NovelToon NovelToon

Aku Masuk Ke Dalam Dunia Novel

Episode 1 Permulaan

Pada suatu hari, hiduplah seorang remaja yang gemar mengikuti berbagai turnamen. Tentunya, Turnamen yang ia ikuti bukanlah turnamen sembarangan.

Dia adalah seorang pesilat muda yang berasal dari Indonesia, Namanya Fathian. seorang pesilat muda berumur 24 tahun, berjenis kelamin Pria.

Saat ini, Fathian sedang dalam perjalanan menuju stadion turnamen pencak silat. sambil menaiki bis yang ditumpanginya, Fathian justru merasa agak kesal.

“Oi!! Fathian! Bagi tempat duduk dong!" Ujar teman disebelahnya.

“hah~ ganggu orang aja, udah di situ aja." Fathian menghela nafas.

“Yaelah~ gue kan mau deket jendela, hehe~" memohon kepada Fathian.

“Cari aja kursi lain."

“Yaelah Fathian, bentar doang."

“Bisa denger gak? Tadi bilang apa!?" Tatap tajam Fatian.

“SIAP DAN!" reflek latah ketakutan.

Jika kalian belum tahu, Fathian bersama teman atau rombongannya, sedang berada di dalam bus. Mereka sedang dalam perjalanan menuju Stadion pertandingan Pencak Silat, untuk mengikuti perlombaan.

Sambil menunggu dalam perjalanan, Fathian sesekali memainkan ponselnya sambil melihat list nama petarung yang akan dia lawan dalam pertandingan nanti.

Karena ini adalah hari pertama Fathian mengikuti perlombaan tingkat Provinsi, tentu saja Fathian tidak merasa gugup dan takut, karena ini adalah kesempatan baginya untuk menunjukkan kebolehannya di atas Arena.

Namun...

“Aku sebenarnya gak mau ikut perlombaan ini, tapi karena guru memintaku, apa boleh buat." Batin Fathian.

Fathian duduk sambil melihat ke arah jendela bus. Dia terus memikirkan rasa keberatannya karena malas untuk mengikuti perlombaan tersebut.

Kenapa bisa seperti itu? Bukankah Fathian suka bertarung? Rasanya aneh kalau Fathian tidak menggunakan kesempatan ini.

Alasannya, bukan karena dia tidak mau bertarung atau apa, tetapi karena perjalanannya yang sangat jauh, membuat Fathian agak kesal dan—

“uweekkk!!!" Fathian muntah di kantong plastik.

“Fathian!! Lu gak papa!?"

Orang yang panik itu adalah Doni, dia teman Fathian yang duduk bersebelahan.

“Doni!! Aku gak tahan lagi! Uweekkk!" Fathian yang muntah-muntah.

“Sabar dulu woi! Kita belum naik pesawat nih! Masa udah muntah!?" Ujar Doni sambil panik.

Suasana di dalam bus begitu ramai sekaligus panik, karena Fathian sedang mabuk kendaraan.

Lalu, tiba-tiba seorang gadis dengan rambut kuncir kuda, menghampiri Fathian.

“kak!? Ini aku bawain obat, biar gak mab—" (terputus).

“UWEEEK!!! OHOK!!" Fathian muntah-muntah.

“Kak! Ini kantongnya! Ayo cepet ganti!" Ujar gadis tersebut sambil panik.

Gadis tersebut juga teman Fathian, sekaligus adik seperguruan Fathian. Namanya Mita, Mita juga bertugas sebagai seksi yang mengurus kebutuhan perjalanan, seperti obat-obatan.

Namun kali ini, Mita tidak menduga akan ada yang muntah-muntah. Bukan hanya itu saja, tetapi anak-anak yang lainpun sama seperti Fathian. Mereka ada yang mual, muntah, dan pusing kepala.

“thian!? Ayolah! Bertahan! Lu pasti bisa, entar kalo udah nyampe, gue beliin deh eskr—"

“UWEEEK!!!! OHOK!!, Aku gak bisa nahan sumpah! Plis! Aku mau turun!!!" Fathian beranjak dari kursinya.

