NovelToon NovelToon

Ajari Aku Mencintaimu (Help Me To Love You)

eps.1 Tersangka

"Hei!!! apa yang kamu lakukan pada anak saya!" teriak Papi Andra.

'Bugh'

'Bugh'

'Bugh'

"Dasar berengsek!" tanpa ampun papi Andra memukul shakti yang kala itu sedang melepas kemejanya.

Papi Andra memergoki shakti sedang ada di kamar mandi sebuah hotel bersama anak gadisnya, Alinzia Andra Dinata.

Kondisi Zia sendiri tidak sadarkan diri. Dengan baju atasan yang terbuka, yang menampakkan pakaian dalam saja. Sedang berciuman dengan pria yang tak dia kenal. Karena itulah, tanpa ingin tahu apapun, Papi Andra menghajar pria yang dilihatnya saat itu sedang melepas kemejanya. Dan, entah apa yang akan pria itu lakukan, kalau saja Papi Andra terlambat datang.

"Om ... tunggu dulu Om, saya bisa jelasin semuanya," kata Shakti bingung karena mendapat serangan mendadak.

"Tidak ada yang perlu kamu jelaskan, karena saya sudah melihat semuanya!" jawab Papi Andra.

"Sekarang, ayo ikut saya ke kantor polisi!" lanjut papi Andra.

"Nggak bisa gitu dong Om,nsaya akan ikut Om ke kantor polisi kalau saya terbukti bersalah. Nah, ini saya sudah nolongin anak Om, masak saya yang dilaporin ke polisi." tolak Shakti membela diri.

Namun papi Andra tetap bersikukuh dengan apa yang dilihatnya.

"Om, dengerin saya dulu. Saya akan jelaskan kronologinya seperti apa, jangan main asal tuduh saja Om. Kita bisa bicara baik-baik kan, om." Shakti berbicara sehalus mungkin agar pria paruh baya dihadapannya ini melunak.

Shakti mengajak papi Andra untuk duduk di sofa kamar hotel, dan membicarakan tentang kejadian yang dilihatnya barusan. Tentu saja setelah memindahkan Zia yang basah kuyup karena terendam air bathtube, ke atas ranjang dan menyelimutinya.

Kejadian ini bermula, ketika Shakti selesai dari seminar yang dia hadiri di hotel ini. Saat hendak keluar, Shakti melihat seseorang yang dia kenali sebagai adik dari temannya Rangga, sedang menggendong cewek yang tidak sadarkan diri.

Sebagai seorang dokter, Shakti merasa curiga dengan kondisi cewek tersebut. Terlebih lagi, di gendong oleh Martin yang dia ketahui masih SMA. Diikutilah Martin sampai di sebuah kamar hotel, awalnya hendak menawarkan bantuan mengingat dirinya seorang dokter. Tapi justru Shakti terkejut ketika mendengar ucapan Martin.

"Sekarang, lo bakal jadi milik gue selamanya. Gue pengen tau apa reaksi lo setelah tau kalau gue udah ambil hal yang selama ini lo jaga," ucap Martin licik.

"Gue muak tau nggak sama lo! yang sok suci, sekarang gue bakal rusak apa yang udah lo jaga!" sambungnya.

Martin mulai melepas jas yang dia kenakan, kemudian membuka satu persatu kancing kemejanya sambil tersenyum menyeringai. Saat hampir melepas kemejanya, Martin dikagetkan dengan suara di belakangnya.

"Kok lo buru-buru banget sih Bro, padahal pintunya aja belum lo tutup. Apa lagi lo kunci. Untung gue yang masuk." Dengan senyum smirknya Shakti menyapa Martin.

"Bang Shakti!" Martin langsung mengenali pria di depannya ini sebagai teman dari kakaknya yaitu Rangga. "Mau apa lo Bang kesini?" tanya Martin.

"Lah, gue yang harusnya nanya, kenapa lo bawa cewek ke kamar hotel? Terus, ngapain juga lo musti buka baju lo? jangan sampai jawaban lo sama kayak apa yang ada di otak gue. Karena gue nggak akan segan-segan kasih pelajaran sama lo!" jawab Shakti.

