NovelToon NovelToon

Grace

Grace Cynthia Wijaya

Aku terlahir dari keluarga yang kaya atau bisa disebut dengan bahasa sekarang anak konglomerat. Ya, seperti anak konglomerat pada umumnya, aku anak yang manja dan semua yang aku butuhkan terpenuhi.

Itulah yang mengakibatkan diriku tidak bisa mengandalkan diri sendiri dan senang untuk bergantung pada orang lain. Bisa dikatakan aku anak yang payah.

Meskipun aku terlahir dari keluarga yang berada, aku cukup ahli di bidang akademis ku. Aku menempuh bangku perkuliahan Strata 1 & 2 Bisnis dan Management hanya 5 Tahun kurang untuk mendapatkan Gelar dengan lulusan cumlaude.

Jangan ditanya bagaimana aku bisa mengambil jurusan tersebut, bisa dikatakan itu saran dari ayahku dan aku menyetujui nya sampai ditahap Magisterku. Hanya rajin untuk mengikuti perkuliahan dan belajar agar ayah ku senang dengan apa yang ku lakukan meskipun anak pertama nya ini manja.

Seperti keluarga pada umumnya, aku mempunyai seorang adik laki - laki. Adikku selalu mengatakan kalau dia adalah lelaki yang paling tampan dan bisa membuat seluruh wanita terpesona akan kharisma nya. Nama Adikku Glenardo Saputra Wijaya, ya sepertinya dia memiliki jiwa dan tingkat kenarsisan yang tinggi.

Ya, benar sekali seperti nama belakang adik ku, aku juga mempunyai nama belakang yang sama. Karena nama Ayah kami sendiri adalah Gilang Wijaya.

Dan namaku sendiri adalah Grace Cynthia Wijaya, seperti nama nya yang indah dan cantik, aku juga mempunyai wajah yang cantik dan indah untuk di pandang. Kami satu keluarga hanyalah bertiga, karena ibu kami sudah bahagia di tempat Tuhan sendiri.

Saat itu usia Glenn masih umur 3 tahun dan ayah memutuskan untuk tidak mencari pendamping hidup untuknya hingga sekarang sampai usia kami menginjak dewasa dia masih setia. Aku sangat menyukai sifat ayah ku yang setia ini. Berharap aku juga memiliki pasangan yang sangat setia nantinya .

Sama layaknya dengan wanita pada umumnya. Aku menyukai seorang pria yang aku sudah mengenal nya sejak kecil. Di saat kami masih kecil dia datang ke rumah kami beserta keluarga besar nya, dia sepertinya pemalu terlihat dari bicara nya yang sedikit dan hanya mau duduk di dekat orang tua nya.

Di saat aku masih kecil aku sangat menyukai bermain boneka, waktu dia dan keluarga nya berkunjung ke rumah kami, ayah menyuruh aku dan Glenn untuk menyambut mereka bersama dengan ayah. Dan ayah memperingatkan kami untuk duduk yang manis dan jadi anak yang penurut.

Di saat para orang tua tengah mengobrol yang aku sendiri pun tidak tau mereka sedang membicarakan apa, adikku Glenn merebut boneka barbie kesayangan ku dari tangan ku.

Glenn langsung melempar boneka tersebut jauh di sudut ruangan hingga lengan boneka Barbie kesayangan ku itu patah. Aku hampir menangis karena melihat mainanku patah.

Aku mengambil boneka itu dan mencoba untuk memperbaiki nya tetapi tetap tidak bisa.

Tiba-tiba anak pendiam itu mengambil boneka tersebut dari tangan ku dan memperbaiki lengan nya dan ternyata bisa dia perbaiki. Aku tidak tau bagaimana cara nya dia untuk memperbaiki lengan Barbie tersebut dan memberikannya langsung kepadaku ketika sudah selesai di perbaiki.

