NovelToon NovelToon

Complicated Story

1. Masa kecil

Prang!

Suara pecahan kaca yang terdengar hingga pintu depan.

Lagi-lagi pertengkaran orang tuanya membuat keributan. Lia yang merupakan anak pungut diadopsi yang sekarang menjadi ayah angkatnya namun ibu angkatnya tak pernah menganggap Lia bahkan dari awal ibu angkatnya tidak menyetujui Lia diadopsi.

Ibu angkatnya mengetahui bahwa Lia merupakan anak hasil dari sebuah scandal. Dari awal ibunya tidak menyukai anak yang tidak jelas asal-usulnya apalagi setelah mengetahui bahwa Lia adalah anak haram.

Lia yang baru datang sekolah terkejut dengan sambutan selamat datangnya itu. Jika biasanya hanya ada suara pertengkaran dari dalam kamar orang tuanya, kini terdengar suara barang yang dibanting begitu saja.

"Kakak, mama sama papa kenapa?” tanya sang adik yang menghampirinya.

"Mungkin lagi main masak-masak." ucap Lia berbohong kepada sang adik. Adiknya yang sudah menduduki bangku TK ini sangat aktif bertanya kepadanya.

"Dedek gak suka main masak-masak." kata adiknya itu. Adik laki-laki berusia 5 tahun itu kemudian bermain robotnya diruang tv.

Lia yang terusik dengan suara keras dari dalam kamar orang tuanya hanya bisa menutup telinga. Dia tidak tau harus bagaimana lagi dengan pertengkaran orang tuanya yang semakin menjadi.

"Kakak dedek takut ada darah diluar." ucap sang adik yang menghampirinya dikamar. Lia langsung memeluk sang adik. Tanpa terasa air mata itu sudah keluar tanpa aba-aba. Lia menangis memeluk sang adik.

"Lia!" teriakan sang ibu memanggil dirinya. Lia pun langsung bergegas menghampiri sang ibu. Dia menutup pintu kamarnya membiarkan sang adik di dalam kamarnya seorang diri.

"Ada apa, ma?" Lia terkejut melihat keadaan ibunya. Entah apa yang telah terjadi tetapi tangan dah kaki Ibunya telah dipenuhi oleh darah.

"Mana adik? Ibu mau bawa adik!" Ucap sang ibu kemudian masuk ke kamar Lia.

"Ma, adik biar sama aku aja." Ucap Lia berusaha menghentikan langkah sang ibu. Dia tidak ingin sang adik terus dihantui oleh rasa takut.

Brak

Lia terbentur oleh meja belajar yang ada di dalam kamarnya. Sang ibu mendorong Lia paksa yang menghalangi jalan itu.

"Ma, kasihan dedek." Lia terus berusaha bangun meski punggungnya terasa sakit.

"Diam kamu!" sang ibu kemudian menggendong adik Lia tersebut.

"Mama aku mau sama kakak!" Ucap sang adik berontak dari gendongan sang ibu. Isakan tangisnya pun terdengar sangat keras.

Lia yang melihat itu hanya bisa menangis dalam diamnya.

Brak

suara pintu kamar sangat keras yang ditutup oleh sang ibu.

"Kenapa jadi seperti ini." Lia terus saja bertanya pada dirinya sendiri. Dia bingung apa yang sebenarnya terjadi.

Setelah tangisnya reda, Lia melangkahkan kakinya menuju dapur untuk mengambil makanan. Namun saat dia kedapur tidak ada makanan apapun bahkan tidak ada nasi.

Lia segera menanak nasi dan membuat lauk pauk. Lia yang kini tengah duduk dibangku kelas 5 SD tersebut sudah terbiasa dengan urusan dapur. Kini dirinya sangat fasih dengan pisau

Dengan sangat cepat Lia sudah memotong sayur kacang panjang tersebut. Dia ingin menumis sayur tersebut dengan kecap.

Aroma bawang itu memenuhi dapur. Lia kemudian memasukkan sayur dan beberapa penyedap lainnya.

