Arana adalah seorang gadis yang sangat cantik. Selain cantik
Arana juga memiliki sipat yang sangat baik, lembut dan penyanyang terhadap
sesama. Itulah sipat Arana yang sebenarnya.
Arana bekerja di sebuah cafe yang berada cukup jauh dari
rumah orang taunya. Walaupun kedua orang tuanya terbilang dari kalangan yang
cukup kaya. Namun memiliki ibu tiri yang begitu sangat kejam terhadap, membuat
Arana harus menghidupi dirinya sendiri. meskipun setiap bulan Arana selalu mendapatkan uang tambahna dari Ayahnya. namun Wilda selaku ibu tiri Arana tak pernah memberi uang tersebut pada Arana.
Selain itu Arana juga memiliki seorang saudari tiri yang umur
tidak jauh berbeda dari umur Arana. Michel dialah saudari tiri Arana, Michel
sangat tidak menyukai Arana, karna Arana memiliki paras yang begitu sangat
cantik daripada dirinya.
Karna kebanciannya terhadap Arana, setiap Ayah Arana pergi
ke kantor. Michel selalu membuat masalah dan itu membuat Arana selalu mendapat
tamparan dari Wilda ibu tiri Arana.
Seperti pagi ini, Wilda terlihat bagitu sangat baik terhadap
Arana.karna suaminya masih berada di rumah.
“Arana sayang.” Memanggil Arana yang sudah ingin berangkat
ke kampus “Sini Nak kita makan bersama.” Wilda tersenyum hangat melihat ke arah
Arana.
Mendengar panggilan Wilda, Arana pun berkata “Iya, Ma.” Berjalan
ke arah meja makan.
Arana duduk di hadapan Ayah dan juga Ibu tirinya. Dengan senyuman
hangat yang yang selalu menghiasi bibir indahnya.
Namun belum sempat Arana duduk, michel saudara tiri Arana
menjatuhkan sendoknya di lantai.
“Aucc, Maaf.” Melihat ke arah Ayah dan juga Ibunya, lalu
melihat ke arah Arana. “Arana tolong dong ambilkan sendok aku!” tersenyum
melihat ke arah Arana.
Arana yang mendengar perintah Mischel tampa berkata apapun
Arana lansung mengambil sendok itu di lantai.
“Ini sendoknya.” memberikan sendok kepada Michel.
“Terimkasih ya Ara, kemu memang saudari aku yang paling
baik.” Tersenyum sejenak ke arah Arana, lalu kembali memakan makananya.
Setelah sarapan paginya selesai Hadi Wirawan selaku Ayah Arana
pamit untuk segera ke kantor. “Ma.” Melihat ke arah istrinya “Sayang.” Melihat ke
arah ke dua putri-putrinya “Ayah pemit ke kantor ya.”
Setelah mengatakan itu, Wirawan berangkat ke kantornya
dengan menggenakan Mobil pribadinya.
Melihat ayahnya telah berangkat ke kantor. Arana beranjak
dari duduknya untuk segera pergi ke kampus karna pagi ini Arana ada jam mata
kuliah di pagi hari.
Melihat Arana berangjak dari duduknya dengan segera Wina
berkata. “Wah, wah, Princes kita suda selesai sarapan ya?” menatap tajam ke arah wajah
Arana “Enak sekli hidupmu! Selesai makan, lansung ingin segera pergi.” Berdiri tepat
di hadapan Arana. “Memang kamu pikir makan di rumah ini gratis?” memegan dagu
Arana dengan sangat kuat.
Dan itu membuat Arana meringgis kesakitan. “Aoo, Ma, ini
sangat sakit.” Berusaha melepas tangan yang tengah memegan dagunya dengan
sangat kuat
Mendengar ringgisan Arana. Dengan segera Michel menjambak
rambut Arana dari belakang. “Sakit! Atau masih kurang sakit?” tersenyum sinis
melihat wajah Arana yang mulai terlihat merah.
“Ao, Michel sakit.” Arana berteriak pelan ketika Michel
menjambak rambutnya dengan sangat kuat.
Mendengar teriakan pelan Arana. Wilda nampak terlihat sangat
kesal, dan ingin menampar wajah Arana. Namun sebelum tangannya sapai di wajah
Arana sebuah klakson motor mengangetkan mereka berdua.
Tittttittt.
Suara kelakson motor yang tengah berhenti di depan pintu
utama rumah mereka. Mendengar itu dengan segera wilda dan Michel melepas
pegangan tangan mereka berdua.
