NovelToon NovelToon

School Fiance Feeling

First Day Back to School

Konbawa minna-san.. I'm back quickly with my new fiction.. ini cerita kedua dengan tema sekolah..

Happy Reading~ Neee~

!:sorry'bouttypo~ teehee~

🖌First day back to school

Lydya memakai helm nya dan melajukan sepeda motor kesayangannya menuju sekolah. Hari ini adalah hari pertama masuk sekolah setelah libur akhir semester dan juga pertanda dia sudah naik kelas. Saat ini Lydya menduduki kelas 11.

Lydya turun dari sepeda motornya setelah dia memarkirkan sepedanya tepat di bawah pohon yang teduh di area parkir sepeda. Beruntungnya Lydya tempatnya memarkirkan sepeda motor belum ditempati oleh orang lain karena terkadang tempat parkir ini digunakan oleh guru bahasa Inggrisnya yang galak dan Lydya sengaja memarkirkan sepedanya di sana.

Tetapi, bisa dibilang ini memang kesalahan Lydya karena parkir di area parkir guru yang memang berdekatan dengan parkir siswa tetapi Lydya sendiri masa bodoh bahkan mungkin para guru-guru sudah sangat hafal dengan sepeda motornya dan sudah lelah menegur dirinya agar tidak parkir di tempat parkir guru.

Lydya mengambil ponsel nya dari dalam tasnya dan membuka salah satu media sosial mengirim pesan yang sering digunakan pada masa sekarang.

Dari yang didengarnya sebelum liburan kemarin, kelas sebelas kali ini akan di acak dan dicampur dengan kelas lainnya. Lydya segera meninggalkan area parkir sebelum guru bahasa Inggrisnya itu datang dan memberinya siraman rohani pagi.

“LYDYA!!!”

Lydya tersentak kaget dan hampir saja menjatuhkan ponsel nya jika saja dia tidak memegangnya dengan erat. Lydya mengedarkan pandangannya mencari orang yang memanggilnya dan saat menemukan orang itu, Lydya berdecak kesal.

Itu adalah teman-nya. Teman satu bangku, teman satu sekolah, teman bermain, teman belajar, dan bisa dibilang mereka adalah teman sejak kecil juga sahabat karibnya.

“Hera~” desis Lydya saat Hera menghampirinya dengan wajah sumringah.

“My Lily, i miss you so much!!”

Hera memeluk Lydya dengan erat membuat Lydya memutar bola matanya malas padahal kemarin mereka pergi jalan-jalan dari pagi hingga malam datang dan sekarang dengan wajah menyebalkannya Hera berkata kalau sahabatnya ini rindu dengannya. Sungguh, entah apa yang Lydya minta pada Tuhan saat dia masih dalam kandungan mami-nya.

“Dewi Hera, lepas. Malu dilihat yang lain,”

Lydya berusaha melepaskan pelukan Hera pada tubuhnya. Hera menggelengkan kepalanya dan semakin mengeratkan pelukannya, sedangkan Lydya yang dipeluk hanya bisa pasrah dan Hera yang melihat Lydya pasrah padanya tersenyum bahagia.

“Eh! Cewek cabul, lepasin kakak gue!”

Hera yang awalnya tersenyum senang langsung mengubah wajahnya menjadi datar saat mendengar suara yang sangat dihafalnya hingga diluar kepala bahkan membuatnya bosan sendiri mendengar suara tersebut.

Hera melepaskan pelukannya tetapi tidak menjauhkan dirinya dari Lydya dan menolehkan kepalanya ke belakang sedangkan Lydya menghembuskan napasnya panjang. Hera menaikkan sebelah alisnya dan tersenyum miring pada orang yang berdiri menjulang di belakangnya dan Lydya.

“Eh? Ada si mesum kembarnya my baby Lily,”

Hera dengan nada mengejek dan juga tersenyum mengejek membuat orang yang diejek menggeram kesal dan menatap Hera tajam tetapi tidak membuat Hera takut sedikitpun malah membuat Hera merasa tertantang.

Lydya segera mengangkat tangannya mencegah saudari kembarnya yang berbeda gander itu bersuara karena jika kembaran nya itu sampai menjawab ucapan Hera maka akan menjadi sesi debat yang tidak ada habisnya dan Lydya tidak ingin hal itu terjadi.

