NovelToon NovelToon

Throwback

Sesuatu yang tidak diingankan

Pagi itu Aslin yang baru mendapat libur setelah 1 bulan bekerja full karena ada beberapa deadline yang harus ia selesaikan bulan ini, lantas terlihat melangkahkan kakinya menyusuri area jalanan sekitar menuju ke arah tempat kerja Elsa.

Baik Elsa maupun Aslin sudah bersama-sama sejak dari kecil di mana keduanya tumbuh bersama dalam sebuah naungan di salah satu panti asuhan di mana keduanya tidak mengerti siapa orang tua kandung keduanya. Baik Aslin maupun Elsa sama-sama ditinggalkan ketika masih bayi tepat di area depan panti asuhan tersebut, menjadikan keduanya akrab karena saling memiliki kesamaan termasuk dengan nasib hidupnya.

Dengan senyuman yang mengembang Aslin yang baru saja turun dari taksi, lantas melangkahkan kakinya menyusuri area jalanan di mana Elsa yang saat ini bekerja di sebuah cafe yang terkenal belakangan ini.

"Aku yakin Elsa pasti akan seneng banget setelah hampir satu bulan aku dan dia tidak bertemu sama sekali." ucap Aslin sambil terus melangkahkan kakinya menuju ke arah cafe tempat dimana Elsa bekerja saat ini.

Ketika langkah kaki Aslin berhenti tepat di depan cafe tempat Elsa bekerja, Aslin yang melihat Elsa tengah membuang sampah di area pinggir cafe tersebut lantas mengulum senyum dengan lebar.

"Els..." panggil Aslin dengan nada setengah berteriak.

Elsa yang mendengar sebuah suara tak asing terdengar di telinganya, lantas langsung menoleh ke arah sumber suara dengan seketika. Seulas senyum terlihat dengan jelas di wajah Elsa begitu melihat Aslin berdiri tidak jauh dari posisinya berada.

"Aslin..." pekik Elsa ketika melihat Aslin saat ini tengah menatap ke arahnya.

Melihat Aslin berada tak jauh dari tempatnya berada, lantas membuat Elsa langsung melangkahkan kakinya mendekat ke arah dimana Aslin berada sambil merentangkan tangannya dengan lebar. Setelah satu bulan lamanya tidak bertemu dengan Aslin membuat Elsa begitu merindukan sosok sahabatnya itu.

Keduanya terlihat berpelukan dengan erat sambil bergerak ke arah kanan dan kiri layaknya seorang teletubbies. Baik Aslin maupun Elsa sama-sama saling meluapkan perasaan rindu antara satu sama lain. Sampai kemudian disaat keduanya tengah asyik berpelukan sebuah suara yang menggema di telinga mereka berdua langsung menghentikan gerakan mereka dengan seketika.

"Elsa apa yang kamu lakukan? Kembali bekerja sekarang juga!" ucap sebuah suara yang lantas membuat Aslin dan juga Elsa lantas melepaskan pelukannya dengan seketika.

Mendengar perkataan dari bosnya tersebut lantas membuat Aslin dan juga Elsa saling pandang antara satu sama lain, Elsa nampak tersenyum ketika mendengar ocehan dari Bosnya itu. Sedangkan Aslin yang mendengar omelan tersebut hanya mengedipkan matanya sebelah saja, melihat hal tersebut Elsa kemudian mendekatkan bibirnya tepat ke arah telinga Aslin untuk membisikkannya sesuatu.

"Kita ketemu nanti sore di taman, oke? Aku pergi dulu.. " ucap Elsa dengan nada setengah berbisik kemudian melangkahkan kakinya begitu saja pergi dan masuk kembali ke dalam cafe tersebut.

"Oke" ucap Aslin kemudian sambil melambaikan tangannya melepas kepergian Elsa yang masuk ke dalam cafe.

**

Sementara itu di area bahu jalan dimana letaknya tak jauh dari cafe dimana tempat Elsa bekerja, terlihat sebuah mobil sport berwarna hitam metalik tengah berhenti tepat di bahu jalan. Dari arah bagian dalam mobil tersebut seorang wanita tengah menatap ke arah luar kaca jendelanya dengan tatapan yang menelisik, entah apa yang tengah ditatap oleh wanita itu namun ia seperti tengah menyimpan sesuatu yang tak bisa dimengerti akan arti dari tatapannya tersebut.

