NovelToon NovelToon

CINTA DALAM BAYANGAN

SINOPSIS

...***...

Aku hanyalah seorang wanita yang mencintai satu orang di dunia ini. Dan itu adalah sosok laki-laki yang telah mencuri hatiku. Namun sayangnya dia sama sekali tidak menyadari perasanku. Bahkan ketika kami telah menjadi suami istri. Apakah tidak ada rasa cintanya untukku sedikitpun?.

"Mas. Aku mau minta sesuatu padamu."

"Aku tidak memiliki kewajiban untuk memenuhi apa yang kau minta. Karena aku bukan tempat kau meminta." Itulah yang ia katakan padaku saat itu. Rasanya sangat menyakitkan sekali. Padahal aku hanya ingin dia mengetahui bahwa aku ingin menyiapkan hadiah terbaik dihari ulang tahunnya. Namun sepertinya ia sama sekali tidak peduli dengan apa yang hendak aku sampaikan padanya.

Suatu ketika ia pulang dengan membawa seorang bayi mungil. Dan aku bertanya padanya ini anak siapa?. Dia menjawab itu adalah anak pacarnya.

"Kau tidak berhak protes dengan apa yang aku lakukan. Karena ibunya meninggal disaat ia sedang melahirkan. Jadi aku ingin membesarkan anak ini dengan baik. Aku tidak butuh persetujuan darimu!."

Dengan berat hati aku menerima apa yang menjadi keputusan darinya. Tidak membantah sedikitpun. Bahkan aku rawat anak itu dengan baik. Anak bayi manis, dan mampu mengalihkan duniaku.

"Kau adalah anak yang sangat tampan. Jadilah anak yang baik ya." Aku selalu menguatkan hatiku untuk menerima apa yang ada di depan mataku saat ini. Hatiku terasa sakit, namun anak ini sama sekali tidak bersalah. Jadi aku sekuat tenaga untuk menekan perasanku yang tidak karuan.

Namun suatu hari ia datang kembali, seakan aku ini hanyalah tempat persinggahan baginya. Ia melihat keadaan anaknya, yang sudah bisa berbicara. Dan berjalan, namun hatinya masih saja belum bisa aku sentuh.

Apakah tidak ada cinta dihatinya sedikitpun?. Atau aku memang terlalu banyak berharap dengan dirinya yang sama sekali tidak mencintaiku?.

"Mas. Apakah kau tahu?. Mengejar bayangan itu sangat sulit. Apalagi jika redup, dan ditelan oleh kegelapan. Rasanya sangat sakit."

"Jika kau memang tidak sanggup. Maka kau boleh pergi. Dan aku sama sekali merasa tidak keberatan."

Sesak. Rasanya sangat sesak hingga aku merasakan sulit untuk bernafas barang sekejap saja. Perkataannya pada saat itu begitu menusuk hatiku yang sangat rentan.

Hingg pada suatu hari hatiku bercabang, saat aku berkenalan dengan Rendra Rahardi. Dia masih seumuran denganku, dan ia duda. Begitu katanya.

"Aku masih muda. Namun aku sudah mendapatkan gelar duda."

"Wah. Rugi sekali wanita itu mau bercerai denganmu."

"Ahahaha kalau soal itu aku sih tidak mengetahuinya sama sekali."

"Tapi kalau aku sih masih mempunyai suami."

"He?. Sangat disayangkan sekali. Tadi aku pikir kau masih lajang."

"Maaf jika aku mengecewakan."

"Tapi jika kau tidak bahagia dengan orang yang menjadi suami mu. Maka aku yang akan menjadi suami mu. Orang yang akan membahagiakan dirimu."

Namun kedekatan kami akhirnya ketahuan oleh Mas Ravenska. Ia sangat marah, dan memukulku tanpa belas kasihan sedikitpun.

Sejak hari itu aku mulai sakit-sakitan, karena pukulannya pada saat itu mengenai kepala kiriku. Kadang aku mulai tidak konsentrasi sama sekali. Terkadang aku merasa aneh dengan diriku.

Aku berkonsultasi dengan dokter. Katanya kondisi yang aku alami sangat gawat, dan harus menjalani perawatan yang serius.

Aku berusaha bersikap baik-baik saja. Seakan tidak terjadi apa-apa padaku. Dan saat itu aku mencoba untuk mengatakan sesuatu padanya.