Lydya menghalangi wajahnya dengan tangan karena banyak orang yang melihat mereka dan rata-rata mereka adalah kakak kelas dan teman seangkatan karena Hera dan saudara kembarnya ini sudah sangat terkenal se-antero sekolah sebagai Tom&Jerry.

“Leonard Naresh, jangan jawab ucapan Hera. Ingat! Apa yang mami katakan kemarin,”

Leon segera membungkam mulutnya dan Lydya menganggukkan kepalanya lalu menyeret Hera pergi meninggalkan Leon dan para penonton.

Sungguh sial berada di antara Hera dan Leon, selalu saja dua orang itu suka sekali membuatnya malu di setiap kesempatan. Tadi adalah salah satu contohnya.

“Aduh.. duh.. pelan-pelan my Lily,”

Lydya menghentikan langkahnya membuat Hera yang tengah mengikuti langkah lebar Lydya sampai menubruk punggung Lydya. Hera mengusap hidungnya yang bertabrakan dengan bahu Lydya.

Lydya membalikkan badannya, “Kau sebegitu tidak suka nya dengan Leon?”

“Memang,” ujar Hera kesal dan masih mengusap-usap hidungnya dan Lydya yang melihat itu menggelengkan kepalanya dan menghembuskan napasnya panjang.

“Semoga aja kalian segera dipersatukan sama yang di atas,”

Hera membulatkan matanya dan menatap Lydya tidak percaya. Lydya begitu teganya sampai mendoakannya agar bersatu dengan kembaran nya itu.

“Lily jahat! Padahal tau kalau aku tidak suka dengan kembaran cabul itu,” rajuk Hera sambil memukul pelan lengan Lydya.

Lydya terkekeh senang melihat Hera yang merajuk seperti ini padanya. Terlihat sangat menggemaskan di mata Lydya.

🖌🖌🖌🖌🖌

“Karena proses belajar mengajarnya baru akan dimulai besok maka hari ini kalian bebas dan satu lagi gunakan jam kosong kalian untuk hal bermanfaat. Mengerti?”

“Yes, Mam!!” jawab seluruh siswa pada wali kelas mereka yang baru.

“Oh ya! Lydya,”

“Yes, Mam?!” jawab Lydya tersentak saat guru bahasa Inggrisnya itu memanggil namanya ketika dia tengah berbicara dengan Hera.

“Today you’re so lucky,” ujar guru bahasa Inggris dengan kesal.

Lydya memberikan senyum lebarnya membuat seluruh kelas tertawa. Semua siswa sudah sangat hafal dengan siraman rohani pagi-pagi yang kadang mendekati sering berkumandang di antara area parkir guru dan murid yang disebabkan oleh guru bahasa Inggris mereka dan tentunya dengan Lydya sebagai target siraman rohaninya.

“Saya permisi,”

“Yes, Mam Vina,” jawab seluruh siswa.

“Mam, Mam,” panggil Lydya mencegah Mam Vina keluar kelas dan Mam Vina tidak jadi keluar untuk meladeni Lydya.

“Be carefull mam, ntar diluar banyak yang godain. Bagaimana kalau Lydya yang anter sampai ruang guru, biar Mam nanti tidak ada yang godain. Sayakan perhatian, Mam,”

Mendengar ucapan Lydya seluruh kelas tertawa dan ada yang bersiul.

Mam Vina berdecak, “Nggak usah. Yang ada kamu nanti yang godain saya terus tiba-tiba ngajak saya nikah seperti kemarin,”

Seketika kelas kembali gaduh akan siulan yang bersahut-sahutan. Karena memang benar adanya kalau Lydya pernah mengajak guru bahasa Inggrisnya ini untuk menikah didepan guru-guru yang lain bahkan ada beberapa murid di sana.

Apalagi Mam Vina ini memang memiliki wajah cantik dan memiliki badan yang bagus. tetapi sayangnya Mam Vina ini sudah menikah dan punya dua anak kecil.

“Aduh. Mam tau aja sih,”

“Sudah. Sudah. Saya permisi,” ujar Mam Vina segera meninggalkan kelas Lydya.

Setelah Mam Vina keluar. Kelas seketika menjadi gaduh dan ramai. Ada yang langsung keluar kelas dan ada yang bercakap-cakap sambil berkenalan kembali dengan teman baru mereka dari kelas yang berbeda ini.