Mungkin karena ayah dan aku sibuk dengan dunia kami masing -masing adik ku Glenn ingin jadi diperhatikan. Aku maklum dengan sifat nya yang seperti itu, Glenn hanyalah anak kecil yang ingin diperhatikan dan di sayang sama seperti anak pada umumnya. Di saat kecil dia harus menerima kasih sayang hanya dari figur seorang ayah saja ketika anak seusianya yang harusnya di perhatikan secara lebih oleh ibu dan ayahnya. Tetapi dia hanya menerima kasih sayang dari ayah dan kakaknya saja.

Aku sudah menyukai laki-laki itu sejak umur ku masih kecil, awalnya aku pikir itu hanyalah cinta anak anak pada masa nya waktu itu,atau bisa dikatakan dengan istilah cinta monyet dan hanya rasa kagum biasa .

Aku tidak tau karena apa aku menyukai nya dan punya rasa kagum padanya. Mungkin ketika dia mencoba untuk memperbaiki boneka barbie ku yang lengan nya patah waktu itu atau karena dia sering datang berkunjung ke rumah kami beserta dengan keluarganya.

Keluarga nya sering datang berkunjung kerumah kami meskipun tidak setiap hari. Dikarenakan sering berkunjung itu lah aku jadi mengetahui bahwa keluarga nya adalah sahabat Ayah dan Ibu ku sejak masih menempuh pendidikan Sekolah Menengah Atas.

Terkadang keluarga nya datang bersama dia dan adiknya , terkadang lagi dia tidak ikut berkunjung ke rumah dan keluarga nya hanya membawa adiknya saja. Meskipun dia sering berkunjung ke rumah kami, dia tetap memiliki sifat yang pendiam dan menjawab ketika di tanya oleh ayah saja.

Awalnya aku ingin mengajak nya untuk berbicara banyak seputar dunia mainan boneka perempuan tetapi karena dia laki-laki seperti nya dia tidak tertarik untuk mengobrol dengan ku. Karena ketika aku bercerita tentang boneka dia tidak menanggapi nya dan memilih untuk diam.

Semakin lama keluarga nya berkunjung ke rumah kami, aku jadi mengetahui bahwa dia tertarik dengan seputar dunia pendidikan saja. Waktu itu aku masih SD dan ayah menyuruh ku untuk belajar berhitung.

Ketika dia dan keluarga nya datang lagi untuk berkunjung dia melihat ku sedang membawa buku pelajaran ku. Dan dia langsung duduk di dekat ku yang biasanya mau duduk dekat orang tua nya kini beralih duduk di dekat ku dan mau mengajari ku.

Dan hal itu lah yang mungkin menyebabkan aku menyukai dan punya rasa kagum terhadap nya. Karena dia sosok yang pintar dan bisa di andalkan dan aku merasa nyaman di dekatnya.

Tetapi semakin lama aku menyadari nya yang aku fikirkan selama ini salah bahwa aku bukan lagi menyukai atau rasa kagum pada nya melainkan adanya rasa mencintai laki-laki tersebut.

Namanya Reynaldo Aditama, aku biasa memanggil nya kak Rey. Umurnya 2 tahun lebih tua dari ku, meskipun bisa dikatakan umur kami tidak jauh beda tetapi dia memiliki pribadi yang sangat dewasa dan mempunyai sifat yang bertanggung jawab.

Itu yang membuat ku sangat bergantung padanya. Dan terkadang hal itu sempat membuat ku memikirkan apakah dia tidak merasa terbebani dengan tingkah laku ku yang sangat bergantung dan mengandalkan nya.

Awalnya aku berusaha untuk tidak terlalu mengandalkan nya, tetapi ada saja waktu atau keadaan kondisi ku yang membuat ku selalu bertemu dengannya dan ujung-ujung nya dia membantu ku. Aku bertemu dengan nya di saat kami masih kecil, kala itu umur ku masih 5 tahun dan waktu itu kemungkinan dia masih menginjak Sekolah Dasar (SD).