Wilda pun berkata. “Awas kamu ya!” menatap penuh kemarahan melihat
ke arah wajah Arana.
Mendengar suara klakson motor untuk yang kedua kalinya,
dengan segera Arana berlari keluar dari dalam rumahnya sambi merapihkan rambut
dan juga wajahnya yang kini terlihat merah.
Melihat Arana berlari keluar dari dalam rumah, Michel pun
berkata pada Ibunya. “Ma, Arana itu beruntung banget ya? Memiliki kekasih
setampan Aditya.” mendekat ke arah WiIda lalu merangkul lengannya “Melihatnya
bersama dengan Aditya. Aku merasa sangat kesal dan marah, karna jujur Ma! Aku juga
menyukai Aditya.
Mendengar ucapan putrinya. Wilda pun berkata “Apa! Jadi putriku
sekarang tengah jatuh cinta?” tersenyum “Baiklah Mama akan memikirkan cara
untuk memisahkan Arana dengan kekasihnya itu!” tersenyum picik.
Arana berjalang keluar dari dalam rumahnya, dengan wajah
ceria yang di buatnya. Namun Aditya yang melihat wajah Arana yang terlihat
memerah dan juga memar di bagian bawah bibirnya berkata.
“Kamu kanapa? Apa kamu sakit?” memeriksa dahi Arana, lalu
melihat bekas memar di bawah dagu Arana “Dan ini kenapa? Sampai memar seperti
ini?”
Mendengar pertanyaan-pertanyaan yang keluar dari mulut
Aditya. Dengan segera Arana berkata. “Em, ini.” Mencari jawaban yang tepat “Ah,
iya tadi aku terpeleset di dalam kamar mandi, iya terpeleset tadi.” Tertawa menutupi
kegugupannya “Dan tampa segaja aku terjatuh mengenai pinggir bak mandiku.”
Setelah mengatakan itu Arana naik di belakang boncengan
motor Aditya, lalu berkata. “Ayo kita jalan.” Menepuk pelan bahu Aditya “Nanti
telat karna pagi ini aku ada mata kuliah pagi.
Mendengar ucapan Arana. Aditya mulai menyalkan mesin
motornya. Namun sebelum iya melajukannya Aditya berkata pada Arana. “Peluk yang
erat ya sayang.” Mulai melajukan motornya melewati pintu gerban pintu rumah
orang tua Arana.
Mendengar ucapan Aditya, tampa berkata apapun Arana
melingkarkan tangannya di perut Aditya.
Setelah jam kuliahnya selesai, Arana meminta Aditya
mengantarnya ke Cafe tempat Ia bekerja. Karna hari ini Arana tak memiliki tugas
tambahan kampus lagi. Mendengar permintaan Arana dengan segera Aditya berkata. “Maaf
ya sayang.” Mengusap wajah Arana “Sepertinya aku tak bisa mengantarmu, karna
aku ada tugas tambahan dari dosen.” Tersenyum hangat ketika selesai mengatan
itu pada Arana.
Arana yang mendengar ucapan kekasihnya, tersenyum, lalu
berkata. “Tidak masalah sayang. Aku bisa ke Cafe dengan menggunakan Taxi.”
Setelah mengatakan itu Arana berjalan ke arah jalan poros di
temani oleh Aditya di sampinnya. Setelah mendapatka Taxi Arana masuk ke dalam
Taxi, lalu melambaikan tangan kepada kekasihnya.
“Hati-hati sayang.” Teriak Aditya ketika melihat Taxi yang
tengah di tumpangi Arana mulai berjalan.
Setelah dua puluh lima menit berada di dalam Taxi, kini
Arana tengah sampai di depan Cafe tempatnya bekerja, Arana mulai mengeluarkan
uang seratusan dari dalam tasnya, lalu membayar sewa Taxi, kemudian turun dan
masuk ke dalam Cafe.
Arana mulai melaksanakan tugasnya sebagai seorang pelayan di
Cafe, dengan senyum ceria yang selalu tersunggin di bibir mungilnya. Arana
mulai melakukan tugas-tugasnya.
Jam 11.30 malam, Arana kini tengah bersiap untuk pulang
kerumahnya. Arana berjalan keluar dari dalam Cafe yang tengah Ia tempati
bekerja. Arana berdiri di depan Cafe sambil menunggu Taxi lewat di hadapannya. Namun
entah kenapa malam itu tidak ada satupun Taxi yang lewat.