Doni berusaha menahan Fathian agar tidak pergi keluar bus, karena bus sedang berjalan, dan itupun mustahil jika Fathian harus turun, karena bus sudah berjalan satu jam yang lalu.

****

Setelah berjam-jam berlalu, akhirnya Fathian sampai di stadion perlombaan.

“Don! Kamu bilang tadi kita bakal naik pesawat? Nyatanya nggak!!!" Kesal Fathian.

“Ya maaf! Gue kira bakal naik pesawat, hehe." Senyum Doni.

“kita dari Sukabumi ke bandung, bukan dari jawa barat ke jawa timur!" Fathian memperjelas Doni.

Letak Stadion perlombaan Pencak silat, berada di Bandung. Meski pertandingan antar Provinsi, Fathian bersyukur lokasi perlombaannya di Bandung.

“Ya maaf lah! Kan Gue semangat!" Ujar Doni.

Akhirnya, Fathian dan yang lainnya mulai bergerak memasuki stadion. Ketika Fathian masuk, di situ Fathian melihat gurunya.

“Guru! Saya disini!" Teriak Fathian yang mengarah pada seseorang.

“Fathian? Doni? Kemari! Ajak semuanya!"

Dia adalah Pak Sanjaya, sekaligus pelatih pencak silat profesional dari perguruan Garuda Hitam.

Fathian dan Doni menghampiri pak Sanjaya. Sementara rombongan yang lainnya tetap menunggu terlebih dahulu.

“Akhirnya, kalian datang juga, yaudah cepetan ganti baju, terus kamu Fathian, pimpin semuanya buat pemanasan," Ujar pak Sanjaya.

“eh? Bukannya ... Lombanya besok?" Ujar Doni kebingungan.

“iya benar, besok. Tapi tidak ada salahnya, kan? Kalau kita peregangan dulu sekaligus latihan," Ujar pak Sanjaya.

“Pak, kayaknya bapak terlalu bersemangat deh, Selain itu anak-anak pada capek. Mereka baru saja tiba, udah gitu perjalanan kita yang terhambat oleh kemacetan." Fathian menjelaskan dengan rinci.

Mendengar hal tersebut, sontak pak Sanjaya terkejut.

“Oh? Yaampun! maafin Bapak, Bapak lupa! yaudah ... Emmm kalau gitu mumpung ini jam 12 siang, sebaiknya kalian keliling dulu aja, itung-itung refresing," Ujar Pak Sanjaya sambil meminta maaf.

“hmm ... Kalau gitu oke pak, saya mau kasih tau ke teman-teman yang lain." Fathian menyetujui saran pak Sanjaya

“Yasudah, hati-hati ya, Fathian. Jangan jauh-jauh!"

“Siap Pak!" Jawab Doni dan Fathian.

Fathian kemudian pergi untuk memberitahu yang lainnya, agar santai terlebih dulu.

****

“SERIUS! Guys!! Lets Go!! Kita boleh jalan-jalan dulu, katanya!" Doni bersemangat.

“Kalian boleh keliling atau jalan-jalan, tapi di sekitaran sini, jangan jauh-jauh!" Fathian memberi peringatan.

“Siap! Kalo gitu Fathian, Doni, kita mau jalan-jalan dulu," ujar salah seorang teman Fathian.

Anak-anakpun mulai beristirahat sambil berkeliling stadion, untuk menghilangkan rasa penat mereka.

Selain bersantai Sembari menunggu hari esok, Fathian juga mulai mencari informasi dengan berkeliling melihat-lihat di dalam stadion.

“Stadion ini sangat luas, tapi ... apa perguruan yang lain belum datang?" Batin Fathian.

Fathian bingung, kenapa dia belum melihat satu orangpun dari perguruan lain, kecuali panitia yang sedang mempersiapkan tempat bertanding dan sebagainya.