Apakah, rasa ku ini bisa terbalaskan untuk kak Rey, aku pun tidak tau hanya Tuhan lah yang bisa mengubah hati seorang manusia. Aku hanya berharap rasa ku ini terbalaskan.

Bosan

"Grace"

Aku mendengar teriakan dari ujung kantor divisi memanggil nama ku itu, tentu saja aku sudah kenal dengan suara yang khas walau sedikit cempreng ini.

Ini adalah suara teman gila aku yang sudah lama aku mengenal nya. Bisa dikatakan dia adalah perempuan atau wanita yang aneh dan gila.

Aku banyak belajar hal kegilaaan dan absurd dari dia ini yang super duper aneh. Ya, siapa lagi kalau bukan suara nya yang aneh dan cempreng begini kalau bukan nama teman aneh bersama ku si "Wenny".

"Grace,

lo benar-bener parah banget. Aneh banget lo nggak inget temen di susahin pak Rezi buat bikin laporan dadakan begitu. Bukannya bantuin malah ninggalin gue ini anak."

Dia berkata sampai mukanya merah.

"Mendingan elo coba liat kaca dulu deh Wen, muka elo liat tuh di kaca, merah banget tahu nggak sih."

Ujarku kemudian

"Eh, ini anak bukannya bantuin temen nya malah nyelonong pergi tega banget elo Grace ke gue" .

Sambil mencari kaca kecil andalan wanita absurd ini di tas miliknya.

"Lah, itu kan kerjaan elo, Wen

kok jadi gue yang ribet deh."

Ucapku karena sudah hapal banget tingkah ini anak.

"Grace,elu secara kan anak nya pemilik perusahaan ini, kong kali kong gitu sama bokap lo, buat kurangin kerjaan gue"

Menemukan kaca kecil yang lengkap menjadi satu dengan bedak wanita ini.

"Eh, anak nya bapak Solikhin, jangan kan bokap gue, kalau gue yang jadi pemilik nih perusahaan, udah gue potong gaji elu.

Makan gaji buta doang lu mah, kerja kagak tapi ngarep gaji naik iya lo."

Dan si Wenny aneh ini hanya tertawa.

"Hahahaha

eh elu masih hapal aja nama bokap gue ya, salut banget gw sama lu Grace anaknya bapak Gilang Wijaya."

Sambil menutup kaca kecil antik tersebut.

"Terus ini Lo mau kemana Grace?" Tanya nya

"Ya balik lah udah jam balik kantor juga, capek gue pengen balik ke rumah terus rebahan."

Ucapku kemudian yang sembari ingin melangkahkan kaki ke depan.

"Please, temenin lembur dong Grace, takut gue berduaan sama si Tony yang otak nya sedikit mesum itu. Kan lumayan Grace nambah gaji overtime, elo"

Ucapnya berharap sekali

"Ck, gitu-gitu elu berharap banget kan Wen dikejar-kejar sama si Tony."

Sambil berdecak

"Enak aja , asal ngomong lo Grace

Tapi kalau si Tony ngedeketin gue, yaa gue nggak nolak juga sih. Haha.."

Sambil nyengir

"Ini nih, lo aneh banget tau nggak sih lo ngomong nya apa tapi berharap nya apa".

Ucapku lebih mengarah ke sindiran untuk wanita aneh di depan ku ini.

Tetapi si wanita aneh ini tidak merasa kalau dia sedang di sindir. Tingkat kekebalan wanita ini akan sindiran sepertinya tinggi sekali.

"Ayolah Grace, temenin gue, bentaran doang kok palingan sejam. Entar gue traktir makan bakso kesukaan elu yang di depan kantor deh yaaa yaaa, please"

"Gue lagi nggak mood makan bakso Wen, gue lagi pengen makan Korean food di samping kafe deket kantor kita, gimana lu setuju nggak?"

Menyebut salah satu kafe yang lumayan mahal di dekat kantor dengan tujuan menguras dompet si wanita.

