NovelToon NovelToon

30 Days Love Letter

Prolog

"Wilson, gue cinta sama lo" pengakuan dari Belle kepada Wilson tentu saja membuat murid lainnya yang juga berada di koridor terkejut bukan main.

Annabelle clarine, cewek bertubuh gemuk dan memiliki kulit sawo matang, serta wajahnya yang penuh dengan jerawat membuatnya masuk ke dalam daftar hitam idaman para cowok.

Tapi hari ini cewek itu dengan berani menyatakan perasaannya terhadap Wilson, most wanted SMA Trevanor.

"Lo mau gak jadi pacar gue, Wil?" lagi-lagi Belle mengejutkan seantreo SMA Trevanor dengan pertanyannya. Keadaan makin sesak dipenuhi oleh anak-anak dari berbagai kelas yang ingin menyaksikan pernyataan cinta cewek terjelek disekolah mereka kepada most wanted mereka.

Wilson menatap datar cewek didepannya. Lalu perlahan mengambil langkah mendekati Belle. Belle terkejut dan reflek memundurkan langkahnya. Tapi Wilson semakin mendekatkan kepalanya kearah Belle. Saat kalimat yang dibisikan Wilson ditelinga Belle berhasil membuat hati cewek itu seakan diremuk dengan kekuatan yang sangat besar. Hancur. Sangat hancur.

"Gue ngomong kayak gini cuma supaya lo gak malu didepan banyak orang. Tapi, dengan badan dan muka lo yang menjijikan itu, lo masih berani nyatain perasaan lo ke gue? Ketika gue bahkan gak pernah anggap lo ada"

#?#?#?

Thank you for reading my first story. Hope you guys like it. Please like my story to support me to keep writing this story. See you in the next chapter 🤗

The Beginning

"Belle, ihh ayok ke kantin cepatan, keburu rame" Valerie menarik-menarik tangan sahabatnya yang sedang sibuk membaca novel tebal yang berada ditangannya.

"Bentar, udah di ujung tanduk nih, nanti gue panas dingin gara-gara penasaran endingnya" mata Belle terus membaca kata demi kata di novel tersebut.

Valerie, cewek cantik keturunan Eropa itu akhirnya mengalah dan kembali duduk ditempatnya. Menggerakan kaki dan kepalanya tak menentu demi menghilangan rasa bosan karna menunggu. Sesekali mengecek ponselnya.

"Ngenes amat hidup lo Val"

"Apa?"

"Gak tau, keliatan banget aja gitu jomblonya"

Satu tendakan mendarat tepat ditulang kering Belle. Belle langsung merintih kesakitan. "Jahat banget sih!"

"Apa!? Lo minta gue tunggu lo baca novel truss pas gue tungguin lo malah ngejek gue, siapa yang gak kesel coba"

Belle menutup novelnya. "Baperan amat sih neng"

"Semenjak ada kata baper, kata maaf kayaknya udah punah ya"

Menyadari maksud perkataan Valerie, Belle merangkul sahabatnya itu dengan gemas. "Yaudah, maaf ya Valerie yang cantik"

Valerie lantas berdiri secara tiba-tiba yang membuat Belle hampir tersungkur karena masih merangkulnya "Oke, kalau gitu sebagai permintaan maaf lo ke gue, lo harus bayarin makan gue dikantin, sekalian upah nunggu lo baca novel tadi"

Belle ternganga mendengar ucapan Valerie, bahkan dia belum sempat mengucapkan satu kata saat Valerie sudah berlari menjauh menuju kantin. "VALERIE MICHELLE!!"

1 tahun memang telah berlalu sejak Belle menyatakan perasaanya kepada Wilson. Tidak terlalu banyak hal yang berubah, hanya saja kini ejekan demi ejekan yang dulu sempat diterimanya kini perlahan menghilang ditelan waktu. Ada perasaan lega ketika akhirnya dirinya tidak lagi menerima ejekan-ejekan tersebut. Tapi ada yang masih tetap sama, tidak dapat dirubah dan dihilangkan, namun setidaknya masih dapat disembunyikan. Perasaan Belle kepada Wilson.

•••••

4 cowok tampan itu kini tengah duduk di tangga dekat ruang guru. Menantang nyali tentu saja. Apalagi dengan indentitas mereka yang saat ini sedang bolos pelajaran. Tapi ada alasan kenapa mereka berani duduk disana, karena semua guru saat ini sedang sibuk mengajar dan tidak ada satupun yang berada di ruang guru.