“Tuhanku, my lovely Lily. Suka banget godain mam Vina,”

Lydya hanya terkekeh mendengar ucapan Hera. Lydya sendiri tidak tau mengapa dia suka sekali menggoda dan menggombali guru bahasa Inggrisnya yang cantik itu. Mungkin di masa lalu, Lydya adalah seorang playboy yang suka nya mengumbar gombal di sana-sini karena Lydya suka sekali menggombali perempuan-perempuan yang cantik dan menarik di matanya.

“Suka aja. Apalagi orangnya cantik,”

Hera menggelengkan kepalanya heran mendengar jawaban Lydya, sedangkan Lydya hanya memberikan senyum lebarnya.

🖌🖌🖌TBC🖌🖌🖌

Attention: bakal update tiap dua hari sekali dan dua chapter dalam sekali up~ waktu up-nya selalu malam tp gk smpk tengah malam..

393939~ Hope u like this fiction✺◟(∗❛ัᴗ❛ั∗)◞✺

First Time, First Day

Neee~ Sekali up dua chapter ya per dua hari sekali..

Happy Reading~

!:sorry'bouttypo~ teehee~

🖌First Time, First Day

“Oh my lily, senang banget bisa satu kelas apalagi duduk bareng,”

Hera memeluk Lydya yang bertepatan duduk di sebelahnya. Hera sangat senang saat mengetahui Lydya adalah teman duduknya. Rasanya Hera tidak akan bosan jika Lydya lah yang berada di sebelahnya.

“Geli~”

Hera memutar kepalanya ke belakang dengan kesal tanpa melepaskan pelukannya pada Lydya. Hera memicingkan matanya tajam saat melihat Leon yang tengah bermain game duduk tepat dibelakang Lydya.

“Kau… Jangan bilang…,” ujar Hera menunjuk Leon.

Tanpa mengalihkan pandangannya dari layar ponsel, Leon menganggukkan kepalanya dengan cepat. Hera membulatkan matanya dan menatap Leon tak percaya. Yang benar saja?! Hera kecolongan kali ini karena terlalu senang ketika Lydya duduk di sebelahnya.

“Biasa aja,” ujar Leon tanpa mengalihkan pandangannya membuat Hera mendengus.

“My Lily, kembaran mu ini pasti dulu orang pintar,” ujar Hera bersedekap dan menatap Leon sinis.

Lydya terkekeh dan menggelengkan kepalanya. Kembaran nya dan Hera ini memang sudah tidak akur sejak dulu. Dan banyak sekali kejadian lucu yang terjadi di antara mereka bahkan orangtuanya dan orangtua Hera sudah memaklumi tingkah mereka berdua.

“Hmm.. terkadang aku juga berpikir seperti itu,”

Lydya terkekeh dan melirik Leon sedikit untuk melihat reaksi kembaran nya dan benar seperti dugaannya. Leon akan menatapnya sekilas di setiap kegiatannya yang tengah dilakukannya jika Lydya sudah menyinggung hal yang Leon tidak sukai tetapi Lydya sendiri sangat suka mengungkit-ungkit hal-hal yang Leon tidak sukai.

Ekspresi yang akan Leon keluarkanlah yang membuat Lydya senang karena Leon termasuk orang yang acuh dan dingin jadi membuat Lydya merasa tertantang untuk menggoda Leon lebih dan lebih.

“Terserah!”

Seketika Lydya dan Hera mendengar jawaban pamungkas Leon jika pria itu merasa terpojok dan sudah tidak memiliki alasan lain untuk menjawab semua perkataan yang dilontarkan Lydya dan Hera.

“Eh? Leon, kan?!”

Lydya dan Hera meredakan tawa mereka saat tiba-tiba ada salah satu siswi perempuan yang menyapa Leon tetapi kembaran Lydya itu hanya berdeham dan tetap fokus pada ponsel nya.

Di dalam hati, Lydya dan Hera ingin sekali tertawa karena respons Leon yang sudah dapat ditebak, pastinya acuh tak acuh. Perempuan itu memberengut kesal dan mengalihkan pandangannya pada Lydya dan Hera.

“Lydya juga di sini?”

Lydya yang merasa ditanya menganggukkan kepalanya dan kelihatannya perempuan yang berdiri disebelah Leon adalah salah satu murid di kelasnya ini.

