"Lepaskan!!" Teriak seorang wanita tak berdaya. Dia terus meronta saat dua preman menyeretnya ke salah satu gedung tak terpakai. Kedua preman itu tertawa menjijikkan.
Sedangkan kedua preman di belakangnya tertawa sambil memandangi tubuh elok wanita di depannya. Semua preman itu menggunakan tato di kedua tangannya.
Buk
Kedua preman itu mendorong tubuh Vivian hingga tangannya kanannya membentur ke salah satu beton gedung.
"Apa yang ingin kalian lakukan? Aku akan memberitahu suami ku. Kalian ingin uang kan? Aku akan memberikannya, suami ku tidak akan melepaskan kalian!" Teriak Vivian. Urat lehernya terlihat menghijau dan seakan putus.
Gelak tawa pun muncul di wajah ke empat preman itu. Antara kasihan dan tidak, tapi ia butuh uang. Bisa-bisanya wanita di depannya tidak tau kalau semua ini adalah rencana suaminya.
"Kau ingin kami menghubungi suami mu?"
Salah satu preman yang berkuasa di antara mereka berdua. Dia pun menggunakan vidio call hingga terlihatlah suaminya bersama dengan adik tirinya. Kedua matanya memanas, dadanya bergemuruh melihat adik tirinya berada di pangkuan suaminya itu. Adik tirinya menggunakan gaun ungu, bagian belakanganya terbuka dan kedua dadanya seakan menyembul keluar. Dia pun menatap sinis pada Vivian.
"Hay Kak, bagaimana kabar mu?"
Cup
Tanpa tau rasa malu, adik tirinya yang selalu ia sayangi ternyata mencium bibir suaminya.
"Kalian!!"
Wanita di dalam ponsel itu tertawa geli. "Bagaimana rasanya hidup dalam kebodohan Kak? Ah iya benar, aku dan suami kakak memang saling mencintai."
"Kalian mengkhianati ku?!" tanya Vivian dengan nada geram. Hatinya terasa hancur melihat mereka berdua. Selama ini ia selalu mempercayai adik tirinya dan ibu tirinya. Ia kira mereka sangat menyayanginya ternyata semuanya hanyalah palsu.
Suaminya, Feng Yang malah tertawa. "Selamat menikmati hari mu istri ku."
Bip
"Feng Yang!!!" teriak Vivian, ia tidak terima ponsel di depannya langsung mati begitu saja. Dengan biadabnya pria itu malah menyebloskannya ke dalam preman. Ingatan kisah cinta dari mereka hancur berkeping-keping. Banyaknya memori seperti debu yang berterbangan.
"Bagaimana?" Pria itu tertawa. "Ternyata kau istri bodoh yang hanya dimanfaatkan oleh suami dan adik mu."
Vivian terdiam, ia tidak mau hidupnya ternodai. Bahkan melayani pria yang berstatus suaminya itu ia langsung jijik setelah mendapatkan kenyataan ini. Ia tidak ingin tubuhnya di korbankan lagi. Lebih baik ia mati secara terhormat dari pada harus mengotori tubuhnya.
Bruk
Ke empat preman itu terkejut, wanita di depannya langsung membenturkan kepalanya ke beton, hingga darah segar mengalir deras dari kepalanya.
"Bagaimana ini? Dia mati?" Salah satu preman bersuara.
Kedua mata Vivian terasa berat, pandanganya mulai kabur. Seandainya ia bisa di hidupkan kembali. Ia akan membuat suami, adik tiriinya dan ibu tirinya itu membayar apa yang mereka telah lakukan.
Kedua matanya terasa berat, ia mencoba memaksa untuk membuka kedua matanya. Kedua telinganya mendengarkan suara yang memanggil namanya. Dalam sekejap waktu berputar beberapa tahun lalu.
"Vivian .... Vivian ...."
Kelopak mata indah itu pun terbuka dan melihat beberapa orang di sekelilingnya, ada ibu tirinya, adik tirinya dan ayahnya.
"Vivian, kau sudah bangun sayang," ucap seorang pria. Raut wajah khawatirnya terlihat jelas. Pria itu pun mengecup kening Vivian. "Syukurlah, kau sudah sadar sayang."
Vivian mengingat kejadian yang menimpa dirinya, bukankah ia sudah mati? Semuanya terasa mimpi tapi nyata? Ia tidak percaya.
"Syukurlah kau sadar Vi, Mommy sangat khawatir."
"Kakak aku takut terjadi sesuatu pada mu dan besok kita akan bertemu dengan tunangan kita."
Mendengarkan ucapan adik tirinya, kebingungannya kini terjawab. Ternyata dia kembali ke pertunangannya dua tahun lalu.
Vivian mengusap wajahnya yang di penuhi dengan butiran keringat. Sudut bibirnya tertarik ke atas. Ia teringat dengan pertemuannya dengan Feng Yan. Seorang pria pilihan dari ibu tirinya dan adik tirinya. Pria itu berasal dari China, ibu Feng Yan bercerai dan akhirnya menetap di Inggris. Dalam banyaknya acara sosialita, ibu kandung Feng Yan bertemu dengan ibu tirinya, Diane yang berasal dari Inggris. Keduanya pun menjalin persahabatan.
Ibu Feng Yan pun meninggal karena memiliki penyakit kangker otak dan Feng Yan akhirnya di asuh oleh ibu tirinya, Diane. Sebelum menikah dengan ayahnya, Diane sudah memiliki anak dengan mantan suaminya yang kini menjadi adik tirinya yang bernama Alena, yang di sapa dengan Lena. Diane berteman dengan ibunya, Kalisa. Setelah ibunya meninggal, Dianelah yang menikah dengan ayahnya.