*
*
Nah apakah yang akan terjadi dengan Arana malam ini?...
Jangan lupa tinggalkan like dan komentarnya kalau kalian menyukai novelku
Sementara di dalam sebuah Ballroom Hotel, seorang pengusaha
sukses tengah menghadiri sebuah pesta yang di gelar oleh rekan bisnisnya. Dialah
Steven Carlos pemuda tampan berkarisma, selalu sukses dengan semua pekerjaan
yang tengah Ia lakukan. Namun tak pernah sukses dalam soal percintaan. Steven
selalu di tinggal pergi oleh kekasihnya karna terlalu cuek dan tak pernah
menanggapi gadis yang menjadi kekasihnya. Karna menurut Steven kekasihnya dan
bukan kekasihnya semuanya sama saja, mereka hanya mengincar uangnya saja. Hingga
akhirnya Ia memili untuk tak memiliki kekasih alias Jomlo, karna menurutnya
semua wanita itu sama, hanya mengincar popularitas keluarganya dan juga ke kayaan
yang tengah Ia miliki.
Steven Carlos, pemuda tampan yang berusia 27 tahun dialah
putra satu-satunya dari pasangan yang bernama Sea dan Abrahan Carlos. Pemilik dari
perusahaan terbesar di kota XX. Sea selaku ibu Steven sudah pasrah melihat
semua tingkah keras kepala yang di tungjukkan anak semata wayangnya itu. Sea
hanya selalu berdoa yang terbaik untuk putranya, semoga Steve akan menemukan
gadis yang akan membuatnya berubah. Dan kembali berbaikan dengan Ayahnya
Abrahan. Steven sangat membenci Ayahnya karna kecelakan yang merenggut nyawa
adik kesayangan, Steven menyalahkan Ayahnya atas insiden tersebut.
Seteven mulai meneguk minuman yang di bawakan pelayan
untuknya, dan tampa Steven ketahui kalau minuman yang tengah Ia minum telah di
campur dengan obat yang bisa membuat orang kehilangan kendali.
Willi dialah rekan bisnis Steven, sekaligus penyelenggara
pesta yang tengah berlansung di Ballroom Hotel tersebut. Willi sengaja
mencampur obat tersebut ke dalam minuman yang tengah Steven minum, karna merasa
iri dengan semua kesuksesan yang tengah Steven raih.
Dan persaingan bisnis
dan juga ketenaran yang tengah dimiliki oleh Steven. Dan untuk menjatuhakan
nama baik keluarga dari Abrahan Carlos, Willi sengaja melakukan hal tersebut. Karna
menurut Willi, setelah Steven mulai tak bisa mengendalikan diri, Dia akan
mempermalukan dirinya sendiri didepan semua para tamu dan juga para wartawan
yang tengah berada di dalam Ballrom tersebut.
Setelah minuman yang berada di dalam gelas Steven tinggal
sedikit. Tiba-tiba kepalanya terasa begitu sangat pusing dan suhu tubuhnya juga
mulai terasa panas.
“Apa yang terjadi denganku?” memegan kepala, sambil berjalan
keluar dari dalam Ballroom tersebut, kemudian berjalan ke arah mobilnya.
Steven masuk kedalam mobilnya, lalu duduk di bagian kemudi. Dengsn
memegan kepalanya Steven bekata. “Ah, aku harus melakukannya, aku sudah tak
sanggup lagi menahan gejolak ini.” Setelah mengatakan itu, Steven mulai melajukan
mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata.
Namun Steven merasa sangat bingun, tak tau dia harus mencari
kemana wanita yang bisa membuat hastrat dalam tubuhnya terlampiaskan. Berhubung
saat ini Steven berada di kota B, dan itu bukanlah kota tempat tinggalnya,
cuman untuk menghadiri undangan rekan bisnisnya. Steven datan ke kota B.
Steven memarkitkan mobilnya di depan sebuah ruko yang telah
tertutup berhubung saat ini uda hampir larut malam, jalanan juga mulai terlihat
sangat sepi, Steven menyandarkan kepalanya di stir mobilnya dengan menggunakan
tangannya sebagai bantal.
*****
Karna merasa sangat lama menunggu Taxi, Arana memilih untuk
berjalan kaki, karna mungkin berjalan kaki, Arana akan menemukan Taxi di depan
jalan sana. Itulah yang ada dalam fikiran Arana saat ini.
