NovelToon NovelToon

Memori Terakhir

Chapter 1

Liora menghela napas lega ketika jam sudah menunjukkan pukul lima sore. Pekerjaannya cukup banyak hari ini, untunglah dia selesai sebelum jam pulang kantor. Jadi sekarang, dirinya sudah tak sabar untuk pulang, makan enak, lalu berbaring di kasur yang empuk sambil bercerita dengan sang kekasih.

“Ciee, semangat banget hari ini. Udah janjian ya sama Abian?” celetuk Tara dari samping.

Liora spontan mengerutkan dahinya. Janji?

“Janji apaan? Gue gak ada janji kok hari ini,” jawab Liora sambil kembali berpikir.

“Mungkin makan doang seperti biasa sebelum diantar pulang.”

Tara seketika itu juga langsung geram. “Ya ampun! Si Abian itu tidak bisakah sesekali romantis dikit? Masa udah Anniversary tahun kedua masih aja makan biasa?”

Liora melonjak ketika mendengar kata “Anniversary”. Mendadak ia teringat bahwa kemarin Abian sempat bilang akan merayakannya dengan spesial untuk tahun ini. Ia menepuk dahinya frustasi, bisa-bisanya ia lupa. Tidak cuman pekerjaan tapi sekarang dia juga lupa dengan Anniversary-nya. Padahal biasanya Liora lah yang paling bersemangat dan selalu ingat.

Abian sendiri jauh dari kata romantis. Terkadang pria ini lupa dan sekalinya ingat juga lebih memilih makan di restoran biasa atau di café dimana dia bisa bebas dalam berpakaian dan tentu saja porsi makanan yang sangat sesuai dengan perutnya. Namun, hari ini, Abian secara khusus melontarkan kata ‘spesial’.

“Baru aja diomongin, orangnya udah telpon. Bilang ke dia, sesekali makan di tempat yang mewah dan bawain bunga minimal!” seru Tara ketika melihat ponsel Liora yang bergetar di atas meja dengan nama Abian di layar ponsel.

“Iya, iya, sayang. Sudah ya gue pergi dulu.” Liora memilih untuk tidak menjelaskan kalau dia lah yang kali ini lupa dan Abian sudah merencanakan sesuatu yang spesial.

Benar saja, di lobi Abian sudah berdiri dengan sebuket mawar merah menarik perhatian para wanita lain dan membuat Liora terkejut bukan main. Ia langsung berhamburan memeluk sang kekasih dengan hati menggebu-gebu.

“Happy Anniversary, Sayang,” Abian berbisik lembut di telinga Liora yang berada di pelukannya. Setelah itu, ia pun merangkul Liora menuju mobilnya dan mereka melesat ke tujuan mereka.

“Tumben kamu seperti ini. Aku senang, sih, tapi ada apa?”

Abian tertawa, namun tidak menjawab pertanyaan Liora. Ia hanya berkata, “Jangan senang dulu.”

Liora mengangkat alisnya dengan penasaran. Tidak biasanya Abian misterius dan romantis seperti ini. Kelihatannya, ia akan menikmati hari ini dan benar saja ketika mobil Abian berhenti di lobi sebuah gedung pencakar langit. Liora terdiam seribu bahasa hingga mereka sampai di lantai 40 dan disambut oleh pelayan. Tentu saja Liora mengenali restoran yang sudah mendapatkan gelar Michelin Star ini.

Dari tempat duduknya, Liora melirik pemandangan dari balik dinding kaca restoran Prancis tersebut. Pantulan kelap-kelip cahaya dari deretan gedung pencakar langit lainnya dan lalu lintas khas ibu kota terlihat begitu mengagumkan layaknya sebuah kotak perhiasan.

Diiringi dengan alunan piano dan saxophone yang memainkan musik jazz, bayangan Liora akan makan malam romantis yang selalu dimimpikannya selama 32 tahun hidupnya tercipta di depan matanya.

“Ngelamunin apa?” Suara itu membuyarkan lamunan Liora. Abian baru saja kembali setelah tadi pria itu meminta izin untuk pergi ke toilet sesaat setelah mereka tiba.

Liora menggeleng, dia kemudian membenahi posisi duduknya yang kini saling berhadapan dengan Abian. Senyum manisnya sejak tadi tidak pernah sirna dari wajah mungilnya.

