikmati". Ucap Siska kemudian pergi sambil mengkerlingkan matanya.

Melihat Siska bete, Nilam temannya terheran dengan sikap Siska.

"Kamu kenapa Sis, kok mukanya di tekuk gitu sih?". Tanya Nilam.

"Cewe itu tuh, bikin kesel aja". Rengek Siska.

"Emangnya dia bikin onar?". Heran Nilam karena dari tadi yang ia lihat aman-aman saja.

"Udah dandanan kayak gembel,pesen makanan mahal trus tanya-tanya bos kita lagi. Ih siapa yang ngga bete coba". Jelas Siska yang di respon gelengan kepala oleh Nilam.

"Ya udah gapapa kamu lanjut kerja aja". Saran Nilam.

Siska berdecak kesal karena Nilam merespon santai ucapannya.

"Astaga!!!". Umpat Clara menepok jidatnya.

"Gue kan udah janji sama bapa. Aduuh gimana ya?". Clara panik sendiri.

#flashback on... 

Bebera minggu lalu tepatnya di kantor pak Tomo.

"Vin, tolong belikan saya kopi". Ucap pak Tomo dalam sambungan telfon.

Kevin adalah adik dari Nesa ibu Clara yakni adik iparnya pak Tomo yang ia angkat menjadi asisten pribadi pak Tomo menjalankan perintah untuk membelikan satu gelas kopi hangat beserta cemilan dan makanan lainnya di sebuah kafe. Kevin menyimpan pesanan pak Tomo di meja dekat sofa di ruangan pak Tomo. Kevin pun keluar dari ruangan pak Tomo.

"Kenapa semuanya jadi serumit ini? ". Lirih pak Tomo.

Ia bangkit dari kursi kerjanya menuju sofa dan mendudukkan bokongnya pada sofa empuk itu. Meraih gelas kopi dan meneguknya. Pak Tomo mengerutkan keningnya heran karena kopi yang ia minum rasanya tidak persis seperti biasanya.

"Mungkin ini hanya perasaanku saja". Ucap pak Tomo tanpa curiga. Mengembalikan gelas kopi pada tempatnya.

Semakin lama, pak Tomo merasakan ada yang aneh dalam dadanya. Jantungnya berdetak lebih cepat, nafasnya tersenggal dan kepalanya pusing. Karena sakitnya terus bertambah, pak Tomo kehilangan keseimbangan tubunya. Dan..

"Bruk!! "...

Pelipis kiri pak Tomo menabrak meja kaca dan pak Tomo pun tersungkur ke lantai dengan darah yang keluar dari pelipisnya karena benturan.

Di luar ruangan, nampak Clara berjalan menghampiri Kevin.

"Om,bapak ada kan? ". Tanya Clara di jawab anggukan oleh Kevin.

"Ada Ra di dalem,masuk aja". Jawab Kevin. Clara mengangguk berjalan menuju pintu ruangan bapaknya.

Ceklek!!..

"Bapak!!!!!... " Teriak Clara saat melihat bapaknya tergeletak tak berdaya.

Clara berlari menghampiri pak Tomo. Mencoba membangunkan pan Tomo namun sulit bagi pak Tomo membuka matanya.

"Pakk...bapaaak!!!". Lirih Clara menepuk pipi pak Tomo.

" Om!..om!!!...."

"Om Kevinn!...". Teriak Clara.

Mendengar teriakan Clara,dengan malas kevin menghampiri dan masuk sambil membaca berkas di tangannya. Menjawab Clara tanpa menoleh karena Clara suka membuat kerjaan tambahan untuknya.

"Apa sih Ra kamu ter-... Astaga pak Tomo!". Teriak Kevin setelah mengangkat kepalanya. Ia terkejut dengan apa yang ia lihat. Berlari ke arah Clara dan pak Tomo.

Kevin melihat pak Tomo tergeletak di lantai dengan darah yang keluar dari pelipis pak Tomo. Seketika mata Kevin membola saat tahu penyebab nya.

"Om!! Cepet panggil ambulan! malah bengong kaya orang bego!". Teriak Clara menyadarkan Kevin.

"O-oh i-iya om lupa". Panik Kevin.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!