Part 1
Seorang gadis duduk di sebuah bangku taman yang sudah tua bahkan tak terpakai.
Dia mempunyai mata berwarna biru, rambut bergelombang berwarna pirang.
Dia hanya diam dan tetap fokus pada buku di depannya.
Kemudian dua anak laki laki yang lebih tua dua tahun menghampiri gadis tersebut.
"Hai, boleh duduk gak?" tanyanya pada sang gadis.
Gadis tersebut menoleh, ia tersenyum, "Boleh kok," ujarnya.
Kedua anak laki laki tersebut pun duduk di sampingnya.
"Nama kamu siapa?" tanya anak laki laki yang satunya.
"Namaku Levana Arifatul Hana, Kak, tapi temen-temen panggilnya Vana," ucap gadis tersebut memperkenalkan dirinya.
"Kamu ngapain di sini sendirian?" tanya anak laki laki yang satunya.
"Vana biasa kesini, kalo lagi ingin menyendiri." jawab Vana.
"Kalo nama kakak siapa?" tanya Vana.
"Kenalin namaku Lavino Revanka Wiliam, panggil aja Vino." ucap anak lelaki yang lebih banyak diam.
"Kalo namaku Fraza Maikel Fandrian, panggil aja Maikel." ucap anak lelaki yang satunya yang lebih banyak bertanya.
"Kakak orang baru ya, kok Vana baru liat pertama kali ini?" tanya Vana.
"Kita sedang study tour ke bandung." jawab Maikel.
"Ohh... Kakak emangnya dari kota mana?" tanya Vana.
"Kakak dari Jakarta." jawab Maikel.
"Kamu asli orang Bandung ya?" tanya Vino.
"Iya, Kakak kelas berapa?" tanya Vana kembali.
"Kakak kelas 3 SMP, kalo kamu kelas berapa?" tanya Maikel.
"Aku masih kelas 2 SMP Kak," jawab Vana.
"Emm... yaudah kak ya, Vana pergi dulu, daahh." ucapnya berpamitan pergi, ia langsung berlari dan tak menghiraukan teriakan dari Maikel dan Vino.
"Mukanya mirip banget ya sama adek lo." ucap Maikel, Vino hanya mengangguk.
"Atau jangan jangan dia emang adek lo." ujar Maikel menerka nerka.
"Gak usah ngada ngada lo, gak mungkin adek gue selamet dari kecelakaan maut 8 tahun lalu, sampe sekarang aja gak ada tanda tanda keberadaannya." ujar Vino
***
Sepulang dari taman, Vana langsung pulang kerumah.
Tanpa mengucap salam ia langsung masuk begitu saja.
Dilihatnya sang adik yang masih berumur 7 tahun berada di pangkuan sang bunda.
Vana bersebunyi di balik pintu 'andai bunda masih sayang Vana' batin Vana.
Sebelum air matanya jatuh, Vana langsung bergegas masuk ke kamarnya.
Ia menuju meja belajarnya, kemudian duduk sambil memandangi kalung di tangannya.
Di atas bando kalung tertulis nama 'Lavina Revanki Wiliam & Lavino Revanka Wiliam, dari kakak tersayang'.
Tok tok tok
Seseorang mengetuk jendela kamar Vana.
Vana menoleh, ia bangkit dari duduknya menuju jendela.
Di bukanya jendela kamarnya, memperlihatkan anak laki-laki seumuran dengannya.
"Raka? kamu ngapain?" tanya Vana.
Anak laki-laki yang bernama Raka tersebut pun menjawab, "Ke taman yuk," ajaknya.
"Aku habis dari sana," jawab Vana.
"Yaudah, ke Danau aja," tawar Raka.
Vana pun mengangguk, ia keluar lewat jendela.
Mereka pun pergi ke sebuah Danau yang dimaksud.
Setibanya di Danau, mereka duduk di atas kayu yang tumbang di pinggir Danau.
"Kamu mau curhat ya?" tanya Vana menebak.
Raka menyengir kuda, Vana dan Raka bisa di sebut sebagai teman yang akrab, sudah lama Vana suka dengan Raka, namun ia tidak tau bagaimana perasaan Raka terhadapnya, Raka sering curhat pada Vana, Vana pun sering mendengarkannya, namun akhir akhir ini, curhatan Raka membuat hatinya sedikit sakit.
"Kamu mau curhat tentang Kaila ya?" tanya Vana untuk ke dua kalinya, lagi-lagi Raka mengangguk sambil menyengir.
"Kemarin aku jalan sama Kaila, terus aku kerjain dia pake cicak mainan, dia ketakutan sambil meluk aku," ujar Raka sambil senyum-senyum sendirian.
Vana tersenyum miris, ia menahan sakit hatinya, ia selalu memberi solusi pada Raka yang membuat hatinya sendiri terluka, menurutnya asalkan Raka bahagia, dia juga akan bahagia.
"Kamu udah nembak?" tanya Vana, Raka menggeleng.
Next!!
Part 2
Vana dan Raka masih setia menunggu Danau tersebut.
