NovelToon NovelToon

Badboy & The Beast

BBTB #01

Suasana asri pepohonan nan rindang didepan rumah dengan udara yang sejuk membuat gadis yang masih tertidur di dalam kamar itu tak kunjung bangun . Biasanya gadis itu tidak pernah terlambat bangun pagi . Namun kali ini entah mengapa gadis itu terlambat bangun pagi .

"Mochi bangun ! udah jam 6 kamu nggak ke sekolah ?"

Sang ibu Rita Cantika menggelengkan kepalanya melihat sang anak masih bergelung di dalam selimut sembari memeluk boneka kesayangannya itu .

"Nggak sekolah Bunda, 'kan hari minggu ."

Mochira berbicara dengan kedua matanya masih terpejam rapat .

"Hari minggu ?! sekarang masih hari sabtu Mochi !"

Mochi yang terkejut pun langsung mengambil ponsel butut nya dan melihat jam menunjukkan pukul 06.00 wib . Mochi gelagapan mengingat dirinya saat ini belum bersiap siap .

"Aduh, Bunda kenapa gak bangunin Mochi sih , kan mochi jadi telat bangunnya !"

Mochi langsung beranjak dari kasurnya ke kamar mandi terburu buru .

"Kamu nggak usah mandi Mochi , nanti telat berangkat nya !"

Sang bunda pun mengingatkan jika Mochi mandi akan memakan waktu lama mengingat dirinya ke sekolah menggunakan angkutan umum .

"IYA BUNDA !!"

Rita menghela nafas melihat Mochi yang jika terlambat bangun selalu seperti itu . Rita keluar dari kamar Mochira dan menuju sang suami Haris yang bersiap siap sarapan dan pergi ke kantor .

"Mochi udah bangun Bun ?"

"Sudah Ayah , Mochi kira hari ini minggu makanya dia telat bangun ."

Haris terkekeh pelan," Mochi persis bunda dulu kan selalu lupa kalau hari ini hari apa ."

"Ayah jangan ungkit masa lalu Bunda , ayah juga gitu suka sekali dengan kue mochi sampai sampai nama anak juga dikasih nama Mochi."

Haris terkekeh pelan mendengar nada kesal Rita yang selalu saja tidak suka dengan nama pemberian sang suami .

"Sarapan dulu Nak ."

Haris melihat putrinya terburu buru memakai sepatu sembari membawa tas .

"Mochi takut telat Yah. Kan, Ayah tahu sendiri jam 07.15 pagar udah ditutup."

"Benar kata Ayah mu Mochi , sarapan dulu biar kamu ada tenaga buat belajar ."

"Nanti Ayah antar ke sekolah kamu ."

Mata Mochi berbinar binar mendengar perkataan sang ayah . Karena Mochi sangat ingin sekali sang ayah mengantarkannya ke sekolah mengingat arah sekolah dan tempat kerja ayahnya berlawanan .

"Beneran Yah ? nanti Ayah terlambat ke kantor ."

"Bisa di atur sayang , nanti ayah pakai kecepatan spiderman deh."

Mochi tertawa pelan," Ah, Ayah ada ada aja deh , yaudah Mochi sarapan dulu tungguin Mochi ."

Mochi pun sarapan secepat kilat meski dengan nasi goreng ala kadarnya buatan sang bunda, Mochi tidak pernah mengeluh dan selalu bersyukur mempunyai orang tua seperti ayah dan bunda nya.

Setelah selesai sarapan Mochi dan Haris pun pamit berangkat .

"Assalammualaikum Bunda." Mochi menyalami tangan Rita begitu juga dengan Rita menyalami tangan Haris .

"Waalaikumsalam hati hati."

Rita melambaikan tangannya dibalas dengan Mochi yang ikut melambaikan tangannya . Mochi dan Haris menggunakan sepeda motor astrea grand satu satunya peninggalan sang kakek .