"Humm enak." Ucap Lia setelah berkali-kali menakar penyedap itu.

Terdengar suara motor yang datang kerumahnya. Lia yang mendengar itu segera kedepan. Dilihatnya ternyata sang kakak sudah datang.

Lia kemudian segera menuju kedapur untuk mengecek masakannya. Setelah makanannya matang dan nasi juga sudah matang. Lia kemudian segera mengambil nasi. Dia menyiapkan dua piring. Satu untuk sang ibu satunya untuk sang adik.

"Pa, makanannya udah matang." Tawar Lia sekaligus mengajak sang ayah untuk makan. Lia tau pasti ayahnya itu belum makan sejak pagi tadi.

"Mah ini makan." Ucap Lia saat sudah didalam kamar sang ibu. Lia kemudian hendak menyuapi nasi untuk sang adik.

"Mana airnya!" Tanya sang ibu yang sekaligus menyuruh Lia untuk mengambilkan air minum.

Lia yang mendengar itu segera menuju dapur untuk mengambil air minum. Tangannya yang masih licin karena minyak itu membuatnya tidak erat memegang gelas.

Gelas kaca yang dipegang Lia itu akhirnya lepas landas dilantai. Sang ibu yang mendengarnya segera menuju keberadaan Lia.

"KAMU YHA GAK BISA MEGANG GELAS? MEGANG GELAS AJA GAK BISA."

"UDAH BERAPA BANYAK BARANG MAMAH KAMU PECAHIN?!” Sambung sang ibu. Ibunya kemudian segera mengambil air minum dan segera pergi ke kamar.

Sang ayah hanya bisa menatap perlakuan istrinya tersebut. Lia segera membersihkan pecahan-pecahan kaca tersebut. Namun Lia tidak lagi mencuci tangannya.

"Aww, ishhh." Lia meringis karena kakinya terkena pecahan kaca yang dipegang olehnya. Lia segera menaruh pecahan kaca tersebut kedalam plastik. Kemudian dia mencuci tangan dan kakinya.

"Kakak ini darah apa?." Tanya sang adik yang menaruh piring itu ditempat cucian piring. Lia tidak tau kalau ternyata adiknya sudah berada didapur.

"Itu tomat dik." Ucap Lia yang terus-menerus membohongi adiknya. Lia segera mengepel bekas darah yang ada didapur itu. Dia juga mengepel lantai diruang tv depan. Bekas darah sang ibu yang berceceran tadi.

"Lia kamu gak les?" Tanya sang ayah pada Lia. Mendengar pertanyaan ayahnya Lia melihat jam dinding menunjukkan pukul 2. Di SDnya ada wajib les untuk kelas 5&6 untuk menambah wawasan UN.

"Udah terlambat, Pa. Nggak papa nanti Lia belajar dirumah aja." Ucap Lia kemudian segera menyelesaikan kegiatan mengepelnya itu.

Kriuk..

Mendengar suara dari perutnya itu. Lia segera mengambil makanan untuk dirinya.

"Lia nanti cuci piringnya!” Ucap sang ibu yang masuk ke dapur setelah itu sang ibu pergi.

Lia segera makan dan menghabiskan makanannya itu.

"Hum.. lapar.” Lia kemudian mengambil lagi nasi 1 piring untuk mengisi perutnya itu. Entah kemana nasi yang tadi dia makan lolos begitu saja perutnya tidak terasa telah diisi.

Lia yang sudah selesai dengan segala kegiatan dapurnya itu segera kekamar untuk belajar. 2 hari lagi adalah ulangan umum untuk kenaikan. Sebenarnya jika dia les, dirinya bisa mendapatkan latihan soal untuk ulangan. Antara kesal sedih kecewa semua jadi satu. Dia ingin sekali les tapi jamnya sudah sangat terlambat.

Les dimulai jam 2 sedangkan waktu untuk Ke sekolah menghabiskan waktu 15 menit. Les berakhir jam 4. Singkat sekali dan Lia tidak akan bisa mengejar lesnya itu.