“Hm, sebaiknya aku berkeliling dulu saja, siapa tau nanti ketemu"

****

“Gila! Aku gak nemuin apapun, aku udah tanya sini tanya situ, hasilnya nihil. Apa mungkin ... Aku dan perguruanku yang datang pertama?"

Fathian sudah berkeliling di dalam dan di luar stadion, namun tidak ada satupun perguruan lain yang terlihat.

Fathian mulai berpikir, kenapa perguruan yang lain belum datang. Padahal sudah dijelaskan dalam pengumuman group sosial media, bahwa besok akan diadakan perlombaan.

“Apa mereka sesantai ini? Harusnya mereka juga berpikir—" (terputus).

“whoosssh!!" Tendangan entah dari mana mengarah ke Fathian.

Fathian secara spontan menghindar dari tendangan tersebut.

“Siapa!? Apa-apaan tadi itu?" Batin Fathian.

Fathian melompat mundur, sambil meningkatkan ketajaman indra penglihatannya. “Hm ... Orang ini ya ...."

Fathian melihat sesosok gadis berambut hitam panjang, dengan kacamata hitam di kepalanya.

“Hehe, maaf-maaf! Ternyata benar dugaanku. Kamu juga pesilat ya?" Ujar Gadis tersebut.

“Apa-apaan penampilannya? Dia kaya orang yang mau liburan, tapi tendangannya tadi ...." batin Fathian.

Fathian mulai menjaga jarak dengan gadis tersebut.

“hm? Btw~ tadi kamu keren banget! Aku gak nyangka ada orang yang bisa setenang itu menghindari seranganku, oh atau jangan-jangan~ kamu sudah tau dan memprediksi serangan tadi? Wah gila!!!" Gadis itu kagum sekaligus senang.

Dalam pertarungan, setiap petarung wajib menjaga mimik wajah mereka, ini dikarenakan setiap petarung tidak boleh menunjukan kelemahannya.

“Aku baru pertama kali lihat kamu disini, tapi kalau dilihat lebih jelas lagi ... Kamu bukan orang biasa," Ujar Fathian kepada gadis tersebut.

Dalam pertemuan tersebut, mereka berdua saling bertatapan. Layaknya Harimau dan Singa, mereka seakan tidak mau kalah dari lawan yang ada di hadapan mereka.

Namun, tidak ada yang tahu. Apakah mereka akan berhadapan di atas Arena, atau tidak.

Episode 2 Persiapan Bertanding

Sementara itu, Doni yang kerepotan mencari Fathian.

“Fathian! Lu dimana!? Aduhh! Kemana sih itu orang?" Doni yang sedang mencari Fathian.

Mendengar suara Doni yang cukup kencang, Fathian kemudian meresponnya.

“Don! Di sini!" Teriak Fathian dari kejauhan.

Doni yang mendengar suara Fathian, kemudian menghampiri asal suara tersebut.

Setalah Doni sampai di tempat Fathian, Doni terkejut melihat Fathian saling berhadapan dengan seorang gadis.

“Hm? Rasanya gak asing itu cewek ... Ah!!! Fathian menjauh!!" Doni memperingati Fathian.

“Ada apa Doni? Apa kamu takut sama dia?" Ucap Fathian.

Tanpa diduga, seorang pria berlari cepat kearah Fathian, sambil melesatkan tendangannya.

“Fathian!!! Di samping lu! Awas!!" Teriak Doni.

Mendengar hal itu, Fathian sama sekali tidak terkejut dengan peringatan Doni, malahan Fathian langsung memasang sikap bertarung dengan mimik wajah datarnya.

“DASH!!!"

Suara kencang dari tendangan yang dilesatkan kearah Fathian, membuat suasana menjadi tegang sekaligus panik.

Bagaimana tidak panik, kalau tendangan yang dilesatkan itu adalah tendangan sabit yang super kuat.

“Fathian! Lu gak pap— eh? Buset!! Ditahan dong!?" Doni terkejut melihat Fathian.

Fathian berhasil menahan tendangan pria itu, dengan tangan kosongnya. Fathian juga berusaha untuk melihat situasinya terlebih dahulu.

