NovelToon NovelToon

Love You Too Much

Kembali

"Apa kamu benar-benar yakin ingin bekerja di Indonesia sayang? Disini juga banyak Perusahaan yang mau menerima kamu bekerja di Perusahaan mereka."

" Ma, Jessica yakin seratus persen."

Jessica tersenyum pada Natalia.

"Mama tidak perlu khawatir, Jessica akan sering menghubungi Mama, Papa dan Kak Sera. Dan juga, aku akan bertemu dengan Kak Sesil di sana."

Jessica menghela napasnya.

"Jessica juga merindukan Nenek Ma.

Natalia memeluk Jessica dengan erat. Ia hanya tidak ingin jauh dari Putri Bungsunya itu. Sudah 5 tahun putrinya tinggal dengan mereka di Amerika, dan kini ia harus melepaskannya demi keinginan Jessica yang ingin bekerja di sana.

Sejak kecil Jessica tinggal di Indonesia dengan Neneknya. Hingga Neneknya meninggal dunia, Jessica pergi ke Amerika untuk bertemu keluarganya. Ia kemudian memutuskan untuk tinggal bersama keluarganya dan berkuliah di sana.

"Sudahlah Ma, Jessica tidak akan tenang di indonesia jika melihat Mama seperti ini. Jessica juga sudah dewasa Ma, benarkan Jess? "

"Benar Ma. Jessica berjanji, jika ada waktu, Jessica akan kembali.

Natalia menghapus air matanya,

"Baiklah Sayang.

Yang penting, kamu harus menjaga kesehatan kamu, jangan pernah terlambat makan, dan jangan terlalu sering begadang. Itu kebiasaan kamu yang sering membuat Mama khawatir.

"Iya, Jessica berjanji Ma. Jessica tidak akan melakukan hal itu lagi."

"Baiklah sayang,  ini waktunya kamu berangkat. Jangan sampai kamu terlambat."

"Baik Pa. Papa juga jangan lupa menjaga kesehatan ya", sambil memeluk Papanya.

"Iya sayang."

"Kakak akan begitu merindukan kamu sayang", ucap Sera.

"Jessi juga akan merindukan Kak Sera.

Tolong Jaga Mama dan Papa Kak."

"Baik sayang."

Mereka berpelukan erat sambil tertawa.

Tiba-tiba sebuah taksi datang di depan rumah untuk menjemput Jessica.

"Jessica pamit Pa, Ma, Kak Sera", sambil melambaikan tangan.

"Hati-hati sayang", Natalia berdoa di dalam hatinya semoga putrinya baik baik saja dan selamat sampai tujuan.

Ada rasa sedih di dalam hati Jessica karna harus meninggalkan keluarganya. Hanya saja dia begitu ingin kembali ke tempat itu, tempat yang berisi memorinya bersama neneknya, teman-temannya, dan juga pria yang pernah dicintainya saat SMA.

Jessica berharap kembalinya dia ke Indonesia tidak menumbuhkan perasaan itu lagi. Ia hanya ingin menemukan kebahagiaan baru di sana.

--

Tak terasa, Jessica sudah tiba di Bandara Soekarno-Hatta. Tiba tiba handphone nya berdering.

"Halo Kak Nicho. Apa Kak? Kak Sesil akan melahirkan?

Baik Kak, Jessica segera ke rumah sakit sekarang."

Jessica langsung masuk ke dalam taksi menuju Rumah Sakit. Jessica diberitahu oleh Kakak Iparnya bahwa Sesil akan melahirkan seminggu sebelum yang dijadwalkan, tepatnya hari ini.

Sesampainya di rumah sakit, Jessica langsung menuju ruangan Kakaknya. Di dalam ruangan, kakaknya sedang berada di tempat tidur sambil menggendong seorang bayi kecil yang begitu menggemaskan.

"Kakak..." Jessica berlari memeluk kakaknya.

"Jessiii, kamu kapan tiba di Jakarta Sayang?"

"Baru saja Kak.

Jessi langsung ke rumah sakit saat Kak Nicho mengatakan bahwa Kakak akan segera melahirkan."