Cukup lama Arana berjalan, menelusuri jalanan yang kini
terlihat sangat sepi tampa ada mobil ataupun motor yang melewatinya. Dan cuman
ada satu mobil hitam terparkir di depan ruko yang mulai Arana lewati.
Namun belum sempat Arana menjauh dari mobil hitam yang
dilewatinya, sebuah tangan menutup mulutnya, dan mengankat tubuhnya masuk ke
dalam mobil.
Arana begitu sangat terkejut dengan apa yang tengah dialaminya,
Arana mencoba melawan. Namun apa daya Arana, tenaga orang yang tengah mengankat
tubuhnya masuk ke dalam mobil jauh lebih kuat daripada dirinya.
Dengan susah panyah Arana berusaha melawan kelakuan kasar
yang tengah pemuda itu lakukan padanya. Bahkan Arana mencakar dan menggigit
bagian dada pemuda yang tengah mengankatnya masuk ke dalam mobil.
Namun pemuda itu masih beraksi dan mulai merobek pakaian
yang tengah Arana kenakan dan di saat pemuda itu ingin menurunkan celana jean
yang tengah Arana kenakan pemuda itu menindih tubuh Arana dengan sangat kuat,
lalu menarik kasar celana Arana hingga akhirnya celana jeans yang tengah Arana
kenakan sobek terkoyak. Dan kini hanya meninggalkan pakaian dalamnya saja.
Arana mulai menangis. “Hiks, kumohon jangan lakukan itu!
Hiks, kumohon lepaskan aku!” Arana mulai terisak, memohon agar pemuda itu
melepaskannya. Arana menyilngkan tangannya, memutupi bagian tubuhnya yang hanya
terbalut dengan pakaian dalamya saja.
Melihat tubuh mungil yang ada di hadapannya, hanya mengenakan
pakaian dalam. Steven merasa sangat bergairah dan tampa menunggu lama, Steven
mulai menyerang bibir Arana dengan sangat kasar, sementara tangannya mulai
menyentuh bagian-bagian yang membuat libidonya semakin bergairah.
Steven mulai menyentuh setiap inci dari tubuh Arana, dan itu
membuat Arana semakin terisak.
“Hik, kumohon hentikan! Jangan lakukan itu! Hiks.” Arana masih
mencoba mengulang kata-katanya, berharap pemuda yang berada di atas tubuhnya
menyadari kalau yang tengah Ia lakukan sangatlah salah.
Namun karna pengaruh obat dosis tinggi Steven tak menggubris
semua yang tengah Arana katakan. Justru Steven semakin gencar memyentuh
bagian-bagian tubuh Arana, dan bahkan saat ini Steven mulai membuka paksa
pakaian terakhir yang tengah Arana kenakan.
Menangis dan menangis itulah yang Arana lakukan saat ini, di
saat milik pemuda itu tengah menembus miliknya yang belum pernah tersentuh oleh
siapapun.
Dengan rasa sakit yang luar biasa yang tengah Arana rasakan
di bagian bawahnya, di saat milik pemuda itu menembus miliknya.
Arana berteriak sambil mengcakar dan kembali menggigit
bagian dada pemuda yang tengah berada di hadapannya. “Aoo, hentikan! Sakit.” Arana
merintih. Merasa sangat kesakitan di bawah bagian tubuhnya. Pikirannya melayang
kepada kekasihnya, dan juga Ayah yang begitu sangat menyayanginya.
Sementara pemuda itu masih terus melancarkan aksinya di atas
tubuh Arana, setelah semua hasratnya tertuntaskan. Pemuda itu merebahkan
tubuhnya di sampin tempat yang Arana tempati saat ini. (maaf ya autornya tidak
tau! Yang jelasnya masih dalam mobil).
Setelah cukup lama menangis. Arana terbangun, lalu melihat
ke arah wajah pemuda yang tengah merebahkan tubuhnya dan hampir saja Arana
menginjaknya, di saat Arana menurungkan kakinya. Namun karna begitu sagat gelap
di dalam mobil. Arana tak bisa mengenali wajah pemuda yang telah merampas
semuanya darinya.
Tampa berpikir panjang Arana mengambil celana jeansnya yang
sudah robek terkoyak, lalu memakainya. Dan meraih pakainnya yang ada di bagian
kemudi mobil, karna di saat pemuda itu merobek bajunya, Ia melemparnya ke job
bagian depan.