“Happy anniversary, sayang. Aku begitu bersyukur bisa memilikimu dan maaf karena selama kita pacaran aku gak pernah ngerayain anniversary kita. Aku juga jarang ngajak kamu kencan di tempat-tempat romantis kayak pasangan-pasangan lain.”

Mendengar ucapan manis itu membuat wajah Liora mulai bersemu merah. Ini benar-benar bukan style Abian, tapi sungguh dia sangat menyukai Abian yang seperti ini.

“Bukan jarang, tapi gak pernah malah,” timpal Liora sambil tersenyum lebar. Abian tertawa mendengar ralatan itu. Baiklah harus diakui bahwa dia memang pria yang sepertinya perlu meningkatkan sense of romantic nya.

“Iya oke… kamu bener. Aku akan berusaha untuk mengubah itu untuk ke depannya. Aku harap kita bakal seterusnya bersama-sama kayak gini, dan aku akan terus berusaha untuk bisa menjadi pasangan yang baik buat kamu. Kedepannya aku akan lebih sering ngajakin kamu kencan di tempat-tempat romantis yang kamu mau. Jadi—“ Abian menjeda ucapannya, pria itu kemudian mengambil gelas air mineral yang sudah terhidang di meja dan meneguknya sedikit.

“Jadi kamu mau gak Ra menjalani hidup sama aku, sekarang, besok, dan selamanya. Will you marry me, Ra?”

Jangan ditanya bagaimana reaksi Liora setelah mendengar kata-kata Abian. Gadis itu seketika membeku, jantungnya bahkan kini tengah berderu kencang, senyumannya tiba-tiba menghilang dan berganti dengan wajah tegang.

Ratusan kali Liora pernah melihat di dalam adegan film atau drama Korea tentang bagaimana seorang wanita di lamar oleh kekasihnya. Dan itu berhasil membuat dia senyum-senyum sendiri seperti orang gila dan berharap suatu hari nanti dia dapat merasakannya. Dan hari ini sepertinya impian Liora terwujud. Tapi tunggu, sepertinya Liora melupakan satu hal, dia lupa berlatih caranya merespon saat dilamar.

“Ra?” Abian menyadarkan Liora yang fikirannya sedang entah berada dimana karena untuk beberapa detik Liora hanya terbengong.

“Hah? Apa? Kenapa Bi?” Liora tergagap, secara reflek gadis itu melepaskan genggaman tangannya dari Abian. Untuk menetralisir perasaan geroginya, dia meraih gelas air di hadapannya. Tenggorokannya seketika terasa kering kerontang.

Abian tersenyum melihat reaksi gadis didepannya itu. Dia tahu Liora tengah gugup. Sejujurnya dia pun juga sama, tapi Abian kini lebih bisa mengendalikan rasa gugupnya.

Abian mengeluarkan suatu benda kecil dari kantong jasnya. Sebuah kotak cincin berwarna hitam dengan sentuhan pita berwarna gold disodorkannya pada Liora.

“Begitu kamu membuka kotak itu, kamu sudah tidak bisa menolakku. Jadi, pikirkan terlebih dahulu.”

Jutaan kupu-kupu kini seolah tengah berputar-putar dalam perut Liora. Sungguh Liora tidak tahu harus bagaimana, yang jelas saat ini otaknya tengah berhenti bekerja. Dia tidak bisa berfikir atau bahkan berkata-kata. Untuk beberapa saat dia hanya memandangi kotak itu sambil berusaha menetralkan detak jantungnya yang kian abnormal.

“Bi… Kamu serius?” Setelah beberapa saat mulutnya terkunci, akhirnya ada kata-kata yang bisa keluar dari mulutnya.

Abian mengangguk pasti, tidak ada sedikitpun keraguan di hatinya.

Liora kemudian tersenyum dengan mata yang mulai berkaca-kaca. Dia meraih kotak hitam tersebut, dan tanpa ragu membukanya.

Sebuah cincin white gold dengan tiga mata berlian yang terlihat begitu cantik dan elegan. Di dalam kotak itu juga terdapat lipatan kertas kecil. Liora meletakkan kotak cincin tersebut dan membuka lipatan kertas kecil itu.