“Kenalkan Eliana, panggil aja Ana,” ujar perempuan itu mengulurkan tangannya dan langsung disambut Lydya dengan sopan walaupun dia benar-benar tidak tau dan tidak pernah melihat perempuan disebelah Leon.

“Kenalkan juga, Agnes,” sela murid perempuan lainnya, Lydya hanya menyambut tangan mereka dan tersenyum canggung.

Banyak murid perempuan yang tiba-tiba mendekati mereka, lebih tepatnya mendekati Leon dan ingin mengajak Leon berkenalan hingga membuat Lydya dan Hera merasa tak nyaman bahkan raut wajah Leon pun juga terlihat tak mengenakkan.

Karena banyak yang mengerumuni Leon membuat kembaran Lydya itu berdiri dari duduknya dengan tiba-tiba.

“Aku ke kantin dulu,”

Leon membelah kerumunan dan dengan langkah cepat segera meninggalkan kelas. Lydya dan Hera yang melihat itu terkekeh geli melihat Leon yang dengan cepat melesat pergi. Ternyata masih banyak juga yang ingin mendekati Leon dengan muka tebal padahal ini sudah satu tahun terlewati dan masih ada saja yang ingin berdekatan dengan Leon.

Setelah Leon meninggalkan kelas, kerumunan siswi-siswi itu pun juga membubarkan diri dengan perasaan kecewa mereka tetapi ada juga beberapa yang mengikuti Leon.

🖌🖌🖌🖌🖌

Lydya dan Hera berjalan sambil berbincang menuju kantin. Sesampainya mereka di sana, kantin sudah sangat penuh sesak oleh-oleh para siswa bahkan ramainya kantin sudah seperti di pasar. Semua suara berkumpul menjadi satu dan saling menyahut.

Lydya maupun Hera menggelengkan kepala mereka. Kedatangan Lydya dan Hera ke kantin adalah untuk mencari Leon yang entah sudah tenggelam di bagian mana karena penuhnya kantin.

Dua perempuan ini mengedarkan pandangan mereka tetapi tak kunjung menemukan keberadaan Leon. Lydya terus mengedarkan pandangannya hingga dari tempatnya berdiri dia menemukan keberadaan Leon yang tengah menyantap makanannya di pojok kantin.

Pantas saja dia tidak dapat ditemukan karena dia berada paling pojok. Lydya melangkahkan kakinya untuk menghampiri Leon.

“Lydya, awas!!”

Lydya mengejapkan matanya kaget saat Hera menariknya dengan tiba-tiba. Hampir saja Lydya menabrak orang jika saja Hera tidak siap siaga menariknya. Orang itu menghentikan langkahnya dan menatap Lydya tanpa kata membuat Lydya dan Hera mengerutkan dahi mereka bingung. Orang itu kembali melanjutkan langkahnya diikuti teman-temannya.

“My Lily.. syukurlah kau tak apa-apa,”

Lydya menatap Hera bingung tetapi Hera tidak sadar jika Lydya menatapnya penuh tanya dan malah membawanya menghampiri Leon. Hera langsung duduk didepan Leon dan menyambar es jeruk milik Leon dan meminumnya hingga tertinggal es batunya saja.

Leon yang kedatangan tamu tak diundang yang menghabiskan minumannya hanya menggelengkan kepalanya.

Pluk!

“Akh! Kok tiba-tiba mukul sih?!!” ujar Hera tak terima saat tiba-tiba saja Lydya memukulnya.

Lydya menggelengkan kepalanya lalu mengalihkan pandangannya pada Leon dan yang dipandang langsung membalas dengan menaikkan sebelah alisnya. Lydya tiba-tiba tersenyum membuat Leon menatapnya malas.

Leon mengambil uang lima puluh ribu dari dalam saku dan memberikannya pada Lydya. dia sudah sangat hafal dengan tingkah Lydya yang apabila tiba-tiba tersenyum padanya tanpa suara maka kalau kembaran nya ini tidak ingin meminta uang sakunya maka dia menginginkannya melakukan sesuatu.

Lydya terkekeh lalu menyeret Hera yang baru saja menyendokkan setengah telur bulat milik Leon ke mulutnya. Leon menghembuskan napasnya panjang, hidupnya selama 17 tahun ini memang penuh derita. dia sangat tersiksa dengan dua orang perempuan yang selalu di sekitarnya ini.