*
*
*
Apakah Arana bisa mengetahui siapa pemuda yang telah
merampas kesuciannya?...
Jangan lupa like dan juga Vote yang banyak ya^^.
Terimakasih.
Arana memandang bajunya yang tengah robek tak beraturan. Melihat
itu Arana kembali menangis. “Hiks, hiks. Apa yang harus ku lakukan! aku tak
mungkin pulang dengan mengenakan pakaian robek seperti ini.” Setelah mengatakan
itu Arana melihat sekelilin dalam mobil, lalu menemukan sebuah kemeja yang
tengah tergantung di dalam mobil.
Mungkin itu pakaiana pemuda yang telah menodainya, itulah
yang ada dalam pikiran Arana saat ini. Tampa berpikir panjang Arana lansung
menarik kemeja tersebut, lalu memakainya. Meskipun merasa sangat sakit di
bagian tubuh bawahnya, Arana berusaha untuk segera keluar dari dalam mobil pemuda
tersebut.
Namun sebelum Arana meninggalkan pemuda di dalam mobil. Tak lupa
Arana mencatap plat mobil tersebut.
Arana berlari sangat kencang, menjauh dari mobil pemuda yang
tengah merampas semua yang ia miliki. Dengan deraian air mata Arana berlari
sambil memeluk tubuhnya sendiri.
“Hiks, hiks, kenapa ini harus terjadi denganku? Apa sakahku
Tuhan? Sehingga kamu memberiku cobaan sebesar ini?” Arana tak berhenti
menegeluarkan air mata, sambil memeluk tubuhnya sendiri.
Hingga sampai di perapatan jalan. Arana baru menemukan Taxi,
dengan segera Arana melambaikan tangan.
Setelah mobil Taxi berda di depannya dengan segera Arana
masuk, lalu memberitahuakan alamat rumahnya kepada supit Taxi. Setelah dua
puluh menit Arana telah sampaI di depan pintu gerban rumahnya. Arana turun lalu
melihat ke arah rumahnya. Arana kembali meneteskan air mata ketika mengingat
Ayahnya yang begitu sangat menyayanginya.
Dengan langkah pelan, Arana berjalan masuk, ke halaman
rumahnya, dan setelah sampai di depan pintu utama. Arana mengeluarkan kunci,
dari dalam tas yang selalu ia bawa, kemudian membuka pintu lalu masuk.
Arana masuk ke dalam rumah, sambil melihat sekeliling dalam
rumahnya. Arana begitu sangat takut, kalau sampai salah satu dari anggota
keluarganya melihatnya pulang dengan mengenakan pakaian orang lain, apalagi
kalau Michel dan Wilda yang melihatnya. Arana akan mendapat perlakuan buruk
lagi, itulah yang terlintas di dalam pikiran Arana saat ini.
Pelan-pelan Arana melangkahkan kakinya menuju arah kamarnya,
setelah merasa cukup aman dengan segera Arana berlari masuk ke dalam kamarnya.
Setelah sampai di dalam kamar, Arana mengunci pintu, lalu
membuka kemeja yang tengah Ia kenakan lalu melemparnya ke sembarang tempat. Kemudian
berlari masuk ke dalam kamar mandi.
Arana kembali
meneteskan airmatanya, ketika melihat pantulan tubuhnya di cermin yang berada
di dalam kamar mandinya. Arana melihat tubuhnya yang penuh dengan bekas
kemerahan yang di tinggalkan pemuda yang telah merenggut semuanya darinya.
“Hiks, hiks, apa salahku? Hiks, hiks, Apa dosaku?” Arana
mengatakan itu sambil menggosok-gosok bekas kepemilikan pemuda itu yan ada di
dadanya. Karna merasa sangat sakit hati, Arana tak menyadari dadanya yang
tengah Ia gosok kini tengah mengeluarkan darah.
Melihat darah segar mengalir di dadanya. Arana tertawa,
menertawai dirinya sendiri sambil berkata. “Bahkan aku terluka, sampai mengeluarkan darah tapi aku tak merasakan
rasa sakit!, namun lukaku yang tak berdarah begitu sangat menyakitkan.” Setelah
mengatakan itu Arana berjalan ke arah bak mandi yang telah ia isi penuh dengan
air, lalu masuk menengelamkan seluruh tubuh dan juga kepalanya.
Menjelang pagi Arana masih berada di dalam bak mandi, rasa
sakit yang di alaminya tidaklah sebanding dengan rasa dingin yang mulai menusuk
seluruh tubuhnya.
