Siapapun pasti mengenal Arion, Pria bermata emerald dan berperawakan tinggi, dengan tubuh tegap berotot. Wajah tampan dengan rahang yang kokoh. Usianya memang baru tujuh belas tahun, tapi sepak terjangnya untuk membuat para wanita klepek-klepek sudah tidak diragukan lagi.
Sebagai satu-satunya ahli waris keluarga Abraham, maka sudah dipastikan masa depan seorang Arion akan bersinar cemerlang. Seindah senyuman Arion saat melihat gadis cantik berkuncir kuda yang baru memasuki gerbang sekolah, yang tengah melambaikan tangannya kepada seseorang di atas motor sport merahnya.
Seorang gadis berkuncir kuda dengan mata yang selalu bersinar dan memancarkan kehangatan. pipi cubby dengan hidung mancung menambah imutnya wajah gadis itu, sama seperti saudara laki-lakinya yang tak kalah tampannya.
Bagi Arion, Luna adalah gadis manis yang bisa menghangatkan hatinya yang dingin, sedingin kutub utara itu. Hanya dengan melihat wajahnya saja hati Arion akan menghangat.
Berbeda dengan Arion, Hati Luna bahagia untuk orang lain.
Gadis itu berjalan menuju kelasnya dengan senyuman mengembang, dan langkah kecilnya yang mengiringi kebahagiaannya hari itu. Karena pacar barunya yang bernama Alex, cowok keren dan baik hati dari sekolah sebelah yang selalu membuat Luna tersenyum. Walau baru satu bulan pacaran, tapi Luna sudah sangat bahagia.
"Brak, " Arion menendang salah satu motor yang berjajar rapi di parkiran hingga membuat motor lainnya ikut terjatuh berurutan.
"Astaghfirullah haladzim.... Arion, nih motor gue baru gue elus-elus sebelum berangkat tadi, sialan. " Kevin teriak histeris saat melihat motor bebek kesayangannya sudah terkapar di tanah.
"Lu kalau mau marah, marah aja sama si gembul sono. Bisa lu hajar sampai babak belur, jangan sama motor gue. Beg*..." Kevin lalu membangunkan motor kesayangannya itu dengan sekuat tenaga.
Sedangkan Arion hanya memperhatikan sahabatnya itu, yang tengah bersusah payah mengangkat sepeda motornya.
"Woy, tolongin napa. Dari pada lu, diem bae. " teriak Kevin yang masih berusaha mengangkat motornya yang tertimpa beberapa motor.
"Terserah." Arion lalu beranjak dari tempat parkir itu dan meninggalkan sahabatnya yang sedang kesusahan. Hatinya sedang tidak baik-baik saja tiap kali melihat Luna diantar cowok dengan motor sport merah itu.
"Eh, lu sahabat nggak ada akhlak memang ya, udah bikin susah orang pagi-pagi gini." Umpat Kevin kepada sahabatnya itu.
Akhirnya Kevin dibantu beberapa orang temannya yang lain, yang merasa kasihan kepadanya.
Luna yang melihat itu semua dari jarak yang tak terlalu jauh dari mereka hanya menggelengkan kepalanya, sudah tidak bisa di hindari lagi jika sang trouble maker beraksi pasti ada saja korbannya.
Arion yang melihat Luna sedang memperhatikan kehebohan yang dibuatnya langsung mendekat ke arahnya.
"Ngapain lu liat-liat... Ntar lu naksir sama gue nggak ada obatnya. " kata Arion sambil mengedipkan matanya.
Luna yang mendengar godaan dari Arion pun langsung memasang wajah sangarnya. Kalau saja diperbolehkan melempar ta*i kemukanya maka sudah di lempar tu kotoran ke wajah Arion.
"Ih, najis... kalau gue sampe suka sama lo. amit.... amit... jabang bayi..." Luna mengetuk dahinya dengan satu tangan dan tangan lainnya mengusap perutnya. Lalu dia segera pergi dari hadapan sang trouble maker.
Di dalam kelas, terjadi kehebohan yang di akibatnya oleh sahabat nya Dara dan beberapa teman lainnya yang belum mengerjakan PR Marematika.
"Woy, siapa yang sudah ngerjain PR MTK. join dong. Gue belum ngerjain. "
"Hei, buku PR gue mana. "
"Hei, pak Surya udah otw tuh. "
Perkataan terakhir dari salah seorang murid itu, semakin membuat kehebohan di kelas Luna. Banyak yang langsung mencontek salah satu PR anak yang sudah menyelesaikan PRnya mereka bergerombol mengerjakan di bangku paling belakang sedangkan ada seseorang yang berjaga di pintu masuk, agar tau kalau tiba-tiba guru MtKnya datang.