Dengan pasrah Lia akhirnya hanya bisa belajar dari buku-buku paket dan juga LKS. Dia dengan semangat untuk belajar. Dia ingin mendapatkan nilai terbaik. Dia tidak pernah mendapatkan ranking. Nilai ulangan tidak pernah dibagikan. Lia tidak tau nilainya berapa yang dia tau hanya nilai rapot dan buku latihan yang dinilai hanya itu yang dia ketahui tentang nilai-nilainya.

Cukup lama Lia asik dengan buku-bukunya itu. Menjawab pertanyaan soal-soal yang ada di buku lksnya. Beberapa kali dia membuka buku paket untuk mencari jawaban yang tidak ada dilks. Lia merasa otaknya penuh dengan kata-kata yang ada dibuku.

"Sudah sore bersih-bersih dulu nanti dimarah lagi." Ucap Lia pada dirinya sendiri. Dia segera beranjak untuk membersihkan rumah.

"Kamu itu yang salah."

"Bisa gak jangan bahas ini lagi."

"Ngeles aja terus mas."

"Jaga yha omongan kamu."

Suara perjelas itu lagi-lagi memenuhi rumah ini. Lia segera menggendong sang adik untuk membandingkannya.

"Kak aku mau belajar mandi sendiri." Ucap sang adik kemudian mengambil sabun yang dipegang oleh Lia. Melihat aksi sang adik Lia tertawa lepas.

"Kamu itu lucu sekali." Lia sangat bahagia melihat adiknya ini. Dia tidak ingin kebahagian sang adik diganti oleh tangisan lagi.

--

Tralalalala happy reading moga suka

Bagi koment dan likenya yha

2. Masa kecil

Pagi yang cerah. Lia menelusuri jalan raya seorang diri. Berangkat Kesekolah dengan berjalan kaki adalah kegiatan sehari-harinya. Suasana jalan yang lancar sepeda motor berlalu lalang ada yang menuju pasar ada yang mengantar anaknya atau berangkat kerja.

Bruk...

Lia tersandung dan jatuh saat sudah berada didepan pintu kelasnya.

Brakk

suara sapu itu dilempar tepat disamping lia.

"Bersihin kelasnya!" Ucap anak perempuan yang tadi melempar sapu tersebut.

"Tapi hari ini bukan jadwal piket ku." Lia berusaha untuk bangun sambilan mengambil sapu yang tergeletak itu.

"Iya hari ini jadwal piket ku dan seperti biasa kamulah yang menggantikan piket ku." Ucap anak tersebut kemudian mendekati Lia.

"Atau kamu mau kami apakan? Huh?." Sambung anak tersebut. Anak perempuan berjumlah 3 orang selalu memperlakukan Lia sebagai budak mereka.

"Hn.." Lia kemudian pergi menaruh tasnya dibangku dan segera melakukan piket kelas. Dia tidak ingin pagi-pagi dirinya harus dikerjai oleh mereka.

Kring..kring...

suara bel berbunyi tanda semua siswa untuk masuk kelas. Semua anak sudah bersiap untuk melakukan doa pagi sebelum pembelajaran dimulai.

Hari ini adalah hari terakhir ulangan dan pelajarannya adalah penjas Lia sangat bingung menjawab soal-soal yang ada didepan matanya itu.

"Huahhh ini apa jawabannya." Ucap Lia pelan dan gusar karena soal ujian itu. Dia bahkan tidak pernah membaca buku pelajaran penjas. Dia juga selalu mendapat nilai rendah dalam praktek olahraga.

"Lia kamu ribut." ucap anak laki-laki yang duduk disamping lia, karena ulangan nomor bangku diatur sesuai nomor absen.

"Aku nyontek yha." ucap Lia terang terangan terus menyalin jawaban yang duduk disebelahnya itu.