Jessica melihat sosok bayi kecil di gendongan kakaknya. Senyum gembira terpancar di wajahnya.

Dia sangat menanti nantikan momen saat dia bertemu dengan keponakannya itu.

Sedari dulu Jessica begitu menyukai anak-anak. Dia merasa sangat damai saat bersama mereka.

"Kamu ingin menggendongnya sayang?"

Jessica langsung menganggukkan kepalanya.

Ia kemudian menggendong keponakannya dengan hati-hati.

"Sayang, Ini Tante."

Jessica begitu terharu  hingga akhirnya ia meneteskan air mata.

"Hai sayang, selamat datang."

"Tante berjanji saat kamu besar nanti, Tante akan mengajakmu jalan-jalan. Tante begitu menyayangimu Sayang."

Jessica mencium pipi keponakannya.

Sesil dan suaminya tersenyum melihat Jessica yang begitu menyayangi putri mereka.

Sesil mengetahui bahwa dari awal adiknya itu memang begitu tidak sabar untuk memiliki keponakan.

Mungkin karena Jessica adalah anak bungsu dan sejak kecil Jessica memang selalu ingin memiliki adik.

Ia memang begitu menyayangi anak-anak, pikirnya.

Awal dari takdir

"Sayang, Kakak pikir sebaiknya kamu harus pulang ke apartemen untuk membereskan barang-barangmu."

"Tapi Kak, bagaimana dengan Kakak dan Rachel?"

"Tenang aja sayang, sebentar lagi Kak Nicho akan kembali.

Sebentar lagi kamu juga akan masuk kerja, kamu harus mempersiapkan kebutuhan kamu sayang. Jika kamu ingin bertemu dengan Rachel, besok kamu bisa datang lagi ke kesini. Yang penting semua persiapan kamu sudah selesai."

"Baiklah kak. Jessi akan kembali lagi besok. Soalnya Tante ingin selalu bersama Rachel", sambil mencium pipi Rachel.

"Oh ya kak, Jessica titip salam untuk Kak Nicho."

"Baik sayang, hati-hati ya."

"Bye Rachel."

Jessica melambaikan tangannya pada Rachel yang berada dalam gendongan Sesil.

"Bye Tante."

Bayi mungil itu tersenyum kepada Jessica.

Jessica melangkah menuju lift, namun pada saat dia ingin masuk, dia mendengar suara seorang Wanita menangis.

Dia mencari sumber suara itu dan dia melihat di dalam sebuah ruangan ada seorang Wanita yang menangis terseduh-seduh.

Entah mengapa Jessica ingin bertanya kepada Wanita itu mengapa dia menangis.

Jessica perlahan membuka pintu ruangan itu. Memang sedikit lancang, tapi jessica tidak peduli. Ia hanya ingin menghibur wanita itu.

"Tante...

Apa Tante baik-baik saja?

Apa Tante memerlukan sesuatu?" Jessica memegang pundak wanita itu dengan wajah khawatir.

Rosa menaikkan wajahnya dan melihat seorang Gadis muda yang cantik.

"Kamu siapa?", katanya dengan lirih.

"Maaf sebelumnya Tante karna saya masuk tanpa izin. Saya tadi kebetulan lewat dan mendengar tante menangis. Saya takut Tante kenapa-kenapa."

("Dia anak yang manis", Rossa berbicara di dalam hatinya dengan senyuman)

"Oh ya Tante, Kakak Saya juga dirawat di sebelah ruangan Tante."

"Benarkah?"

"Iya Tante. Saya barusan mengunjungi Kakak saya yang Pagi tadi melahirkan.

"

"Oh ya, siapa nama kamu sayang?"

"Saya Jessica Ornetha Tante", sambil mencium tangan Rossa

("Dia juga gadis yang sangat sopan", Rossa berbicara di dalam hati lagi)

"Saya Rossa."

"Apa Jessica boleh tahu mengapa Tante menangis? Siapa tahu Jessica bisa menghibur Tante."

Jessica tersenyum meyakinkan Rossa.

Rossa tersenyum seketika.

"Anak Tante, dia tidak menuruti keinginan Tante. Tante sangat sedih. Padahal Tante hanya ingin dia segera menikah."