"Mas. Jika suatu hari nanti aku pergi, apakah kau tidak akan sedih?."

"Aku sangat bahagia jika kau tidak ada. Dan aku harap kau segera pergi dari kehidupan kami."

Rasanya sangat sakit memang mendengarkannya. Namun karena dokter mengatakan jika hidupku tidak akan lama lagi, makanya aku berusaha menahan sakit ini. Sungguh ini memang jalan takdirku mengejar bayangan. Keinginanku untuk mendapatkan kehidupan rumah tangga yang bahagia memang seperti mengejar bayangan. Semakin aku mengejarnya bayangan itu malah semakin pergi. Begitu juga dengan kebahagiaan yang aku inginkan. Semakin aku berusaha untuk ingin merasakan kebahagiaan, justru malah semakin menderita, dan tidak aku dapatkan sama sekali.

Hingga suatu hari. tiba-tiba Maharani Rayasuara pingsan dihadapan Ravenska, namun ia malah mengira itu hanya pura-pura. Semalaman ia membiarkan istrinya itu pingsan tidak sadarkan diri.

Pada saat itu, ia mendapatkan kabar yang mengejutkan tentang Maharani Rayasuara. Ia tidak pernah menyangka sama sekali bagaimana keadaan istri yang ia benci di dalam hidupnya. Pikirannya, serta langkahnya.

"Kenapa kau tidak mengatakan padaku dengan jujur bagaimana keadaanmu hah?."

Sayangnya tidak ada respon sama sekali. Karena otaknya yang tidak bisa merespon apa yang dikatakan oleh orang sekitarnya. Saat itu ia teringat dengan apa yang dikatakan oleh Maharani Rayasuara.

"Jika suatu hari nanti aku tidak bisa lagi merespon apa yang kau katakan. Maka aku harap kau bisa memahaminya. Karena hatiku telah mati rasa, juga otakku tidak bisa lagi berpikir, juga telingaku telah tuli karena tidak bisa mendengarkan apa yang kau katakan."

Kepedihan telah melanda dirinya. Karena ia tidak mau kehilangan orang disekitarnya?. Apakah itu hanya ungkapan penyesalan yang telah ia perbuat selama ini terhadap istrinya?.

Ia berusaha merawat istrinya. Namun sayangnya belum membawakan hasil yang baik. Tidak bisa disembuhkan sama sekali. Dokter yang merawatnya menyerahkan diri, karena memang tidak bisa menyembuhkannya.

"Aku mohon. Dengarkan apa yang aku katakan. Maafkan aku. Katakan sesuatu raya. Jangan abaikan aku!."

Kata-kata yang menusuk untuk dirinya sendiri. Karena selama ini ia tidak pernah mau mendengarkan apa saja yang dikatakan istrinya Raya. Bahkan memang mengabaikan suara istrinya yang selalu memanggil dirinya. Kini apa yang ia rasakan?. Sakit hati?. Sesak?. Perih?.

"Jadi selama ini itulah yang ia rasakan?. Rasanya sangat sekali." Ia menangis terisak melihat keadaan istrinya yang seperti boneka hidup.

Hatinya sangat iba, melihat semua buku catatan harian tentang Raya. Keinginan-keinginan darinya yang merasakan kehidupan rumah tangga yang bahagia. Namun tidak pernah ia rasakan sedikitpun.

Dalam tulisannya ia membuat dirinya adalah seorang wanita yang paling bahagia di dunia. Akan tetapi kenyataannya sama sekali tidak seperti itu. Bahkan dirinya sangat teraniaya. Sungguh memang berusaha mengejar bayangan. Ia tidak akan pernah mendapatkan cahaya untuk menciptakan bayangan itu. Justru bayangan itu ditelan oleh Kegelapan malam yang tiada ujungnya.

"Mas ravenska. Jika aku boleh meminta padamu. Aku ingin meminta satu hati padamu. Aku hanya ingin kau menyadari bagaimana keadaanku selama ini. Bagaimana rasa cinta yang aku berikan."

Tulisan itu, sama seperti percakapannya ketika itu. Ketika ia meminta satu permintaan, namun langsung ditolak. Dan bahkan banyak lagi percakapan yang sangat berbeda.

Next.

...***...