Seulas senyum lantas terbit dari wajah wanita itu ketika melihat interaksi Aslin dan juga Elsa di sana. Tidak ada yang pernah tahu apa yang sedang ada di pikiran wanita itu sampai kemudian seorang pria yang saat itu tengah duduk di kursi pengemudi lantas membuyarkan lamunan wanita itu.

"Apa kita sudah bisa pergi Bu?" ucap seorang pria yang duduk di kursi pengemudi.

"Jalankan mobilnya sekarang." ucap wanita tersebut.

Baru setelah itu sesuai dengan perintah wanita tersebut si pengemudi mobil itu lantas langsung mengemudikan mobilnya membelah jalanan Ibukota meninggalkan cafe tersebut dengan senyuman yang penuh arti. Si pengemudi mobil tersebut yang melihat senyuman wanita itu melalui kaca spion hanya terlihat menghela napasnya dengan panjang. Ia yang seakan tahu maksud dari senyuman wanita itu hanya bisa menghela napasnya dengan panjang sambil terus melajukan mobilnya membelah jalanan Ibukota sesuai dengan keinginan wanita tersebut.

***

Sore harinya sesuai dengan janji yang dibuat antara Aslin dan juga Elsa, Aslin yang baru saja sampai di taman kota setelah mengendari taksi selama beberapa menit lantas terlihat turun dari taksi dan menuju ke arah bangku taman yang terdapat di bahu jalan.

Sudah lama sekali ia dan Elsa tidak main ke tempat ini, sebuah tempat dengan budget yang rendah dan makanan dengan harga murah meriah tapi rasa kualitas Resto. Membuat Aslin dan juga Elsa begitu menyukai tempat ini untuk menjadi lokasi tempat nongkrong mereka berdua.

Sambil melangkahkan kakinya menyebrangi jalanan sore itu, Aslin nampak melangkahkan kakinya dengan senyuman yang mengembang di wajahnya menuju ke arah bahu jalan sekaligus menanti kedatangan Elsa di sana.

Di bangku taman tersebut Aslin nampak mulai mengambil posisi duduk di sana sambil menatap ke area jalanan sekitar menanti kedatangan Elsa di sana.

.

.

.

.

.

Hampir sekitar 20 menitan Aslin menunggu kedatangan Elsa di sana. Sampai kemudian sebuah taksi terlihat berhenti tepat di seberang jalan, membuat Aslin yang mengetahui bahwa itu adalah Elsa terlihat bangkit dari tempatnya berada dan menatap ke arah Elsa sambil melambaikan tangannya ke arah seberang.

"Tunggu aku di sana..." ucap Elsa dengan bahasa isyarat sambil melambaikan tangannya ke arah di mana Aslin berada.

Aslin yang mengerti akan bahasa isyarat yang ditunjukkan oleh Elsa barusan lantas mengangguk tanda mengerti.

Perlahan tapi pasti Elsa terlihat mulai melangkahkan kakinya menyebrang jalanan tersebut dan terus melangkah menuju ke arah dimana Aslin berada. Hanya saja karena saking semangatnya sambil beberapa kali terlihat berinteraksi dengan Aslin di seberang sana, membuat Elsa tidak menyadari bahwa dari arah sebelah kirinya sebuah mobil tengah melaju dengan kencang ke arahnya.

Tidak ada satu pun yang sadar dari keduanya sampai kemudian suara benturan dengan keras yang terjadi antara mobil tersebut yang menabrak tubuh Elsa hingga menyeretnya sejauh beberapa meter, lantas terdengar dengan jelas di jalanan tersebut. Membuat Aslin dan juga beberapa orang yang ada di sana lantas terkejut dengan seketika.

"Elsa!" teriak Aslin yang terkejut dengan pemandangan yang mendadak tersaji di hadapannya secara tiba-tiba dan sama sekali tidak ia inginkan.

Nging.......

Bersambung

Sebuah keputusan

"Elsa!" teriak Aslin yang terkejut dengan pemandangan yang mendadak tersaji di hadapannya secara tiba-tiba dan sama sekali tidak ia inginkan.