"Ini bukan urusan lo Bang!" hardik Martin. "Mending lo pergi deh! gue nggak suka ada orang yang ikut campur urusan gue!" lanjut Martin dengan nada mulai tidak suka dengan kehadiran Shakti.

"Lo bener-bener ya!"

'Bugh'

Tanpa basa-basi lagi Shakti langsung menghajar Martin. Baginya, apa yang dia dengar sudah cukup untuk memberikan adik dari temannya itu pelajaran. Pelajaran yang membuat Martin lari secepat mungkin dari kamar hotel itu.

Dan, saat sampai di Loby hotel, Martin berpapasan dengan Papi Andra, karena tanpa sengaja menabraknya.

"Ma-maaf Om, saya nggak sengaja," ucap Martin gugup.

"Martin, kamu ada disini? kenapa kamu lari-lari begitu? Lantas, dimana Zia? tadi dia pergi sama kamu, kan?" Papi Andra langsung membrondong Martin dengan pertanyaan mengenai putrinya.

Karena tadi pagi Zia memang sudah meminta ijin ke Papinya, kalau mau menghadiri acara ulang tahun temannya. Yang diadakan di salah satu Hotel, dan Zia juga mengatakan kalau akan pergi bersama Martin. Yang diketahui Papi Andra sebagai teman dekat Zia, sekaligus putra dari rekan bisnisnya.

"I-itu ... Om, Zia dalam bahaya Om. Dia ada di kamar 507 lantai 5 Om. Zia mau diperkosa, Om. Tadi saya di hajar sama orang itu Om, makanya saya lari mau cari bantuan." jawab Martin dengan nafas yang ngos-ngosan.

Tanpa memperdulikan apa pun lagi, Papi Andra berlari menuju kamar yang ditunjukkan Martin. Betapa terkejutnya ia, ketika sampai disana. Melihat putrinya sedang di dalam bathtube dengan baju yang terbuka berciuman dengan seorang pria yang tidak dia kenal. Dan pria itu sedang melepaskan kemejanya.

Tanpa ampun papi Andra menghajar pria itu, yang tak lain adalah Shakti.

.

.

.

.

.

.

Mereka semua berkumpul di kamar hotel ini. Ada Mama Kinan, yang tak lain adalah Mamanya Shakti. Yang Shakti hubungi atas permintaan papi Andra, untuk menyelesaikan masalah ini secara baik-baik.

Mama Kinan datang bersama Kakaknya Shakti, yaitu Mas Panca. Dia datang sebagai kakak, sekaligus Lawyer dari Shakti. Karena memang, Panca adalah seorang pengacara sekaligus pengusaha.

Ada juga mami Laura, yang Papi Andra hubungi untuk datang ke Hotel membawa baju ganti untuk Zia. Sekaligus ikut menyelesaikan masalah yang menyangkut putri mereka. Yang ditemukan papi Andra bersama pria disebuah kamar mandi Hotel.

"Jadi, apa yang Bapak inginkan untuk menyelesaikan masalah ini?" Panca membuka percakapan untuk segera menyelesaikan masalah adiknya ini. Tadi saat ditelfon, Shakti sudah menceritakan kejadian yang dia alami hingga ia jadi tersangka.

"Jelas, saya ingin keadilan untuk putri saya. Saya akan melaporkan anak kurang ajar ini ke kantor polisi. Saya akan membawanya kejalur hukum!" jawab papi Andra tak santai sambil menunjuk Shakti.

"Om, nggak bisa gitu dong! Kan tadi saya sudah jelaskan, kalau saya ini cuma nolong anak Om." sela Shakti.

"Nolong kamu bilang! kalau saja saya tadi terlambat datang, pasti kamu sudah berbuat hal yang lebih jauh terhadap anak saya!" kata Papi Andra setengah berteriak.

"Saya nggak ngapa-ngapain anak Om, saya cuma nolong dia. Kan tadi saya sudah jelaskan, kalau anak om itu sedang dalam pengaruh obat perangsang. Dan yang om lihat tadi itu tidak seperti yang Om fikirkan." jelas Shakti.

Saat Zia berada dipesta ulang tahun temannya, diam-diam Martin memasukkan obat perangsang kedalam minuman. Yang kemudian, menyuruh pelayan untuk memberikannya kepada Zia.