"Haahha aneh kalau nyontek dari tadi juga kamu bisa gak perlu bilang." ucap anak laki-laki tersebut pelan sambil terkikik karena tingkah Lia itu.

"5 menit lagi semua harus dikumpul!" ucap pengawas ulangan yang berdiri didepan kelas.

Lia yang mendengar itu segera menyelesaikan lembar jawabannya. Tangan Lia selalu gemetar setiap menjawab soal-soal ulangan.

Ada rasa takut salah dan lainnya semua campur aduk. Kepalanya penuh dengan huruf-huruf dia berusaha untuk mengecek kembali lembar jawabannya.

"Kumpulkan sesuai urut nomor absen!." Mendengar itu Lia langsung memperhatikan nomor yang dipanggil satu persatu.

"Ahh selesai moga aja semua hasilnya bagus." ucap Lia segera mengemasi barang-barangnya. Ada waktu 30 menit untuk beristirahat setelah itu semua siswa akan dipulangkan.

"Lia kamu gak makan?" tanya anak laki-laki yang mendekati Lia dari bangku depan.

"Enggak." tanya Lia cuek ingin menghindari mereka, tapi Lia tidak ingin keluar kelas pasti dia akan menghadapi masalah.

"Ini buat kamu." ucap anak laki-laki yang duduk disebelah Lia.

Lia yang melihat coklat pemberian itu merasa risih dan enggan untuk mengambilnya.

"Untuk apa?" tanya Lia mencoba mencari latar belakang pemberian coklat tersebut.

"Untuk dimakanlah aneh sekali kamu tuh ahahhahahahah waras dikit apa otak mu fal." Lia mendengar namanya dipanggil berbeda itu langsung menaikan alisnya.

"Fal?" Lia bertanya asal nama yang tak pernah dia dengar.

"Nama mu falia Putri kan." jawab laki-laki tersebut kemudian berdiri meninggalkan bangku yang didudukinya.

''dia bilang aku aneh terus tapi dia sendiri lebih aneh kayak cenayang'' maki Lia dalam hati.

Lia bahkan tidak menyentuh coklat itu sama sekali. Dibiarkannya diatas meja seperti itu.

Kring kring

Bel berbunyi tanda bagi siswa-siswi untuk pulang. Lia segera menggendong tasnya, namun tiba - tiba tangan Lia dipegang oleh seseorang. Lia segera melihatnya dan ternyata anak laki-laki yang duduk disebelahnya yang memegang tangannya.

"Ini ambil jangan dibuang." kata anak laki-laki tersebut memasukkan coklatnya kedalam tas milik Lia.

Lia bener bener bingung. Namun tidak ingin ambil pusing dia segera berlari.

Bruk!

Lia terjatuh. Dia merasakan kakinya tersandung sesuatu sebelum akhirnya terjatuh.

"Kamu gapapa?." tanya anak perempuan yang sedang berdiri dihadapan Lia.

"Kamu berani yha mendekati Yudha dan Dimas." anak perempuan itu mendekati Lia.

Rasa kesal dan amarah memuncak dikepala Lia.

'jelas-jelas aku gak deketin mereka.' Lia ingin sekali membalas perkataan mereka namun dia tidak mau pulang dalam keadaan berantakan.

"Dengerin ini Lia!"

"Jangan pernah dekati Dimas ataupun Yudha! Paham?!"

"Aku Risa tidak akan segan-segan berurusan dengan mu!" setelah mengatakan itu anak perempuan dengan rambut panjang hitam yang bernama Risa itu segera meninggalkan Lia.

"Siapa juga yang mau peduli." maki Lia segera melepaskan semua rasa kesalnya itu. Segera dia kembali berjalan menuju rumahnya.

Jalannya sangat ramai bahkan juga macat. Lia sangat kesulitan untuk menyebrang beberapa jalan yang harus dia lewati itu.

"Mendung banget moga gak hujan." Segera Lia melangkah lebih cepat menuju rumahnya.