*****

"Kak Gavin bangun ! Gak Gavin!"

Seorang gadis yang usianya sama dengan Gavin itu terus saja menggoyang-goyangkan badan Gavin mengingat Gavin yang semalam pulang larut malam dengan pintu kamar yang tidak di kunci.

"Apaan sih lo !"

Lagi lagi nada ketus dan dingin itu yang keluar dari mulut Gavin .

"Hum, Kakak disuruh papa bangun dan sarapan."

Gavin menggeram kesal bisa-bisanya tidur nyenyaknya dibangunkan oleh gadis yang dibenci nya didepan ini .

"Gue nggak sudi lo panggil KAKAK !"

"Ta-tapi kak ,—"

"KELUAR !"

Teriakan Gavin membuat sang gadis pun berlari keluar sebelum Gavin semakin marah melihat dirinya .

Gavin menghela nafas nya . Gavin sendiri bosan dengan kehidupannya yang seperti itu saja . Gavin ingin sesuatu yang berbeda . Gavin segera pergi beranjak ke kamar mandi .

"Gavin udah bangun sayang ?"

"Udah Pa."

Ferry Angkasa Gunawan, nama papa kandung Gavin melihat wajah murung putri kandung nya itu mengernyit heran .

"Kamu kenapa sayang ?"

"Dian nggak apa-apa Pa ."

"Gavin lagi ?"

Diandra menggelengkan kepalanya membuat Azura, sang mama menghela napas pelan.

"Mas , aku mohon jangan bertengkar lagi dengan Gavin ."

"Zura , mau sampai kapan Gavin tidak bisa menerima kamu dan Diandra ? sedangkan kamu tahu jika selama ini Gavin salah paham !"

"Aku tahu Mas . Aku nggak ingin Gavin semakin membenci aku dan Diandra . Sementara kita lebih tahu yang membuat kita berpisah adalah Aruni."

"Zura , cepat atau lambat Gavin harus tahu hal ini agar kamu dan Diandra tidak terus terusan disalahkan oleh Gavin atas kematian Aruni !"

"Papa ,Mama jangan bertengkar lagi. Dian yakin suatu saat nanti kak Gavin pasti berubah ."

Diandra yang melihat suasana di meja makan mulai memanas membahas tentang Gavin . Diandra sebenarnya sudah lelah namun Diandra akan terus berusaha membuat keluarga nya harmonis seperti keluarga sahabat nya Mochi meskipun terlihat sederhana namun mereka bahagia .

"GAVIN !"

Ferry memanggil putra nya mengingat Gavin melangkah terburu buru melewatkan waktu sarapan . Gavin yang merasa dirinya terpanggil menoleh dan berhenti sebentar .

"Kenapa lagi ?!"

"Gavin ! Papa minta kamu duduk dan sarapan bersama Mama dan dik kamu !"

Gavin tertawa sumbang, "Mama ? Adik ? cih ! mama aku udah meninggal dan aku nggak punya Adik !"

"GAVIN !"

"Sudah Mas ... jangan memarahi Gavin lagi , biarkan Gavin terbiasa dulu ada aku dan Diandra."

Azura berusaha menenangkan Ferry yang emosi melihat perlakuan Gavin . Belum lagi kelakuan Gavin diluar sekolah dan disekolahnya membuat Ferry memijit kepalanya pusing .

"Cih, drama !"

Gavin berlalu pergi begitu saja keluar rumahnya tanpa berpamitan . Gavin selalu saja seperti itu membuat Ferry dan Azura harus extra sabar menghadapi sikap Gavin .

"Aku nggak nyangka Ra , meninggal nya Aruni membuat Gavin sampai seperti ini. Apa mungkin ini karma bagi aku yang mempermainkan Aruni ?"

Azura memegang tangan Ferry, " Mas , jangan bicara seperti itu . Semua ini bukan salah siapa-siapa . Jadikan masa lalu itu pelajaran agar kita tidak mengulanginya . Aku yakin suatu saat nanti Gavin akan menyadari jika Aruni lah yang sudah salah hadir di kisah cinta kita.