Tanpa curiga, Ziapun meminumnya. Lalu, saat obat itu bekerja, Zia merasa pusing, kemudian berniat ke toilet. Sebelum sampai di toilet, Zia sudah pingsan duluan. Saat itulah, Martin yang sedari tadi mengikuti Zia, dengan sigap menggendong Zia. Dan membawanya ke kamar yang sudah dia pesan sebelumnya. Namun semua tidak sesuai rencana, dia malah kepergok dan dihajar oleh Shakti.

Saat Martin sudah pergi, Shakti mendekati Zia, untuk melihat kondisinya. Saat itulah obat itu bereaksi, Zia merasa tubuhnya begitu panas seolah terbakar. Ada sesuatu yang belum pernah ia rasakan sebelumnya, seperti hasrat, yang tidak dia tau, hasrat macam apa itu. Yang pasti, dia ingin sekali mebuka baju untuk mengurangi rasa panas dalam tubuhnya.

Saat melihat gelagat Zia yang seperti orang kepanasan dengan mimik wajah penuh hasrat. Shakti sadar, bahwa gadis di depannya ini dalam pengaruh obat, karena itulah, buru- buru Shakti menggendong Zia ke kamar mandi.

Memasukkannya ke dalam bathup dan mengisinya dengan air dingin untuk mengurangi efek obat. Namun, rasanya air dingin tak mampu meredam rasa panas dan hasrat yang ditimbulkan oleh obat itu. Dengan gerakan tak terduga, Zia menarik tengkuk Shakti dan m*l*mat bibirnya dengan rakus.

Shakti berusaha melepaskannya, tapi tangan Zia tak mau kalah, dengan menarik sakti lebih kuat dan mencium Shakti lebih rakus.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Kalau suka tinggalkan like.... komen ....share...dan vote juga.

tengkyu❤❤❤sayang hee

eps.2 Menerima Keputusan

Saat itulah, Shakti berfikir untuk melepaskan kemeja yang ia kenakan. Untuk mengikat tangan Zia agar tidak bergerak kemana-mana. Yang tentu saja akan membuat hasrat kelelakian Shakti muncul.

Bagaimana tidak, gadis di depannya ini, tanpa terkendali membuka pakaiannya sendiri. Dan tanpa ijin telah mencium bibirnya.

Shakti harus berjuang keras menahan hasratnya makin menggila, dengan kelakuan gadis yang ditolongnya ini. Dan, disaat itulah, saat Shakti melepas kemejanya tapi masih dengan posisi Zia yang mencium bibirnya. Papi Andra yang baru datang, dan melihat adegan putrinya sedang mencumbu seorang pria tak dikenalnya. Emosinya langsung tidak terkendali, sehingga langsung menghajar Shakti.

"Jadi Pak, menurut saya, kita tidak usah memperpanjang masalah ini sampai ke kantor polisi. Karena, jika terbukti adik saya tidak bersalah, tapi kasus ini sudah terlanjur di ketahui publik, saya yakin sebagai seorang pengusaha, anda pasti sangat menjaga citra dan nama baik anda. Begitupun dengan putri anda, saya hanya tidak ingin namanya menjadi tercemar, karena kedapatan berada di kamar hotel dengan seseorang yang tidak dia kenal." Kali ini, Panca mengambil alih pembicaraan.

"Bagaimana tidak bersalah, jelas-jelas adik anda ini telah melecehkan putri saya yang masih SMA!" Papi Andra masih berusaha mendapatkan keadilan bagi sang putri. Keinginannya untuk menghukum laki-laki yang telah melecehkan putrinya belum juga surut.

"Om ... kenapa sih, Om, nggak ngerti-ngerti juga. Saya sudah jelaskan, kalau saya tidak ada niat untuk melecehkan putri, Om. Justru saya ingin membantu putri Om, yang hendak di lecehkan," sela Shakti, yang mengacak rambutnya dengan frustasi karena tuduhan Papi Andra.