Nging.......

Suara dengungan dengan cukup keras terdengar menggema di telinga Aslin tepat ketika melihat tubuh Elsa terseret beberapa meter dari tempatnya berada. Darah segar terlihat berceceran di sekitar area jalanan, membuat mata Aslin lantas langsung berkunang-kunang ketika melihat segala kejadian tepat di depan matanya saat itu.

Dada Aslin mendadak terasa sakit dengan pandangan yang kabur karena saking terkejutnya. Sambil mencari sebuah pegangan untuk mengembalikan kesadarannya Aslin nampak mulai melangkahkan kakinya dengan perlahan dan terus menarik napas dalam-dalam.

"Els..." panggilnya dengan nada yang lirih sambil mencoba mencari pegangan untuk ia bisa bertumpu saat itu.

Dengan langkah yang terseot-seot Aslin terlihat melangkah dengan perlahan menuju ke arah dimana tubuh Elsa berada. Diantara banyaknya orang-orang yang mengerumuni tubuh Elsa saat itu, Aslin menerobosnya begitu saja tanpa perduli tatapan kesal dari orang-orang yang ingin melihat kondisi Elsa saat itu.

Tubuh Aslin langsung lemas seketika begitu melihat tubuh Elsa yang sudah berlumuran dengan darah segar tergeletak di jalanan saat itu. Sambil merangkak dengan perlahan di peluknya tubuh Elsa dengan erat sambil menangis dengan tersedu mendapati bahwa Elsa tidak bergerak sedikit pun juga.

"Panggil Ambulans ku mohon... Tolong aku... hiks hiks.. Panggil Ambulans..." teriak Aslin dengan nada yang terdengar histeris sambil mendekap tubuh Elsa dengan erat.

Suara bisik-bisik dan juga dengungan dari beberapa orang yang melihatnya begitu histeris saat itu terdengar begitu jelas di telinganya. Namun Aslin yang sudah terlanjur khawatir dan berduka atas segala hal yang terjadi pada Elsa ketika itu sama sekali tidak menghiraukan tatapan dari banyaknya pasang mata yang melihat kejadian tersebut. Dipeluknya tubuh Elsa dengan erat dan terus berteriak agar orang-orang di sana memanggilkan Ambulans dengan segera tanpa memperdulikan lagi pandangan dari orang-orang sekitar saat itu.

"Els... Jangan tinggalkan aku Els... Ku mohon..." ucap Aslin dengan tangis yang tersedu-sedu karena tidak ingin kehilangan Elsa.

*****

Satu tahun kemudian

Suasana rumah kontrakan Aslin saat itu terlihat begitu sunyi dan sepi, sebuah cahaya pagi hari yang berasal dari sinar mentari terlihat masuk ke dalam celah-celah kamar, membuat Aslin lantas langsung mengerjapkan kelopak matanya berulang kali ketika menerima sinaran cahaya tersebut.

"Ayo bangun Asl, mau sampai kapan kamu tidur terus seperti ini!" ucap sebuah suara yang begitu lembut dan tak asing di pendengaran Aslin.

Mendengar sebuah suara tersebut lantas membuat Aslin langsung bangun dengan seketika karena terkejut akan sebuah suara yang begitu mirip dengan Elsa. Ditatapnya area sekitar kamarnya dengan tatapan yang menelisik, hari ini tepat satu tahun kepergian Elsa dan hingga kini sama sekali tidak bisa membuat Aslin bisa melupakan sosok Elsa begitu saja dalam hidupnya. Terlalu banyak berbagai macam hal dan juga kehidupan yang ia lalui bersama dengan Elsa, membuat Aslin sama sekali tidak bisa melupakan kepergian Elsa walaupun sudah satu tahun berlalu.

Diusapnya tengkuknya dengan perlahan seakan mencoba untuk mengusir rasa halusinasi yang selalu menghampirinya setiap waktu jika ia teringat tentang Elsa.

Aslin terlihat bangkit dari posisinya dan menuju ke arah kamar mandi. Pagi ini ia hendak berangkat menuju ke arah tempat peristirahatan terakhir dimana Elsa berada, sebuah penghormatan yang selalu ia lakukan setiap satu bulannya dan saat ini tepat setelah kepergian satu tahun Elsa.