Dara yang celingak-celinguk melihat kesekelilingnya pun akhirnya melihat Luna yang duduk anteng dipojokan. Dia lalu mengintip apa yang sedang di kerjakan sahabatnya itu.
"Lu lagi ngapain. "
"Lagi ngerjain PR Matematika. Lu ngapain santai-santai aja, udah selesai lu. " tanya Luna kepada sahabatnya itu.
"Belum,gue nggak mau ngerjain tuh PR. " Dara tersenyum lebar, dan memberikan alasan kenapa dia tidak mau mengerjakan tugasnya.
"Gue mau dihukum aja sama Pak Suryo. Gue mau lihat cowok gue latihan basket. Gue rela di hukum buat liat dia doang. " kata Dara dengan santainya.
"Lu sakit, ya? " Luna menatap aneh pada Dara.
"Iya, nih. gue lagi sakit. Sakit demam cintanya Lucas. " kata Dara sambil memegang kedua pipinya.
Luna hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah Dara yang tidak tau malu itu. Bukan rahasia lagi kalau sahabatnya itu menyukai saudara kembarnya Lucas.
Gadis itu dengan Terang-terangan mengungkapkan rasa cintanya kepada Lucas walau sudah bekali-kali di tolak. Namun dia tidak menyerah, dan pada Akhirnya Lucas mau menerima cintanya walau awalnya terpaksa.
Mungkin karena melihat sahabatnya yang tidak tau malu itu, membuat Luna ketularan tidak tau malunya. Dialah yang sejak awal mendekati Alex terlebih dahulu. Hingga akhirnya Alex mengungkapkan rasa sukanya kepada Luna.
Kalau ditanya apa yang membuat luna menyukai Alex, Luna akan dengan senang hati menceritakan dari hal kecil hingga hal besar, sari A samalai Z, dari pagi sampai malam. Banyak banget hal yang Luna suka dari Alex. Mulai dari wajahnya yang tampan, kepribadiannya pun sangat menawan. Membuat siapapun gadis yang berada di dekatnya pun akan ikut klepek-klepek dibuatnya. Tapi kali ini, Luna lah yang beruntung mendapatkan Alex sebagai kekasihnya. Begitulah Luna, saat membayangkan kekasihnya itu dia akan lupa segalanya.
tuk..
Sebuah gulungan kertas mendarat di kepalanya membuat lamunan Luna akan Alex buyar seketika. Dengan bersungut-sungut Luna menoleh asal kertas itu di lempar, ternyata temannya yang lain yang melempar.
"He, Leo. ngapain lu ngelempar kepala gue. "
"Bodo amat, mana pr matematika lo. Gue mau nyontek. "
Untung Luna sudah menyelesaikan Prnya, lalu Luna melempar buku tugasnya itu kewajah Leo. Membuat Leo kaget. "Eh, lagi PMS lu ya. "
"Emang kalau gue lempar lu pake buku, gue selalu PMS gitu. " Luna menatap Leo dengan sengit.
"Kali aja, " jawab Leo sambil menggedikkan bahunya, dan melanjutkan acara menconteknya.
Tak lama sang ketua kelas yang berjaga, berteriak kalau guru mereka datang. Mereka semua akhirnya duduk dengan rapi di bangku masing-masing dan suasana yang awalnya ricuh berubah menjadi hening. Pak Suryo yang masuk hanya membawa sebuah tablet di tangannya pun berdiri di depan kelas dan memandang semua anak didiknya.
"Hari ini ada rapat dengan semua dewan guru, jadi bapak tidak mengajar hari ini. "
"Yaaahhhh... " seru suara kekecewaan terdengar dari seluruh siswa di kelas itu. Yang pastinya hanya sandiwara belaka.
"Jangan pura-pura berlagak kecewa begitu, bapak tau kalau kalian sangat menyukai jam kosong ini bukan. " kata Pak Suryo yang mencium gelagat mencurigakan dari para muridnya.
"Yes.... Hore... " akhirnya mereka pun bersorak gembira karena tidak ada pelajaran membosankan kali ini. Pak Suryo menggelengkan kepalanya melihat tingkah para anak didiknya itu Lalu keluar dari kelas itu.
Namun sebelum keluar kelas, dia berpesan.
"Nanti akan ada peninjauan dari kepala yayasan. bersikap baiklah kalian. "
Setelah kepergian pak Suryo, para murid itupun menggosip kan pemilik yayasan yang memiliki wajah sangat tampan walau usianya sudah matang, William Abraham. Ayah dari si pembuat masalah Arion Abraham.