"Nanti malem jadi ke cafe gue?" tanya Andrew, lebih lengkapnya Giovano Andrew. Cowok dengan predikat buaya darat no.1 di Trevanor karena mantannya yang selalu berganti tiap bulan. Bahkan hampir seluruh cewek di Trevanor sudah pernah berpacaran dengannya. Entah itu cewek dari kalangan atas, menengah, dan bahkan bawah. 'Yang penting cantik' itu motto Andrew dalam berpacaran.

"Ngikut aja gue, yang penting siapin gue space pribadi nanti, malem ini ada season" nah kalo ini si gamers sejati, Jason. Selain gamers sejati dia juga joti alias jomblo sejati. Sebenernya banyak yang suka sama dia, apalagi dengan wajah tampannya yang memiliki campuran Australia dari papannya. Dianya aja yang pemilih, kalo punya cewek harus gamers juga sama kayak dia katanya. Harus. Titik.

"Kalo gitu ngapain lo ikut bambang, dirumah aja lo rebahan dalem selimut kayak cewek"

"Gapapa, sebagai teman yang setia dan imut dan gant-UGH!" kalo yang sekarang lagi mempites leher Jason itu Hulk SMA Trevanor. Siapa lagi kalo bukan Felix Gilbert. Tapi sebenarnya badan Felix tidak sebesar yang orang bayangkan. Badannya sama seperti ketiga temannya. Hanya tenaga nya memang melampaui batas. Terbukti dengan Jason yang kini tengah sesak nafas sehabis lehernya dipites oleh Felix. Tapi memang kalo masalah otot, Felix juaranya.

"Najis lo, pites terus aja Lix sampe dia lupa caranya bernafas" Andrew menimpali.

"Jangan, gue lagi bokek, belum ada uang untuk sumbangan peti matinya" Andrew tertawa mendengar penuturan Felix, sedangkan Jason memilih untuk kembali melanjutkan gamenya, tidak peduli dengan teman-temannya itu walau barusan saja ia hampir kehabisan nafas.

Felix kini berdiri dari duduknya dan menyenderkan tubuhnya ditangga. Tangannya mengeluarkan sebatang rokok, hendak menghidupkannya sebelum tangan lain mencengkram rokok tersebut dan langsung membuangnya.

"Udah gue bilang, jangan ngerokok depan gue"

"Sorry, lupa gue" Felix langsung menyimpan rokok serta koreknya kedalam saku celana.

Itu, namanya Wilson Kyle. Yang paling ganteng (katanya) dan dingin diantara ketiga temannya. Tapi sebenarnya Wilson hanya dingin terhadap cewek, bagaimana tidak kalau hampir setiap hari dia bisa menerima ratusan surat, bunga dan cokelat di lokernya. Bahkan isi surat-surat tersebut benar-benar diluar akal sehatnya. Ada yang mengajak pacaran, ada yang langsung mengajak nikah, dan bahkan ada yang mengajak untuk melakukan adegan dewasa. murahan adalah kalimat yang berhasil keluar dari mulut Wilson ketika membacanya. Dan yang terkakhir, dia hatersnya rokok dan juga minuman keras.

"Lo ikut kan malem ini Wil?"

"Yoi"

"Siap! Complete team"

Keempat prince charming SMA Trevanor itu memang memiliki pesona mereka sendiri. Terlihat sangat sempurna ketika mereka bersama. Surganya para gadis dan nerakanya para laki-laki dengan wajah standar bahkan dibawah rata-rata.

"Ngomong-ngomong, gimana kabar lo dan perasaan lo Wil?"

"*****, bahasa lo alay banget" Felix menoyor kepala Andrew.

"Salah mulu ah gue, lelah hayati bang!"

"Bencong lo ayam"

"Bencong ayam pa*tat lo item"

"Gak berfaedah banget sih obrolan lo berdua" Wilson menyenderkan tubuhnya ditangga samping Felix, lalu membuka kaleng soda yang sudah ia pegang sedari tadi.

"Gue serius tapi, lo yakin lo suka sama Valerie? Dia temennya Belle yang lo tolak dulu kan?"

"SERIUS!? Valerie yang lo suka itu temennya si Belle-Belle yang gendut jelek itu?" Andrew terkejut bukan main mendengar perkataan Jason.

Wilson hanya mengangguk enteng lalu kembali meneguk sodanya.