"Ok ... gini aja, Om. Bagaimana, kalau kita lakukan visum, saya yakin, putri Om ini, masih murni. Karena saya memang tidak menyentuhnya sama sekali," tawar Shakti, karena berfikir inilah jalan rasional yang akan membuktikan dirinya tidak bersalah.

"Apanya yang mau divisum! Jelas saja putri saya masih murni, karena saya keburu datang, waktu kamu belum sampai melakukan tindakan bejat itu pada putri saya!" tolak Papi Andra.

"Jadi, Om, maunya bagaimana. Om sendiri tahu saya tidak melakukan apapun pada putri, Om. Tapi Om, masih saja mau melapokan saya ke kantor polisi."

"Yang mau saya laporkan itu tindakan pelecehan kamu, yang hendak berbuat asusila terhadap putri saya yang tidak sadarkan diri. Enak saja kamu mau bebas begitu saja, tanpa ada pertanggung jawaban. Bahwa kamu yang telah melecehkan putri saya." jawab Papi Andra bersikeras.

"Jadi, apakah bapak mau Adik saya ini bertanggung jawab atas putri Bapak dengan menikahinya?" pertanyaan Panca langsung membuat seluruh orang yang ada di dalam kamar hotel itu melebarkan matanya. Seolah tak percaya bahwa solusi seperti itulah yang ditawarkan.

"Mas ... lo apa-apaan sih! Gue nggak ngapa-ngapain itu cewek. Ngapain gue harus nikahin dia, lagian dia masih ABG, Mas. Masih sekolah," sergah Shakti tak terima.

"Abis mau gimana lagi, kayaknya itu solusi terbaik untuk kasus ini. Kamu nggak mau kan kalau nama kamu jadi viral karena telah melecehkan anak SMA?" Panca masih dengan sikap tenangnya memberi solusi.

"Saya tidak setuju kalau anak saya harus menikah dengan pria berengsek seperti dia. Sekarang saja dia melecehkan putri saya, siapa yang jamin kalau dia tidak akan selingkuh nanti kalau sudah menikah. Saya tetap pada pendirian saya untuk melaporkan anak kurang ajar ini ke polisi!" ucap Papi Andra masih dengan emosi tinggi.

'huft.' Panca menghela nafas kasar.

"Jadi begini, Bapak Andra dinata yang terhormat, bisakah kita bicara berdua saja," ajak Panca.

Dengan menganggukkan kepala, papi Andra mengikuti panca menuju balkon kamar Hotel.

"Pak, saya tau anda kecewa dengan apa yang dilakukan adik saya. Tapi seperti yang adik saya jelaskan, bahwa dia hanya ingin menolong putri bapak, sebagai lawyer, saya bisa saja membuktikan adik saya tidak bersalah. Mengingat status adik saya adalah seorang dokter. Dan, soal adegan yang anda lihat di kamar mandi itu, semua diluar kendali adik saya," jelas Panca.

"Jadi menurut saya, kita nikahkan saja mereka. Putri Bapak tetap terjaga kehormatan dan nama baiknya, pun dengan Bapak sebagai seorang pengusaha," lanjut panca.

"Saya tidak mengenal adik anda, bagaimana saya bisa mempercayakan masa depan putri saya satu-satunya kepada pria yang tidak saya kenal, seperti apa orang itu." emosi Papi Andra mulai melunak, dan Papi Andra mulai memikirkan solusi dari Panca.

"Saya yakin anda mengenal saya, bukankah kita sudah menjalin hubungan bisnis cukup lama. Tidakkah cukup, saya menjadi jaminan untuk adik saya," ucap Panca meyakinkan.

Ketika memasuki kamar hotel tadi, Panca tertegun melihat sosok Andra dinata disana. Yang notabene adalah rekanan bisnisnya. Selain sebagai seorang lawyer, Panca adalah pengusaha sukses yang dikenal banyak orang.

Karena itulah, Panca berani menawarkan solusi ini. Mengingat siapa Andra dinata, Panca yakin, putrinya juga sama terhormatnya dengan Andra. Lagipula, Panca pernah bertemu sekali dengan putri dari Andra Dinata. Dari pertemuan itulah, Panca menilai kalau putri dari Andra Dinata adalah gadis yang cerdas, periang, supel, dan tentunya cantik.