"Maafkan semua kesalahan aku Azura."

"Aku udah maafin kamu Mas ."

Azura dan Ferry saling melempar senyuman manis membuat Diandra speechleess.

"Aduh , Dian lagi nonton live sinetron nih !"

Diandra menyindir kedua orang tuanya yang bermesraan didepan dirinya .

"Eh, Mama sampai lupa kalau ada kamu sayang ."

Azura tertawa membuat Diandra mencebik .

"Iya Papa juga lho , Papa kira kamu udah berangkat sekolah tadi ."

"Ih, Papa, Mama kebiasaan deh bikin baper Dian aja !"

Diandra memanyunkan bibirnya membuat Ferry semakin terkekeh.

"Makanya sayang kamu cari pacar sana biar gak ngenes !"

"Papa nih mentang-mentang ada Mama gitu ! anak sendiri dikatain !"

"Jangan diejekin Dian nya Pa kasian udah jomblo , suka merajuk lagi ."

Azura dan Ferry kompak menjadikan Diandra sebagai bahan ejekan untuk mencairkan suasana .

"Papa, Mama nyebelin ! udah ah Dian berangkat ,assalammualaikum!"

Diandra menyalami tangan kedua orang tuanya dengan masih mencebik lucu.

"Waalaikumsalam sayang, hati hati nanti bibirnya jatuh lho kalau ekspresi kamu gitu terus !"

Azura masih saja menggoda anak gadisnya itu membuat Diandra semakin kesal dan jengkel .

"Yaudah sayang , aku berangkat kantor, kamu hati-hati dirumah ."

"Iya Mas ."

Ferry dan Diandra menggunakan mobil yang berbeda . Ferry dengan supir pribadinya menggunakan mobil alpard sedangkan Diandra menggunakan mobil bmw pink kesayangannya.

BBTB #02

Seluruh siswa dan siswi SMA Pelita Bangsa memusatkan perhatian melihat mobil paling mewah diantara mobil lainnya . Mereka sudah bisa menebak siapa yang mengemudikan mobil itu . Sang bad boy Gavin . Mochi yang baru saja sampai disekolahnya tidak bisa melepas pandangan nya terhadap Gavin yang baru saja datan. Bagaimana Gavin berdiri keluar dari mobil nya sembari mengacak acak rambut nya , dan bagaimana Gavin berbicara Mochi sudah sangat hafal.

"Babu ! bawain tas gue !"

Tasya Rivendar, melemparkan tasnya begitu saja yang reflek ditangkap Mochi yang tiba tiba datang bersama teman temannya . Tasya merupakan most wanted disekolah itu ,namun Gavin sudah bosan dengan Tasya . Bisa dibilang Tasya mantannya Gavin .

"Ta-tapi Sya,—"

"Lo mau ngelawan gue ?!"

"Udah lah Sya kasih aja kue Mochi ini pelajaran !" Siera salah satu teman Tasya mengompori agar Mochi mendapat bullyan lagi hari ini .

"Oke , enaknya kita kasih pelajaran apa ya ."

Tasya memikirkan sesuatu diotak nya yang mana semua ide Tasya sangat buruk .

"Please Sya, gu-gue mau belajar izinin gue pergi."

Tasya tertawa sumbang mengingat Mochi sepertinya ketakutan dengan Tasya .

"Heh, Mochin ! gue gak sebaik yang lo kira . Ya kali gue bebasin lo gitu aja !"

"Siera , Della , Jeni kalian bawa kan ?"

Mereka semua mengangguk dan memberikan botol minuman yang berisi cairan kental berwarna hitam itu pada Tasya .

"Pegangin !"

Tasya menyuruh teman temannya memegang Mochi . Siswa dan siswi lainnya ikut prihatin dengan apa yang terjadi dengan Mochi karena Tasya merupakan donatur terbesar disekolah nya .