CHAPTER 1

...***...

Setelah wisuda, keduanya masih terhubung dengan baik satu sama lian, bahkan keduanya masih balas pesan singkat melalui whatsapp. Namun hari ini Maharani Rayasuara sedang bersama keluarganya, ia tidak menduga, jika orang taunya telah mengetahui hubungannya dengan Ravenska?. Apakah kedua orang tuanya akan menyetujui itu?.

"Ayah lihat, kamu dan ravenska sudah saling mengenal satu sama lain. Ayah sangat senang melihat kedekatan kalian berdua." Ya, sebagai seorang ayah, tentunya ia selalu memperhatikan anaknya.

"Memang raya sangat dekat dengan ravenska sejak kelas satu sma dulu ayah. Bahkan kami masih dekat sampai sekarang." Raya tidak menyembunyikan apapun dari ayahnya.

"Itu lebih bagus. Mama juga sangat senang mendengarnya." Ia terlihat bersemangat, dan tentunya akan setuju.

"Memangnya kenapa ma?." Raya tampaknya belum mengerti dengan apa yang telah dikatakan kedua orang tuanya. Raya sangat penasaran kenapa ayah dan mamanya tiba-tiba saja berkata seperti itu?.

"Senin besok kita akan mengadakan pertemuan dengan keluarga ravenska. Kami berniat mau menjodohkan kalian." Ucapnya sambil merangkul anaknya yang duduk di sampingnya.

"Benarkah yah?." Raya tampak semakin bersemangat dengan rencana itu.

"Ya, tentu saja benar. Ayah sama mama telah sepakat untuk menjodohkan kalian dalam waktu yang dekat ini." Jawabnya dengan senyuman lembut penuh kasih sayang.

"Tapi kok enggak bilang sih?. Raya kan jadi kaget. Coba ayah sama mama bilang dari awal?. Kan raya enggak kaget kek gini." Raya sangat tidak menduga akan seperti itu?.

Maharani Dewi dan Dharma Aji hanya bisa tertawa saja melihat anak mereka yang terlihat sedang merajuk. Tapi setidaknya mereka sangat bersyukur karena anak mereka sama sekali tidak menolak perjodohan itu. 

"Ya sudah. Kalau begitu kamu siap-siap. Sambut kedatangan calon suami kamu dengan sebaik mungkin." Dengan suara yang sangat lembut ia menyuruh anaknya untuk melakukan persiapan.

"Siap mama!." Raya memberi hormat pada ayah dan ibunya.

Kembali keduanya tertawa melihat tingkah laku anak mereka yang sangat menggemaskan.

...***...

Sementara itu di rumah Ravenska sendiri?. Mamanya memberitahukan rencananya, tentu saja rencana untuk menjodohkan anaknya dengan anak sahabatnya yang bernama Maharani Rayasuara.

"Senin besok mama ingin kamu mengosongkan semua jadwal kamu di kantor." Maisya Lara berkata dengan sangat jelas pada anaknya.

"Lah?. Emangnya ada apa ma?. Kok mama tiba-tiba aja ngomong kek gitu?." Tentunya ia sangat bingung dengan apa yang telah dikatakan mamanya.

"Besok ada acara yang sangat penting, jadi kamu jangan ke kantor dulu." Hanya itu saja yang ia katakan pada anaknya.

"Tapi senin besok aku ada rapat penting loh, ma." Ravenska tentunya memiliki jadwal yang sangat penting juga yang akan ia kerjakan saat itu. Ravenska sangat heran dengan sikap mamanya yang tiba-tiba saja memaksa dirinya?. "Tapi untuk apa?." Setidaknya seperti itulah yang ada di dalam kepalanya saat itu.

"Pokoknya kamu tu harus dengerin omongan mama!." Suara terdengar semakin meninggi, karena ia tidak suka dengan bantahan dari anaknya.

"Pa?. Coba jelasin sama ravenska, kok mama ngotot amat?. Emangnya kenapa dengan senin besok?." Ravenska mencoba untuk meminta bantuan dari papanya yang terlihat hanya diam saja. Ravenska mencoba untuk bertanya pada papanya, mungkin papanya akan memberikan jawaban yang lebih ia fahami.

"Besok mama, papa akan mengajak kamu ke rumah raya. Kami berniat mau menjodohkan kalian." Jawab papanya.