"Adik saya adalah seorang dokter, dia laki-laki yang baik dan bertanggung jawab," jelas Panca.

"Jadi, bagaimana? Apakah Anda setuju dengan apa yang saya tawarkan?" Panca masih berharap pria didepannya ini setuju dengan idenya, menikahkan putrinya dengan adiknya.

Papi Andra nampak menimang-nimang perkataan Panca, berfikir apakah ini jalan terbaik yang harus ia ambil.

"Baiklah saya setuju, tapi putri saya masih berstatus pelajar, bagaimana dia akan menikah?" tanya Papi Andra ragu.

"Sekarang putri anda sudah kelas XII bukan, sebentar lagi juga akan lulus. Saya yakin ini bukan masalah yang besar ketika nanti mereka menikah, putri anda masih bisa bersekolah. Dan kalau nanti mau kuliah pun, kami akan tetap mendukung," jawab Panca meyakinkan.

"Bagaimana jika putri saya hamil sebelum menyelesaikan sekolahnya?" jelaslah Papi Andra khawatir. Kalau sudah menikah dan hidup bersama pria yang disebut suami, dia tidak bisa lagi melarang apa yang akan dilakukan oleh suami putrinya itu. Mengingat keduanya adalah manusia normal yang memiliki kebutuhan biologis.

"Ah ... soal itu, Anda jangan khawatir. Kalaupun nanti putri anda hamil sebelum lulus sekolah, kami akan menyediakan homeschooling untuk putri Bapak. Jadi, putri Bapak tetap akan terjamin pendidikannya," jelas panca untuk lebih meyakinkan papi Andra.

"Tapi, berapa usia adik Anda, saya lihat, dia bukan lagi remaja seperti putri saya. Mengingat setatusnya sebagai seorang dokter tantunya dia adalah pria dewasa bukan?" Papi Andra jadi berfikir apakah iya, ia akan menikahkan putrinya dengan pria dewasa, yang usianya terlihat begitu jauh dari putrinya.

"Adik saya memang bukan remaja lagi, dia adalah pria dewasa, karena usianya sudah 27 tahun. Mungkin selisih 10 tahun dengan putri Anda. Tapi, Anda tidak usah khawatir, adik saya pria yang bisa membimbing putri Anda. Seperti orang jawa bilang, adik saya bisa ngemong."

Akhirnya, dengan penjelasan dan bujuk rayu dari Panca, Papi Andra setuju, untuk menikahkan putrinya Zia dengan Shakti.

"Mas, kok malah gini sih! Gue itu minta lo datang buat bantuin gue. Bukan buat ngehukum gue. Ya kali gue harus nikahin tu cewek." Shakti tidak terima dengan keputusan dua orang yang baru saja kembali dari balkon itu, yang langsung menjelaskan hasil dari pembicaraan mereka.

Terlihat Mami Laura dan Mama Kinan saling pandang, seolah tak percaya dengan keputusan suami dan juga anaknya.

"Ok, kayaknya kita musti bicara bertiga." Panca menatap Mama Kinan dan Shakti bergantian.

Kemudian mengajak mereka untuk ke balkon, tempatnya tadi bicara dengan Papi Andra. Tentu saja setelah meminta ijin kepada Papi Andra dan istrinya.

"Shak ... lo dengerin gue ya! Ini jalan terbaik yang bisa lo ambil. Pertama, lo terselamatkan dari kasus tuduhan pelecehan. Yang kedua, lo bisa dapet istri yang bakal ngisi hidup lo yang garing itu." Tanpa basa-basi, Panca mengutarakan keinginannya.

"Dan gue rasa, Mama juga bakalan setuju. Gue udah nyelidiki siapa putri dari Andra dinata. Dia gadis yang baik, cerdas, dan, yang nggak kalah penting, dia gadis yang manis dan cantik. Dia bakal bikin hidup lo berwarna lagi, nggak hitam putih kaya hidup lo sekarang." Panca menatap Mama Kinan, mencari persetujuan di sana. Dan senyum mama kinan memberikan jawaban atas pertanyaan Panca.

"Shak ... ayolah! kamu harus berani bertanggung jawab. Nikahi dia!" dengan nada lembut tapi penuh perintah, Mama Kinan menatap netra hitam putranya itu.