Namun tiba saja hujan deras datang bersama angin kencang. Lia segera berlari masih ada jarak 1 km lagi untuk sampai dirumahnya segera Lia berlari agar tidak terguyur hujan lebih lama.

"Akhirnya sampai juga--Ehh?." Lia kaget saat pintu gerbang rumahnya tertutup.

"Apakah pada pergi?." Ucap Lia segera membuka gerbang dan masuk kedalam rumah.

Sesampainya dirumah Lia segera menggantikan bajunya. Kemudian menuju dapur berniat untuk makan. Namun ..

"Gak ada makanan lagi." ucap Lia dalam hati dan segera memasak.

Tak lama kemudian terdengar suara motor datang. Lia segera menghampiri sang pengendara motor tersebut. Ternyata sang kakak.

"Kak, Papa sama Mama kemana?” tanya Lia kepada sang kakak yang baru saja memasuki pintu rumah tersebut.

"Pulang kampung tiba-tiba ada acara." ucap sang kakak sambil melepaskan sepatunya.

"Besok baru pulang." lanjut sang kakak kemudian segera masuk kedalam kamarnya.

Lia segera menuju kedapur untuk menyelesaikan masak memasaknya itu. Setelah satu setengah jam memasak Lia akhirnya makan. Dengan lahap dia menyantap masakannya itu.

"Kamu masak apa?" tanya sang kakak menghampiri Lia yang sedang makan. Sang kakak mengambil sayur yang ada di piring Lia kemudian mencicipinya.

"Masak sayur kol ditumis ma telur dadar aja." ucap Lia melanjutkan makannya.

"Enak." sang kakak kemudian segera mengambil makanan untuk dirinya sendiri.

Mereka berdua makan diruang tv. Lia sangat senang menonton kartun. Bahkan Lia beberapa kali cekikikan sambil makan.

"Makan yang bener entar keselek." ucap sang kakak memberitahu Lia.

Lia segera menghabiskan makanannya dan mencuci perabotan yang digunakan untuk memasak dan makan tadi.

"Ini sekalian." ucap sang kakak menyerahkan piring kotor miliknya.

"Besok libur?" tanya sang kakak basa basi pada Lia.

"Besok pembagian nilai ulangan." jawab Lia.

"Jadwal ulangan Lia dari Senin sampai Jumat, Sabtu penilaian akhir untuk ekstra makanya tadi adalah ulangan terakhirnya."

"Besok adalah hari Selasa. Setelah pembagian nilai selama 4 hari akan ada remidial selama 1 Minggu." Sambung Lia menjelaskan semuanya.

Sang kakak yang mengerti langsung mengangguk-anggukkan kepalanya. Kemudian sang kakak masuk kedalam kamarnya.

Lia sangat penat hari ini. Belom lagi kakinya yang pegal-pegal entah kenapa. Dia segera tidur siang menuju alam mimpinya yang sangat indah.

Lia sangat lelap tertidur, "Kakak!!”

"Kakak?!”

"Hiks... PergiI!”

Moga suka yha jangan lupa like komentar saran dan votenya ❣️❣️

3. Masa kecil

"KAKAK NGAPAIN."

"KAKAK LEPASIN."

"HIKS."

Lia terus berusaha lepas dari cengkraman sang kakak. Tangan Lia yang dipegang kuat oleh sang kakak membuat Lia hanya bisa mengangkat kaki dan badannya. Dia berusaha untuk bangun. Namun usahanya itu justru membuat sang kakak semakin melahap dirinya.

Erangan suara Lia sudah tidak bisa menghentikan perlakuan sang kakak. Lia kini dinodai oleh kakaknya sendiri. Mulut Lia juga ditutup oleh tangan sang kakak. Membuat dirinya tidak bisa berteriak keras meminta pertolongan lagi.

Rasa sakit dan perih menghantam daerah kewanitaannya. Rasa sesak dan kecambuk memenuhi perasaannya. Lia tidak tau harus bagaimana lagi menghadapi dunianya ini.