"Hei, pak Willy bakal ngecek kelas kitakan gaess, gue harus tampil cantik nih. " Seru salah satu murid perempuan yang kecentilan dikelas itu. Dia selalu membawa alat make up kemana-mana.
Kevin yang sedang ngobrol dengan temannya dan mendengar itupun langsung menoleh kepada Clara. "Woy, inget umur. Lo kalau sama pak Willy bisa-bisa lo di bilang sugar babynya. mending sama anaknya noh, ganteng banget tuh anak. "
"Yang tajir kan bokapnya bukan anaknya. Gak papa kalau dijadikan sugar baby juga. " celetuk Clara sambil memoleskan bedak di pipinya.
Leo sebagai ketua huru hara di kelas itupun ikut obrolan tak berfaedah dari kedua temannya itu.
"Tau aja lo, mana barang bagus sama enggak. Demen sama yang tua biar berpengalaman gitu, ya. Gilak... men. "
Seluruh ruangan ricuh dengan gelak tawa celetukan tak bermoral dari Leo. Membuat Clara tertunduk malu, tapi tidak ada yang peduli.Begitu juga dengan Luna, yang ikut tertawa terbahak-bahak menanggapi obrolan absurd teman-temannya. Bisa-bisanya Clara rela berdandan demi pria paruh baya yang sangat mencintai istrinya itu. Siapa yang tak kenal William Abraham, pemilik sekolah elit swasta di Jakarta dan memiliki perusahaan properti terbesar di Indonesia.
Maya sahabat Luna menggelengkan kepalanya. Lalu dia mengajak Dara dan Luna untuk keluar dari kelas.
"Toilet yuk. gue kebelet Nih. " katanya sambil bangkit dari kursinya.
Mereka bertiga akhirnya keluar dari kelas mereka yang masih ricuh karena kegaduhan yang dibuat Clara. Gadis belia yang berharap mendapatkan cinta pria paruh baya yang kaya raya. Emang ini dunia novel, dimana umur bukan jaminan mendapat jodoh.
Ketika mereka menuruni tangga, suara tawa mereka langsung terhenti saat melihat dua orang pria beda usia sedang bersitegang di depan tangga dan keadaan koridor yang sepi. Mereka berdua bersitatap dengan tatapan penuh kemarahan. Yang satunya memakai pakaian jas rapi dengan tangan yang terangkat dan yang satunya memakai seragam khas SMA dengan wajah menoleh ke kiri. Terdapat cap lima jari di wajah anak itu.
"Arion... maafkan, papa... nak. "
Arion menepis kasar tangan William, yang bermaksud menyentuh tangannya. Dia berniat kabur dari sana, namun tubuhnya membeku saat melihat tiga orang gadis sedang terpaku menatapnya. Dia langsung mendengus kasar, dan mengambil langkah lebar melewati ketiga gadis itu. dan menabrak bahu mereka. Dia sudah tidak peduli bagaimana pendapat mereka tentang dirinya yang bersikap kasar kepada ayahnya.
Arion menjalankan motor sportnya keluar dari sekolah dengan kecepatan rata-rata, membelah jalanan ibu kota yang penuh dengan polusi. Namun saat memasuki sebuah rumah mewah, dia segera memelankan laju motornya, dan memarkirkan motor kesayangannya. Arion melangkah dengan santai dan membuka pintu mewah itu, dia disambut seorang wanita paruh baya berusia sekitar empat puluh tahunan. Arion langsung mencium punggung tangan wanita paruh baya itu.
"Kenapa wajahmu itu? pulang sekolah kok kusut amat. " Wanita itu tersenyum hangat sambil mengacak rambut Arion.
"Jangan gini dong tante, rambutku nanti tambah kucel. " Kata Arion dengan kesalnya.
Kinara, tante Arion hanya menggelengkan kepala melihat keponakan kesayangannya itu sambil tersenyum, dia lalu menutup pintu rumahnya dan berjalan mengekori Arion dari belakang. Arion menuju dapur dan mengambil sebotor air mineral dingin, lalu menuangkannya dalam gelas meminumnya dalam sekali tegukan.
Kinara yang melihat sikap Arion yang tidak biasa itupun segera menghampirinya. Karena Arion tidak biasa meminum minuman dingin. Kinara takut telah terjadi sesuatu pada keponakannya itu. Karena Arion hanya akan meminun minuman dingin hanya untuk mendinginkan isi kepalanya.
"Apa ada masalah? " tanya Kinara yang merasa penasaran.
"Hanya masalah kecil. " jawab Arion dengan santainya.