"Oh begitu Tante. Boleh Jessica berapa umur anak Tante?"

"25 tahun sayang."

"Mungkin anak Tante masih ingin berlama-lama tinggal bersama Tante. Dia juga masih ingin membahagiakan Tante. Jika dia sudah punya keluarga, pasti dia akan memiliki kehidupan yang baru dan waktunya untuk Tante juga sedikit. Jessica yakin, anak Tante pasti begitu menyayangi Tante. Jessica juga sering dipaksa Mama untuk segera menikah. Tapi Jessica selalu saja menolak karna Jessica belum siap untuk mempunyai keluarga baru. Jessica masih ingin bersama Papa, Mama dan Kakak."

Jessica yakin, anak Tante pasti berpikiran seperti itu juga", sambil menyunggingkan senyuman dan memegang tangan rossa.

"Umur kamu berapa sayang?"

"23 tahun Tante."

"Kamu masih sangat muda, tapi pemikiranmu sangat dewasa sayang.

Terima kasih telah meyakinkan Tante."

"Sama sama Tante. Jessica senang Tante tidak bersedih lagi."

"Oh ya Tante, apa anak Tante tidak menjenguk Tante?"

"Dia akan datang Sore ini sayang."

"Oh syukurlah Tante."

Tiba-Tiba pintu terbuka...

"Rossa apa kamu baik-baik saja?", ungkap seorang wanita paruh bayah dengan wajah khawatir.

"Aku baik-baik saja Ma. Aku hanya heran bagaimana bisa Ethan mengetahui bahwa aku pura-pura sakit.

(Nama itu... pikir Jessica. Jessica menyela pemikirannya, tidak mungkin Ethan yang dia kenal. Nama Ethan juga banyak di Indonesia)

"Oh ya, siapa gadis cantik ini Rossa?"

"Oh, dia gadis yang menghiburku Ma. Dia kebetulan lewat dan melihatku menangis. Dia gadis yang perhatian."

"Oh hai sayang", sambi memegang pundak jessica.

"Hai Nek, saya Jessica Ornetha." Jessica mencium tangan Merry.

"Nama yang indah. Terima kasih banyak karena telah menghibur Rossa."

"Sama sama Nek. Saya hanya kebetulan lewat tadi".

"Oh ya nek, Tante saya mohon izin untuk pamit pulang. Soalnya saya masih ada urusan."

Jessica kemudian duduk disamping tempat tidur dan memegang tangan Rossa.

"Tante tolong jangan bersedih lagi. Tante jangan lupa menjaga kesehatan ya."

"Baiklah sayang, tante janji. Tante berharap kita bisa bertemu lagi."

"Pasti Tante. Jessica yakin, Jessica akan bertemu dengan Tante lagi."

"Baiklah sayang. Hati-hati di jalan."

"Terima kasihTante."

Jessica berjalan menuju pintu keluar. Sesampainya di luar ruangan, Jessica tersenyum bahagia karena bertemu dengan Rossa dan Merry.

"Dia gadis yang baik kan Bu? Aku harap Ethan bisa menemukan gadis seperti dia."

"Kau benar Rossa. Dia juga gadis yang perhatian pada orang lain."

Di kantor

Seorang gadis memasuki Ruangan Direktur Utama Perusahaan Property Terbesar di Indonesia. Saat bertemu dengan Sekretaris, ia tidak perlu meminta izin untuk masuk, karena semua orang tahu bahwa dia adalah orang yang begitu istimewa bagi Boss mereka.

Laurine mengetuk pintu. Dia sengaja melakukannya untuk menjahili Ethan.

"Masuk", sambil sibuk memeriksa berkas Laporan perusahaannya.

Namun orang itu tidak masuk ke dalam ruangannya.

Pintu ruangannya masih tetap diketuk dari luar.

Merasa kesal, Ethan langsung berdiri dan membuka pintu ruangannya. Ia ingin memarahi orang yang berani bertindak tidak sopan kepadanya. Namun saat melihat orang yang mengetuk, kekesalannya berhenti seketika.

"Hai Kak", dengan senyuman khasnya.

