NovelToon NovelToon

My Favorite Prince

Pengkhianatan

"Di mana ini? Kenapa aku tak bisa melihat apapun? Apakah aku sudah mati?"

Ha! Ha! Ha!

'Rossy Maharani, Rossy Maharani. Dengarkan aku! Kau harus menuruti perintahku jika kau ingin kembali. Jika tidak, selamanya kau akan terjebak dan tak pernah kembali ke tempat asalmu.'

Suara misterius terdengar menggema memenuhi seluruh tempat yang gelap gulita.

Ketakutan sontak memenuhi seluruh hati wanita yang terkenal tak takut terhadap apapun. Wanita yang digadang-gadang sebagai ratu bisnis yang memiliki kemampuan bela diri tinggi.

"Siapa kau? Aku tak mampu melihat apapun!"

Ha! Ha! Ha!

'Kau adalah manusia terpilih, tugasmu hanya satu. Kau harus menyembuhkan luka hati seorang kaisar muda, membuat dirinya yakin jika ia mampu menjadi seorang kaisar yang sempurna. Semakin lamban kau melakukannya maka semakin lama pula kau terjebak di sana! Hi-hi-hi.'

"Hei! Apa maksudmu? Jelaskan! Tolong jelaskan!" jerit Rossy.

Namun semakin Rossy berteriak maka suara misterius itu kian menghilang. Hingga tempat aneh itu kembali sunyi dan membuat wanita itu frustasi.

Secercah cahaya kecil terlihat dari kejauhan, membuat gadis itu berusaha untuk berjalan ke arahnya.

Rossy berharap ia segera menemukan jalan keluar dari tempat antah berantah tersebut, tetapi tiba-tiba kepalanya terasa pusing dan membuat kesadarannya kembali terenggut secara paksa.

Cip! Cip! Cip!

Sinar mentari redup samar-samar menyoroti kedua matanya, diiringi suara cicitan burung mampu mengembalikan kesadaran gadis itu. Tangan gadis itu perlahan bergerak menandakan jika ia sudah siuman sepenuhnya.

"Ukh! Kepalaku sakit! D-dingin " Rossy menyentuh kepalanya yang terasa berdenyut.

Perlahan ia membuka matanya, berusaha memfokuskan penglihatannya yang masih kabur.

Rossy melihat sekeliling, gadis itu merasa aneh dengan tempatnya berada.

Hamparan hutan pohon maple yang menguning dan berguguran, kian membuat Rossy bingung.

Gadis itu pun berbaik arah, sontak saja matanya saling bertemu dengan mata biru seorang pria yang duduk tepat di sampingnya.

"Eh!"

***

"Rossy aku bisa jelaskan!"

Senyuman seringai tersungging di wajah seorang wanita berusia dua puluh delapan tahun, karena dirinya baru saja memergoki sepasang insan yang tengah memadu kasih di sebuah hotel yang terletak disalah satu sudut kota Jakarta. Wanita itu melipat kedua tangannya di depan dada, wajahnya tampak tenang walaupun melihat secara langsung sang kekasih hatinya tengah berselingkuh dengan seorang selebgram yang tengah naik daun.

"Hah, dasar manusia-manusia sampah!" cibirnya sambil terus tersenyum penuh arti.

Rossy berjalan mendekat, menaikkan sebuah kakinya di atas ranjang sambil mencengkram wajah pria yang baru tiga bulan menjadi kekasihnya.

"Ternyata benar, anjing liar walaupun dipelihara dengan baik akan tetap mengigit tuannya!"

"Apa maksudmu?" sahut si wanita tampak marah.

Lirikan mata Rossy yang tajam sontak langsung membungkam wanita yang hanya menutupi tubuhnya dengan sebuah selimut, Rossy meraih dompet miliknya dan mengeluarkan beberapa lembar uang pecahan seratus ribu, lalu menghamburkannya di atas kepala wanita tersebut.

"Aku bayar semua harga dirimu, memang sampah paling cocok berada di tempatnya!" seru Rossy.

Tak ingin berlama-lama berada di tempat yang menjijikan tersebut, membuat Rossy memilih keluar meninggalkan pacar bersama wanita selingkuhannya. Namun sebelum dirinya benar-benar keluar, Rossy menghentikan langkahnya lalu menjentikkan jarinya.

"Bereskan mereka!" titah Rossy dengan raut wajahnya yang datar tanpa ekspresi apapun.