Masalah yang di anggap kecil oleh Arion sebenarnya adalah masalah yang sudah mendarah daging sejak tujuh tahun lalu. Masalah yang tidak akan berakhir sebelum Arion berusia dua puluh tahun.
Kinara duduk di salah kursi di meja makan itu, lalu matanya mengikuti pergerakan Arion kemanapun Arion melangkah.
"Kapan masalah kecilmu itu akan selesai Arion, jika kamu selalu menghindari masalah itu. "
Arion mengangkat bahunya acuh.
"Masalah tidak akan selesai, tan. sebelum aku membuat perhitungan dan membalaskan dendam atas kematian papa. "
Kinara menghembuskan nafas beratnya. Tidak ada satu orang pun yang akan mampu mengubah pandangan hidup seorang Arion. Kebencian yang sudah mendarah daging sejak tujuh tahun lalu tidak akan pernah bisa berubah menjadi perasaan cinta hanya dalam waktu sekejap. Karena rasa marah dan bencinya itulah yang membuat seorang Arion yang hangat berubah menjadi dingin dan berhati batu.
Memang Arion adalah Arion, sosok kuat yang ditakuti para murid di SMA-nya, selain karena dia adalah anak ketua yayasan, tetapi kenakalannya pun patut di takuti oleh semua siswa. Tapi siapa sangka dibalik semua sikap dingin dan nakalnya, dia menyimpan banyak luka di hatinya yang membuatnya rapuh diwaktu yang bersamaan.
"Arion, ini sudah lebih dari tujuh tahun lho, apa kamu tidak bisa menerima Mike sebagai ayah sambungmu? " kata Kinara yang tidak habis pikir dengan keponakannya itu.
Arion menatap adik bungsu ayahnya itu dengan pandangan kosong, lalu dia hendak meninggalkan tantenya itu seolah tak mendengar apapun yang dikatakan tantenya.
Kinara mendengus kasar melihat sikap Arion yang acuh padanya , dia ingin mendengar jawaban dari Arion.
"Apa salahnya Mike, dia sudah bertanggung jawab menjaga ibumu, dan dia juga sudah meninggalkan keluarganya sendiri demi keluargamu. Dia menyesal dengan apa yang terjadi pada papamu. Karena itu... "
"Cukup, tan. Aku tidak mau dengar lagi. Masalahnya cuma satu. " kata Arion sambil memunggungi tantenya.
Satu tangannya menggenggam erat gelas yang digunakan untuk minum. Dia menyalurkan semua rasa sakitnya pada gelas itu, hingga terdengar bunyi gelas pecah di tangan Arion. Karena Arion menggenggamnya dengan sekuat tenaga dan penuh amarah. Darah mengucur deras dari telapak tangan Arion, dan serpihan gelas itu ada yang menancap di telapak tangannya. Sakit tidak diaa rasakan lagi, saat mengingat rasa sakit hatinya. Kinara bahkan tidak berani mendekat saat melihat Arion dalam keadaan seperti itu.
"Dia adalah penyebab papaku meninggal, dan sekarang dia berpura-pura menjadi papaku. Memangnya siapa dia. Aku hanya akan membiarkan dia berpura-pura menjadi papaku dengan wajah yang sama persis dengan wajah papa, sampai usiaku dua puluh tahun, dan saat itu aku akan menendangnya keluar dari perusahaan dan yayasan. Dan akan aku katakan kepada seluruh dunia, bahwa William Abrahan sudah meninggal. Pada saat itu, tante tidak boleh ikut campur, meski dia adalah kakak tante. "
Arion menatap tangannya yang berlumuran darah. Rasanyaa lega sekali sudah mengatakan apa yang dia ingin katakan. Tidak ada beban lagi di pundaknya.
"Aku membencinya, karena dia memiliki wajah yang sama dengan wajah papa, akan tidak jadi masalah jika dia bukan penyebab meninggalnya papa. "
Arion kemudian beranjak dari sana menuju kamarnya. Dia sudah tidak lagi memperhatikan raut wajah tante yang sangat menyayanginya itu.
Ya, senakal apapun Arion, dia tetap menyayanginya, karena dia sudah menganggap Arion sebagai anaknya sendiri. Kinara yang sudah menikah puluhan tahun dengan suaminya, sampai saat ini masih belum dikaruniai seorang anak. Jadi dia sangat menyayangi Arion dan adiknya itu. Apalagi setelah kakak sulungnya meninggal, Arion memilih tinggal dengan tantenya, daripada dengan mamanya sendiri yang menikah lagi dengan saudara kembar papanya. Karena dia tidak ingin kehilangan sosok William yang sudah terkubur dalam tanah.