"Hampir saja aku ingin mengumpat padamu. Mengapa kamu mengetuk pintu? Bukankah kamu selalu masuk tanpa mengetuk?

"Aku hanya ingin menjahili Kakak.

Kakak begitu lucu dengan wajah tegang seperti itu ."

Laurine tertawa puas.

"Baiklah. Kamu sudah puas Nona?"

"Sangat puas."

"Oh ya Kak, apa Kakak tidak mengunjungi Bibi?"

Sambil berpikir sejenak, "Aku akan mengunjungi Mama nanti sore."

"Mengapa tidak sekarang saja?"

"Aku hanya bosan dengan permohonan Mama yang selalu menyuruhku segera menikah. Dia bahkan berpura-pura sakit agar aku menuruti kemauannya."

"Mengapa Kakak tidak mengabulkan permintaan Bibi?"

"Kamu ingin aku menikah dengan orang lain?"

Laurine dengan cepat menggelengkan kepalanya.

"Aku hanya memahami perasaan Bibi yang ingin melihat Kakak segera menikah. Aku juga tidak tega melihatnya semakin terpuruk."

Ethan berdiri di hadapan Laurine dan memegang pundaknya.

"Kalaupun aku menikah, aku hanya akan menikah denganmu Lau. Mama tidak pernah mengganggap kita sebagai sepasang kekasih. Dia selalu mengatakan bahwa selamanya kamu hanya akan menjadi adikku. Dan aku sangat tidak menyukai itu."

"Apa Kakak tidak pernah menyukai Gadis lain selain aku?"

"Jika ada, apa kamu tidak cemburu?"

"Tentu saja aku cemburu. Kakak tidak boleh menyukai gadis lain selain aku."

"Benarkah? Kalo begitu aku akan memberikanmu sebuah pelukan", sambil memeluk Laurine dengan erat.

"Aku mencintaimu Kak."

"Aku juga Sayang."

Memory

Keesokan harinya, Jessica pergi ke rumah yang dulu pernah ia tempati bersama Neneknya. Taman yang dipenuhi bunga-bunga indah. Jessica teringat momen saat ia dan Neneknya menanam dan merawat bunga-bunga itu. Dan juga kursi tempat ia dan neneknya sering bercanda gurau.

Seketika hati Jessica mencelos. Ia ingin kembali pada masa-masa ketika bersama Neneknya dulu. Ia begitu merindukan Neneknya. Jessica berdiri di depan pintu rumah itu, melihat tulisan tangannya yang tercoret sempurna di dinding rumah itu.

Dia tersenyum seketika, mengingat betapa jahilnya dia dulu. Tiba-tiba seseorang datang menghampiri Jessica.

"Nona Jessica. Anda benar-benar Nona Jessica kan?", kata laki-laki paruh baya itu.

Jessica tersenyum mengembang.

"Pak Reinhard. Iya, saya Jessica Pak", sambil mencium tangan Reinhard.

"Saya sangat senang melihat Nona kembali ke tempat ini. Sudah 5 tahun semenjak Nona Pergi ke Amerika."

"Iya Pak. Saya juga begitu merindukan tempat ini. Bagaimana kabar keluarga Bapak? Apa Ibu sehat Pak?"

"Puji Tuhan sehat Non."

"Syukurlah Pak. Oh ya Pak, terima kasih banyak karena telah merawat rumah beserta taman ini. Karna Bapak dan Ibu, kenangan saya bersama Nenek saya masih tetap terjaga hingga saat ini. Sekali lagi, terima kasih banyak Pak."

"Sama-sama Nona. Saya sangat senang melakukannya. Nona dan Bu Veronica juga sudah seperti keluarga saya sendiri. Oh ya, apakah Nona akan kembali tinggal disini?"

"Tidak Pak. Untuk sementara saya akan tinggal di apartemen, tapi saya akan sering berkunjung ke sini Pak."

"Oh baiklah Nona. Ini kunci Rumah ini. Duplikat kuncinya masih ada pada saya. Nona bisa melihat kembali kenangan bersama Nenek Nona. Saya permisi dulu Nona."

"Oh iya. Terima kasih banyak Pak."