Dimulai dari siapa yang menyerangnya dan apa tujuannya.

“Ho, kau hebat juga ya! Aku jadi ingin melawanmu!" Ujar seorang pria yang belum diketahui namanya.

Pria itu adalah Rex, dia juga pesilat sama seperti Fathian, namun bedanya rex memiliki darah keturunan Bule.

“Tendanganmu hebat juga, tapi ...."

Dengan sigap Fathian menggunakan tangan sebelahnya untuk meraih sebuah benda keramat pria tersebut.

“Terima ini! Serangan penegak keadilan!" Fathian berusaha meraih sesuatu dengan tangannya.

“What? Apa yan— hagh!!! GYAAA!!!!! ****!!! lepasin aghhhh!!!!" Rex terkejut sekaligus kesakitan.

Rex nampak kesakitan sekaligus terkejut, karena Fathian berhasil memegang benda keramat milik Rex, dengan genggaman mautnya.

“Berhenti!!! Stop!!! Hentikan!!! Aku tidak kuat!!!" Rex terus berteriak sambil meminta ampun.

****

Tiga menit kemudian, setelah kejadian tadi akhirnya mereka dipisahkan.

“Gila Fathian! Hahahaha tadi itu GG gyahahaha!!!" Doni tertawa lepas karena melihat kejadian tadi.

“ugh ... Aku gak nyangka kamu bakal lakuin itu ...." Ujar salah seorang gadis yang mengarahkan tendangannya ke Fathian tadi.

“Lupakan soal itu, kalian dari perguruan mana?" Tanya Fathian.

“ups, aku lupa kasih tau ya? Uhm! Namaku Siska, aku dari perguruan Merak putih, sekaligus perwakilan dari Jawa Tengah." Siska memperkenalkan dirinya

“And I Rex, From White Dragon! Aku perwakilan dari Sumatra Barat." Rex dengan bangga memperkenalkan dirinya.

“Eh? Serius!!? Dari Naga Putih? Terakhir kali Gue bertanding dengan perguruan itu, sekitar 3 tahun yang lalu," Ujar Doni.

“Don? Kamu ngerti bahasa dia?" Tanya Fathian

“huh? Lu gak ngerti? Makanya~ belajar bahasa Engl— AGHHG!!!!!" Doni ditampar oleh Fathian.

“Ngapain lu tampar gue? Maemunah!!!"

“Anjeun nu mimitian," Ujar Fathian dengan ekspresi datar.

Buat yang belum tahu, Fathian mengucapkan kalimat berbahasa Sunda, yang artinya “Kamu yang mulai duluan," karena Fathian orang sunda, Jadi wajar saja gaya bicaranya tidak seperti anak kota pada umumnya.

Fathian merasa bahwa bahasa anak kota kurang nyaman digunakan untuk dirinya.

“Eh? Kamu orang Sunda? Waw!! Boleh ajarin aku bahasa sunda!?" Siska memohon dengan wajah imut.

“Maaf, Tapi kenapa?" Tanya Fathian.

“ehehe, Aku punya nenek di Sukabumi, jadi kadang aku kalo ngomong sama nenek agak susah." Jawab Siska dengan polos.

“Ah ... Baiklah, nanti aku ajarin, kalau aku ada waktu," Ujar Fathian.

“Yang bener? Asik! Kalo gitu aku minta nomor kamu ya, biar kita bisa chating bareng." Siska tersenyum.

“Nanti aja, aku lagi sibuk sekarang." Tolak Fathian.

Fathian kemudian berbalik dan pergi. “Don! Kita pergi."

“Oke! Kalau dipikir-pikir gue mulai laper nih," Ujar Doni.

“Hey ... Kalian belum memperkenalkan diri kalian!" Ujar Rex.

“Oh! Gue Doni, perguruan Garuda Hitam sekaligus perwakilan Jawa Barat"

“Aku Fathian, sama dengan Doni"

“wah? Serius? Garuda Hitam? Aku gak sabar!" Rex bersemangat.