Dibasuhnya raut wajahnya sebanyak beberapa kali kemudian menatap ke arah kaca wastafel dengan tatapan yang menelisik.

"Aslin apa kamu memakai sabun muka ku lagi? Ayolah Asl itu harganya mahal.. Jika memang kamu ingin menggunakannya pakailah dengan hemat!" ucap Elsa dengan raut wajah yang cemberut sambil menatap ke arah Aslin yang terlihat termenung sambil menatap ke arah cermin wastafel saat itu.

"Aku akan mengingatnya Els..." ucap Aslin dengan tersenyum ketika melihat bayangan Elsa di dalam kaca menghilang secara perlahan.

Helaan napas kembali terdengar berhembus di mulutnya membuat suasana kian terasa begitu hening dan sunyi.

"Sebaiknya aku segera mandi dan bertemu dengan Elsa, aku yakin dia pasti bahagia ketika melihat kedatangan ku ke sana." ucap Aslin dengan raut wajah yang tersenyum bahagia.

***

Rumah duka

Di area abu jenazah terlihat Aslin tengah berdiri tepat di sebuah kotak kaca di mana tertulis nama Elsa di sana. Di letakkannya buket bunga kecil di dalam kotak kaca tersebut kemudian tersenyum dengan manis.

"Aku datang Els... Apa kamu bahagia di sana? Kamu benar-benar jahat karena telah meninggalkan ku lebih dulu. Tidakkah kamu terlalu jahat padaku Els? Setidaknya bawa aku juga bersama mu!" ucap Aslin dengan raut wajah yang sendu namun masih mencoba untuk tetap tersenyum.

Meski Aslin masih sedih akan kepergian Elsa namun sebisa mungkin Aslin mencoba untuk tersenyum seakan berusaha menunjukkan kepada Elsa bahwa ia baik-baik saja meski Elsa tidak lagi bersama dengannya.

"Aku bisa.. Ya aku pasti bisa..." ucap Aslin sambil mengusap air matanya yang menetes begitu saja tanpa ia minta sama sekali.

***

Di sebuah jembatan yang terletak di Ibukota

Terlihat Aslin tengah melangkahkan kakinya dengan perlahan sambil menatap ke arah air sungai yang terlihat begitu jernih ketika terkena cahaya sinar matahari saat itu. Aslin menghentikan langkah kakinya sejenak dan melipir mendekat ke arah pinggir jembatan untuk melihat jernihnya air sungai saat itu.

Pikiran Aslin melayang membayangkan segala hal yang telah ia lalui bersama dengan Elsa. Kepergian Elsa benar-benar menyisakan begitu banyak luka di hati Aslin. Setiap kenangan dan juga tingkah laku yang begitu membekas di kepala Aslin, benar-benar membuat Aslin begitu sulit melupakan Elsa hingga detik ini.

Ditatapnya air sungai yang terlihat begitu deras sambil memikirkan kenangan yang telah ia lalui dengan Elsa. Sampai kemudian sebuah pemikiran yang gila mendadak terlintas dibenaknya begitu saja dan membuat Aslin mulai goyah ketika memikirkannya.

"Apa kamu akan menyambut ku jika memang aku datang menyusul mu Els? Jemput lah aku Elsa..." ucap Aslin pada akhirnya sambil mulai naik ke atas pagar pembatas sungai tersebut dan bersiap hendak lompat ke bawah.

Ketika Aslin memutuskan untuk mengakhiri hidupnya dan pergi menyusul Elsa, disaat ia hendak berusaha melompat sebuah tangan seseorang mendadak menariknya dengan kuat sehingga membuat Aslin terjatuh namun dengan posisi yang terbalik, bukan jatuh ke dalam sungai melainkan ke bahu jalan karena tarikan tangan dari seseorang tersebut.

"Apa yang kau lakukan ha?" teriak Aslin dengan nada yang kesal.