“Jadilah istriku, Liora. Aku tidak terima penolakan.”

Begitulah isi tulisan kertas itu yang membuat pertahanan Liora untuk tidak menangis menjadi runtuh. Air mata bahagia gadis itu seketika mulai berguguran.

Abian kemudian meraih tangan kiri Liora, pria itu mengambil cincin tersebut dan memasangkan pada jari manis wanita yang dicintainya itu.

“Aku sangat mencintaimu, Ra,” ucap Abian yang membuat Liora semakin terisak.

“A-Aku juga, Bi,” jawab Liora sambil menyeka air matanya.

“Mari kita menua bersama.”

Liora mengangguk lembut. Malam itu menjadi malam yang tidak akan pernah terlupakan dalam hidup mereka. Terutama bagi Liora, sepertinya keputusannya dahulu untuk membuka hati pada Abian adalah hal yang tepat, dan jatuh cinta pada hati yang tepat adalah definisi jatuh yang paling membahagiakan.

Chapter 2

[Aku dilamar oleh Abian kemarin]

Sebuah pesan singkat dikirimkan oleh Liora kepada sahabatnya Tara dan Natasha yang juga merupakan atasannya. Dengan senyuman di wajahnya layaknya seorang gadis remaja yang baru jatuh cinta, Liora menunggu balasan sahabatnya. Namun, fokusnya langsung teralihkan oleh suara ketukan pada pintu kamarnya yang dibarengi munculnya kaka iparnya—Rania dari balik pintu.

“Neng, ayo keluar. Abian sama keluarganya udah datang.”

Ya, tepat pukul tujuh malam keluarga Abian sudah tiba di kediaman rumah orang tua Liora. Meja makan di rumah orang tuanya sudah penuh dengan berbagai jenis masakan sunda yang dimasak sepenuh hati oleh ibunya dan dibantu oleh kakak iparnya tentu saja. Lalu apa kontribusi Liora? Jangan ditanya tentu tidak ada.

Dalam urusan masak-memasak Liora memang akan melambaikan bendera putih. Gadis itu hanya tahu membuat masakan sederhana, seperti menggoreng dan merebus. Beruntungnya, Abian adalah tipe pria yang tidak terlalu banyak menuntut pada Liora, terutama dalam hal memasak. Pria itu sejak awal sudah tahu jika wanita yang dicintainya bukanlah seseorang yang suka memasak, dan itu bukanlah masalah bagi Abian. Baginya menikah dengan seseorang bukanlah untuk menuntut orang tersebut agar bisa melakukan ini dan itu yang belum tentu disukainya. Tapi menikah adalah tentang saling memahami dan bertumbuh bersama. Hal-hal remeh seperti memasak bukanlah sesuatu yang penting untuk diributkan.

“Kami merasa senang Liora sebentar lagi akan menjadi bagian dari keluarga kami. Kami benar-benar tidak sabar untuk menimang cucu,” ucap Lina— ibu Abian, yang disambut oleh tawa semua orang di meja makan tersebut.

"Nanti kalau sudah menikah sama Abian, inget neng harus bersikap dewasa. Jangan suka ngambek-ngambek gak jelas kan kasihan Abiannya," seloroh Mario, kakak Liora dengan nada menggoda.

Liora menimpali ucapan Mario dengan tatapan tajam yang siap merobek mulut kakaknya yang kini malah tengah tertawa puas.

"Maaf ya, mereka berdua memang sejak kecil suka usil satu sama lain, padahal aslinya saling sayang," ucap Rahma kepada keluarga calon besannya itu.

Kedua orang tua Abian tidak mempermasalahkannya, mereka malah bahagia melihat keluarga Liora yang begitu hangat dan harmonis.

Acara makan malam itu terasa begitu hangat dan menyenangkan. Kedua orang tua Abian dan orang tua Liora telah bersepakat untuk menggelar acara lamaran resmi anak-anak mereka bulan depan, dan untuk acara pernikahan, baik Liora dan Abian meminta agar digelar tiga bulan setelah acara lamaran. Kedua keluarga menyepakati.

setelah acara makan malam tersebut, kedua orang tua Abian sudah pulang terlebih dahulu. Sedangkan Abian saat ini masih duduk di kursi teras bersama Liora.