Kemudian Siska berlari kearah Fathian lalu memegang tangan Fathian. “Eh tunggu! Kok kalian malah langsung pergi? Terus gimana buat belajar bahasa Sundanya?"

“Maaf, kita lagi sibuk," Ujar Doni.

Fathian Dan Doni kemudian pergi meninggalkan Siska dan Rex. Namun, setelah mengalami kejadian yang dialami Fathian tadi, akhinya Fathian mulai mendapatkan Informasi. Walaupun hanya sedikit tapi itu sudah cukup untuknya.

“Fathian, gimana menurut lo tentang mereka berdua? Kalo menurut gue ya, mereka itu lawan yang repot cuy. Gue saranin hati-hati."

Mendengar hal itu, Fathian mulai serius mendengarkan omongan Doni sambil mencari informasi dari perkataan Doni.

“Aku gak sabar, seperti apa hari esok ... Tapi yang jelas aku akan berusaha sebaik mungkin." Batin Fathian.

“Oh? Btw pak Sanjaya menyuruh kita untuk nginap di hotel, kan? Aku gak nyangka panitia pelaksana bisa sekaya itu menyediakan para peserta kamar hotel," Ujar Fathian.

"Namanya juga orang kaya~ kan pertandingan ini bukan cuma disponsori oleh perusahaan besar, tapi juga oleh orang-orang terkenal seperti Wali Kota dan Bupati." Jawab Doni sambil menghela nafas.

“Ya intinya aku harap besok bisa lancar, kita doakan yang terbaik untuk kedepannya," Ujar Fathian.

“iya juga ya ... Okelah kalo gitu, besok kalo lo menang dipertandingan pertama, entar gue traktir lo nasi padang."

“Hmh~ boleh tuh, jangan sampai bohong ya." Fathian tersenyum.

Mereka berdua bercanda sesekali sambil memberi semangat untuk pertandingan dihari esok.

****

Sehari telah berlalu, akhirnya Fathian dan kawan-kawan mulai bersiap untuk mengikuti pertandingan.

Tidak hanya itu, Perguruan-perguruan lain yang menjadi perwakilan Jawa Barat sudah datang. Fathian akhirnya bernafas lega, karena dia khawatir Perguruaan yang lain tidak datang

“Semuanya! Gimana perlengkapan kalian?"

Pak Sanjaya memeriksa perlengkapan anak-anak untuk pertandingan mereka diatas Arena nanti.

“Aman pak! Semuanya sudah kami bawa dan kami siapkan dari pagi tadi," Ujar salah seorang murid Garuda Hitam.

“Baiklah, semuanya berkumpul! Ayo berkumpul!"

Pak sanjaya memanggil anak yang lain untuk berkumpul, termasuk selain Garuda Hitam. Mereka semua mulai bergandengan bahu dan berdempetan.

Dalam suasana tersebut mereka berdoa untuk keselamatan dan kelancaran dalam pertandingan nanti.

“Berdoa selesai! Semuanya go!! Jawa Barat!!?" Teriak pak Sanjaya.

“MAJU! MAJU! MAJU! JAYA SELALU!!" Semua bersemangat.

Sorak semangat dari mereka, membuat suasana di stadion menjadi hebat. Semua yang mendengar sorakkan dari perwakilan Jawa Barat, membuat yang melihatnya takjub sekaligus merinding.

“Baiklah, sekarang kalian duduk santai sambil menunggu giliran, Bapak mau pergi sebentar, buat ketemu temen bapak," Ujar pak Sanjaya.

“Oke, Pak!" Jawab Doni dengan bersemangat.

Pak Sanjaya pun pergi meninggalkan Fathian dan yang lainnya. Sementara pak Sanjaya pergi, Fathian mengambil alih komando untuk sementara.

“Baiklah! dengarkan Aku semuanya! Aku bakal ingetin kalian sekali lagi! ini adalah pertandingan! tidak peduli kalian menang atau kalah! yang penting kalian berusaha semaksimal mungkin! MENGERTI!?" Fathian berbicara lantang dengan aura ketegasannya.