Tetapi di lain itu, dia sangat menyayangi dua perempuan ini setelah ibunya. Mereka adalah perempuan-perempuan yang paling berharga dalam hidupnya.

Lydya dan Hera kembali dengan kedua tangan mereka yang penuh makanan. Leon membulatkan matanya melihat beragam jenis makanan di atas meja. Dua perempuan di depannya ini memang sudah tidak sehat.

Tidak tepatnya inilah kebiasaan mereka, selalu membeli banyak makanan di kantin dan jika mereka sudah tidak kuat menghabiskannya maka ialah yang akan memakan semua makanan itu. Untung saja, dirinya ini termasuk orang dengan badan yang tidak mudah gemuk.

“Mengapa beli banyak sekali?” tanya Leon pada Lydya dan Hera yang mulai menyantap makanan mereka.

“Tidak boleh?” tanya Lydya balik.

“Bukan begitu. Kalau tidak hab...,”

“Tentu saja kau harus membantu,” sela Hera dengan senyum lebar tanpa dosanya membuat Leon menatap kedua perempuan itu datar lalu menghembuskan napasnya panjang.

“Terserah,” ujar Leon pasrah, Lydya dan Hera terkekeh senang satu sama lain.

🖌🖌🖌TBC🖌🖌🖌

See ya in two days~ ~(~ ̄▽ ̄)~~

Happy Family

Just Happy Reading~

!:sorry'bouttypo~ teehee~

🖌Happy Family

Lydya dan Leon kembali ke kelas mereka setelah menghabiskan semua makanan yang mereka beli. Tepatnya, Leon lah yang menghabiskan semua makanan itu. Sampai membuat Leon sendiri susah berjalan karena perutnya yang tersangat sangat penuh. Sedangkan Hera harus berpisah dengan mereka karena harus mengurusi klub dramanya untuk tampil didepan adik kelas besok.

Lydya menghentikan langkahnya dan menoleh ke belakang melihat Leon yang tertinggal jauh dibelakang karena kembaran nya itu berjalan dengan pelan. dia terkekeh geli melihat Leon yang selalu tersiksa olehnya.

“Mengapa?!” ketus Leon setelah dia berada di samping Lydya.

Lydya menggelengkan kepalanya dan terkekeh membuat Leon mendengus kesal. Gelengan kepala dan tawa mengejek Lydya adalah hal yang paling tidak Leon sukai dari kembaran nya ini. Mereka berdua sama-sama terdiam selama berjalan menuju kelas.

“Leon,”

Leon berdeham menjawab Lydya. dia menunggu apa yang akan Lydya katakan tetapi tidak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut Lydya membuat Leon menolehkan kepalanya pada Lydya. Leon melebarkan matanya saat melihat Lydya yang menatap lurus ke depan tanpa ekspresi. Jika ekspresi Lydya sudah seperti ini pasti ada hal yang mengganggunya.

“Lydya?” panggil Leon yang tiba-tiba saja dia merasa cemas dengan Lydya.

Lydya menghentikan langkahnya dan berjalan berlawan arah menuju kelas. Leon dengan setia mengikuti kembaran nya itu. Dirinya yakin kalau Lydya sudah berjalan menuju taman sekolah maka akan ada yang ingin Lydya sampaikan kepadanya.

Lydya duduk di salah bangku di bawah pohon besar dan rindang. Suasana sejuk langsung menghampiri mereka. Lydya duduk bersandar dan tetap tanpa kata. Leon menghembuskan napasnya panjang lalu duduk disebelah Lydya dan juga duduk bersandar.

“Leon, apa kau mendengar apa yang mami katakan dengan papi?”

Leon bungkam seketika dan lagi-lagi dia membulatkan mata karena kaget. Sial. Ternyata Lydya masih ingat perbincangan antara kedua orangtua mereka beberapa minggu yang lalu saat tanpa sengaja mereka mendengar perbincangan kedua orangtua mereka malam itu.

“Rasanya sangat mengejutkan, bukan?”

“Hmm..,”

“Menurut mu mengapa papi dan mami menginginkan ku seperti itu?” tanya Lydya tanpa menatap Leon dan fokus pada murid-murid yang berlalu-lalang.