*
*
Luna masuk kedalam kamarnya, dan duduk di pinggiran ranjang sambil membalas pesan dari Alex. Dia selalu menunjukkan senyum lebarnya tiap kali berbalas pesan dengan Alex.
✉️ "Ya udah, istirahatlah. Aku akan melanjutkan latihan futsal nya. " pesan terakhir yang dikirimkan Alex kepadanya
Luna lalu membaringkan tubunya di atas ranjang. Dia masih tidak percaya kalau sudah menjadi kekasih seorang Alex. Lelaki yang sangat dipujanya itu. Apalagi perlakuan Alex yang sangat baik kepadanya membuatnya selalu melayang.
tok... tok... pintu balkon Luna ada yang mengetuk.
Luna langsung bangun dan menghampiri balkon, siapa yang sudah mengganggunya memikirkan Alex.
"Apa'an." tanya Luna jutek saat melihat kakak pertamanya itu berdiri dibalik balkon. Memang balkon mereka menjadi satu dan hanya di batasi tembok setinggi satu meter.
"Temani gue yuk, beli cemilan. "
"Ogah, lagi males gue, kak. "
Kaisar bedecak, lalu menarik tangan Luna keluar kamarnya. Lalu menyambar kunci mobil yang tergeletak di meja ruang keluarga.
"Mumpung gue lagi di rumah, baik-baikin kek. Kita ini jarang ketemu, Luna. Kalau abang udah masuk kuliah lagi, kita bakal jarang ketemu. " Kaisar segera menancapkan gas melaju menerjang malam itu.
Setelah sampai di mini market yang tak jauh dari kompleks perumahan, Kaisar lalu mengajak Luna masuk untuk belanja apa yang mau dia beli. Tapi Luna menolak. Dia memilih menunggu di luar minimarket sambil memainkan ponselnya.
Luna yang sedang berselancar di dunia maya, merasa terkejut karena tiba-tiba ada sebuah tangan dengan berbalut perban menyodorkan es krim cone kepadanya. Seorang pria berperawakan tinggi tegap, dengan hodie yang menutup kepalanya. Dan tangan satunya tengah memegang seputung rokok yang menyala.
"Nih, buat lo. dari pada lo diem garing ga ada cemilan. " kata Arion sambil memberikan sebuah es krim kepada Luna.
"Lo, bisa singkirin tu rokok nggak. Kalau lo mau mati, mati aja sendiri jangan ajak-ajak gue. " ketus Luna tapi tangannya juga mengambil es krim yang diberikan Arion.
Melihat itu Arion tersenyum tipis.
"Kalau gue mati sendiri, bakal jadi jomblo dunia akhirat dong, cantik. " kata Arion sambil mengedipkan sebelah matanya menggoda Luna.
Luna mendengus kesal mendengar candaan Arion yang terdengar garing di telinganya. Tangan satunya menutup hidungnya agar tidak mencium bau rokok dan tangan satunya memasukkan es krim kedalam mulutnya. Dia seolah tak peduli apakah Arion akan tersinggung dengan sikapnya atau tidak.
Arion yang melihat tingkah menggemaskan Luna pun, segera menghirup rokoknya dan menghembuskannya ke atas, agar jauh dari jangkauan hidung Luna. Lalu dia membuang puntung rokok itu dan menginjaknya dengan sepatu. Arion menatap gemas kearah Luna, lalu dia mengambil sesuatu di dalam kantong belanjaannya, sebuah coklat. Arion memang suka membeli coklat untuk mengatasi moodnya yang kadang tidak stabil.
"Nih, buat lo. " Arion memberikan sebungkus coklat kepada Luna.
"Kali ini lo, nggak boleh jutek kalau ketemu gue. Gue udah ngasih lo coklat, kasih gue sedikit senyuman lo dong, Lun. " Pinta Arion kepada cewek yang selalu membuat hatinya menghangat.
"Bodo amat," Luna langsung merebut coklat dari tangan Arion. tanpa memberikan senyuman yang di minta Arion. Dia lalu membukanya tanpa permisi.
Sebuah notifikasi pesan masuk di ponsel Arion.
📩 " apa kamu tidak mau melihat keadaan adikmu? "
Sebuah pesan yang langsung membuat wajah Arion mengeras. Luna yang sedang menikmati coklat pemberian Arion pun langsung menoleh kearahnya, karena Arion tiba-tiba diam seribu bahasa.