Bersambung

Aku datang Elsa

Di sebuah mobil sport berwarna hitam metalik terlihat seorang wanita sama yang saat itu memantau Elsa dan juga Aslin di cafe. Perempuan itu terlihat tengah menikmati suasana di luar kaca jendelanya ketika Fano tengah melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang membelah jalanan Ibukota.

Disaat mobil yang ia kendarai melintasi sebuah jembatan gantung pandangannya terhenti pada seseorang yang tak asing baginya tengah berdiri di tepi pembatas jembatan tersebut, membuat wanita itu yang kerap di sapa Amara nampak mengernyit dengan tatapan yang bingung.

Amara yang curiga bahwa Aslin akan mengakhiri hidupnya, lantas langsung meminta Fano untuk menghentikan laju mobilnya.

"Berhenti sekarang juga!" pekik Amara yang lantas membuat Fano terkejut ketika mendengarnya.

Ckit

Suara decitan mobil yang berhenti secara mendadak terdengar di area tersebut, namun sama sekali tidak mempengaruhi Aslin yang terlihat sudah menaiki pagar pembatas jembatan tersebut. Melihat hal itu Amara langsung keluar dari dalam mobilnya dan mengambil langkah kaki setengah berlari menghampiri Aslin.

Ditariknya tangan Aslin yang hendak melompat dari sana, sehingga membuat tubuh Aslin langsung terhuyung ke belakang begitu mendapat tarikan tangan dari Amara barusan. Aslin meringis kesakitan ketika tubuhnya menyentuh bahu jalan saat itu. Namun dengan spontan langsung menatap ke arah sebelah untuk melihat siapa yang sudah menarik tangannya sehingga menggagalkan niatnya untuk mengakhiri hidupnya barusan.

"Apa yang kau lakukan ha?" teriak Aslin dengan nada yang kesal.

Mendengar teriakan tersebut membuat Amara lantas terkejut dengan seketika, ditatapnya Aslin dengan tatapan yang tajam membuat Aslin yang melihat tatapan tersebut tentu saja terkejut bukan main.

"Harusnya kau berterima kasih karena aku telah menyelamatkan mu baik dulu maupun sekarang! Apakah pikiran mu itu sudah tidak ada? Menyianyiakan kehidupan itu bukanlah sebuah pilihan. Kau pikir jika kau memilih jalan ini semua masalah mu akan selesai? Tentu saja tidak!" ucap Amara tidak mau kalah ketika mendengar teriakan dari Aslin barusan.

Aslin terdiam di tempatnya sejenak, diusapnya rambutnya dengan kasar apa yang dikatakan oleh Amara barusan memanglah sebuah kebenarannya, namun Aslin juga tidak sanggup jika harus melanjutkan hidupnya seperti ini.

"Kau itu tidak tahu apapun jadi jangan sok tahu, kehidupan ku kini sudah hancur.. Elsa pergi dan sekarang tinggallah aku seorang diri, apa menurut mu hidup seorang diri itu enak ha?" ucap Aslin dengan manik mata berkaca-kaca.

Aslin terduduk di posisinya tepat setelah mengatakan hal tersebut, nyatanya membagi ceritanya sama sekali tidak akan membuat orang-orang mengerti akan perasaannya. Melihat hal tersebut Amara menatap ke arah Aslin dengan tatapan yang menelisik, Amara mengambil posisi berjongkok sambil menatap ke arah dimana Aslin berada dengan tatapan yang tidak bisa diartikan.

"Apa kamu sungguh ingin menyelamatkan teman mu itu?" ucap Amara dengan tiba-tiba yang lantas membuat Aslin mendongak dengan seketika disaat mendengar kata-kata dari perempuan tersebut.

"Kau jangan coba membujuk ku dengan cara klise ini, meski aku menginginkannya bagaimana aku melakukannya? Elsa bahkan sudah pergi..." ucap Aslin yang seakan tidak terlalu menggubris perkataan dari Amara.

Mendengar perkataan dari Aslin barusan membuat Amara lantas tersenyum dengan tipis.

"Sebuah cara sudah pasti ada, hanya tinggal niatan mu saja yang harus di pertanyakan. Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini sekalipun memutar kembali waktu." ucap Amara dengan senyuman di wajahnya membuat Aslin kebingungan ketika melihat senyuman tersebut.