Tak butuh waktu lama untuk membuat keduanya malu. Rossy yang kini tengah duduk di singgasana kebesarannya tertawa puas atas tersebarnya foto-foto tak pantas dua manusia menjijikkan itu di dunia maya. Semua perbuatannya itu seketika mencoreng reputasi selebgram wanita itu yang dulu terkenal akan kepolosannya, dan bahkan menjatuhkan saham milik keluarga mantan pacarnya hanya dalam waktu beberapa menit saja.

"Fanny!" seru Rossy memanggil seorang wanita yang merupakan asisten pribadinya sekaligus tangan kanannya.

"Tolong beri pelajaran lebih untuk keluarga Andre! Buat mereka mereka sadar akibat berani bermain-main denganku!"

Tirani Korporat, julukan yang selalu disandang Rossy setelah mewarisi perusahaan raksasa dari mendiang orang tuanya. Wanita yang tampak tak pernah berbelas kasih itu selalu tak ragu menjatuhkan setiap orang yang berani mencari masalah dengannya dengan cara apapun.

Walaupun usianya masih muda, ia mampu membuat siapapun bergetar walaupun hanya beradu pandang dengannya. Hanya satu kelemahannya, dirinya benar-benar tak memiliki pengalaman bagus soal cinta, bahkan baginya cinta hanyalah sebatas bualan yang diciptakan para pujangga saja.

"Oh ya, besok saya ingin cuti. Tolong urus pekerjaan saya dan jangan ada yang mengganggu!" serunya yang tengah memikirkan untuk berlibur ke suatu tempat wisata guna menyegarkan pikirannya yang jenuh.

Perasaan Rossy yang sudah memburuk membuat wanita itu kehilangan minatnya untuk bekerja. Rossy membereskan seluruh barang-barangnya dan menyerahkan sebuah USB kepada Fanny.

"Aku percayakan semua padamu! Kau tahu, kan, resikonya?"

"Baik, saya mengerti!" jawab Fanny sambil mengangguk.

Rossy tersenyum lebar dan menepuk pundak karyawan yang sudah lima tahun begitu loyal pada dirinya.

***

Rossy menyusuri jalanan ibukota dengan mobil Mercedes Benz berwarna silver miliknya, lalu berhenti di sebuah jalan yang terkenal akan bangunan-bangunan tua yang berasal dari jaman kolonial. Ia pun menyusuri tempat wisata sejarah itu sambil memperhatikan keramaian disekitarnya. Terlihat pula beberapa pedagang kaki lima yang tengah menjajakan dagangannya.

"Neng, maukah kamu membeli buku ini? Sejak tadi belum ada yang membeli sama sekali." Seorang wanita tua tiba-tiba saja datang mendekat padanya.

Wanita itu tampak renta dan lusuh tetapi mencoba tetap tersenyum walaupun tubuhnya yang bungkuk harus terjemur sinar mentari.

Penampilan wanita tua itu cukup membuat hati keras gadis itu pun tersentuh, rasa iba seakan menyelimutinya melihat wanita tua renta yang masih berjalan-jalan demi menjajakan dagangannya untuk menyambung kehidupan.

"Baiklah, saya ingin buku yang paling menarik," ucap Rossy.

"Ini ada sebuah novel romansa, ceritanya cukup menarik dan pasti membuat Anda tak bosan membacanya," ucap wanita tua itu dengan percaya diri.

"Berapa harganya?"

"Hanya lima puluh ribu saja," jawab wanita tua itu.

Rossy mengeluarkan dompetnya dan mengambil lima lembar uang seratus ribuan, tanpa ragu ia memberikannya kepada wanita tua itu dengan senyuman yang tak pernah sekalipun ia tunjukan di hadapan umum.

"Ini terlalu banyak, Neng!" seru wanita tua itu terkejut.

"Tidak apa, terima kasih untuk novelnya!" seru Rossy sambil beranjak dan meninggalkan wanita tua itu.

Senyuman lebar terlihat di wajahnya yang penuh dengan keriput, wanita tua itu pun berkata, "Semoga kamu bisa berbahagia dan menemukan pelindungmu!"

****

Hai guys, sekedar info. Cerita ini hasil kerja sama aku dengan salah satu temen penulis juga, kak Rahma. Mohon selalu dukungannya ya, semoga kalian suka.😍

Prince Alexander

Pada suatu hari disebuah negri, seorang putra mahkota jatuh hati kepada seorang dayang yang berasal dari putri seorang Baron yang sudah bangkrut.

Wanita tersebut sangat berambisi menjadi seorang anggota kerajaan hingga membuatnya mendekati pangeran kedua.