Leon menggaruk tengkuknya yang tak gatal, bingung ingin menjawab apa. Bagaimana mungkin dia bisa mengetahui maksud kedua orangtuanya, apalagi mereka mendengar pembicaraan itu pun karena ketidak sengajaan.

“Aku takut,” lirih Lydya menghembuskan napasnya pelan.

Walau lirih tetapi Leon masih dapat mendengarkannya.

“Apa yang harus ditakutkan?” tanya Leon mengalihkan pandangannya dari Lydya.

“Aku takut karena aku tidak tau orang seperti apa dia dan bagaimana sikapnya padaku jika kami bertemu nanti,”

Leon menolehkan kepalanya begitupun dengan Lydya. Leon menghembuskan napasnya dan menundukkan kepalanya. dia tidak tau apa yang bisa dia lakukan untuk kembaran nya ini. Leon tidak mungkin menolak permintaan kedua orangtua mereka. Itulah yang nenek buyut nya sering katakan pada mereka.

“Aku tidak tau apa yang bisa kulakukan,” ujar Leon lirih.

Lydya tersenyum mendengar Leon berkata seperti itu. Mendengar Leon yang selalu khawatir padanya membuat Lydya benar-benar senang dan seharusnya ialah yang berkata seperti itu karena dia lahir lebih dahulu daripada Leon tetapi selama mereka tumbuh dewasa tidak pernah sekalipun dia membantu Leon tetapi Leon lah yang selalu membantunya dan melindunginya.

Lydya mengulurkan tangannya dan mengelus pelan rambut Leon yang sejak dulu hingga sekarang selalu halus.

“Kau tidak perlu melakukan apapun lagi. Aku akan meminta kakak untuk membantu ku,” ujar Lydya membuat Leon mengangkat kepalanya.

“Kak Ray?” tanya Leon dengan wajah sumringah dan Lydya menganggukkan kepalanya.

“Hmm.. katanya kak Ray akan pulang minggu ini dan mami meminta ku untuk menjemputnya,” ujar Lydya tersenyum senang.

“Benaran? Aku ikut, ya?”

Lydya menganggukkan kepalanya dan seketika Leon langsung berteriak kegirangan membuat Lydya tertawa geli melihat kembaran nya itu.

🖌🖌🖌🖌🖌

Brak!!

“Lydya!! Bangun!!”

Lydya yang tengah tertidur tengkurap sontak langsung membuka matanya dengan lebar saat mendengar teriakan dari ibunya yang sangat menggelegar.

“Ya! Anak nakal! Ayo, bangun dan jemput kakakmu!” ujar ibunya berdiri tepat di atas tubuhnya dan mengangkat kimono yang digunakannya.

“Akhh!! Baiklah! Baiklah! Aku bangun!!”

“Ya Tuhan! Zyta!! Apa yang kamu lakukan?!”

Lydya dan ibunya menoleh ke arah sumber suara yang sangat mereka hafal. Lydya dan Zyta saling bertatapan sebentar dan Lydya langsung mengalihkan pandangannya pada sang nenek yang berdiri berkecak pinggang didepan pintu.

“Nenek... mami jahat sama Lily,” ujar Lydya dengan nada memelas sedangkan sang ibu menatap putri yang seorang ratu drama dengan malas.

Zyta melepaskan cengkeraman pelan dari tangan putrinya itu dan menjauh lalu bersedekap kesal. Mala menghampiri Lydya yang sudah bertingkah layaknya Cinderella yang tengah ditindas kedua saudara dan ibu tirinya. Mala duduk di samping Lydya dan memeluknya.

“Uhh~ cucu ku sayang. Apa kau diganggu ibumu lagi?” ujar Mala menepuk-nepuk sayang kepala Lydya dan Lydya yang sudah dalam mode ratu drama langsung menganggukkan kepalanya membuat Zyta memutar bola matanya malas.

Putrinya ini memang sangat hebat dalam dramanya. Siapa pun yang membuatnya tidak senang pasti tidak akan bisa lepas dari cengkraman dunia penuh dramanya. Termasuk dirinya, ibu kandung gadis di dalam pelukan neneknya ini.

“Ibu, sudah. Jangan berlebihan. Lydya itu...,”

“Shttt... cucu ku yang cantik ini sedang sedih. mengapa malah dimarahi?!” ujar Mala dan Lydya segera menganggukkan kepalanya cepat.