Deg!.

Ravenska sangat terkejut dengan apa yang telah dikatakan papanya?. "Di jodohkan dengan raya?." Ia mengulangi ucapan papanya. "Loh?. Kok mama sama mama enggak bilang ke aku sih?." Ravenska sangat tidak mengerti sama sekali, dan ia tampak bingung.

"Kenapa memangnya?. Bukanya kalian sudah saling mengenal sejak masa sma?. Mama rasa enggak perlu bilang-bilang lagi, kan?." Maisya Lara sangat heran dengan sikap anaknya.

"Mama ini gimana sih?. Dekat sejak lama bukan berarti bisa dijodohin seenaknya seperti itu!." Ravenska merasa keberatan. Ada kemarahan yang ia tunjukkan saat itu, ia tidak setuju dengan perjodohan itu?.

"Jangan bilang kamu mau menolak perjodohan itu ya?." Maisya Lara mencoba menebak apa yang ada di dalam pikiran anaknya, jika ia melihat dari reaksinya saat itu.

"Ya, mama. Aku enggak mau dijodohin sama raya." Jawabnya dengan sangat cepat.

"Kenapa?!. Kenapa kamu enggak mau dijodohin sama raya?!. Apakah kamu udah punya pacar?." Maisya Lara terlihat emosi mendengarkan jawaban anaknya itu. Hatinya tiba-tiba saja memanas mendengarkan itu.

Akan tetapi saat itu, bukannya menjawab ucapan mamanya, Ravenska malah pergi begitu saja dari sana membuat Maiya Lara sangat murka dengan sikap anaknya yang seperti itu.

"Mau ke mana kamu?!. Mama belum selesai berbicara!." Bentaknya dengan suara yang sangat keras. Sebenarnya saat itu ia hendak mengejar anaknya, akan tetapi pada saat itu tangannya ditahan oleh suaminya agar tidak menuruti semua amarah yang ia rasakan.

"Sudahlah ma. Sebaiknya mama tenangkan diri mama dulu. Papa yakin, dia hanya kaget saja." Bambang Hadijaya mencoba merangkul istrinya untuk tenang.

"Baiklah pa." Ucapnya sambil menghela nafasnya. "Semoga saja seperti itu pa." Hanya tu harapannya.

Maisya Lara sungguh tidak mengerti dengan apa yang ada di dalam pikiran anaknya itu. Jika sudah kenal?. Artinya tidak perlu diragukan lagi, kan?. Karena telah mengenal dengan baik bagaimana orangnya.

Sementara itu Ravenska yang berada di luar rumahnya?. Emosinya saat itu sedang membuncah, ia tidak menduga jika orang tuanya akan menjodohkan dirinya dengan temannya Raya?.

"Aku memang dekat dengan raya, tapi bukan berarti aku mau begitu saja menikah dengannya." Dalam hatinya menolak untuk itu. "Aku memiliki salsa yang akan aku nikahi. Aku tidak akan mungkin menikah dengan raya walaupun dia itu baik. Karena akau tidak memiliki perasaan apapun padanya."

Setelah itu ia mengambil hp-nya untuk mengirim pesan pada Raya, sementara itu ia mengirim pesan pad Salsa Alysa. Tentunya ia ingin bertemu dengan pacarnya.

Raya yang mendapatkan pesan dari Ravenska.

"Lah kok tumben dia duluan yang chat aku?. Apakah karena besok senin akan bertemu?." Raya merasa deg-degan. Ia langsung membuka pesan itu, ia tidak mau diselimuti oleh perasaan penasaran.

"Ray, kamu udah tahu?. Kalau kamu akan dijodohin sama aku?. Sebaiknya kamu pikirin dulu deh. Kita ini cuma sahabatan doang." Itulah yang ia baca saat itu. Rasanya ada yang ganjal dengan itu, tapi ia masih mencoba untuk berpikiran baik. "Mungkin saja ravenska malu, jadi aku enggak boleh nyerah gitu aja. Toh dari dulu sebenarnya aku memang suka sama kamu, kok." Dalam hatinya tidak ingin berpikiran yang aneh-aneh dulu setelah membaca pesan seperti itu dari Ravenska.

...***...

CHAPTER 2

...**...

Di satu sisi.