"Ck, bisa aja ni anak morotin duit gue." Ucapnya sembari berfikir

"Gimana elu mau kagak, kalau nggak sih gue balik nih mau rebahan dikamar gw."

Ucapku sambil melangkahkan kaki menjauh darinya berpura pura untuk pulang.

"Iya iya, boleh deh, tapi balik nya elu nganter gue balik ke rumah ya. Mobil gue lagi di bengkel soalnya udah waktunya di service juga tuh mobil". Ucapnya kemudian

"Dasar nggak modal lu mah, bilang aja lagi hemat duit taksi kan lu baliknya ke rumah."

Membalas ucapannya

"Hehehehe" sambil nyengir ala ala weny

"elu tau aja Grace, kan lumayan kapan lagi coba gue naik mobil mahal nya elu".

"Oke, sejam kan yaa

gue tunggu, cepetan sana balik lagi lu,

biar kelar laporan nya."

Ucapku kemudian

"Hehehehe makasih yaa anaknya bapak Gilang Wijaya baik banget deh

gue doain elu dapet jodoh yang sholeh dan berhati mulia"

"Ck, bisa aja lu kalau ada mau nya aja lu gini ke gw."

Timpal ku

"Hahahaha tungguin gue yah cinta." Tertawa lebar sambil melangkah kembali ke divisi kantor nya.

"Najis gue dengar nya Wen."

Sambil mengikuti nya masuk ke divisi kantor.

Saat aku menunggu weny yang tampak serius menyelesaikan laporan nya untuk di serahkan ke atasan nya yang tidak lain adalah pak Rezy, aku melihat kak Rey berjalan seperti melihat ku dan sambil masuk ke divisi ruang kantor kami.

Ada yang aneh dengan raut wajahnya, aku melihat raut wajah nya seperti merasa terbeban dan tidak suka dengan adanya sesuatu yang terjadi hari ini.

Tetapi aku tidak tau dengan kejadian apa yang dia tidak suka dengan apa yang terjadi hari ini padanya.

"Nanti balik dari kantor nya dengan saya,

om Gilang suruh saya untuk ke rumah untuk mengambil dokumen yang harus saya simpan sendiri."

Ucapnya yang mengarah rumah adalah rumah milik kami.

"Hm...

maaf pak, tapi saya membawa mobil ke kantor. Saya juga tidak ingin untuk tidak membawa mobil saya balik ke rumah."

Ucapku yang hampir terdengar menolak ajakan nya untuk pulang bersama.

"Ya udah, saya naik mobil kamu aja.

Mobil saya biar tinggal di kantor saja."

Ucap nya kemudian memutuskan.

"Bukan nya saya menolak untuk pulang bersama bapak, tapi saya juga sudah ada janji."

Balasku dengan raut wajah yang menyesal

"Dengan siapa? "

Raut wajah mulai kesal karena di tolak.

"Dengan Wenny, pak".

Ucapku pelan yang hampir seperti berbisik. Karena aku juga segan dengan Wenny kalau tidak jadi untuk makan di luar dan mengantarkan nya untuk pulang kerumah nya .

Aku sudah terlanjur berjanji padanya.

Tampak dia menghela nafas sebentar lalu tampak berfikir. Di lihat dari penampilan nya sepertinya dia juga kelelahan dengan tugas tugas nya akhir akhir ini di kantor.

Secara dia adalah Wakil dari Direktur di Perusahaan kami yang adalah Wijaya Corporation .

Mengapa tidak Glen saja yang menjabat ?

itu dikarenakan Glen masih menempuh Perkuliahan Bisnis S3 nya di Jerman.

Dan ayah berencana untuk menyerahkan Jabatan Direktur Utama sekaligus hak kepemilikan perusahaan nya ke Glen setelah selesai menyelesaikan studi S3 nya yang kemungkinan masih beberapa tahun lagi.