Tatapan Mata Arion berubah menjadi kosong, saat membaca pesan itu. Lalu Laki-laki itu menghadapkan wajahnya ke atas langit melihat pantulan cahaya bintang yang bertebaran di atas sana, dan mengusap wajahnya kasar. Seolah ada beban berat yang sedang menghimpitnya.
"Are you okey, Arion. " Luna menepuk pundak Arion, yang terlihat tiba-tiba berbeda malam ini.
Arion yang tersadar pun langsung menoleh ke arah Luna, yang masih makan es krim dan coklat pemberian nya. Dia tersenyum saat melihat ada es krim yang belepotan di ujung bibirnya. Arion tersenyum dan langsung menyeka es krim itu dengan ibu jarinya. Dan menjilat tangan bekas Eskrim dari bibir Luna.
"I'am Okey, Thanks. "
Arion langsung menuju motor sportnya, dan segera menjalankannya, menjauh dari sana.
Luna yang mendapat perlakuan tak biasa dari Arion pun hanya bisa tertegun memandang kepergiannya. Hingga sebuah tepukan di bahunya menyadarkan Luna.
"Ayo, dek. Kita balik. " ajak Kaisar yang sudah menyelesaikan belanjanya.
Luna pun mengikuti Kaisar yang masuk ke dalam mobilnya. Dengan perasaan yang, entahlah...
Bersambung.
Arion sudah berada di balkon kamarnya, Dia sedang berpikir entah apa yang harus dia lakukan setelah ini. Pesan yang tadi masuk tidak digubris nya sama sekali, bahkan dia tidak membalasnya. Tiap kali mendapatkan pesan dari dokter yang merawat adiknya, Arion merasakan sakit yang luar biasa di dalam dadanya.
tok.. tok... tok...
"Arion,sudah waktunya makan malam,segeralah turun. Om juga sudah datang menunggumu." Suara lembut keibuan terdengar dari balik pintu.
Arion langsung menuju kearah pintu dan membuka pintu nya. Kinara yang ada dibalik pintu Memicingkan matanya, Dilihatnya wajah keponakan kesayangannya itu seperti tidak baik-baik saja.
"Apa ada yang terjadi lagi? " tanya tante Kinara kepada Arion.
"Tidak ada, tan.semua baik-baik saja. "
"Ya sudah kalau begitu, ayo kita turun. "
"Bentar, tan. Aku tutup pintu balkon dulu. " Arion masuk lagi ke dalam kamarnya dan hendak menutup balkon, tapi suara notifikasi pesan mengganggu pendengarannya.
Arion mengambil ponselnya dan melihat siapa yang mengiriminya pesan.
✉️ " Apa Kamu nggak mau tahu, perkembangan adik kamu? "
Sebuah pesan dengan pengirim yang sama. Arion tidak membuka pesan itu, dia hanya melihat melalui notifikasi saja. Dia lalu menemui tantenya lagi.
" Ayo kita makan,tan. " ajak Arion yang memasang senyum di wajahnya lalu merangkul lengan tantenya itu, mereka berdua berjalan menuruni tangga.
Aliando yang melihat istri dan keponakannya itu terlihat sangat akrab hanya memasang senyuman di wajahnya. Karena dia tau, dia tidak bisa memberikan keturunan untuk istrinya. Tapi istrinya yang baik hati itu masih mau bersamanya dan menemaninya sampai saat ini. Jadi dia membiarkan istrinya itu memberikan kasih sayangnya kepada kedua keponakan yang dia miliki.
"Malam, Om.. tumben nggak dinas malam. " sapa Arion kepada Om nya .
"Memang harus, ya Om dinas malam tiap hari. " Sapa Ali panggilan akrabnya.
"Ya, enggak sih om. " kata Arion dengan cengiran dibibirnya.
"Sudah, stop ngobrolnya. Sekarang kita makan dulu. " Kinara menghentikan obrolan dua pria di hadapannya itu. dan menyuruh mereka makan dengan tenang.
*
*
Siang itu Luna dan kelompok paduan suaranya sedang berlatih untuk mengikuti lomba paduan suara di tingkat nasional. Suara Luna serasa mau habis dan kerongkongan kering, karena terus menyanyikan lagu berulang-ulang hingga sang ketua padus merasa puas dengan latihannya.
"Baiklah, cukup untuk hari ini. Minum yang banyak untuk membasahi kerongkongan kalian. " ucap Amel pimpinan padus mereka.
"Siap... " jawab anggota lainnya.
"Sekarang kita berdoa sebelum pulang sesuai keyakinan masing-masing. "
Setelah selesai berdoa mereka berhamburan keluar dari ruang latihan. Luna juga ikut keluar bersama teman lainnya, hingga tepukan di bahu Luna membuatnya menoleh ke arah orang yang membuatnya terkejut.