Salsa Alysa saat itu sedang bersama teman-temannya. Saat itu ia melihat ada notifikasi yang masuk.

"Dari ravenska?." Dalam hatinya sedikit penasaran. "Memangnya dia mau ngomong apa?. Biasanya dia langsung telepon aku." Ia membuka pesan itu dengan hati-hati.

"Aku ingin bertemu dengan kamu. Ada hal yang sangat penting yang ingin aku sampaikan sama kamu. Aku tunggu kamu di cafe tempat biasanya kita bertemu." Itulah pesan yang ia baca.

Salsa nampak berpikir, setelah ia membacakan pesan itu. "Memangnya sepenting apa?. Sehingga dia mengajak aku bertemu?." Dalam hatinya merasa sangat heran dengan apa yang telah ia lalui bersama Ravenska.

Tentu saja kedua temannya yang merasa heran dengan perubahan raut wajah dari Salsa yang tampak aneh.

"Ada apa ca?. Kok muka lu kusut amat?." Rani memperhatikan itu dengan sangat baik.

"Oh?. Enggak kok." Jawabnya agak bingung.

"Enggak?. Lu aneh banget sih." Asri juga bingung dengan perubahan temannya itu secara mendadak.

Tentunya kedua temanya itu sangat aneh melihat itu. Apakah ada sesuatu yang aneh terjadi pada Salsa?.

"Aku duluan ya?. Aku ada janji sama ravenska." Akhirnya ia mengatakannya?.

"Ho?. Pantes aja keliatan kusut kek gitu." Asri dan Rani sangat memahami apa yang mereka dengar.

"Dah, pergi aja." Asri seakan-akan hendak mengusir Salsa.

Keduanya malah tertawa cekikikan melihat rait wajah Salsa yang saat itu sedang mencemaskan sesuatu.

"Ok. Aku duluan ya?." Ia mengemasi tas dan hp-nya.

"Ok. Hati-hati, ya?. Jangan nabrak tiang. Kasihan tiangnya, entar masuk rumah sakit." Rani dengan sengaja berkata seperti itu.

"Gila kau ya ran!." Salsa hampir saja terbawa emosi.

Kembali keduanya tertawa melihat bagaimana reaksi dari Salsa yang sedang terburu-buru membereskan tasnya.

"Duluan ya?." Ia bergegas pergi dari sana?.

"Ya." Balas keduanya sambil melambaikan tangan mereka.

Setelah itu Salsa pergi dari sana. Sungguh, ia merasa tidak nyaman sama sekali dengan pesan yang dikirim Ravenska.

"Kalo seorang wanita jatuh cinta itu kadang ngeri ya?." Asri masih bingung dengan perasaan yang seperti itu.

"Emangnya kamu bukan wanita?." Rani malah bertanya seperti itu?.

"Wanita sih." Balasnya dengan sangat santai.

"Emangnya kamu pernah jatuh cinta." Rani kembali memberikan pertanyaan aneh.

"Enggak. Enggak salah." Ucapnya sambil menahan tawanya.

"Enggak salah masih jomblo." Ia malah melanjutkan ucapan temannya.

Keduanya malah tertawa cekikikan, merasa aneh dengan apa yang telah mereka katakan, sehingga mengundang gelak tawa bagi keduanya.

...***...

Sepertinya Ravenska telah sampai di cafe yang telah mereka sepakati untuk bertemu. Hatinya yang saat itu masih gelisah dengan apa yang ia rasakan saat itu.

"Apa yang harus aku jelaskan padanya?. Aku tahu mama bukanlah orang yang suka dibantah. Mama pasti akan melakukan apapun, supaya aku tetap menikah dengan raya." Dalam hatinya sangat gelisah, pikirannya benar-benar sangat kusut, sehingga ia tidak dapat memikirkan apapun, selain merangkai kata yang akan ia ucapkan pada Salsa nantinya. "Aku harap dia mau mendengarkan apa yang aku katakan nantinya." Sungguh, hatinya tidak bisa tenang. Di sisi lain, ia tahu mamanya akan mengancam dirinya untuk tetap menikahi Raya. Tidak mungkin mamanya akan menyerah begitu saja jika mamanya tidak menyukai orang itu. "Tapi, bukankah yang akan menjalani pernikahan itu adalah aku?. Kenapa mama yang mengatur dengan siapa aku akan menikah?." Dalam hatinya semakin kusut memikirkan apa yang terjadi sebenarnya pada dirinya. "Aku harus memberikan penjelasan pada salsa terlebih dahulu, setelah itu aku baru menjelaskan pada mama." Ya, ia mencoba untuk menguatkan hatinya.