Karena lelah dan tangis pada dirinya. Lia tertidur tanpa busana karena ulah sang kakak.

Lia tertidur tanpa terasa sudah menunjukkan pukul setengah 6 sore. Lia segera bangun dari tempat tidurnya. Saat dirinya berusaha untuk berdiri kakinya terasa gemetar dan tidak mampu berjalan. Lia akhirnya memutuskan untuk duduk terlebih dahulu memulihkan keadaannya.

Perlahan Lia merapikan tempat tidurnya dan memakai bajunya. Setelah itu dia pergi kekamar mandi. Dilihatnya sekeliling ruangan tidak ada siapapun. Dia segera masuk kekamar mandi untuk membersihkan diri.

Tangisan Lia masih memenuhi dirinya. Dia tidak tau harus bagaimana menghadapi situasi seperti ini. Rasa takut menghantui pikirannya.

Setelah selesai mandi Lia beranjak untuk ke pintu depan. Dilihatnya tidak ada motor sang kakak pintu gerbang juga tertutup.

"Apakah kakak pergi?" Ucap bertanya pada dirinya sendiri. Segera setelah itu yang masuk ke kamarnya dan mengunci pintu kamar.

Tidak lupa juga dirinya membawa air minum dan sepiring nasi. Dia makan didalam kamar. Rasa perih dan sakit pada daerah kewanitaannya itu tidak bisa hilang. Bahkan kakinya masih lemas untuk bisa berjalan seperti biasanya.

Selesai makan Lia membuka tasnya untuk menyiapkan barang-barang yang akan dia bawa untuk Kesekolah besok.

"Eh?" Kaget bukan main saat tasnya itu berisi coklat, roti keju, sekotak susu coklat dan susu vanila.

Saat Lia hendak mengambil buku. Dilihatnya pada meja belajarnya ada nasi kotak dan beberapa cemilan.

"Pasti kakak." Ucap Lia kemudian segera melihat apa saja yang ada dalam kantong kresek itu.

Terlalu banyak makanan untuk Lia habiskan dalam waktu semalam. Jadi Lia hanya memakan nasi kotak pemberian kakaknya itu. Jika tidak dimakan nasi itu akan basi.

Lia menyimpan semua makanannya didalam lemari buku. Lemari kecil dengan pintu setinggi 50cm itu berisi barang barang Lia lainnya. Beberapa mainan yang dia beli ditaruhnya disana.

Lia bingung kenapa tasnya berisi roti dan susu seingatnya Yudha hanya memberikan coklat saja. Anak laki-laki lebih besar usianya dengan lia. Lia kelahiran 2002 sedangkan Yudha 2001.

Yudha memakai kacamata karena matanya minus. Dia tidak pernah bercerita apapun tentang dirinya pada Lia. Jadi Lia hanya tau sisi luarnya saja walau Lia pandai dalam menerka sifat dan kelakuan seseorang hanya dari penampilannya. Dia selalu benar 99% namun seseorang selalu bilang jangan pernah menilai dari penampilannya. Jadilah Lia tidak ingin menilai seseorang sepenuhnya berdasarkan pemikirannya.

Lia tidak lagi memikirkan perlakuan sang kakak tapi kini dia beralih memikirkan Yudha teman sebangku ulangannya itu. Dia berpikir kenapa bisa dirinya diberikan makanan yang cukup banyak bagi dirinya itu.

Dia juga perlahan menciumi coklat dan rotinya itu mengecek apakah ada racun atau tidak. Mencicipi sedikit demi sedikit hingga perlahan roti dan coklatnya itu habis dia makan.

Sudah cukup larut Lia belom juga bisa tidur. Kini dia lagi-lagi terbayang oleh perlakuan sang kakak pada dirinya tadi. Dia mendengar suara motor datang dari depan rumahnya.

Lia kemudian melihat jam menunjukkan jam setengah 12. Lia tidak bisa tidur.