"Pulang bareng siapa? " tanya Amel ketua padus mereka.
"Palingan bareng Leo. Emang kenapa? "
"Oh, kirain sama pacar baru lo. "
"Enggak dia lagi latihan futsal, abang gue udah balik kuliah dan Lucas juga udah pasti pulang duluan. "
"Ohh... udah berapa lama jadian sama Alex? "
"Kurang lebih satu bulanan. Kenapa emangnya? "
"Enggak, gue pikir lo bakal jadian sama si Leo, dia kan kemana-mana bareng sama lo. Mulai awal masuk sekolah. "
"Ohhh, Leo itu sahabat gue sejak kecil. Jadi nggak mungkin lah. "
"Yah, tau gitu dulu gue embat tuh Leo. "
Mendengar itu Luna langsung tertawa terbahak-bahak.
"Kenapa? kecewa, ya. malah dapetnya Arion. cowok brandal itu." kata Luna menahan tawanya.
"Nggak juga sih, Arion juga cakep banget malah, dari pada gue dapat si gembul Doni. " Amel ikut tertawa membayangkan kalau dulu dia jadian sama Doni.
"Ganteng sih percaya Arion emang ganteng, tapi kelakuannya berbanding terbalik dengan kegantengannya. " Kata luna sambil menggeleng kan kepala nya.
" Btw, kok lo bisa sih jadian sama trouble maker sekolah ini. " tanya Luna kepada Amel.
"Jauh dari penilaian orang lain, Arion ga seperti yang mereka pikirkan kok. " jawab Amel sambil mengingat-ingat tentang Arion dulu.
"Masa sih, nggak percaya gue. Orang semua juga tau, kalau dia pembuat onar, biang keroknya sekolah. Dia juga pernah mukulin anak SMA sana sampai babak belur. " Luna seolah tak percaya dengan apa yang dikatakan Amel. Jadi dia mengatakan tentang pembenaran pendapatnya tentang Arion.
"Kalau menurut gue nih, lo musti inget kata-kata ini. Don't judge a book by its cover. Jangan menilai orang dari luarnya saja. Dalami isi hatinya, maka lo akan tau seperti apa Arion itu. Dan jangan
menilai seseorang itu melalui yang namanya 'katanya' karena sesuatu yang masih katanya itu belum pasti. " Amel memberikan statment nya tentang Arion kepada Luna.
"Jadi kalau lo, pengen tau seperti apa Arion, mending lo deketin dia deh. Gue denger Arion suka sama lo, Lun. " Amel menggoda Luna yang sedari tadi terdiam mendengar kata-kata dari Amel.
"Apa'an sih, Mel. nggak banget gue deket sama Arion. Terserah gimana pendapat lo tentang Arion. Reputasi Arion udah buruk Di mata gue. " kata Luna sambil bersungut-sungut.
"Dih, kayaknya benci banget lo sama Arion. "
"Banget, buat gue Arion itu, seperti setan yang harus gue hindari agar gue tidak terjerumus ke jalan yang sesat. " Luna membayangkan Arion yang berubah menjadi setan sambil bergidik.
"Gitu amat neng. Awas lo jatuh cinta sama dia. perbedaan benci dan cinta itu cuma setipis tisu. " kata Amel sambil tergelak, lalu dia lari menghindari pukulan Luna.
Luna akhirnya pulang dengan Leo yang sudah menunggunya sejak tadi diperkirakan. Sudah di pastikan bibir Leo monyong sepuluh senti karena menunggu Luna terlalu lama di parkiran.
*
Arion and the geng sudah berada di warung langganan mereka. Sudah pasti pemilik warung itu dibuat pusing tujuh keliling setiap kali di datangi gerombolan Arion. Mereka selalu memesan makanan dan minuman yang aneh-aneh yang tidak ada dalam menu. Emang dasarnya mereka suka merecoki bu Ratmi pemilik warung.
"Kalo pesen yang bener napa? Kasihan bu Ratmi tuh, pusing dengerin pesenan kalian. " kata Beni yang selalu menjadi penengah di antara teman-temannya.
Arion yang berada di pojokan warung hanya terdiam memperhatikan teman-teman nya yang sedang asikk bercanda. Dia lagi nggak mood untuk bercanda hari ini. Dia seolah memikirkan, seandainya kehidupan nya sama seperti teman-temannya yang lain.
Karena kebingungan bu Ratmi pun akhirnya hanya menaruh gorengan di depan mereka dan es teh manis sebagai pelengkap.
"Arion teh anget kan? " tanya bu Ratmi menoleh ke arah Arion.