Jessica memasuki Rumah itu. Ia melihat foto foto yang terpajang di dinding satu per satu.

"Aku begitu merindukanmu Nek. Aku ingin menceritakan banyak hal pada Nenek."

Seketika air matanya menetes.

"Apa kabar Re? Aku juga begitu merindukanmu. Maaf, aku tidak pernah lagi berkomunikasi denganmu. Bahkan aku sudah tidak memiliki kontak mu."

Jessica memandangi fotonya bersama Theresia dengan sedih.

Theresia adalah sahabat Jessica pada saat duduk di bangku SMA. Jessica bahkan sudah menganggapnya seperti saudaranya sendiri. Tapi setelah Neneknya meninggal, mereka jarang berkomunikasi hingga tidak pernah lagi.

Jessica membuka pintu kamarnya. Dinding yang berwarna biru dihiasi ukiran ukiran bunga mawar putih. Ya, Jessica sangat menyukai bunga mawar putih.

Buku-bukunya masih tersusun rapi di rak buku. Seketika satu buku menarik perhatiannya. Buku yang berisi curahan hatinya. Jessica mengambil buku itu dan membukanya. Ada surat terselip didalamnya. Surat yang dulu ia tujukan pada Pria yang ia cintai. Memory itu terbayang di pikiran Jessica.

Flashback On

"Kamu harus segera menyatakan perasaanmu pada Kak Ethan", kata There dengan semangat.

"Tapi aku takut Re. Dan banyak orang mengatakan bahwa Kak Ethan sudah memiliki kekasih", dengan wajah menunduk sedih.

"Itu hanya perkataan mereka saja Jess. Mereka juga belum bisa membuktikan bahwa Kak Ethan sudah memiliki Kekasih."

Theresia kemudian memegang pundak Jessica.

"Jessi, kamu denger yaa. Meskipun banyak orang yang menyukai Kak Ethan, tapi sampai sekarang dia masih belum memiliki pacar. Dia pasti sedang mencari gadis yang tepat. Dan aku yakin itu adalah kamu. Kamu wanita yang sudah menyukainya hampir 3 tahun semenjak kita kelas X dan Kak Ethan kelas XII.  Kamu lihat, meskipun Kak Ethan sudah lulus tapi dia masih berada di sekolah ini sebagai Kakak Mentor. Itu artinya Tuhan ingin memberikan kesempatan padamu untuk menyatakan perasaanmu pada Kak Ethan."

Selain tampan, Ethan dikenal sebagai murid yang cerdas di sekolahnya. Bukan hanya di sekolahnya tapi juga di sekolah-sekolah lain. Bahkan walaupun sudah lulus, Sekolah memintanya untuk menjadi Mentor bagi murid-murid yang ingin masuk ke perguruan tinggi terbaik di Indonesia.

Seketika senyum Jessica mengembang, perkataan There memunculkan kembali semangat di hatinya.

"Menurutmu apa yang harus ku lakukan?"

"Jika kamu takut untuk menyatakan perasaanmu secara langsung, bagaimana dengan surat cinta?"

"Surat cinta?"

"Ya, kamu bisa menuliskan perasaanmu di sana. Kamu hanya perlu memberikannya pada Kak Ethan."

"Ya itu ide yang bagus Re. Terima kasih sahabatku", sambil memeluk erat There.

"Iya sama-sama. Yang penting, kamu harus mendapatkan cintamu. Kamu sudah terlalu lama memendamnya Jessi."

"Baiklah. Aku akan semangat!", Jessica mengangkat tangannya dengan percaya diri.

"Semangat Jessi!"

Mereka tertawa  bersama.

Keesokan harinya sesuai rencana, Jessica akan memberikan surat cintanya pada Ethan. Mereka masuk ke ruangan yang sering dipakai Ethan untuk mengajar. Namun tidak ada seorangpun di dalam ruangan itu.

"Hari ini Kak Ethan sepertinya tidak mengajar", ungkap Jessica.

"Tidak mungkin. Aku yakin Kak Ethan mengajar hari ini. Bagaimana kalau kita mencarinya di sekitar sekolah?"

"Baiklah."