Arana keluar dari dalam bak mandi, lalu berjalan ke arah di
mana letak handuknya tergantung, Arana mengambil handuk alalu melilitkannya di
tubuhnya. Stelah itu ia kleuar dari dalam kamar mandi. Dengan mata bengkak dan
wajah sembab dan terlihat pucat. Arana berjalan ke arah meja hianya, lalu
melihat penampilan wajahnya di cermin.
Arana kembali menangis ketika melihat bekas merah yang ada
di dadanya masih belum hilang dan juga bekas luka yang telah ia buat sendiri. Arana
mencoba tersenyum sendiri, mengobati luka yang tersirat dalam hatinya.
Arana mencoba untuk menutupi bekas merah dan juga matanya
yang telihat bengkak karna semalaman menangis, sambil mengolesi poundesien pada
bagian tubuhnya yang memerah dan memakai ailineir tebal pada bagian matanya.
Setelah urusannya selesai di depan cermin. Arana berjalan ke
arah lemari, untuk mengambil pakaian santai yang akan ia kenakan hari ini,
karna hari ini Arana tak ingin kemana-mana bahkan ke kampus pun Arana tak mau. Mengingat
kejadian yang menimpanya semalam, seperti badai yang tengah menghancurkan semua
harapan dan keyakinannya. Kesucian yang telah Ia jaga selama 23 tahun di
renggut oleh seseorang yang tidak Ia kanal. Bahkan lebih parahnya lagi Arana
tidak melihat wajah pemuda tersebut. Hanya satu yang Arana berikan pada pemuda
itu, cuman bekas gigitan dan juga bekas cakaran kukunya yang akan sembuh dalam
beberapa hari dan bekasnya akan menghilang dalam beberapa bulan.
Sementara bekas yang yang di torehkan pemuda itu, selamanya
akan membekas dan tak akan pernah hilang, meskipun sejarah terulang kembali
bekas itu tak akan pernah hilang untuk selamanya.
Masa depan cerah,
cinta kasih yang tengah Arana harapkan seolah hilang begitu saja dari dalam
dirinya. Arana tak tau seperti apa kehidupan yang akan menantinya kedepan.
Setelah mengenakan pakaian Arana menutup pintu kamarnya,
lalu berjalan ke arah tempat tidur. Namun belum sempat Arana sampai di atas tempat tidur, Arana melihat kemeja
pemuda yang tengah ia kenakan semalam. Dengan rasa marah dan juga kesal.
Arana berjalan ke arah tempat kemeja tersebut, lalu
mengambilnya dan membuangnya di dalam tempat sampah. Dengan perasaan sangat
kesal Arana berkata. “Aku tak ingin melihat barang-barang pemuda yang telah
menghancurkan masa depanku! Aku sangta benci! Sangat benci!” melempar pakaian
itu masuk ke dalam tempat sampah.
*****
Setelah tersadar Stevan mendapati tubuhnya dalam keadaan
polos. Steven terbangun sambil memegan kepalanya yang terasa sangat pusing. “Ea,
apa yang telah terjadi denganku?” melihat keluar “Aku berada dimana?” mulai
mengingat “Astaga! Apa yang telah aku lakukan? Dan siapa gadis yang telah aku
nodai?” melihat sekeliling dalam mobilnya, dan mendapat baju Arana yang telah
robek tak beraturan.
Steven mulai mengenakan semua pakaiannya, lalu mengambil
pakaian berwarna putih itu di kursi job belakan mobilnya. Namun tampa sengaja
tangan Steven menyentuh sebuah cincin yang tergeletak di lantai dalam mobilnya.
Steven mengambil cincin tersebut lalu memperhatikannya dengan seksama. Di atas
cincin tersebut ada sebuah hurup yang tertulis. “A, awal nama gadis ini A. Ah ,
kenapa aku menjadi pemuda berensek seperti ini?” menjambak rambutnya sendiri “Bagaimana
dengan kondisi wanita yang telah aku nodai itu? Apa dia baik-baik saja?”
memegan tempat duduk di dalammobilnya, dan lagi tampa sengaja tangan Steven
menyentuh sebuah cairan basah, Steven pun melihat tangannya yang terlihat
merah. Dengan rasa terkejut Stevan melihat tangannya...
*
*
*
Apa yang akan Steven lakukan setelah ini?...
Mencari atau membiarkan?...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!