"Ya sudah saya akan pulang ke rumah kamu sendiri. Sepertinya ada yang ingin di bicarakan om Gilang ke kita.

Saya harap kamu tidak telat untuk pulang ke rumah". Ucapnya kemudian memutuskan ajakan itu

"Ayah tidak menyampaikan apapun ke saya pak mengenai akan ada yang di bahas hari ini di rumah mengenai pekerjaan kantor."

Ucapku kemudian.

"Saya juga baru mendapat kabar dari om Gilang kalau saya harus ke rumah kalian dan membicarakan sesuatu."

"Baiklah pak, saya akan segera pulang ke rumah setelah mengantar Wenny". Balasku

"Saya harap kamu tidak telat, setelah pulang dari rumah kamu, saya ada beberapa kerjaan yang harus saya selesaikan."

Ucapnya

'Baik pak, saya usahakan untuk tidak telat.' Ucapku kemudian

Lalu dia segera melangkah pergi mengarah ke koridor ruangan kantor dan menuju lift dan segera memasuki lift tersebut untuk menuju ruangan dimana ruangan nya berada di lantai 14. Tepat berada di bawah lantai ruangan kantor nya Ayah

"Grace, elu nggak bosan apa bicara formal banget dengan Pak Rey, secara kan dia calon suami nya elu ."

Celetuk Wenny yang aku tidak menyadari sejak kapan dia selesai dari tugas laporan nya dan berdiri di samping kursi yang aku duduki.

"Gue juga bosan Wen."

Ucapku sambil memandang kepergian lelaki yang akan menjadi calon suami ku itu.

Hanya Adik

Flashback

"Siska mana Wen?"

Ucapku sambil meletakkan tas sekolah ku di bawah meja.

"Tau tuh anak belum keliatan batang hidung nya dari tadi."

Terlihat sibuk dan baru mengerjakan tugasnya di sekolah yang baru dikerjakan.

"Wah, parah banget lu baru kerjain pr sekarang, ketauan baru tau rasa lo"

Balasku yang sudah mengerti dengan kelakuannya kenapa bisa sesantai itu.

"Ck, kalau ketauan palingan lo yg laporin Grace".

Sahutnya sambil berdecak.

"Hahaha kok gue, bisa jadi nih anak-anak yang lain yang ngaduin lo ke guru"

Balasku akan ucapannya.

"Hagh, lo tau laa mereka nggak akan berani ngaduin gue kecuali elu sama si Siska yang hobinya cuma pacaran itu"

Sahutnya sambil masih serius mengerjakan tugas wanita itu.

Iya, Wenny adalah salah satu murid yang lumayan judes dan galak pada orang di sekolah. Bukan berarti dia judes dan galak pada semua orang. Dia hanya judes dan galak pada orang yang memang layak untuk mendapatkan sikap tersebut kalau cari masalah dengan dirinya.

Aku juga banyak bergantung padanya,

misalkan aku meminta nya untuk menemani ku di dalam kelas di waktu jam istirahat dan lagi malas banget untuk ke kantin sekolah.

Atau aku menyuruh nya untuk membelikan makanan dan minuman dari kantin dan membawa nya ke dalam kelas untuk di makan bersama.

Meskipun dengan karakter dan sifat nya yang aneh, galak, absurd dan judes. Wenny memiliki sisi teman yang setia dan baik.

Dia juga terkadang dewasa dalam hal tertentu. Tak jarang aku selalu cerita dan meminta saran nya.

Yaa Wenny dan Siska adalah Sahabat ku yang aku kenal sejak zaman nya kami bersekolah.

"Grace, liat pr lo dong , ini si Ahmat kayaknya salah nih soal nomor 3."

Ucapnya memecah kelamunan ku yang aku tidak sadarnya kalau sedang melamun.

"Enak aja, emang lu tau darimana kalau tugas tuh anak salah"

Sambil liat buku yang berisi pr nya si Ahmat.