"Please , Sya ...."

Mochi menggeleng dengan air mata yang sudah membanjiri kedua pipinya .

"Sorry Mochin !"

Tasya berusaha memegang rahang mulut Mochin kuat dan mulai memasukkan cairan kental berwarna hitam itu . Mochi berusaha menggeleng sekuat tenaganya dan meronta karena Jeni , Siera dan Della memegang tangan Mochi kuat . Mochi terus berusaha hingga Mochi menginjak salah satu kaki teman Tasya dan Mochi berhasil menepis Botol itu hingga mengenai seseorang .

Mereka melihat siapa orang bernasib naas yang terkena lemparan botol berisi cairan itu .

Deg Tasya dan teman temannya langsung menegang ,mengingat orang yang terkena lemparan botol itu adalah Gavin .

"Anjirr ! bau banget lo Vin ."

"Iya bau got gitu terus busuk lagi !"

Leo dan Geo merupakan sahabat Gavin melihat Gavin saat ini dalam mode marah nya . Gavin mengepalkan kedua tangannya dan menggertakkan rahang nya .

"SIAPA YANG LEMPAR GUE !"

Tasya dan teman temannya tidak dapat berkutik ,mengingat Gavin dalam mode bahaya saat ini .

"KALAU KALIAN GAK BERANI JAWAB, GUE KELUARIN DARI SEKOLAH !"

Mochi yang sudah ketakutan akan diancam seperti itu menjawab perkataan Gavin .

"Ta-Tasya."

Gavin memandang Tasya dengan tatapan membunuh miliknya .

Tasya meneguk ludahnya kasar dan segera mencari alasan agar Gavin tidak murka terhadapnya .

"Bu-bukan gue Gavin sayang ... mana berani gue kayak gitu sama lo," ucap Tasya takut takut.

"I-iya Gavin , gak mungkin Tasya senekat itu sama lo !"

"Mochi yang lempar Gav !"

Teman teman Tasya membela Tasya dan menuduh Mochi .

"Bu-bukan Gavin , me-mereka bohong . Tasya yang berniat meminumkan cairan dalam botol itu ke aku,tapi tangannya aku tepis jadi kena kamu."

"Apa ? kamu ?!"

Tasya dan teman temannya tertawa sumbang.

"Sejak kapan lo jadi orang special Gavin hah ! mata lo buta ! lihat penampilan lo kayak gini lusuh , dekil hidup lagi !"

Lagi.

Hati Mochi semakin sakit ,namun Mochi tetap bertahan hingga suara menggelegar milik Gavin terdengar .

"Siapa nama lo ?!"

Gavin memandang tajam Mochi membuat Mochi semakin takut .

"Mo-Mochi ."

Leo dan Geo terkekeh pelan mendengar nama Mochi .

"Nama lo lucu Mochi , gak sesuai deh sama orang nya !"

"Mochi a.k.a Mo berCinta Hayuk sinI!"

"Ahahahaha ! pas tuh bro !"

Leo dan Geo menertawakan nama Mochi yang mereka panjangkan sendiri artinya membuat Tasya dan teman temannya menertawakan Mochi .

"DIAM ! Leo , Geo seret Tasya dan teman temannya ke gudang belakang sekolah !"

Tasya dan teman temannya meneguk ludahnya kasar mengingat Gavin akan menghukum mereka .

"Gavin , please lo percaya sama gue ! bukan gue pelakunya ."

Gavin tersenyum miring melihat Tasya yang selalu seperti itu .

"Lo .pasti .akan. menikmati .hukuman nya. ***** !"

Gavin tersenyum miring dan menekankan perkataannya membuat Tasya dan teman temannya menegang dan takut mengingat nada bicara Gavin yang dingin . Gavin memandang tajam Mochi .