Mendengar hal itu, Teman dan junior Fathian yang ada di sana langsung menjawab. “MENGERTI!!!"

Sementara itu dari kejauhan, di dalam stadion. Seseorang memperhatikan Fathian dan teman-temannya.

“Gila, jadi itu ... perwakilan Jawa Barat? Auranya kerasa sampai ke sini," Ujar pesilat dari perwakilan Jawa timur.

“Hahaha, jangan takut~ mereka cuman bersorak di awal saja, itu belum tentu menentukan ... apakah mereka layak, berdiri di atas Arena?" Tatap tajam dari pesilat perwakilan Jatim lainnya.

Kembali dengan Fathian. saat ini, Fathian tengah memberi motivasi kepada teman dan junior-juniornya. Tujuan Fathian melakukan hal tersebut, tidak lain hanya untuk membuat teman dan juniornya tetap tenang.

“Baiklah kalau begitu, jangan gugup! jangan grogi! dan jangan melihat para penonton, disaat kalian sedang bertanding, mengerti semuanya!?" Tegas Fathian.

“Mengerti!!!" Jawab serentak teman Fathian.

Berkat Fathian, suasana para atlit dari Jawa Barat bisa terkendali. Yang berawal dari ragu, panik, dan tegang, sekarang semua itu sudah hilang dari pikiran mereka.

Episode 3 Pertandingan

Hari ini adalah hari dimana para pesilat menunjukan kehebatan mereka. Puluhan sampai ratusan petarung dari provinsi di Indonesia berdatangan, demi mencapai kemenangan dan mempopulerkan perguruan mereka.

“HYAHHH!!! HATTT!!!" Seseorang yang sedang bertarung di Arena.

“Ayo!!! Kalahkan dia!!" Sorak gumuruh dari kursi penonton.

Perlombaan dimulai sejak pukul 08.45 pagi hari. Semua peserta mulai bersiap menunggu giliran untuk memasuki Arena.

Di samping itu, Fathian sedang duduk menonton pertandingan anak-anak yang lain. Fathian juga memantau jam sembari melihat daftar list nama peserta dari Provinsinya.

“Karena kita di stadion ... Ada berapa Arena yang digunakan disini?" Tanya Fathian.

“Hmm, karena Stadion yang digunakan adalah Stadion yang cukup besar, itu artinya ... Mungkin sekitar 4 sampai 5 Arena, oh! Dan juga masih ada Arena lain yang ditempatkan di luar stadion." Jawab Doni sambil ngemil keripik singkong.

“Hmm, I see ... Kalau begitu baiklah, Aku mau pergi ke toilet dulu sebentar," Ujar Fathian.

“Oke! Tapi lu jan lama-lama, entar giliran lu sehabis tiga orang lagi." Doni memperingati Fathian.

Fathian pun pergi ke toilet.

****

3 menit setelah Fathian dari toilet.

“fyuh~ Akhirnya~ Kalo gini kan lega jadinya." Fathian yang menghela nafas lega.

Fathian berjalan keluar dari toilet pria, dan bersiap kembali untuk memantau pertandingan. Namun, secara tak terduga Fathian mendengar suara di sekitaran toilet pria dan wanita.

“minggir! Jangan halangin Aku!!"

“Kak ikut kita yuk"

Terdapat sebuah kejadian, di mana satu gadis yang dikerumuni oleh laki-laki. Fathian melihat apa yang mereka lakukan dari kejauhan.

Namun, bukan berarti Fathian tidak akan menolong gadis tersebut, melainkan Fathian memiliki rencana pencegahan, sebelum beraksi.

“Kak, kalo bisa, boleh minta nomor kakak gak? Itung-itung kita bisa deket." Laki-laki itu seakan memaksa gadis tersebut untuk meminta nomornya.

“Kalian apaan sih! Awas minggir, aku mau lewat!" Gadis itu berusaha untuk keluar dari kerumunan laki-laki tersebut.