Zyta membuka mulutnya tak percaya dua perempuan di depannya. Dari tempatnya berdiri, Zyta bisa melihat putrinya itu tengah tersenyum. Zyta mendengus kesal dan tanpa kata berjalan meninggalkan kamar putrinya. Lydya dan Mala terkekeh geli saat Zyta pergi meninggalkan kamar dengan ekspresi kesalnya.

“Kejar ibumu sebelum dia benar-benar marah,” ujar Mala dan diangguki Lydya.

Lydya berdiri dari duduknya dan segera menyusul sang ibu yang sudah sangat jauh dari kamarnya. Ibunya ini jika sudah kesal maka langkahnya akan dua kali lebih cepat.

“Mami~” panggil Lydya setelah berhasil menyusul Zyta.

Lydya terkekeh dan mengaitkan tangannya pada lengan Zyta yang dilipat didepan dada lalu menggoyangkan nya pelan, masih dengan posisi berjalan.

“Mami, jangan marah. Putri kecil mami ini kan hanya bercanda,”

Zyta berhenti dan menatap Lydya sekilas lalu mendengus membuat Lydya terkekeh gemas dengan tingkah ibunya yang terkadang masih terlihat kekanak-kanakan seperti saat inilah contohnya.

“Heung~ mami marah sama Lydya nih?” tanya Lydya dan Zyta lagi-lagi hanya mendengus dan mengalihkan pandangannya.

“Ayolah, mam. Mami ingin apa? Putri kecil mu ini akan menurutinya,” rayu Lydya dan sepertinya ibunya ini sedang mode kebal dari rayuan mautnya, padahal biasanya rayuan sedikit saja yang akan dikeluarkannya akan membuat ibunya ini langsung luluh.

“Ihh mami. Padahal kak Ray bakalan pulang hari ini tetapi mami malah marah sama Lily. Lily bakal jemput anak laki mami yang ganteng ini sampai rumah dengan selamat sentosa tanpa kurang dan lebih,”

Zyta yang mengalihkan sedikit melirik pada Lydya, “Benaran?”

Lydya tersenyum dalam hati karena berhasil meluluhkan ibunya ini. dia langsung menganggukkan kepalanya dengan cepat.

“Pintar. Mami sayang banget deh sama putri kecil mami ini,” ujar Zyta tersenyum lebar dan memeluk Lydya dengan erat.

“Hmmm.. mami sayang sama Lily kalau ada maunya,”

Zyta terkekeh dan mencolek gemas hidung Lydya, “Siapa bilang?”

“Putri kecil mami ini yang bilang,” ujar Lydya yang kali gantian merajuk pada Zyta.

Zyta yang melihat putri juga melakukan hal yang sama dengannya tetapi tertawa kecil. Lydya memang terkadang mirip sekali dengannya dan terkadang juga sangat mirip dengan suaminya.

“Aduh. Duh. Ada apa ini?”

Lydya dan Zyta menolehkan kepalanya ke sumber suara. Lydya membulatkan matanya dan tersenyum bahagia.

“Papi!!!” pekik Lydya

Dia segera menghampiri ayahnya yang sangat dirindukannya itu.

“Papi, Lily kangen banget sama papi,” ujar Lydya memeluk sang ayah dengan erat untuk menyalurkan semua rasa rindunya.

“Papi juga kangen sama Lily,” ujar Adam tak kalah erat memeluk putri kecilnya ini.

Pekerjaannya yang menumpuk membuatnya harus bolak-balik pergi keluar negeri. Apalagi saat ini ada dua perusahaan yang harus diurusnya walau sudah ada anak pertama nya yang turut membantu tetapi tidak semua diurus oleh anak pertama nya itu.

“Ya gitu. Aku ini dianggap apa?” sindir Zyta membuat Lydya dan sang ayah terkekeh lalu melepaskan pelukan mereka.

“Tentu saja ibu Lydya yang paling cantik,” ujar Lydya mengedipkan sebelah matanya.

“Pintar merayu kamu, ya. Sama kayak papi mu,” ujar Zyta berjalan mendahului suami dan anak perempuannya itu yang tengah terkekeh.

🖌🖌🖌TBC🖌🖌🖌

Chapter ini mungkin bikin bingung dibagian awal tp secara pribadi aq baca bagian awal chapter ini juga bingung😆😆 tp mau rubah udh awang-awang en rek..

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!