Mereka sudah mencari Ethan di sekitar sekolah namun mereka belum menemukannya. Mereka putus asa dan sempat berbikir bahwa Ethan memang tidak mengajar hari ini.

Namun tidak saat mereka melihat sosok yang mereka cari sedang duduk bersama gadis cantik di bangku taman sekolah.

"Bukankan itu kak Ethan?", ungkap There sambil menunjuk ke arah Ethan.

Mata Jessica langsung tertuju ke arah itu.

"Gadis itu? Bukankan dia berasal dari SMA lain?" Aku pernah bertemu dengannya. Tapi apa yang ia lakukan bersama Kak Ethan?"

"Aku juga tidak mengerti Jessi. Apa kak Ethan mengenalnya? Mereka terlihat sangat akrab."

Penasaran, There dan Jessica menuju ke Taman dan ingin mengetahui apa yang sedang Ethan dan gadis itu lakukan. Namun berhenti saat Ethan membuka suara.

" Aku akan memberitahu semua orang siapa gadis yang kucintai selama ini."

Jessica diam membisu.

(Jadi benar, kamu sudah mencintai gadis lain.)

"Jangan Kak. Aku hanya tidak ingin menyakiti perasaan teman-temanku. Mereka akan kecewa saat mengetahui bahwa Kakak mencintaiku."

Seakan pisau menusuk hati Jessica, ungkapan gadis itu membuatnya lemah tak berdaya. Surat cinta yang ia pegang jatuh dari tangannya.

There yang melihat Jessica merasa begitu sedih. Ia juga turut merasakan apa yang sahabatnya rasakan.

"Tapi aku tidak bisa menyembunyikan perasaanku lagi Laurine. Aku ingin mereka tahu bahwa aku sudah memiliki gadis yang aku cintai."

"Apa kamu tidak cemburu melihatku menerima banyak ungkapan perasaan cinta dari orang lain?", tambah Ethan.

"Aku sangat cemburu Kak. Bagaimana pun aku sangat mencintaimu."

Laurine memeluk Ethan dengan erat.

"Aku juga mencintaimu Lau."

Saat mendengar perkataan Ethan, Jessica terduduk lemas di tanah sambil menangis tersedu-sedu. Dia tidak menyangka semuanya akan berakhir seperti ini. Harapannya selama ini ternyata sia-sia.

"Jessi, maafkan aku. Ini salahku", ungkap There dengan duduk dan memeluk tubuh Jessica.

There menyesal karna telah memberikan harapan yang besar kepada sahabatnya walau dia tahu cepat atau lambat Jessica akan mengetahui bahwa Ethan sudah memiliki kekasih.

"Tidak Re. Ini bukan salahmu. Aku yang terlalu berharap pada Kak Ethan. Dulu harusnya aku berusaha keras melupakannya. Dia sangat mencintai gadis itu. Bahkan dia rela menyembunyikan perasaannya dari banyak orang demi menjaga perasaan gadis itu. Apa yang harus kulakukan Re?"

Jessica merasa bahwa akan sulit melupakan Ethan. Ia terlalu dalam mencintai pria itu.

"Kamu hanya harus melupakannya Jessi. Bukankah kamu mengatakan bahwa kau akan bahagia jika melihat Kak Ethan bahagia?"

Jessica menaikkan wajahnya menatap There dan menganggukkan kepalanya.

"Ya aku harus melupakannya Re. Dia terlihat sangat bahagia bersama gadis itu. Aku janji akan melupakannya."

Jessica pikir cara satu-satunya agar ia dapat melupakan Ethan adalah dengan pergi ke Amerika. Ia memutuskan akan berkuliah di sana. Ini waktu yang tepat untuk tinggal bersama orang tua dan kakak nya. Setelah neneknya meninggal, Jessica tidak memiliki keluarga lagi di Indonesia.

Flashback Off

Senyuman bercampur sedih ketika ia mengingat kisah cintanya dulu.

"Apa kamu sudah menikah Kak? Aku harap kamu bahagia dengan gadis itu."

Sudah melupakan Ethan? Tentu saja. Tapi entah mengapa setiap mengingat nama itu hatinya masih bergetar walau tidak sedalam dulu.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!