"Kamu gak menyesal kan mau menikah sama aku?" Tanya Liora iseng.

Abian tersenyum mendengar pertanyaan konyol tersebut, "aku mungkin akan menyesal kalau gak menikah sama kamu."

Liora terkekeh, "gombal banget."

"Ra, kamu tahu dari awal aku kenal kamu waktu kita masih dibangku kuliah, aku udah jatuh cinta sama kamu.bkamu tahu kan, betapa lamanya perjuangan aku untuk akhirnya bisa meluluhkan hati kamu? Aku mungkin saat ini jadi orang yang paling bahagia karena bisa menikah dengan wanita yang aku cintai."

Liora tersenyum tersipu mendengar penjelasan Abian. Tentu dia ingat bagaimana kegigihan pria itu untuk meyakinkan dirinya. Dan Liora rasa keputusannya tidak salah untuk memberikan kesempatan hatinya terbuka untuk Abian, setelah bertahun-tahun lamanya dia terjebak pada perasaan cinta di masa lalu dengan seseorang.

Chapter 3

Pukul satu siang, sesuai dengan janji, Liora sudah berada di restaurant Itali tempat dimana client nya meminta untuk bertemu.

Dia kembali mengecek arlojinya yang sudah menunjukkan pukul 13.15, sudah lewat lima belas menit dari waktu yang dijanjikan. Tapi nampaknya belum ada tanda-tanda kedatangan orang dari Emperor. Liora yang sudah sangat lapar karena belum makan apapun dari pagi kecuali segelas susu, mulai uring-uringan. Batinnya mulai menggerutu.

Untuk menetralisir rasa kesalnya dia mengambil gelas air minum di meja itu.

“Maaf atas keterlambatan saya.”

Tiba-tiba dari arah belakang, suara baritone seseorang berhasil membuatnya terkejut setengah mati hingga Liora tersedak saat sedang meneguk air mineral.

“Uhuk… Uhuk… Uhuk…” Liora terbatuk dan sebagian air tumpah membasahi kemeja biru dongker dan celana putihnya. Dia segera mengambil lap yang terletak di atas meja dan segera mengelap mulut dan pakaiannya yang basah terkena tumpahan.

“Maaf anda tidak apa-apa?” Kai merasa bersalah karena telah membuat wanita itu tersedak. Padahal dia tidak bermaksud untuk melakukannya.

Setelah sedikit tenang Liora menatapa ke arah seseorang yang kini sudah duduk di hadapannya dengan raut wajah yang menunjukkan rasa bersalah.

“Ya, saya hanya terkejut tadi,” jawab Liora setenang mungkin. Padahal dia tadi hampir mati karena tersedak dan terkejut.

Untuk beberapa saat Kai hanya menatap ke arah gadis yang duduk di hadapannya itu. Tatapannya menelisik, mengingat-ingat kembali dengan wajah yang tampak sangat familiar baginya.

Hal yang sama ternyata juga dilakukan oleh Liora, dia juga tengah mengingat-ingat dengan seseorang yang ada didepannya saat ini.

“Apakah anda Kai? Kai Altair? Alumni SMA Ursa Mayor?” Tanya Liora sejurus kemudian saat sebuah nama dan wajah itu kembali terlintas di kepalanya.

“Iya betul, itu saya. Lalu kamu Liora Isabella, kan?” Kai balik bertanya, memastikan jika dugaannya tidak salah.

Liora mengangguk penuh semangat, “ya ampun, Kai, gak nyangka kita bisa ketemu kayak gini. Apa kabar?”

Sorot mata Liora memancarkan binar bahagia. Seseorang yang sudah lama tidak pernah dia dengar lagi tentang kabar dan keberadaannya. Sekarang, di siang ini, tanpa diduga semesta mempertemukannya kembali.

“Aku baik. Ngomong-ngomong, jadi kamu designer interior dari Amalthea yang akan bertanggung jawab di proyek resort milik Emperor?” Kai memastikan jika orang yang harus ditemuinya siang itu dari Amalthea memang Liora orangnya.

“Iya betul, aku yang bertanggung jawab untuk design Emperor Resort di Bali,” jawab Liora membenarkan. Saat ini rasa kesal dan lapar Liora seketika lenyap.

“Kamu belum pesan makan?” Tanya Kai saat melihat meja makan mereka masih kosong.