"Gak tau kenapa, tapi gue rasa ada yang salah dengan perasaan lo kali ini" Wilson menoleh, menatap Felix dengan aneh. "Gak tau juga, gue cuma kepikiran hal ini pas pertama kali lo ngasih tau kami kalo lo suka sama Valerie, mereka sahabat, dan Belle suka sama lo, tapi sekarang lo bilang kalo lo suka sama sahabatnya, Valerie, menurut lo apa yang bakal dia pikirin?"

"Valerie ngegoda Wilson, dan berusaha ngerebut Wilson dari dia padahal Valerie sendiri tau kalau Belle suka sama Wilson dan akhirnya mereka akan berantem" ujar Andrew.

"Jackpot" Felix menjentikan jarinya, tanda bahwa ia setuju dengan perkataan Andrew.

Wilson tidak menjawab lagi. Dia hanya diam sesaat sebelum matanya menangkap perempuan yang sedang mereka bicarakan sedang berjalan kearah mereka di ujung lorong koridor. "Mungkin kalian anggap gue gak punya hati kali ini, tapi gue juga gak bisa cuma diem ketika gue suka sama seseorang kan?" saat Belle telah mendekat, Wilson menghentikan langkah gadis itu.

"Gue harus bicara sama lo" Belle yang tadinya sama sekali tidak berani mengangkat kepalanya akibat melihat Wilson dan teman-temannya dari kejauhan kini terkejut, karena selama ini sejak pengakuannya saat kelas 11 tahun lalu, ini pertama kalinya Wilson berbicara dengannya.

"Wil..." Felix menyentuh pundak sahabatnya itu, berusaha menghentikan tindakan bodoh yang akan dilakukan cowok itu. Felix sebenarnya tidak tau apa yang akan dilakukan Wilson, tapi ia tau bahwa itu bukan kabar yang baik bagi Belle. Sama sekali bukan.

"Tolong kasih ini kesahabat lo" Wilson menyerahkan sepucuk surat berwarna pink. Tidak mempedulikan Felix yang telah memperigatinya.

"Ini-"

"Let's make a deal, Bel"

"Maksudnya?"

"Simbiosis mutualisme. Tugas lo cuma ngasih surat dari gue kesahabat lo setiap harinya tanpa boleh ketauan oleh siapapun termasuk Valerie sendiri, terserah lo mau buat alibi apa tapi jangan bilang kalo gue yang ngasih langsung surat ini ke lo. Sedangkan lo, kita bisa makan bareng setiap harinya dikantin belakang, lo bisa terus berada di samping gue setiap harinya, as you wish, gimana? Deal?"

Belle tertegun, tidak menyangka dengan rentetan kalimat yang baru saja keluar dari mulut Wilson. Wilson menyukai Valerie. Sahabatnya sendiri. Wilson memang tidak mengatakannya secara langsung. Tapi dengan sepucuk surat yang kini berada dalam genggamannya, Belle sangat yakin bahwa Wilson menyukai Valerie. Belle tersenyum getir. Dan semua sahabat Wilson melihat itu.

"Let say we make a contract, i got what i want, and so do you"

Belle diam. Lalu mengangkat kepalanya, menatap manik coklat mata Wilson, seakan telah mengerti apa yang harus dilakukannya. "Gue bakal lakuin hal yang lo minta gue lakuin, tapi gue gamau makan bareng lo tiap hari dikantin belakang"

"Maksud lo? Gue rasa tawaran gue sudah cukup buat lo untuk gak minta hal yang lebih" ujar Wilson dengan nada mengancam.

"Gak, gue bakal lakuin hal yang lo minta gue lakuin Wil, tapi gue gak akan minta lo untuk lakuin apapun buat gue, termasuk makan bersama dikantin, gue gamau maksa lo untuk ngelakuin hal yang gak lo suka, termasuk berada di deket gue"

Kini kedua insan itu saling menatap. Belle menarik nafasnya berat lalu perlahan berjalan mundur menjauhi Wilson. "Right, I'll give it to her right now"

Belle berjalan pergi, sambil membawa surat itu ditangannya. Digenggamnya erat surat itu saat air matanya juga perlahan mengalir membasahi pipinya. Air mata yang seolah memberitahukan kepada Tuhan bahwa saat ini dirinya sedang jatuh. Jatuh kejurang yang sangat dalam. Dimana ia harus memilih antara membahagiakan orang yang dicintainya atau mengorbankan perasaanya sendiri.

Tapi dalam diam, takdir telah merencanakan sesuatu yang hebat. Masa depan yang tak terduga, dan rangkaian kisah yang tiada batas. Dan pahit manisnya kisah tersebut telah dimulai.