"Kenapa kamu gak nembak Kaila? katanya kamu suka," tanya Vana, matanya masih setia memandangi Danau di depannya.
Raka tak kunjung menjawab pertanyaan dari Vana. Seakan tau isi hati Raka, Vana pun angkat bicara.
"Jangan takut di tolak, coba aja dulu, yang penting kan kamu sudah mencoba dan berusaha," ujar Vana, matanya masih tetap memendangi Danau.
"Emm..., lo bener, gue coba dulu aja kali, ya," ujar Raka, ia menatap Vana sekilas, sedangkan Vana masih tak berkutik.
Vana hanya diam, matanya memandang lurus ke depan dengan tatapan kosong.
"Makasih ya, Van," ujar Raka, Vana hanya mengangguk.
"Gue balik dulu ya, Ka," ujar Vana, ia langsung pergi meninggalkan Raka, ia berlari menuju rumahnya.
Raka menatap punggung Vana yang mulai menghilang, dengan tatapan bingung.
"Kok dia akhir akhir ini menjauh, ya," gumam Raka.
SKIP RUMAH
"Kok sepi, ya," gumam Vana, baru saja ia masuk, namun sepertinya tak ada orang di rumah.
"Mah, Pah," panggil Vana.
"Huh..., kayaknya mereka pergi liburan tanpa aku lagi," gumam Vana, kepalanya menunduk menatap lantai.
Vana langsung bergegas masuk ke kamarnya.
Ia berdiri di depan jendela, matanya menatap kosong ke luar, lagi-lagi Vana melamun.
Hari semakin sore, namun ayah, ibu, dan juga adiknya belum kembali.
Vana hanya berbaring di kasurnya, mungkin sekarang hobinya adalah melamun.
Ia tak habis fikir pada keluarganya itu, ia dulu anak yang sangat di sayang oleh ayah dan ibunya, namun semua itu berubah setelah kehadiran sang adik, Vana tak menyalahkan adiknya, ia menyalahkan dirinya sendiri.
Sekarang ia hanya punya Raka, satu satunya orang yang peduli padanya.
Andai kejadian itu tak pernah terjadi, mungkin sekarang Vana sedang berbahagia bersama keluarganya, bukannya bersedih, dan suka menangis diam-diam di dalam kamarnya.
"Aku siapa? siapa sebenarnya aku ini? siapa keluargaku?"
**
Hari ini adalah hari sabtu, pelajaran pertama di kelas Vana adalah olahraga.
Sekarang semua Murid sudah berkumpul di lapangan.
Sambil menunggu sang Guru, para Murid melakukan pemanasan sendiri-sendiri, ataupun berlatih olahraga.
Anak laki-laki sekarang sedang berlatih olahraga Sepak Bola.
Sedangkan anak perempuan berlatih olahraga Bola Voli, Vana memang payah dalam memainkan Bola Voli, tapi ia lebih Jago bermain Basket.
"Auww...," ringis Kaila saat Bola Voli mengenai kepalanya.
Vana tak sengaja mengenai kepala Kaila dengan Bola Voli.
"Vana! lo gak becus banget sih!" teriak Naya sambil membantu Kaila.
Vana hanya diam mematung, ia tipe gadis yang pemalu, tidak suka di ejek, dan juga tidak suka di bentak, namun kelebihannya adalah, dia selalu tegar, dan satu lagi, dia takut bila di jauhi oleh orang yang di sayanginya.
Sebenarnya kejiwaan Vana mulai memburuk, sejak keluargannya mulai menjauhinya.
"Ma-af," lirih Vana, bahkan hampir tak terdengar.
Raka menghampiri Kaila, ia terlihat sangat khawatir.
Vana yang melihat Raka begitu khawatir dengan Kaila pun semakin merasa bersalah.
Raka menatap tajam Vana, bagai tertusuk, sekarang Vana ketakutan, ia takut Raka menjauh.
Vana tak berhenti mengucapakan kata maaf.
Kaila sudah di bawa ke UKS, Raka pun menyusulnya.
Saat Raka berpapasan dengan Vana, ia membisikan sesuatu, membuat tubuh Vana bergetar.
"Maaf lo gak guna," ucapnya penuh penekanan.
Seketika tubuh Vana melemas, bagi kalian memang itu hal sepele, tapi karena mental Vana yang tak baik-baik saja, itu sangat berpengaruh bagi Vana.
Semua orang memandang Vana kasihan, jujur saja, beruntung bagi seseorang bisa berteman dengan Raka, karena dia termasuk sebagai Most Wanted.
Kaila memanfaatkan keadaan ini sebaik mungkin, jujur, Kaila tidak suka jika Vana dekat dengan Raka.
Padahal Kaila adalah sahabat terdekat Vana setelah Raka.
SKIP KELAS
Vana terlihat murung setelah pelajaran olahraga.
Ia hanya diam di bangkunya, bahkan Raka terlihat menjauhinya.
Next!
Part 3
Vana diam tak berkutik, hatinya dipenuhi ketakutan.