“Belum, hehehe…”

Kai lalu memberi tanda kepada seorang waiter yang berdiri tidak jauh dari mejanya untuk meminta buku menu. Tidak berapa lama waiter tersebut datang dengan membawa buku menu untuk mereka berdua.

Keduanya mulai menentukan menu makanan dan minuman yang ingin mereka pesan. Sang waiter dengan sigap dan cermat menulis pesanan keduanya.

“Jadi, kita mau bahas sekarang untuk design-nya?” Tanya Liora disela mereka menunggu pesanan datang. Dia sudah bersiap mengelurkan tab dan sebuah map berisi file-file dari dalam tasnya.

“Ya, boleh.”

Gadis itu menyerahkan map hitam pada Kai dan memperlihatkan layar tab nya. Liora mulai menjelaskan design yang sudah dibuatnya berdasarkan dari hasil meeting antara konsultan perusahaannya dengan pihak Emperor di Bali dua minggu lalu. Design resort tersebut cenderung bergaya klasik dengan dominasi warna-warna earth tone.

Diskusi mereka terinterupsi dengan kedatangan makanan yang telah mereka pesan tadi.

“Design kamu tadi sudah ok, hanya sepertinya aku ada beberapa revisi. Tapi nanti akan kita bicarakan setelah selesai makan,” ucap Kai.

“Oke… Oh ya ngomong-ngomong, setelah kita lulus kamu lanjut kuliah di luar negeri? Solanya orang yang bener-bener menghilang setelah kelulusan itu cuma kamu, yang gak tahu kabarnya lagi dan bahkan gak pernah datang ke acara reuni sekolah,” Liora kembali memulai obrolan. Ada rasa penasaran yang menggelitik hatinya mengenai seorang Kai Altair.

“Ya, aku melanjutkan kuliah ke US,” jawab Kai singkat.

Liora mengangguk, “Pantes kamu kaya hilang ditelan bumi, hehehe…” Timpal Liora dengan tawa kecilnya.

Kai hanya menanggapinya dengan tersenyum.

Diam-diam gadis itu memandang ke arah Kai yang tanpa sengaja pandangan mereka saling bertemu saat Kai juga reflek mentap ke arah Liora. Untuk sepersekian detik pandangan mereka saling terkunci. Iris mata hazel natural milik Kai mampu menghipnotis Liora untuk beberapa saat. Mata itu adalah mata terindah yang sejak dahulu Liora kagumi.

“Kamu tahu Kai, dulu aku pernah bilang sama kamu kalau iris mata kamu itu indah kan? Kamu inget gak?” Secara blak-blakan Liora mengakui kekagumannya pada pria itu. Lagi pula dia sudah pernah mengatakan itu sebelumnya pada Kai, tentu jika Kai mengingatnya.

Kai mengangguk, “aku juga inget dulu ada seorang cewek yang hampir tenggelam di kolam renang dan setelah aku tolong tiba-tiba otaknya seperti hilang kewarasan. Memuji mata seorang pria lalu memintanya untuk menjadi pacarnya,” jelas Kai dengan dibarengi tawa kecilnya saat mengingat kembali memori konyol tersebut.

Liora yang diingatkan dengan kenangan gila itu seketika tawanya meledak. Seandainya ini bukan di restaurant, dia yakin jika saat ini dia akan tertawa terpingkal-pingkal mengingat kembali kenangan itu.

“Aku inget banget kamu langsung bilang gini, “jangan mengatakan hal omong kosong” mana muka kamu datar banget lagi, hahaha….”

Ah, seandainya Kai tahu bahwa saat Liora mengutarakan perasaannya kala itu, bukanlah hal omong kosong seperti yang Kai fikir. Itu sungguh-sungguh dari dalam lubuk hati terdalamnya.

Kai adalah cinta pertamanya. Pria yang diam-diam sudah dia kagumi sejak hari pertama mereka masuk sekolah sebagai siswa baru di SMA.

“Itu sangat konyol tapi lucu,” celetuk Kai sambil tertawa.

Liora kembali lagi pada kesedarannya setelah tadi alam fikirannya melayang ke masa lalu. Entah kenapa desir aneh yang dahulu pernah dia rasakan saat melihat Kai, kini kembali muncul.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!