“Eits! Kak, mau kemana? Jangan pergi dulu lah, kita kan cuman pengen kenal sama kakak," Ujar salah seorang laki-laki sambil menghalangi.

Laki-laki yang berjumlah sekitar lima orang tersebut, menghalangi gadis itu agar tidak pergi. Tapi tak disangka-sangka ....

“Kak, kakak cantik banget~ kakak bukan peserta di sini ya? Kalo gitu yuk ikut Aku." Laki-laki itu menarik tangan si gadis dengan paksa.

“Aw!! Kamu mau ajak Aku kemana sih!? Lepasin!!"

Gadis itu seakan tidak berdaya, namun sesekali dia berusaha melepasakan diri dari genggaman tangan laki-laki tersebut.

Namun sayangnya, teman-teman dari laki-laki itu berusaha menghalanginya, agar gadis tersebut tidak bisa kabur dan pergi.

Lalu tiba-tiba, tanpa disadari sebuah serangan yang dilesatkan dari tendangan, mengarah ke salah seorang gerombolan laki-laki yang bersama gadis tadi.

“BUAGHHH!!" Suara hantaman yang keras.

“Apa itu!!?" Semua terkejut.

Mendengar suara hantaman tadi, tanpa disangka ternyata salah satu teman dari si laki-laki tersebut terhempas sampai ke ujung koridor.

“Woy!? Lu gak pap—"

“BUAGHH!"

Laki-laki yang memegang tangan perempuan itu pun ikut terhempas.

“Arghhh!! Anjir sakit banget!!!" Laki-laki itu terhempas dan jatuh dengan tanda bekas sepatu di wajahnya.

Sementara tiga sisanya, mereka terkejut melihat Fathian yang berdiri di belakang mereka.

“Hey ... Kalian mau mati?" Tatap tajam Fathian.

“A-AMPUN BANG!!!"

Melihat hal itu, tiga dari mereka lari terbirit-birit keluar dari area toilet pria dan wanita.

“kalian berdua ini Pesilat, kan? Ngapain kalian di sini? Udah gitu pake baju pangsi hitam segala lagi, kalian udah malu-maluin perguruan kalian sendiri, loh." Fathian yang berjalan mendekati laki-laki yang dihempaskan tadi.

“Duh, Bang! Gimana nih? Mampus kita!" Salah satu teman dari laki-laki yang mengganggu gadis tersebut, ketakutan.

“ugh ... Udah lu diem aja! Dan juga Lu berani ngelawan gue bang? Lu belum tahu kalau lu gak ada buk—"

Fathian kemudian melesatkan tendangannya ke arah bahu si laki-laki tersebut.

“AGGHHHH!!!!! ANJ*NG!!!!"

“Kayaknya kamu yang mimpin temen kamu tadi, ya? Aku sebenernya kurang suka lo~ kalo ngeliat kejadian tadi." Tatap tajam Fathian.

Laki-laki itu berteriak kesakitan sambil sesekali mengucapkan kata-kata kotor. Namun, itu tidak akan ada gunanya.

Jika dia sudah berhadapan dengan Fathian, maka beda lagi ceritanya.

“Kamu mau bilang bukti, kan? Kalau soal itu gampang." Fathian mengeluarkan ponselnya dan memperlihatkan video yang dia rekam beberapa menit yang lalu.

Melihat hal itu, laki-laki tersebut mulai panik dan kebingungan.

Setelahnya, Fathian mulai membawa laki-laki tadi bersama temannya, untuk diamankan petugas. Sementara tiga sisanya, Fathian bisa meminta keamanan untuk mencarinya lewat video yang Fathian rekam.

“Sip, kalo gitu~ selamat menjalankan hukuman~" Fathian tersenyum ramah.

akhirnya setelah kejadian itu, para panitia dan petugas keamanan mulai memperketat penjagaan.

Sementara untuk sekumpulan remaja tadi, mereka diamankan sekaligus di diskualifikasi dari perlombaan.