Berbeda dengan Raya yang sedang berbunga-bunga untuk mempersiapkan kedatangan Ravenska.

"Hayo?. Kamu sedang apa?. Kok senyum-senyum sendiri?." Dewi melihat bagaimana anaknya yang tersenyum sendirian.

"Mama?." Raya melihat ke arah mamanya. Raya sedikit terkejut melihat mamanya yang sedang membawakan sesuatu untuknya?.

"Hayo?. Lagi mikirin apa?." Ucapnya dengan nada menggoda. Ia duduk di samping anaknya yang tampak tersipu malu.

"Enggak kok ma. Cuma lagi mikirin baju apa yang pantas nantinya untuk pertemuan besok, walaupun aku sama ravenska telah bersama. Rasanya deg-degan aja sih." Raya berusaha untuk menyembunyikan perasaan yang ada di dalam hatinya.

"Cie, yang mau ketemu calon suaminya."

"Mama. Jangan goda aku kek gitu. Mama kan?. Biasanya juga udah biasa liat kami bersama terus." Ia tidak mau merasa aneh. Raya merasa sangat malu digoda oleh Mamanya. Meskipun ia akui jika ia memang sangat gugup, rasanya situasi yang akan ia hadapi nantinya akan merasakan perasaan yang sangat berbeda.

"Ya sudah, mama akan bantu kamu mempersiapkan semuanya ya?." Ia menawarkan bantuan pada anaknya.

"Terima kasih mama." Terlihat raut wajah kebahagiaan yang menggambarkan suasana hatinya.

Raya sangat senang atas bantuan yang diberikan mamanya. Raya benar-benar harus  mempersiapkan dirinya untuk menyambut kedatangan Ravenska dengan sangat sempurna.

...***...

Sementara itu Ravenska telah bertemu dengan Salsa, keduanya tampak terdiam sejenak.

"Maaf, jika aku mendadak meminta kamu untuk datang ke sini." Hatinya sangat gugup.

"Enggak apa-apa kok. Aku akan selalu datang jika kamu memerlukan aku." Balasnya dengan senyuman ramah. Senyuman itu, senyuman yang sangat manis, sama seperti wajahnya yang terlihat sangat manis untuk dipandang mata.

"Terima kasih karena kamu selalu datang. Aku sangat percaya kamu adalah wanita yang sangat baik untuk aku." Ada perasaan senang dihatinya sehingga ia memuji wanita itu dengan segenap hatinya.

"Bfh!." Salsa hampir saja tertawa keras, jika ia tidak segera menahannya. "Kamu itu memanggil aku untuk gombal doang?." Ia tidak dapat menahan tawanya.

"Sebenarnya ada yang lebih penting yang ingin aku sampaikan sama kamu." Entah kenapa ia merasa keberatan untuk mengatakannya.

"Benarkah?." Salsa sangat penasaran.

"Ya. Tapi aku harap kamu mau mendengarkan aku dengan baik-baik." Suasana hatinya semakin gugup.

"Apaan sih?. Kok kamu mendadak serius kek gitu?. Perasaanku enggak enak sama sekali." Salsa merasakan perasaan yang tidak enak sama sekali, begitu juga dengan Ravenska.

"Apa sebenarnya yang ingin kamu sampaikan padaku?. Apakah kamu-." Dalam hatinya benar-benar gelisah.

"Bagaimana caranya akau mengatakannya?. Aku harus berbuat apa?." Dalam hati Ravenska sangat bingung dengan situasi yang sangat rumit baginya.

Namun saat itu ada pesan yang masuk ke dalam whatsapp-nya. Ia membuka pesan itu yang ternyata itu adalah mamanya?.

"Kamu di mana?. Harusnya kamu melakukan persiapan untuk senin besok. Jika kamu tidak pulang dalam waktu satu jam?. Mama akan melakukan sesuatu yang membuat kamu kehilangan semuanya, termasuk kehilangan mama kamu ini!."

Deg!.