Krekk

Suara gagang pintu kamar lia. Seseorang dibaliknya sedang berusaha untuk membuka pintu. Lia segera menutup dirinya dengan selimut.

Setelah suara telapak kaki itu melangkah jauh dari pintu kamar Lia. Lia pun membuka selimut dan kembali menatap tembok kosong itu.

'Doa yang diucapkan tengah malam pada pukul 00 atau jam 12 malam lebih cepat dikabulkan oleh Tuhan beberapa kepercayaan menganut hal tersebut'

Lia mengingat perkataan ibu guru agamanya itu. Lia segera duduk diranjangnya itu dan memohon segala sesuatunya. Lia beberapa kali menangis dalam renung doanya itu.

Setelah puas dengan keluh kesah cerita dan doanya pada sang kuasa Lia akhirnya tertidur pulas. Rasa kantuk pada matanya tidak bisa lagi dia tahan.

Karena tertidur dalam keadaan mata basah oleh air mata lia tidak sadar sudah tertidur cukup lama hingga akhirnya jam alarm membangunkan dirinya. Dirinya berusaha untuk bangun namun ada sebuah tangan memegang badannya. Seperti sebuah pelukan Lia segera membalikan badannya ternyata sang kakak sudah ada dikasurnya.

Lia bertanya tanya kenapa sang kakak bisa masuk kekamarnya. Dengan sedikit usaha Lia melepaskan tangan sang kakak yang berada pada dirinya itu. Dia kemudian beranjak kekamar mandi.

"Syukur badan ku tidak telanjang." Ucapnya kecil pada dirinya sendiri saat sudah menutup pintu kamarnya. Dia kemudian mandi untuk segera bersiap-siap menuju sekolah.

Jalan pagi yang dingin menemani harinya saat ini. Beberapa kali angin menerpa dirinya. Lia beberapa kali menggosok telapak tangannya itu karena hawanya sangat dingin.

"Anak-anak besok remidi Seni budaya jadi siapkan alat dan bahan untuk membuat keterampilan tidak ada yang pulang lagi mengambil barangnya setelah sudah berada disekolah." Ucap pak guru tersebut setelah membagikan hasil nilai ulangan.

Karena hanya ada 4 orang yang tidak remidi guru seni budaya tersebut akhirnya memutuskan untuk semua siswa sekelas melakukan remidial.

Lia yang mendapatkan nilai 55 itu masih ada rasa syukur karena dia remidi walau nilainya tidak akan dapet nilai plus seperti 4 orang yang nilainya tidak remidi itu.

"Lia kamu dapet berapa." Ucap Dimas mendekati dirinya. Lia segera menatap Dimas yang sudah ada didepannya itu.

Namun Lia mengabaikan Dimas. Lia memasukan Lembar nilainya dan pergi ke kantin untuk membeli makanan.

Dimas yang merasa diabaikan itu semakin geram bukan main. Dia adalah orang yang cukup terkenal di sekolah itu. Namun Lia tidak pernah menganggap keberadaan Dimas.

Dulu Lia pernah dituduh oleh Risa. Risa mengumumkan di depan kelas kalau Lia diam-diam menulis surat untuk Dimas.

Dimas yang melihat reaksi Lia tidak peduli dengan hal itu jadi penasaran dan ingin mencari tau yang sebenernya. Namun sepertinya usaha Dimas tidak pernah membuahkan hasil.

Lia bingung ingin membeli apa. Tasnya sudah berisi bekal yang bisa dia makan. Dia jadi bingung sendiri kenapa dia kekantin. Karena terlanjur masuk kantin Lia pun hanya membeli permen susu lolipop kesukaannya.

BRUKK

Lia tersungkur saat sudah didepan kantin.

"Aww." Tangan Lia kesakitan dilihatnya ada batu kerikil kecil yang masuk kedalam telapak tangannya.

"Ehh maaf astaga Lia tangan mu ayo sini kita ke UKS." Ucap anak laki-laki tersebut.

Moga suka yha jangan lupa like komentar saran dan votenya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!