Arion hanya mengangguk sebagai jawaban.
Kevin yang melihat ada pisang goreng di atas piring pun langsung mengambilnya.
"Tau aja bu kalau aku pengen pisang goreng. "
"Leo kemana Nih, " tanya Beni kepada teman-temannya.
"Lagi nganter Luna pulang dia. " Jawab Kevin yang tengah makan pisang goreng panas.
"Lah, bukannya Luna udah punya pacar? ngapain juga nganterin pulang. " tanya bayu yang ikut nimbrung.
Kevin hanya menggedikkan bahunya acuh.
Arion masih memperhatikan teman-temannya yang sedang bercanda di warung bu Ratmi langganan mereka. Hingga matanya menajam saat melihat seorang siswa berseragam SMA Harapan Bangsa seperti mereka berlari kearah gerombolan Arion.
"Eh, ngapain tuh Galih lari-larian. " celetuk Bayu yang juga melihat salah satu temannya berlari menuju ke arah mereka dengan keringat yang sudah bercucuran.
Semua mata beralih pandang melihat ke arah Galih. yang berlari dengan wajah pias dan ketakutan. Arion yang melihat itu langsung mendekat ke arahnya dan menanyakan apa yang terjadi.
"Ada apa? " tanyanya langsung tanpa tedeng aling-aling.
Galih yang masih mengatur nafasnya yang tersengal pun belum bisa bicara.
"Kasih minum.. air putih aja. " kata Arion memerintah ke teman-temannya.
Dengan cekatan Bayu langsung membuka botol mineral yang ada di sampingnya dan memberikannya kepada Galih. Setelah dirasa napasnya sudah teratur, Galih mulai menceritakan apa yang terjadi.
"Arion, tolong si gembul. Tadi pas gue mau pulang sekolah lewat lapangan Dia sedang di palak sama anak geng 4G dari SMK Teknik. "
Mendengar itu rahang Arion mengeras, mungkin dengan ini dia bisa melampiaskan kekesalannya sejak semalam, yaitu dengan gebukin orang sampai puas.
SMA Harapan Bangsa dan SMK Teknik itu memng sudah menjadi musuh bebuyutan sejak jaman nenek moyang mereka, dan itu berlanjut sampai sekarang. Entah kenapa perseteruan dua Sekolah Atas itu tidak ada habisnya, walau mereka sudah berdamai. Mereka berdamai hanya sebagai formalitas saja. Tapi tradisi tetaplah tradisi.
"Si gembul di pukulin, nggak? "
"Enggak sih, atau belum soalnya aku liat tadi mereka masih narik kerah leher gembul. "
"Wah, ga bisa didiemin. kita harus bertindak. " kata Kevin dengan menaikkan lengan bajunya.
"Ada berapa anak? " tanya Bayu yang juga geram mendengar teman sekolahnya dipalakin sekolah lain.
"Kayaknya lima orang. " jawab Galih yang merasa ketakutan melihat perawakan geng Arion yang tinggi besar semua.
"Cukuplah, satu lawan satu. Yok... " ajak Roy yang dari tadi diam. "lo, mending balik deh, lewat jalan lain aja, si gembul biar kami yang urus. " katanya kemudian
Mereka berlima akhirnya menuju tempat dimana temannya sedang dipalak. Tak butuh waktu lama, akhirnya mereka sampai di lokasi. Mereka melihat gembul sedang terlentang di tanah sambil menangis, entah karena apa. Arion dan teman-temannya yang melihat itu langsung mendekat dan menolongnya. Dilihatnya anak-anak SMK yang melakukan itu, tertawa keras melihat ketidak berdayaan gembul.
"Beraninya sama yang lemah. " kata Arion menghampiri mereka. "Dasar mental tempe. "
Anak dari SMK itupun langsung terdiam dan tak terima dihina seperti itu oleh Arion. Salah satu dari mereka mendekati Arion dengan tampang tengilnya.
"Arion Abraham," liriknya. "Orang yang selalu jadi pahlawan kesiangan. Cih. " katanya sambil meludah kesamping.
Arion tidak gentar sama sekali dengan mereka berlima. kalau bisa sekarang juga dia ingin menghajar mereka semua, meski tanpa bantuan dari teman-temannya.
Namun sebuah suara sirine polisi membuat kelima Anak dari SMK Teknik itu lari tunggang langgang. Arion yang merasa tidak bersalah pun hanya mengerutkan keningnya, melihat mereka lari. Tapi mereka malah di tangkap oleh pihak kepolisian tanpa kesalahan apapun yang mereka perbuat
Bersambung
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!