****

Setelah itu Fathian Akhirnya kembali menunggu di Kursi penonton, dan mulai memantau giliran selanjutnya.

“Gila Fathian, lu keren banget! Tadi, Berasa jadi pahlawan lu." Doni yang kagum.

“Bukan pahlawan, tapi penolong"

“Yehh sama aja! Lu tu udah kaya pahlawan"

Sambil menunggu berbicara panjang lebar dengan Doni, Fathian kemudian mulai dipanggil untuk memasuki Arena pertandingan.

****

“Fathian, kamu harus inget, denger arahan saya, oke?" Pak Sanjaya menepuk bahu Fathian.

“Siap pak"

Fathian bersiap di sudut biru Arena sambil mendengarkan kata-kata Pak Sanjaya.

Pak Sanjaya juga memberi arahan dan semangat kepada Fathian sambil berdoa agar dilancarkan segala aktivitasnya.

“Sip! Maju Fathian!"

“Oke pak! Doain saya!" Fathian berbalik dan maju.

Fathian memasuki Arena, dengan wajah yang serius dengan tatapan tajam yang bisa membuat lawan ketar-ketir melihatnya.

Tak lupa memberi salam hormat kepada guru, wasit dan juri. Setelah itu menampilkan gerakan pembuka dari perguruannya.

Setelah itu Fathian menuju ke tengah Arena, lalu bersalaman dengan lawannya.

Sebelum pertarungan dimulai, Wasit menanyakan kondisi kesehatan kepada petarung sekaligus membuat pernyataan.

Pernyataan tersebut adalah ‘apabila salah satu pihak ada yang kalah, maka pihak yang kalah tidak boleh menyimpan rasa dendam dan kebencian.'

Wasit juga menjelaskan aturan-aturan dan sebagainya.

“Baik! Sudut biru dan sudut merah, apa kalian siap!?" Tanya Wasit kepada Fathian dan lawannya.

Mereka berdua pun menjawabnya bersama.

“siap!"

Fathian kemudian bersiap dan memasang sikap bertarungnya, begitupun juga lawannya. Fathian merasa Lawan yang akan dia hadapi kali ini sepertinya bukan lawan sembarangan.

Disaat wasit bersiap meniupkan pluit, Fathian dan lawannya, mereka tidak melepaskan pandangan mereka satu sama lain.

Kecuali ....

Apa yang ada dihadapan mereka saat ini.

“Priiitt!!" Bunyi Pluit.

Pertandingan pun dimulai.

****

Sementara itu, Mita yang menonton dari kejauhan.

“Kak Fathian ...." Mita menonton pertandingan Fathian.

Lalu, disaat Mita sedang menonton pertandingan Fathian, Doni pun datang menghampiri Mita yang sedang duduk di kursi penonton.

“Mit, lagi ngapain?" Tanya Doni.

“Eh? Kak Doni, ini ... Aku cuman nonton Kak Fathian doang kok," Jawab Mita sambil tersenyum.

“He~ gitu, ya? hmm ... kalau dipikir-pikir, menurut gue sendiri, Lo gak usah khawatir sama Fathian, dia pasti bakalan menang kok, gue jamin," Ujar Doni.

“Kalau itu Aku udah tau, Kak, yang jadi masalahnya adalah, apa kak Fathian bisa sampai ke final atau nggak?" Ujar Mita dengan rasa khawatirnya.

“Hm? Pfttt! HAHAHAHA!! apa tadi lo bilang? HAHAHA! aduuuh~, lo sampai segitunya khawatir sama Fathian!? Hahaha!" Doni yang tertawa lepas.

“Ih Kak! Aku serius, kalau misal Kak Fath—"

“Dia gak bakalan kalah, tenang aja~ lagi pula ... dia lebih kuat darik—tidak, bahkan dia lebih kuat jauh melampaui murid di perguruan Garuda Hitam." Doni menatap tajam ke arah Fathian yang sedang bertanding.

Mendengar hal itu, sontak Mita langsung terkejut. “A-APA!?"

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!