Ricky dan Aksa, mereka adalah sahabat Raka, juga termasuk the Most Wanted Boy.
Mereka sedang memperhatikan Vana, selang beberapa menit, mereka pun menghampiri Vana yang masih terdiam.
"Van, lo gak papa?" tanya Aksa.
Vana menoleh sebentar, kemudian ia kembali terdiam.
"Gue percaya lo gak salah," ucap Ricky.
Mendengar perkataan Ricky, Vana pun memandang Ricky intens.
"Rick, kalo Raka benci sama aku gimana?" tanya Vana, ia menatap Ricky dengan mata sendunya.
"Gak bakal Van, lo percaya aja sama Raka," ujar Aksa.
"Tapi dari tadi Raka cuek sama aku," ujar Vana menunduk.
"Udahlah, gak usah dipikirin, masih ada kita kok," ucap Ricky, Aksa mengangguk membenarkan ucapa Ricky.
Vana terlihat lebih tenang sekarang.
Vana memberanikan diri untuk mendekati Raka dan Kaila, walaupun hatinya terluka melihat Raka dan Kaila bermesraan, ia tetap mendekat ke arah mereka.
"Kai, aku minta maaf ya, tadi aku gak sengaja, aku memang payah dalam bermain Bola Voli, aku bakal lakuin apa aja, asalkan kamu maafin aku," ujar Vana.
Kaila menatap Vana, begitupun dengan Raka, sedangkan Vana hanya bisa menunduk.
'Gue maafin aja kali ya, nanti kalo gue gak maafin Vana, Raka bakalan benci sama gue' batin Kaila.
"Gue maafin elo kok," ujar Kaila sambil tersenyum manis.
Kaila memberikan maaf dan senyum tanpa ada rasa ketulusan di hatinya.
Kini Vana sudah bisa tersenyum kembali, Raka pun sudah akrab kembali dengan Vana.
***
Sekarang Vana dan Raka berada di taman yang tak terpakai, mereka memang sering kesana.
Seperti biasa, Raka selalu curhat tentang Kaila, Vana selalu mendengarkan dengan baik, ia tak memperdulikan hatinya yang tersakiti.
Tanpa mereka sadari, dua orang tengah mengintai mereka.
Ternyata Ricky dan Aksa yang tengah menguping pembicaraan Raka dan Vana.
"Bodoh, Vana bodoh, kenapa dia terima rasa sakit hati sih," gumam Ricky.
"Bodoh, Vana bodoh, kenapa dia terima sakit hatinya sih," gumam Ricky.
Aksa menengok pada sahabatnya itu, kemudian ia menghembuskan nafasnya kasar.
"Lo suka ya sama Vana?" tanya Aksa.
Ricky pun menatap Aksa, "Jangan gila lo, gue cuman nganggep dia sebagai saudari kembar gue," ujar Ricky.
Aksa melongo di buatnya, "Emangnya lo punya sodari kembar?" tanya Aksa, Ricky pun mengangguk.
"Iya, dia udah meninggal waktu umurnya 7 tahun karena gagal ginjal, dia polos, pemalu, tapi dia tegar, dan Vana persis kaya dia," ujar Ricky panjang lebar.
Aksa masih dibuat tak percaya dengan ucapan Ricky.
Mereka masih asik menguping dua insan di depannya, namun mereka dikejutkan oleh suara dari belakang.
"Kalian ngapain?" tanya Maikel, seseorang yang mengejutkan Ricky dan Aksa.
"Astaga!" kaget mereka berdua dengan kompak.
"Kalian ngapain, kok sebunyi-sembunyi?" tanya Maikel sekali lagi.
Ricky dan Aksa terlihat bingung, Vino menoleh ke arah belakang Ricky, ia menemukan Vana dan Raka yang sedang mengobrol.
"Kalian ngintip mereka ya?" tanya Vino.
Ricky dan Aksa malah cengengesan.
Mereka pun berkenalan.
"Kita samperin yuk," ajak Maikel.
"Tapi kak...." Vino langsung berjalan menghampiri Vana, membuat Aksa tak melanjutkan kalimatnya.
Mereka pun menyusul Vino dari belakang.
"Hai Vana," sapa Vino, Vana sedikit terkejut melihat kehadiran Vino.
"Kak Vino," ujar Vana terkejut.
"Kakak ngapain di sini?" sambung Vana bertanya.
"Kakak cuman jalan-jalan, terus liat kamu di sini, kakak samperin deh," ujar Vino memberi penjelasan.
"Woy!" ucap Maikel, Ricky dan Aksa bersamaan.
Vana menatap terkejut, sedangkan Raka menatap Heran dan bingung.
"Ka, ini Kak Vino sama Kak Maikel, mereka dari Jakarta, dan ke sini buat Study Tour," ujar Vana memperkenalkan.
"Ricky, Aksa, kok kalian juga ada di sini?" tanya Vana.
"Kita tadi ketemu, terus kita minta mereka buat temenin kita keliling," jawab Maikel berbohong, Vana hanya ber oh ria.
Next!
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!