"Ma ... Ini pernikahan, bukan pacaran atau main-main, yang kapan saja bisa bubaran. Mama tau kan, Shakti nggak bisa nikah sama orang lain. Shakti masih ingin memenuhi janji Shakti." Tak kalah lembut, Shakti menjawab permintaan mamanya.

"Mau sampai kapan kamu kayak gini? Janji yang kamu buat, yang nggak akan pernah Mama setujui. Pernikahan yang akan membawa keburukan itu dilarang, Shakti. Mama pengen lihat kamu berumah tangga, Mama juga pengen punya cucu dari kamu. Mama sudah semakin tua Shak, Mama cuma pengen lihat anak-anak mama bahagia. Supaya nanti, jika tiba saatnya, Tuhan mempertemukan lagi, Mama sama Papa kamu, Mama akan dengan bangga mengatakan. Kalau mama sudah mengantar anak-anak Mama pada kebahagiaannya masing - masing." Tak terasa, buliran air menetes di pipi wanita yang sudah berumur itu, tapi masih tampak cantik dengan penampilannya saat ini.

Shakti menyadari betapa sedihnya mamanya melihat kehidupannya yang sekarang. Hampa, karena terikat janji yang tak kunjung terlaksana, mungkin tidak akan pernah terlaksana.

"Ok ... Shakti terima keputusan ini. Tapi apa gadis itu mau sama Shakti. Terus, bagaimana rumah tangga kami nanti yang terbangun tanpa cinta. Bukankah itu justru akan menyakitinya?"

"Cinta itu bisa tumbuh karena terbiasa. Dan kuncinya adalah, kamu harus membiasakan diri dengan kehadirannya. Mama tidak menyuruh kamu melupakan dia, tapi saat nanti kamu bersama putrinya Pak Andra, tolong beri dia kesempatan. Biarkan Tuhan yang mengatur jalan kalian." Dengan lembut Mama Kinan memegang bahu Shakti, menatap netra putranya itu dengan meyakinkan. Bahwa inilah jalan terbaik saat ini.

Shakti hanya bisa mengangguk pasrah akan permintaan mamanya. Dia akan mencoba tidak lagi membuat mamanya sedih, dengan menerima gadis yang terbaring tak sadarkan diri di ranjang.

.

.

.

.

.

.

tinggalkan jejak dengan like ... komen, dan vote juga ya.

tengkyu❤❤❤sayang hee

eps.3 Tukang Ojek

Sementara itu, di dalam kamar Hotel, yang mana ada Papi Andra dan Mami Laura. Yang seolah tidak percaya dengan keputusan suaminya itu.

"Papi yakin, mau nikahin Zia sama pria itu?" ekor matanya mengarah ke Shakti yang masih ada di balkon Hotel.

Laura heran dengan sikap suaminya, yang selalu memilih teman untuk putrinya. Tiba-tiba saja, memutuskan untuk menikahkan putrinya itu dengan pria yang baru saja dia temui. Dan lagi, pertemuan mereka yang terkesan tidak baik.

Bagaimana nasib putrinya nanti, saat berumah tangga yang di bangun tanpa cinta. Pikiran-pikiran semacam itulah, yang saat ini memenuhi kepala Laura.

"Papi yakin Mi, ini jalan terbaik. Kalau kasus ini Papi bawa ke jalur hukum, pasti semua media akan tau. Lalu, bagaimana nasib Zia nanti, saat semua orang tau bahwa dia telah dilecehkan. Lagipula, Papi mengenal Panca dengan baik kok. Dia adalah rekan bisnis Papi, dia yang akan menjamin bahwa adiknya itu akan bertanggung jawab terhadap putri kita," jelas Papi Andra.

"Tapi, Zia kan masih sekolah, Pi. Masak dia harus nikah. Apa tidak ada jalan keluar yang lain?" Laura masih berharap ada jalan lain, selain menikahkan putrinya yang masih berstatus pelajar itu.