"Dan lo jangan senang dulu ! tunggu giliran lo selanjut nya !"

Gavin memberi kode pada Leo dan Geo untuk menyeret Tasya dan teman temannya menuju gudang belakang sekolah tempat nongkrong Gavin bersama kedua teman nya yang sudah mereka sulap seperti rumah pada umumnya . Ada kamar , dan tempat duduk santai .

"Mochi ! awas lo ! please Gavin ... lepasin gue ...," pinta Tasya dengan nada memohon.

Tasya memohon agar Gavin melepaskannya namun Gavin tetaplah Gavin yang tidak punya belas kasihan .

Mochi bernafas lega dan mengucap syukur . Diandra yang datang tiba tiba menepuk pundak Mochi membuat Mochi terkejut .

"Astagfirullah ! Diandra !"

Mochi mengelus dadanya membuat Diandra kebingungan .

"Lo kenapa Mo ? kayak orang ketakutan gitu deh !"

"Itu tadi Tasya dan gengnya mau bully aku tapi untung aja yang kena Gavin ."

"Haa! kok bisa ?!"

Diandra menganga lebar . Itu berarti Tasya dan gengnya dalam masalah besar membangunkan sisi gelap Gavin .

"Iya tadi tuh Tasya mau ngasih aku minuman kayak air got yang busuk banget gitu , aku sebisa mungkin lawan dan aku tepis tangan Tasya eh gak tahu nya Gavin lewat dan kena deh ."

Diandra tertawa lebar membuat Mochi bingung .

"Kok kamu malah ketawa Diandra ?"

"Iyalah ,karma tuh buat Tasya yang selalu bully lo ."

"Diandra , gak boleh gitu namanya juga manusia pasti ada salah dan khilaf ."

"Hmm udah deh mulai ,belain aja terus Mo ! gue masuk kelas dulu bye !"

"Eh ,Diandra tunggu aku ! kok kamu marah sih !"

Diandra pergi meninggalkan Mochi begitu saja karena Diandra jengah melihat Mochi yang selalu pasrah jika dibully Tasya dan teman teman temannya . Dan ini apa katanya kasian ? seharusnya yang dikasihani itu dirinya . Dasar Mochi . Karena hal itu lah Diandra ingin berteman dengan Mochi yang tulus dan apa adanya bukan seperti Tasya dan teman teman nya yang hanya memanfaatkan dirinya .

BBTB #03

Suasana kantin sekolah Pelita Bangsa, selalu riuh jika most wanted sekolah itu datang memasuki kantin. Semua mata memandang Gavin 'bad boy nya Pelita Bangsa' kata mereka. Gavin sudah sangat terkenal sering bergonta ganti pacar. Tak heran, jika semua mahasiswi di kantin memperhatikan nya termasuk Mochi.

"Udah kali Mo lihat nya. Kayak makanan mau disantap aja deh tuh Gavin," sindir Diandra.

"Dian ... Gavin bukan makanan. Ganteng gitu kok di samakan sama makanan," balas Mochi keceplosan.

"Dasar bucin Gavin," cibir Diandra.

Mochi dan Diandra melanjutkan memakan mie ayam dan meminum segelas es jeruk yang telah mereka pesan, sembari bersenda gurau.

Mochi salah tingkah, ketika Diandra selalu menyindir nya yang mencuri-curi pandang ke arah Gavin. Gavin yang selalu duduk di pojok kantin, tempat favorit nya. Siapapun yang duduk disana, akan mendapatkan hukuman.

"Gav, nanti malam ke club yuk, party  bosan gue," ajak Geo Wirawan, salah satu sahabat Gavin.

"Benar tu Gav. Lumayan kan bisa cuci mata. Siapa tahu dapat ilham," timpal Leo Wirawan, saudara kembar Geo.

"Ilham pala lo !" Geo menoyor kepala kembaran nya itu.

"Ck, gue bosan. Gue mau yang masih fresh," jawab Gavin dengan memainkan ponsel nya.