Siapa sangka usahanya berbuah manis, pangeran kedua pun jatuh hati kepada dayang tersebut tetapi ia ragu untuk mengatakannya. Hingga tanpa diduga,

sang putra mahkota tiba-tiba turut menyatakan perasaannya kepada dayang itu.

Permasalahan akan cinta segitiga dimulai, dengan pertentangan dari pihak kaisar yang melarang tegas perasaan anak-anaknya. Perbedaan status sosial yang jauh menjadi konflik utama, hingga akhirnya berkat ketulusan pangeran kedua yang membujuk ayahandanya, sang dayang berhasil menjadi seorang putri mahkota.

Pangeran kedua yang patah hati memutuskan untuk mendalami ilmu sihir di sebuah menara sihir yang terletak di wilayah utara, berusaha melupakan perasaan pada dayang yang telah menjadi putri mahkota.

Namun ketenangan tak berlangsung lama. Kelompok bangsawan pembelot yang menyerang kereta kuda secara tiba-tiba, membuat Kaisar dan putri mahkota tewas saat mereka dalam sebuah perjalanan, sedangkan putra mahkota terluka parah dan dikabarkan menjadi kehilangan kewarasannya. Pada akhirnya ia memilih untuk mengurung diri dalam duka mendalam.

"Hah! Mambaca novel bukannya meringankan beban, malah menambahkan beban pikiran! Cerita macam apa ini? Menyebalkan!"

Rossy terus saja bergumam, bersumpah serapah karena novel yang baru selesai ia baca diakhiri oleh sebuah tragedi tragis dan menggantung.

Walaupun demikian, Rossy bahkan sudah membaca buku tersebut sebanyak dua kali. Entah mengapa, ia sangat merasa tertarik dengan pesona tokoh pria kedua yang tampak kuat tetapi memiliki hati lembut.

Lagi dan lagi ia menghela napasnya, sosok pangeran kedua yang bernama Alexander begitu membekas di hatinya, bahkan otaknya seakan langsung bekerja memikirkan visual pangeran idamannya itu.

"Memang benar jika pria yang sempurna cuma ada di dunia dongeng saja, aku cinta suami fiksiku!" ucap Rossy sambil tertawa.

Semilir angin tiba-tiba membuatnya mengantuk, matanya pun perlahan terasa semakin berat hingga akhirnya ia kehilangan kesadarannya

***

'Sial! Kenapa bisa sebanyak ini?'

Prang!

Pedang berlumuran darah itu terus saja menghunus para pembunuh bayaran yang menghadang. Aroma darah bercampur dedaunan kering terasa menyengat diembuskan angin musim gugur yang terasa dingin.

Pria tampan dengan jubah hitam itu terus bergerak lihai mengayunkan pedang di tangannya. Menumbangkan satu persatu orang yang akan membunuh dirinya, walaupun tenaga yang ia miliki bahkan sudah tak mampu membuatnya menggunakan sihir.

'Cih! Pecundang sialan, aku harus segera sampai ke istana!'

Pria itu pun kembali memacu seekor kuda hitam miliknya disinari cahaya rembulan yang temaram, melintasi jalan sepi nan gelap menuju ibu kota kekaisaran.

Samar-samar terlihat bias cahaya dari kejauhan, ia pun terperangah lalu berjalan menuju cahaya tersebut.

Kian mendekat, ia merasa ada seseorang yang tergeletak tak sadarkan diri dari tempat cahaya aneh itu muncul. Semakin mendekat ia pun melihat seorang wanita dengan pakaian yang tak biasa, seolah dirinya berasal dari dunia lain.

Krak!

Sepatu yang ia kenakan mematahkan ranting kering dan juga menghancurkan dedaunan yang terinjak, perlahan ia menyentuh wanita tersebut dan sontak membuatnya membulatkan kedua matanya.

Fajar mulai menyingsing, sejak semalam pria itu terus terjaga di samping wanita yang ia temukan. Sorot matanya tajam memandang ke segala arah, hingga gerakan wanita tak dikenal itu sontak membuat perhatiannya pun teralihkan.

"Eh!" seru wanita tersebut terkejut.

Rambut dan lensa mata hitam legam, kulit kecoklatan, dan tinggi badan yang tidak setinggi wanita di wilayah tersebut cukup menarik perhatian pria itu.

Sorot mata wanita itu pun tajam, tak memperlihatkan sedikitpun rasa takutnya.

"Anda siapa? Saya dimana?" tanyanya dengan lantang.