Aslin terdiam ditempatnya ketika mendengar sebuah perkataan dari Amara yang terdengar sangat ambigu di telinganya. Tidak ada yang pernah tahu maksud dari perkataan Amara kecuali dirinya sendiri, hal itulah yang membuat Aslin kini hanya bisa menatap ke arah Amara dengan tatapan yang penuh tanda tanya.

"Apa maksud perkataan mu sebenarnya?" ucap Aslin dengan raut wajah yang penasaran seakan menanti jawaban dari Amara atas perkataannya.

"Datanglah ke taman kota tepat pukul 8 malam nanti, akan ada mobil van yang menjemput mu. Semua keputusan ada di tangan mu... Jangan pernah ada penyesalan ketika kamu melakukan sesuatu pikirkanlah segalanya terlebih dahulu dengan kepala dingin. Kau pasti mengerti akan perkataan ku, bukan?" ucap Amara sambil bangkit dari posisinya.

Setelah mengatakan hal tersebut Amara berlalu pergi begitu saja tanpa menjelaskan terlebih dahulu kepada Aslin setiap kata yang keluar dari mulutnya itu. Aslin yang masih tidak mengerti apapun dengan segala hal yang baru saja terjadi, lantas hanya menatap kepergian Amara dengan tatapan yang bertanya-tanya hingga mobil milik Amara melaju pergi meninggalkan dirinya di sana dengan tatapan penuh kebingungan.

"Apa yang sebenarnya coba ia katakan? Mengapa aku merasa ia seperti tahu akan sesuatu hal?" ucap Aslin dengan tatapan kosong ke arah depan.

***

Rumah kontrakan Aslin

Malam ini tepat pukul 7 malam, satu jam lagi menuju ke waktu janji temu antara Aslin dan juga Amara. Di ruang tamunya Aslin nampak melangkahkan kakinya secara mondar-mandir ke arah kanan dan kiri. Aslin benar-benar bingung antara pergi atau tidak, tidak ada jaminan apapun bagi Aslin untuk mempercayai perkataan wanita itu namu rasa penyesalan yang membumbung di hatinya membuat Aslin memikirkannya selama berulang kali. Sebuah keputusan sulit yang lantas membuat kepala Aslin berdenyut dengan seketika disaat memikirkannya lagi dan lagi.

Aslin menghentikan gerakannya sejenak dan kembali menatap ke arah jam dinding.

"Aku benar-benar tidak tahu apakah wanita itu hanya membual atau tidak sampai aku membuktikannya sendiri. Untuk Elsa aku akan melakukan apapun asal bisa menyelamatkan Elsa kembali." ucap Aslin pada diri sendiri.

Setelah membuat keputusan Aslin lantas terlihat mengambil jaket kulitnya beserta tas selempang miliknya kemudian bergegas keluar dari rumah kontrakannya menuju ke arah taman kota dimana tempat ia dan juga Amara berjanjian untuk bertemu.

***

Taman kota

Tepat di bahu jalan taman kota dimana tempat kejadian tersebut berlangsung Aslin terlihat berdiri menatap ke arah jalanan. Di sinilah tempat dimana Elsa mengalami kecelakaan tragis tepat di depan matanya. Helaan napas terdengar berhembus dengan kasar dari mulut Aslin begitu kembali terbayang setiap detail kejadiannya kala itu.

Setetes air mata jatuh membasahi pipinya namun sebisa mungkin langsung Aslin hapus menggunakan jari tangannya dengan cepat.

"Aku bisa dan untuk itulah aku berada di sini." ucap Asli mencoba menguatkan dirinya sendiri.

Disaat perasaan dalam dirinya bercampur menjadi satu dan memenuhi hatinya sebuah mobil van terlihat berhenti tepat di depannya, membuat Aslin yang melihat hal tersebut lantas langsung menelan salivanya dengan kasar. Perlahan-lahan pintu mobil bagian kursi penumpang nampak terbuka, membuat Aslin lantas langsung menatap ke arah dalam dengan tatapan yang menelisik.

"Aku datang Els... Aku datang..." ucap Aslin dalam hati kemudian sambil mulai melangkahkan kakinya masuk ke dalam.

Bersambung

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!