"Cih, bosan. Ayam baru keluar oven kali fresh Gav," cibir Leo.

"Eh, Gav. Kenapa nggak lo cari aja di sekolah kita ? gue yakin, pasti ada salah satu nya," usul Geo melihat satu persatu siswi di kantin.

"Gue udah bosan. Mereka sama semua. Mau uang gue doang," balas Gavin malas.

"Sok munafik lho Gav. Disodorin Tasya aja lo nggak nolak !"

"Daripada nganggur kan ?"

Geo dan Leo mendengkus. Geo mendapati Mochi mencuri pandang ke arah Gavin.

"Eh, Gavin. Lo tahu kan perempuan yang kemarin, dibully sama Tasya and the geng ? dia ada hubungan apa sama adik lo ?" tanya Leo penasaran.

Gavin langsung menatap tajam Leo. Gavin paling tidak suka, menganggap Diandra sebagai adik nya.

"Sa-santai Gav. Gu-gue nggak maksud," jawab Leo terbata-bata.

Gavin mengalihkan pandangan nya dari Leo menuju arah yang dibicarakan Leo tadi.

"Kenapa sama tuh cewek ?"

"Gav, lo nggak mau main-main sama dia ? lumayan lho, dipoles dikit pasti cantik," tutur Geo memperhatikan Mochi dari jauh.

"Bukan selera gue," jawab Gavin santai yang kembali memainkan ponsel nya.

"Cih, gaya nya. Awas kalau suatu saat nanti, lo jatuh cinta sama tuh cewek !" Geo mendengkus, begitu juga dengan Leo.

"Nope!"

Tasya dan and the geng datang memasuki kantin dengan gurat wajah menahan amarah. Tasya menuju arah Mochi dan Diandra.

Brak

Mochi dan Diandra terlonjak kaget. Mereka langsung melihat siapa yang mengganggu kesenangan mereka berdua.

"Ngapain lo ganggu gue Sya ?" tanya Diandra yang jengah melihat tingkah Tasya.

"Gue nggak ada urusan sama lo Dian ! gue ada urusan sama nih curut !" hardik Tasya.

Seluruh siswa dan siswi di kantin, hanya bisa menatap mereka. Mengingat, Tasya adalah anak donatur penyumbang dana terbesar di sekolah Pelita Bangsa. Jika ada yang berani melawan dan membantu, maka mereka akan menerima akibat nya yang berimbas kepada orang tua mereka.

"Ka-kamu mau apa Sya ?" tanya Mochi terbata-bata.

"Cih, nggak usah sok manis lo ! gue mau balas dendam ! karena lo, gue di hukum Gavin menyikat toilet menggunakan sikat gigi !" bentak Tasya dengan suara yang berapi-api.

Siswa dan siswi di seluruh kantin, menahan tawa mereka. Gavin, memang tidak tanggung-tanggung memberi hukuman. Kekuasaan orang tua Gavin, yang membuat Gavin sesuka hati di sekolah Pelita Bangsa.

"Bukan salah aku Sya. Kamu yang salah," cicit Mochi.

"Apa lo bilang ? gue yang salah ?!"

Tasya memegang dagu Mochi yang menunduk, mengarahkan ke wajah nya.

"Sa-sakit Tasya ...."

Diandra melepas paksa tangan Tasya.

"Lo udah keterlaluan Sya ! mau lo apa hah ? dulu lo manfaatkan gue ! sekarang lo siksa Mochi !" hardik Diandra menggeram kesal.

"Ck, kenapa lo mau berteman sama kurcaci kayak dia ? udah dekil, lusuh, hidup lagi !

"Seenggak nya, Mochi punya hati yang tulus. Nggak kayak lo modus !"

Tasya mengepalkan kedua tangan menahan geraman.

"Della, Siera, Jeni, kalian tahu kan harus apa ?" tanya Tasya memandang teman-teman nya.