#?#?#?

Thank you for reading my first story. Hope you guys like it. Please like my story to support me to keep writing this story. See you in the next chapter 🤗

Day 1

Saat sampai di kelas, Belle langsung duduk dibangkunya, lalu memberikan surat dari Wilson ke Valerie.

"Nih, ada yang ngasih ini ke gue, katanya minta tolong gue kasih ini ke lo" Valerie menoleh, menaikan alisnya heran.

"Hah? Dari siapa?" Valerie membuka surat tersebut lalu membacanya.

Hening.

"Bel, lo tau ini dari siapa?" Valerie bertanya dengan wajah cemas setelah membaca surat tersebut. Tetapi Belle menggeleng. "Gue juga gak tau, tadi adik kelas yang ngasih ke gue dan dia juga bilang kalo dia disuruh orang lain"

Dengan sigap Valerie menyimpan surat tersebut didalam tasnya. "Gak ada namanya emang?" Belle bertanya.

Valerie menggeleng dengan gagap. "G...Gak"

Belle tersenyum melihatnya. Karena dia tau Valerie berbohong. "Sombong deh yang sekarang udah ada secret admire" Belle menyenggol lengan Valerie.

"Apasih Bel"

Belle tertawa lalu memangku wajahnya dengan kedua tangannya, menatap Valerie. "Lo harus bahagia ya Val, jangan ngecewain gue" Ya, Belle tau bahwa semua ini bukan salah Valerie. Temannya ini juga pasti tidak menyangka kalau Wilson akan menyukainya. Wilson juga tidak salah, karena tidak ada yang salah dengan mencintai seseorang. Karena itu jika ada orang yang harus disalahkan saat ini, itu adalah dirinya sendiri. Karena saat ini, penghambat hubungan keduanya adalah dirinya. Perasaannya.

"A-Apa sih Bel, jangan ngelantur deh" Belle terkekeh lalu mengambil buku tulis serta penanya, bersiap mencatat karena guru telah memasuki kelas mereka.

Sedangkan Valerie menatap Belle, dan entah mengapa beberapa praduga muncul dikepalanya. Tentang Belle yang mengetahui siapa pengirim surat itu.

•••••

Bel SMA trevanor mengema diseluruh sekolah, seluruh anak yang tadinya sibuk dengan catatan mereka kini langsung memasukan buku dan peralatan mereka kedalam tas dan langsung berhambuharan keluar kelas. Terdengar sesekali suara guru-guru yang meperingati mereka untuk mengerjakan tugas. Ada yang langsung pulang, ada yang memilih untuk menemui teman mereka terlebih dahulu, dan ada yang memilih untuk mojok bersama pacar mereka.

"Val, temenin gue ke toko buku yuk"

"Boleh, traktir tapi" Valerie menyegir.

"Iya, nurut aja deh"

"Gak, gak, bohongin lo aja" Valerie terkekeh. "Yaudah, ayok, gue pesen g*car ya"

"Iya, tapi lo tunggu aja dulu di parkiran depan, soalnya gue mau balikin buku perpus"

Valerie mengangguk. "Oke"

Belle berjalan dengan setumpuk buku pinjaman yang ia pinjam dari perpustakaan. Kemarin dia sudah selesai membaca buku-buku itu maka dari itu hari ini dia ingin mengembalikannya.

Saat sampai di perpustakaan, Belle menemui penjaga perpustakaan, Bu Gendut. Sebenarnya nama asli Bu Gendut adalah Cecil. Tapi karena beberapa siswa, nama Bu Cecil berubah menjadi Bu Gendut. "Nama ibu gak cocok dengan badan ibu" begitu kata mereka. Bu Gendut terbilang adalah salah satu guru yang cukup dekat dengan Belle. Salah satu faktor kedekatan mereka tentu saja karena Belle yang hampir setiap hari datang ke perpustakaan. Dan juga keduanya terkadang dibilang mirip oleh beberapa siswa lain yang juga pernah datang ke perpustakaan. "Sama gendut nya" ujar mereka dengan sarkasnya.

"Ibu, ini bukunya, Belle tarok sini ya" ujar cewek itu sembari meletakan buku-buku yang ia pinjam di salah satu rak kosong.

"Iya, hari ini mau pinjem buku apa?" tanya Bu Gendut.