Ravenska sangat terkejut membacakan pesan dari mamanya yang berisikan nada ancaman yang sangat tidak main-main. "Kenapa mama malah mengancam aku seperti itu?." Dalam hatinya sangat sakit setelah membacakan ancaman yang ditulis mamanya melalui pesan whatsapp. "Apakah perlu aku bawa salsa ke hadapan mama?. Setelah itu aku perkenalkan pada mama?. Bahwa wanita yang aku cintai itu adalah salsa, bukan raya?." Dalam hatinya sangat keberatan dengan apa yang ia inginkan. "Tapi mama akan lebih murka lagi, jika mama mengetahui ini. Apa yang harus aku lakukan?." Dalam hatinya sangat gelisah.

"Ada apa?. Kamu mau mengatakan apa?. Wajah kamu kok pucat gitu sih?." Salsa melihat ada yang aneh dengan Ravenska saat itu, apa lagi pemuda itu sempat terlihat murung?. Salsa merasa heran dengan Ravenska yang tidak biasanya seperti itu.

"Sebenarnya-." Ada perasaan berat hati yang ingin ia sampaikan sampaikan. "Sebenarnya aku ingin mengatakan, jika aku akan memberikan kamu hadiah spesial untuk kamu." Dengan perasaan yang sangat gugup ia berkata seperti itu.

"Eh?. Benaran?. Kamu mau ngasih aku hadiah apa?." Salsa terkejut, ia tidak akan menduga jika itu yang akan ia dengar.

"Aku akan membawa kamu ke sebuah tempat yang sangat indah. Tapi bukan sekarang." Ravenska terlihat sedang memikirkan apa yang seharusnya ia lakukan untuk menjaga hubungan mereka agar tetap baik-baik saja.

"Loh?. Kok bisa seperti itu?." Salsa semakin penasaran.

"Hehehe. Namanya juga hadiah spesial, jadi aku enggak akan bilang sekarang dong." Ia mencoba untuk menekan perasaannya yang semakin membuncah.

"Ah!. Kamu ini ya?. Emang paling bisa membuat aku merasa penasaran." Salsa tidak dapat menahan perasaan penasaran itu.

"Ravenska gitu, loh." Ucapnya dengan percaya diri.

"Tapi aku ucapkan terima kasih sama kamu." Salsa dengan memberanikan dirinya untuk menggenggam tangan Ravenska.

"Sama-sama." Ia membalas genggaman tangan itu. "Ini semua demi kamu, hanya kamu yang aku cintai." Dalam hatinya hanya berharap saja semuanya akan aman.

"Tapi, kok tangan kamu sampai keringatan seperti ini sih?. Apa sesusah itu bilanginnya sama aku?." Salsa melihat telapak tangan Ravenska yang berkeringat banyak.

"Aku emang sangat gugup. Sangat gugup sekali, sehingga aku hampir enggak bisa ngomong apa-apa." Ia mengatakan apa yang ia rasakan.

"Ahaha!. Kamu ini lucu banget ya?." Salsa malah tertawa geli. "Tumben kamu kek gitu ya?. Aneh banget." Salsa merasa ada yang aneh, tapi ia tidak ingin memperlihatkannya.

Pada saat itu Ravenska hanya sedang mencoba untuk menyembunyikan perasaan gugup yang ada di dalam hatinya. Ia tidak mau kehilangan Salsa, wanita yang sangat ia cintai.

"Maafkan aku ca. Aku gak bisa jujur sama kamu. Enggak mungkin aku menyakiti perasaan kamu dengan mengatakan jika aku akan dijodohin sama raya. Sedangkan wanita yang aku cintai itu kamu." Dalam hatinya sungguh-sungguh tidak bisa mengatakan itu. "Aku berjanji akan menyiapkan tempat untuk kita berdua saja, di mana hanya aku dan kamu saja yang berada di sana." Dalam hatinya sedang memikirkan tempat yang tepat untuk membuatnya sering bertemu dengan Salsa. "Aku tidak akan membiarkan kita berpisah begitu saja, aku tidak mau melepaskan kamu begitu saja." Dalam hatinya sangat tidak ingin kehilangan orang yang sangat ia cintai hanya karena perjodohan itu?. Apakah akan berhasil?. Simak terus ceritanya.

Next

...***...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!