"Tentu," jawab Della.

"Pasti nya," sahut Jeni.

"Udah Sya. Kita main-main aja sama mereka berdua," celetuk Siera.

"Boleh juga," balas Tasya menyeringai.

Dengan tangan cekatan, Tasya mengambil minuman di meja Mochi dan Diandra. Diandra yang sudah tahu akan sifat Tasya, segera menahan tangan Tasya.

"Kalau lo sakiti Mochi. Lo berhadapan sama gue !"

Diandra mencengkram kuat pergelangan tangan Tasya, hingga gelas yang di pegang Tasya terjatuh, dan pecah.

"Dian ... udah. Kasian Tasya tangan nya," peringat Mochi.

"Lo lihat kan ? seberapa jahat nya lo sama Mochi, dia tetap baik sama lo !"

"Cih, Mochin hanya pura-pura baik. Paling ambil muka doang !"

Della, Siera, dan Jeni berusaha melepas cengkraman tangan Diandra di pergelangan tangan Tasya.

"Semakin kalian ikut campur, tangan Tasya gue patahin !"

Teman-teman Tasya tidak ada yang berani berkutik.

"Akh ! lepasin tangan gue Dian !" Tasya mencoba melepaskan cengkraman tangan Diandra di pergelangan tangan nya dengan sebelah tangan nya.

"Nope ! sebelum lo janji nggak akan ganggu Mochi lagi!"

"Ck, iya-iya gue janji !"

"Kalau sampai  lo ingkar, lo lihat apa yang akan gue lakukan sama lo Sya !"

Diandra melepas cengkraman tangan Tasya. Pergelangan tangan Tasya memerah. Tasya meringis kesakitan.

"Tunggu pembalasan gue Mochin !" Tasya menunjuk wajah Mochi dengan amarah yang berkobar.

Teman-teman Tasya membawa Tasya pergi dari kantin. Seluruh siswa dan siswi mencibir Tasya dan memuji Diandra yang berani melawan Tasya.

Mochi meneguk ludah nya kasar dan mengusap wajah nya frustasi.

"Dian ... kenapa kamu bersikap kayak gitu ?"

"Biarin Mo. Gue kesal, lihat lo nggak berani melawan!"

"Dian ... aku tahu, kamu punya ilmu bela diri yang sangat diacungi jempol. Tapi, jangan sesekali kamu gunakan untuk menyakiti sesama. Nggak baik Dian," nasihat Mochi.

Diandra memutar bola mata nya malas. Selalu seperti ini Mochi pikir nya.

"Udah lah Mo. Gue lagi malas debat. Masuk kelas yuk, bel udah bunyi," ajak Diandra.

Mochi mengangguk.

"Wow ! amazing. Gue nggak nyangka, ternyata Diandra berani lawan Tasya," puji Geo.

Leo menginjak kaki Geo untuk memberi kode bahwa Gavin sangat tidak suka mendengar nama Diandra.

"Bicara lo saring ! udah jelas Gavin sensitif kalau udah bahas Diandra," bisik Leo di telinga Geo dengan geram.

"Kalau di lihat-lihat, tuh cewek yang sama Diandra manis juga," celetuk Leo.

Gavin menyimpan ponsel disaku nya. Gavin menatap Geo dan Leo dengan tatapan menyeringai. Geo dan Leo sudah dipastikan akan mendapat hukuman dari Gavin.

"LARI ...!"

Geo dan Leo lari terbirit-birit keluar dari kantin. Gavin hanya menghembuskan napas melihat tingkah sahabat nya yang somplak.

Gavin berjalan santai meninggalkan kantin Pelita Bangsa menuju kelas nya. Meskipun Gavin sangat nakal, namun Gavin selalu berusaha hadir di kelas karena pesan almarhumah sang Mama yang menginginkan diri nya belajar dengan rajin disekolah, agar bisa sukses di masa depan.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!