"Sebenernya papi nggak rela juga Mi. Tapi, yang boleh melihat dan merasakan tubuh putri kita itu ya suaminya, bukan orang lain. Makanya, Papi ambil keputusan ini. Dia sudah melihat, jadi harus bertanggung jawab untuk menikahi Zia," tegas Papi Andra.

"Terus, bagaimana dengan perasaan Zia. Papi nggak mikirin itu?" lanjut Laura.

"Ya, nanti kita jelaskan apa yang terjadi. Papi yakin, Zia akan mengerti kenapa dia harus menikah."

"Ngerti apa Pi? menikah ... siapa yang menikah?" tanya Zia bingung.

Papi Andra dan mami Laura dikejutkan dengan pertanyaan putrinya, yang tiba-tiba berdiri di belakang mereka. Zia sudah sadar, dan dia terkejut dengan pembicaraan orang tuanya mengenai pernikahan.

Pernikahannya?

Setidaknya, itulah yang ditangkap samar-samar oleh indra pendengarannya.

"Sayang, kamu sudah sadar? bagaimana, tubuh kamu ada yang sakit? Atau, kamu ngerasain sesuatu gitu?" Laura yang melihat putrinya berdiri dibelakangnya langsung menghampiri dan memeluk putrinya itu.

"Aku nggak apa-apa, Mi. Ya, agak pusing dikit sih," Zia memegang kepalanya yang masih sedikit pusing.

"Jadi, tolong jelasin apa maksud pembicaraan Papi sama Mami tadi!" pinta Zia.

"Dan ... tunggu!!! Kok kita ada di Hotel? bukannya tadi aku masih di pestanya Karin, ya?" Zia yang melihat sekeliling ruangan, baru menyadari kalau obrolan mereka terjadi di sebuah kamar Hotel. Dilihat dari interior kamar yang menurutnya memanglah sebuah kamar Hotel.

Dari balkon Shakti, Mama Kinan, dan juga Panca, yang baru saja menyelesaikan pembicaraannya, melihat, kalau Zia sudah sadar. Mereka memutuskan untuk masuk kembali, dan menindak lanjuti perihal pernikahan yang sudah dibicarakan tadi.

Zia menatap penuh tanya, kepada ketiga orang yang baru saja masuk dari balkon.

"Zia, ini Shakti. Dan minggu depan, kamu akan menikah dengannya," ucap Papi Andra yang langsung berdiri, dan memberi penjelasan kepada Zia, saat melihat kedatangan Shakti dan keluarganya dari balkon.

"Maksud papi apa, kenapa Zia musti nikah sama dia?" Zia menunjuk Shakti.

"Tunggu ... tunggu ... tunggu!!! Zia kayak pernah ketemu sama dia." Zia mengingat-ingat, di mana pernah bertemu pria ini.

"Oh ... no!!!" teriak Zia.

"Zia nggak mau nikah sama dia! Memangnya Papi rela, nikahin zia sama tukang ojek ini!" Tanpa ragu, Zia menunjuk Shakti lagi.

Semua orang sontak melihat ke arah Shakti.

"Maksud kamu apa, sayang?" tanya Mama Kinan bingung.

"Ini anak tante. Dia seorang dokter, bukan tukang ojek." Mama Kinanlah yang berbicara membela putranya. Mendengar anaknya dikatakan sebagai tukang ojek, jelaslah, Mama Kinan tak terima.

¤¤¤¤

FLASH BACK ON

"Bang! jalan Bang, buruan!" Zia menepuk pundak seseorang yang berdiri diatas motornya, dipinggir jalan. Si abang, yang merasa heran ada cewek yang tiba-tiba naik keatas motornya, dan, dengan seenaknya memerintahkannya untuk menjalankan motor. Seperti orang b*go si abang justru diam menatap Zia dengan perasaan bingung.

"Eh ... si abang, malah bengong! Buruan jalan, Bang! saya lagi dalam bahaya. Saya dikejar-kejar penjahat. Ayo Bang, buruan jalan!" ucap Zia dengan nada memerintah.

Mendengar pernyataan Zia barusan, tanpa pikir panjang, si abang langsung melajukan motornya. Saat sudah cukup jauh dari tempatnya tadi, si abang tiba-tiba menghentikan motornya di pinggir jalan. Dan itu membuat Zia merasa takut dan curiga.