"Coba lu liat deh, ini ya soalnya panjang banget dan udah panjang terus angka nya buat ribet banget, masak jawaban nya pendek begini sih Grace. Ngasal kayaknya nih anak".

Ucapnya sembari menyodorkan buku pr yang bertuliskan Ahmat itu pada ku.

"Hahahah Wen, meskipun soalnya panjang ya mungkin memang begitu jawaban nya

elu nih yaa udah nyontek pr nya orang, pake acara ngomel lagi kalau jawabannya salah.

Udah tulis aja sih nggak usah ribet dah lo. Masih sukur bisa di contekin sama si Ahmat juga"

Ucapku sambil geleng-geleng kepala melihat tingkah nya.

"Eh, Wen kok tumben ya Siska belum datang, kan biasanya dia juga sejenis dengan lo, baru ngerjain pr di pagi-pagi begini kan ya."

Ucapku menimpali sembari melihat sekeliling keadaan kelas yang ramai.

"Tau dimana itu anak, lagi sibuk pacaran kali sama ayang bebeb nya dia siapa lagi kalau bukan kak Raka pujaan hatinya"

Masih kelihatan sibuk mencontek tugas milik si Ahmat.

"Tapi ini ya Wen, tuh anak akhir-akhir ini kok keliatan murung banget deh. Lo nggak merhatiin apa dia nggak ceria banget akhir-akhir ini?"

Balasku sambil mengingat tingkah laku Siska yang galau akhir-akhir ini.

"Iya juga sih, tau lah Grace palingan bentar lagi dia juga cerita."

Timpalnya yang masih mengerjakan tugas miliknya secara serius dan menyalin tugas dengan cepat.

"Ish, berisik banget sih lu Grace, ganggu gue banget ngerjain ini pr. Udah mending Lo diam aja deh. Udah tau bentar lagi bel masuk juga."

Sambil semakin serius dan cepat mengerjakan tugas miliknya.

"Ye, makanya ngerjain itu di rumah kali".

Ucapku mengejek tingkah lakunya yang keseringan mengerjakan tugas di dalam kelas.

Bel sekolah tanda untuk Siswa/siswi masuk ke dalam kelas pun berbunyi. Dan Siska baru kelihatan memasuki ruangan kelas dengan wajah yang masih terlihat tidak ceria.

"Eh Sis, kok lo tumben telat, lo udah ngerjain pr nya Bu Reni belum?"

Tanyaku sembari menatap wajahnya.

"Emang kita ada pr?"

Tanyanya balik dengan raut wajah polos dan tanpa merasa berdosa sama sekali.

"Ye nih anak setengah jadi, orang si Wenny juga udah keliatan kebut banget ngerjain tugas, lu nanya emang ada pr?. Sepertinya otak lu udah mulai geser juga deh Sis"

Ucapku yang mencari tugasku didalam tas.

"Nih,cepet salin sebelum bu Reny masuk. Lo tau banget kan si bu Reny orangnya sensian banget"

Tandasku sambil aku memberikan tugas milikku kepada Siska untuk dia salin dengan cepat.

"Hehehhe..Thanks Gracee.'

Ucapnya sembari menerima buku tugas dengan khas senyum nya tersebut.

"Udah buruan kerjain sebisa lo aja daripada lo di suruh sikat wc"

Balasku yang mengingat tingkah laku nya yang melupakan mengerjakan tugas dan harus berakhir dengan hukuman menyikat toilet milik sekolah.

"Iya."

Katanya sembari mengerjakan pr tersebut.

Saat ini kami masih duduk di bangku Sekolah Menegah Atas Budi Pertiwi (SMA) Kelas 1.

Dan aku juga Satu sekolah dengan kak Rey.

Bukan tanpa alasan aku bersekolah di SMA ini.

Aku masuk SMA ini karena Ayah mengatakan kalau kak Rey juga bersekolah di tempat ini.

Dan ayah juga mengatakan kalau aku bersekolah di tempat ini ayah tidak kuatir lagi kalau ada apa apa terhadapku.