"Saya tidak mengerti apa yang telah menimpamu. Saya menemukan kau tak sadarkan diri di jalan. Perkenalkan nama saya Alexander, siapakah gerangan nama dan asal Nona?" tanyanya.

Deg!

"Pangeran Alexander!" serunya spontan.

Alexander mengerutkan kedua keningnya, karena jarang sekali ada yang mengenali dirinya sebagai seorang pangeran. Rasa penasarannya kepada wanita itu kian meningkat, dan hal tersebut jua membuat dirinya yakin jika wanita tersebut adalah sosok yang ada di ramalan.

"Kau mengenali saya? Siapa sebenarnya dirimu?" tanyanya dengan wajah yang tak menunjukkan ekspresi apapun.

Lagi dan lagi wanita itu terkejut, ia sama sekali tidak menyangka akan perkataannya yang terbilang asal bicara saja. Siapa sangka sosok karakter yang dirinya idam-idamkan kini berada di depan matanya.

Beberapa kali ia mengedipkan kedua matanya, seakan memastikan jika semua yang terlihat bukan hanya sekedar khayalannya semata. Dia benar-benar telah masuk ke dalam novel yang ia baca.

"Nona!"

"Oh i-iya, Eh! Maaf. Salam untuk Pangeran Alexander, perkenalkan nama saya Rossy Maharani. Anda bisa memanggil saya dengan sebutan Rossy," ucapnya gugup sambil menundukkan tubuhnya.

"Namamu terdengar asing, darimana asalmu?"

Drap! Drap! Drap!

Belum juga Rossy menjawab, suara langkah kaki segerombolan kuda tiba-tiba terdengar saling sahut bersahutan. Suara tersebut kian mendekat dan membuat Alexander tanpa aba-aba segera menggendong Rossy lalu membawanya ke atas kuda.

"Ada apa ini?"

"Diam dan pegangan dengan erat jika kau ingin selamat!" serunya kemudian memacu kudanya dengan sangat cepat.

Tembakan anak panah sontak kian membuat mata Rossy terbelalak, hingga salah satunya tepat mengenai bahu sebelah kiri Alexander.

"Pangeran!"

Bantuan

"Astaga bahu Anda terluka!" Rossy panik melihat darah yang mulai mengalir deras dari bahu Alexander yang masih tertancap anak panah.

Dengan nekat ia pun mengambil alih paksa tali kendali kuda seraya berkata dengan tegas, "Biar saya saja dan Anda tolong bantu arahkan saja!"

Merekapun kembali berkejar-kejaran dengan para pembunuh bayaran yang menargetkan Alexander, jumlahnya terlalu banyak dan membuat Alexander kewalahan untuk menghadapinya dengan sisa tega yang ia miliki.

Satu persatu telah ditumbangkan dengan sihir Alexander, tetapi jumlah mereka cukup banyak hingga membuatnya kian memacu kuda dengan lebih cepat.

Kuda yang mereka tunggangi yang pun tiba-tiba terhenti. Seakan kesialan tiada habisnya menimpa mereka, karena kini mereka dihadapkan  olah sebuah jurang yang sangat curam dengan sungai deras yang mengalir di bawahnya.

"Bagaimana ini?" Rossy panik.

"Lady, tolong berlindung di balik kuda!" titah Alexander.

Alexander pun mulai mengayunkan pedang milik miliknya, tanpa rasa takut ia kembali berkutat dengan pertarungan yang tak seimbang walaupun kondisinya tengah terluka. Gerakan lihai seni pedang sekelas swordmaster dan juga sihir yang melebur cukup membuat Rossy terpana. Semuanya masih terasa seperti mimpi hingga membuatnya lengah dan tanpa sadar jika seseorang sudah berada di sebelahnya dan langsung menarik dirinya.

"Menyerahlah, atau gadis ini akan ku habisi!" serunya dengan pedang yang berada tepat di depan leher Rossy.

Rossy menghela napasnya melihat kelakuan para pecundang tersebut. Sementara Alexander yang masih melawan beberapa pembunuh harus tersita perhatiannya hingga membuatnya kembali terluka sabetan pedang ada lengannya.

"Tidak usah pikirkan saya, Yang Mulia! Fokuslah," ucap Rossy dengan santainya.

Senyuman seringai tersungging di bibir gadis itu, dengan kemampuan yang ia miliki Rossy mampu merebut pedang dari tangan pembunuh yang tengah menyandera dirinya.

"Hah, kau pikir aku gak bisa apa-apa? Aku ini jawara pancak silat se-jabodetabek," ucap Rossy seraya mencontoh gerakan pedang Alexander yang baru saja ia lihat.