"Lho, kok berhenti Bang? kan, saya belum bilang untuk berhenti. Lagian, ini masih jauh dari rumah saya." ucap Zia.

Tanpa menjawab, si abang hanya menolehkan kepala menatap Zia. Dia memperhatikan Zia dari atas sampai bawah. Zia memakai rok pendek, yang tentu saja, saat naik motor jadi terlihat paha mulusnya, begitupun, baju yang dikenakannya, berkrah sabrina, yang menampakkan bahu putih Zia.

Tiba-tiba saja, si abang melepas jaket yang dia kenakan. Sontak saja Zia ketakutan, karena sebelumnya si abang menatap Zia dengan tatapan aneh, dari atas hingga bawah.

"A-abang, mau ngapain? kenapa lepas jaketnya?" tanya Zia dengan suara terbata, karena merasa takut.

Si abang tak menjawab, tapi justru mengulurkan jaketnya kepada Zia. "Pakai nih, entar masuk angin lagi." jawab si abang akhirnya.

Tanpa menjawab, Zia memakai jaket si abang. Kemudian, si abang melajukan motornya kembali hingga sampai di depan rumah yang ditunjukkan Zia.

"Makasih ya, Bang. Ambil aja kembaliannya!" teriak Zia, sambil mengulurkan uang seratus ribu ke tangan si abang. Dan segera berlari masuk ke gerbang rumahnya, tanpa mau mendengar si abang berbicara.

"Mbak ... tunggu!!!" teriak si abang.

"Ini, saya bukan tukang ojek," kata si abang yang tak didengar oleh Zia, karena masih merasa takut dengan periatiwa tadi.

"Saya cuma mau nolong saja," lanjutnya lirih sambil melihat uang seratus ribu yang ia pegang.

Peristiwa saat Zia hampir di lecehkan oleh pacarnya yang bernama Martin. Sore tadi, Zia memang pergi bersama Martin buat nonton. Saat pulang, Martin menghentikan mobilnya di pinggir jalan yang sepi. Martin bilang, pengen lebih lama ngobrol sebelum mereka pulang.Tapi, Martin justru mencuri kesempatan hendak mencium Zia.

Zia yang kaget, reflek menampar Martin. Tentu saja, Martin tidak terima, dan justru berbuat kasar sama Zia. Alih-alih minta maaf, malah Martin hendak melecehkan Zia. Mereka memang pacaran, tapi, sesuai pesan papi Andra, Zia dilarang melakukan kontak fisik sama pacarnya.

Jadi, selama hampir satu tahun pacaran, Zia sekalipun belum pernah berciuman.

Hal itu yang membuat Martin merasa penasaran, karena dari semua pacar-pacarnya yang terdahulu, Martin tidak pernah diperlakukan hambar seperti ini.

Setiap kali Martin ingin mencium Zia, dia selalu menolak Dengan alasan, dilarang sama Papinya. Makanya, pas kencan kali ini, Martin mencuri kesempatan untuk melakukan apa yang dia inginkan sejak lama. Bukan ciuman yang ia dapat, malahan tamparan yang dia terima.

FLASHBACK OFF

¤¤¤¤

"Jadi gitu,Ma. Kenapa dia menganggap Shakti tukang ojek." jelas Shakti menceritakan kejadian pertama kali ia bertemu Zia.

"Sayang, kamu sudah denger sendiri kan? kalau anak tante ini bukan tukang ojek. Dia seorang dokter. Jadi, kamu mau kan, menikah sama anak tante?" dengan suara lembutnya, Mama Kinan meyakinkan Zia.

Zia menatap kedua orang tuanya, mencari jawaban atas permintaan Mama Kinan.

"Nanti Papi jelasin semuanya di rumah. Sekarang kamu percaya saja sama Papi, ok!" kata Papi Andra.

Zia hanya bisa mengangguk pasrah. Mempercayakan semuanya kepada papinya, seperti yang selama ini ia lakukan. Karena Zia percaya, orangtuanya akan melakukan yang terbaik untuknya.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Jangan lupa tinggalkan jejak ya like... komen... favorit.... dan vote juga ya

tengkyu❤❤❤sayang hee

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!