"Gak dulu bu, hari ini mau beli Novel sama temen"

"Ohh, yaudah, hati-hati ya dijalan nanti"

"Siap bu"

Belle lantas segera beranjak dari tempatnya saat matanya menangkap seseorang yang sedang berbaring dengan buku yang menutupi wajahnya di kursi bagian belakang perpustakaan mereka.

"Bu, itu siapa di belakang?"

Bu Gendut mengikuti arah pandang yang sama dengan Belle. "Ohh, biasa si Wilson, bolos pelajaran, udah diomongin masih aja bandel"

"Wilson Kyle?"

"Iyalah, siapa lagi kalo bukan anak brandal satu itu, ulahnya gak pernah habis, kayak preman, kerjaanya ngelawan, bolos, gak ada yang bener dari dia"

Belle hanya tersenyum cangung mendengar penuturan Bu Gendut. "Yaudah Bu, aku pa-

"Ibu Gendut yang cantik, imut, dan langsing, kalo mau ngomongin orang itu dibelakangnya dong, masa ngomongin di depan orangnya langsung"

Mendengar suara yang tidak asing lagi ditelinganya itu membuat Belle menoleh kala mendapati cowok yang tengah Bu Gendut tadi bicarakan kini menatap keduanya dengan tajam.

"Eh, kebalik ya?" Wilson berdiri dari duduknya lalu menghampiri 2 makhluk hawa didepannya itu dengan senyum sarkasnya.

"Salah kamu sendiri kenapa tidur di perpustakaan, untung gak ibu laporin kamu ke Pak Gemma" Bu Gendut menatap Wilson dengan kesal.

"Ibu juga bakal kena marah kalo ngelaporin, toh ibu dari awal izinin gue masuk"

"Dan ibu tinggal bilang kalo kamu paksa masuk"

"Yaudah, gue tinggal nyebar gosip keseluruh sekolah kalo ibu tukang lapor"

Bu Gendut tambah merasa kesal. "Mulut kamu itu ya Wilson, sopan dikit sama orang yang lebih tua"

"Kalo mau dihormati ya hormati orang lain juga dong bu, gak bisa hormatin orang lain tapi mau dihormatin"

"Apa maksud kamu?!"

"Ibu sendiri gak seneng di judge, tapi ibu boleh ngejudge orang lain, menurut ibu itu apa? Hormat?"

Belle yang sedari tadi diam kini perlahan berjalan meninggalkan kedua orang tersebut. "Mau kemana lo?" suara Wilson menghentikan langkahnya.

"Ma-Mau pulang" saat Belle kembali ingin berjalan keluar, Wilson menahan lengannya.

"Lo ngomongin gue juga kan tadi?"

Belle terkejut. "Hah? G-Gak, gue gak ngomongin lo"

"Jangan ngibulin gue, ngaku aja kalo kalian sama-sama gosipin gue, mulut sama badan kalian sama-sama ya" ujar Wilson dengan nada mengejek.

"Apa maksud kamu Wilson?!" amarah Bu Gendut mulai naik.

Wilson menatap Belle dengan senyum sarkastiknya. "Sama-sama besar dan gak sadar diri"

"Wilson! Jangan mentang-mentang selama ini ibu diemin kelakuan ka-"

"Bu, Belle pamit ya" Belle memotong perkataan Bu Gendut, lalu berlari keluar dari perpustakaan. Dia tidak ingin melihat wajah Wilson lebih lama lagi. Kata-kata cowok itu tadi sudah cukup menyakiti hatinya sekali lagi hari ini.

•••••

"Dari mana lo? Lama banget di perpus" tanya Valerie sesaat setelah Belle mendatanginya.

"Ngobrol bentar tadi sama Bu Cecil" Belle memang memanggil Bu Gendut dengan sebutan Bu Cecil.

"Gue pikir lo diculik siapa sampe selama ini"

"Hehehe, sorry"

Valerie mengangguk. "Ayo, udah nunggu g*carnya dari tadi, bentar lagi ngamuk mamang nya" Belle terkekeh lalu kedua sahabat itu berjalan keluar dari parkiran dan menuju kesalah satu mobil g*car yang telah menunggu mereka.

Tapi dalam diam ada seorang cowok yang tengah memperhatikan kepergian dua sahabat itu. Entah kepada siapa perhatiannya itu tertuju. Karena saat ini, cowok itu sedang diselimuti 2 perasaan. Benci dan cinta.

#?#?#?

Thank you for reading my first story. Hope you guys like it. Please like my story to support me to keep writing this story. See you in the next chapter 🤗

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!