Karena aku satu sekolah dengan kak Rey dan ayah bisa tau keadaan ku bagaimana kalau di sekolah.

Saat ini kak Rey duduk di bangku kelas 3 IPS 1. Dimana kelas tersebut adalah kelas unggulan yang hanya siswa / siswi yang berprestasi saja bisa masuk ke kelas tersebut .

Hubungan ku dengan kak Rey juga bisa dikatakan dekat walau kami memang tidak memiliki ikatan hubungan apapun.

Sifatnya masih sama , yaitu pendiam dan tidak banyak bicara.

Tak jarang juga dia mengantarkan aku untuk pulang bersama atau pun menjemput ku dari rumah untuk pergi berangkat ke sekolah bersama.

Kami selalu menaiki motor nya ketika aku pulang maupun di jemput nya.

Tidak banyak pembicaraan kami ketika kami menaiki motor dan menyusuri jalan ke sekolah ataupun menyusuri jalan untuk pulang ke rumah.

Ketika di atas motor hanya aku yang mungkin bercerita tentang ini dan itu. Dan kak Rey hanya menanggapi seadanya saja.

Dia tidak banyak cerita mengenai kehidupan kelas nya bagaimana.

Ya, meskipun aku sudah tau sendiri kalau kak Rey adalah salah satu Siswa yang pintar dan berprestasi di SMA Budi Pertiwi.

Dan tak sedikit banyak siswi siswi yang cantik dan kelompok geng siswi-siswi yang mendekati nya.

Terkadang mereka hanya untuk sekedar mencari perhatian nya atau ingin menjadi kekasih nya. Tapi meskipun aku sudah satu sekolah dengan kak Rey, aku belum pernah melihat nya pergi dengan siswi lain selain aku sendiri.

Dan tak banyak juga di sekolah kami yang berfikir kalau kami sedang berpacaran. Ketika kak Rey ditanya oleh teman nya atau siswi lainnya, aku siapa nya kak Rey.

Dia hanya mengatakan

Oh, Grace hanyalah adik dari kenalan ayahku."

Itulah yang selalu dia katakan saat teman temannya menanyakan tentang kedekatan kami. Dari situlah aku berfikir kalau kak Rey hanya menganggap ku adik dari paman kenalan keluarga itu saja.

Selama ini dia belum mengetahui kalau aku menyukai dirinya bahkan menaruh rasa lebih padanya. Dia tidak mengetahui rasa ini terhadap nya.

*****

Hari - hari pun berlalu kita sudah sama sama memasuki dunia perkuliahan. Dan lagi-lagi aku satu kampus dengan kak Rey. Tetapi dia mengambil jurusan yang berbeda dengan ku.

Itulah yang menyebabkan kami tidak sedekat dulu ketika kami remaja. Ketika aku sudah memasuki bangku perkuliahan aku mendengar kabar kalau dia sudah menjalin hubungan dengan perempuan lain dan mereka sepertinya satu jurusan.

Terbukti ketika kami satu kampus kak Rey mulai jarang untuk mengantar jemput ku maupun mengajari aku lagi. Dia lebih sering untuk menghabiskan waktu pribadi dengan acara kegiatan kampus nya atau pun dengan wanita yang bersama dengan nya.

Dari yang aku lihat sepertinya wanita itu dari keluarga yang sederhana dan mandiri, terbukti dari penampilan nya yang tidak terlalu mencolok di kampus dan tidak jarang aku melihat nya bekerja di salah satu cafe dekat kampus.

Aku baru sadar ternyata kak Rey menyukai wanita yang sederhana dan memiliki kepribadian yang kuat serta mandiri. Tidak manja dan bergantung kepada orang lain seperti aku ini.

Next

******

Nb:

Haloo

Author masih baru nulis dan bergabung di sini. Mohon saran nya dong di comment.

Kalau bisa Vote and rank ya

Terimakasih

♥️

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!