Tanpa rasa takut sedikitpun ia melukai pembunuh bayaran tersebut, walaupun semua adalah pengalaman pertama bagi dirinya. Kini ia mulai bergabung bersama dengan Alexander, membereskan para tikus-tikus pengganggu yang terus mengejar mereka tanpa henti.

"Apa yang kau lakukan? Nanti kau bisa terluka." tanya Alexander terkejut.

"Saya hanya menirumu, lebih baik kita hadapi bersama daripada Anda seorang diri," jawab Rossy sambil mengedipkan sebelah matanya.

Pertarungan tak terelakkan lagi, Rossy pun terus membantu Alexander walaupun ia mulai menyadari jika tenaganya tak mampu untuk terus bertarung. Dari kejauhan terdengar langkah kaki kuda semakin mendekat, sontak jantungnya berdebar kian cepat membayangkan sesuatu yang lebih buruk akan terjadi.

"Bagaimana ini?" gumamnya.

Rossy melihat luka Alexander semakin parah, tenaganya pun kian melemah karena kelelahan dan terus memaksa menggunakan sihir.

Gadis itu mencoba memutar otak untuk mencari jalan keluar dari situasi yang tak menyenangkan itu.

Jleb! Jleb! Jleb!

Gadis itu terperangah melihat hujan anak panah yang mengenai para pembunuh bayaran tersebut. Dari kejauhan pasukan ksatria berkuda putih makin mendekat ke arah mereka.

"A-apa ini?"

"Tenanglah, kita selamat," jawab Alexander selaras dengan helaan napasnya yang sangat panjang.

Dengan jumlah para ksatria yang sangat banyak, akhirnya cukup membuat para pembunuh pembayarannya itu ditaklukan. Seorang yang diduga pemimpin ksatria itu pun turun dari kudanya, lalu melangkah mendekati Alexander dan juga Rossy.

"Hormat kepada Yang Mulia Pangeran Alexander, maafkan jika kedatangan kami sedikit terlambat," serunya sambil merunduk hormat.

"Terima kasih, Caine. Kalian sangat membantu," jawab Alexander.

'Sedikit terlambat dari mana? Kita sudah hampir mati kalian baru datang! Dasar gak guna! Kalau kalian anak buahku, sudah ku potong gaji kalian selama setahun.'

Rossy yang terus mengumpat di dalam hati bahkan tak menyadari jika dirinya kini menjadi pusat perhatian. Terlebih fisik berbeda dan gaya berpakaiannya yang tidak lazim di sana membuatnya tampak semakin menonjol.

"Y-yang Mulia, ra-ramalan itu ...," ucapnya terputus.

"Sudahlah, lebih baik kita segera pergi dari sini!" seru Alexander yang langsung menggenggam tangan Rossy dan membawanya menuju kuda miliknya.

Luka pada tubuh Alexander semakin mengeluarkan darah yang kian deras, membuat Rossy sedikit khawatir jika kondisi pria itu akan lebih parah jika terlalu banyak bergerak.

"Biarkan saya yang menungganginya, Anda sudah tidak perlu meragukan kemampuan saya, kan?" ucap Rossy dengan senyuman penuh rasa percaya diri.

***

"Apa? Kalian gagal untuk menghadapi satu orang saja?" suara bentakan dari seorang pria paruh baya seakan terdengar menggema memenuhi seluruh sudut ruang kerjanya.

Pria itu mengepalkan tangannya, murka akan kabar yang baru ia dengar.

Sudah begitu banyak uang yang ia keluarkan untuk membinasakan sosok yang menjadi batu sandungan satu-satunya untuk berkuasa, tetapi semuanya lagi dan lagi mengalami kegagalan.

Perlahan ia mendekati seorang pembunuh yang baru saja memberikan laporan kepada dirinya, lalu dengan cepat ia mengeluarkan sebilah pisau dari balik jas dan menusuknya tepat mengenai jantung.

"Dasar sampah tidak berguna! Manusia rendahan," umpatnya gusar.

Tubuh ambruk berlumuran darah tak lantas membuatnya bergidik, pria itu bahkan menendang tubuh yang tengah sekarat itu seolah tengah melampiaskan amarah yang meluap-luap di dalam dirinya.

"Tolong bereskan! Jangan sampai setetes darah pun tersisa di dalam ruangan ini!" titahnya pada seorang pengawal yang sedari tadi berjaga di belakang dirinya.

"Baik, Tuan!"

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!