"Betapa bodohnya diriku." Vivian membaringkan tubuhnya dengan kasar dan kedua matanya tertuju pada langit-langit di kamarnya itu. Di kehidupan dulu ia sangat mempercayai kasih sayang ibu tirinya, tapi ternyata mereka hanya memasang topeng demi menghancurkan kehidupannya. "Yah, anak tiri pasti tidak akan di sayangi kan?"
"Ck, aku tidak akan terlena dengan bibir murahan mereka berdua." Vivian merasa kesal karena kebodohan dirinya yang berakhir harus bunuh diri.
Tok
Tok
Suara ketukan pintu membuat Vivian beranjak, setelah sadar karena jatuh dari tangga menurut ayahnya, ia memintanya untuk istirahat.
"Sayang, ini Mommy."
Wajah Vivian berubah gelap, ia menarik nafasnya agar bisa menetralkan amarahnya. Ia harus menyingkirkan ibu tirinya itu dengan sangat lembut. "Iya Mom, masuklah."
Mommy Diane masuk dan membawa sebuah nampan yang berisi sepiring nasi dan segelas air putih. "Syukurlah kau sudah baikan, Mommy sangat khawatir. O iya Mommy bawa makan malam untuk mu."
Vivian tersenyum, wajahnya bagaikan bunga matahari yang sangat cerah, seakan mengeluarkan sebuah cahaya. Ia harus berpenampilan polos di depan mereka berdua. "Terimakasih Mommy, Mommy sangat baik."
Mommy Diane tersenyum. "Lain kali berhati-hatilah menuruni anak tangga."
Sialan!!! Kalau bukan karena Kalisa yang menyenggal kaki ku. Aku tidak akan jatuh batin Vivian.
"Vivian kau sudah sadar sayang." Seorang pria datang. Ia sangat khawatir pada putri kesayangannya itu. "Daddy sangat takut saat kau tidak sadarkan diri," imbuhnya. Dia sangat menyayangi putrinya itu, wajahnya yang sama persis dengan mendiang istrinya.
Dulu Daddy pernah marah pada ku. Diane mencuci otak Daddy dan aku sampai aku bermusuhan dengan Daddy
Aku tidak ingin keluarga ku hancur lagi batin Vivian.
"Maafkan Vivian Dad." Vivian tersenyum hangat oada pria yang berusia 60 tahun itu. Sekitar rambut hitamnya sudah ada beberapa uban putih.
Daddy Elmar Lee pun memeluk Vivian. Dia mengusap punggung Vivian dan Vivian memeluk pinggang Daddynya. "Maafkan Vivian yang sering mengecewakan Daddy." Ia masih ingat betapa marahnya dan sembrononya dulu. Terkena hasutan ibu dan adik tirinya, hubungannya dengan ayahnya menjauh.
"Tidak sayang, Daddy sangat menyayangi mu."
Vivian melepaskan pelukannya. Ia merasa bersalah tiap kali melawan perkataan ayahnya itu.
"O iya sayang, besok malam kau akan bertemu dengan tunangan mu. Sekaligus tuan Anderson Lu akan kesini."
Mommy Diane mengusap pucuk kepala Vivian. "Feng Yan akan menemui mu dan tuan Anderson Lu akan menemui adik mu. Acara pertunangannya akan dinlaksanakan ke esokan harinya. Aku tau kau sangat menyukai Feng Yan."
Vivian teringat otak gilanya dulu yang mendambakan pria seperti Feng Yan. Akan tetapi, sekarang ia tidak ingin menjadi gila dan bodoh. "Apa adik sangat mencintai tuan Anderson? Seperti apa wajahnya?" tanya Vivian penasaran. Ia pura-pura tidak tau saja.
"Malam ini tuan Anderson telah sampai di inggris, kemarin dia melakukan penerbangan ke China."
Vivian mengangguk dan tersenyum misterius. Jika dulu ia di hancurkan sampai seperti buih, maka di kehidupan ini ia akan menghancurkan siapa saja yang menghancurkannya dulu dan menjadikannya seperti buih yang menghancurkan dirinya.
"Emm, lain kali kau berhati-hati jangan sampai jatuh lagi."
"Em, Dad. Aku merasa ada yang mendorong ku. Aku sudah berhati-hati, tapi sepertinya mungkin hanya firasat ku saja."
"Sayang, apa kau melihat siapa yang mendorong mu?" tanya Daddy Elmar. Sekalipun Vivian membuat masalah dan sering beradu mulut dengannya, tapi ia tetap menyayangi Vivian karena Vivian adalah permatanya.
Vivian menggeleng lemah. Ia berpura-pura tidak ingat.
Mommy Diane merasa curiga, ia curiga pada putrinya yang mendorong Vivian. Jangan sampai putrinya terseret. "Sayang, mungkin Vivian hanya merasakan firasat saja," ujarnya tersenyum.
"Diane kalau yang di katakan Vivian benar, berarti ada orang yang sengaja mendorongnya."
Air mata Vivian menggenang. "Daddy, mungkin tidak ada yang suka pada ku karena aku sering berdebat dengan Daddy. Maafkan Vivian Dad, Vivian janji tidak akan nakal lagi."
"Benar, aku akan menyelidikinya. Aku akan menghukum siapa saja yang mencelakai mu. Sekarang kau istirahatlah."
"Iya, kau istirhatalah Vivian." Mommy Diane tersenyum, namun ia merasa geram pada Vivian.
Vivian berderhem setelah melihat kedua orang tuanya pergi dari kamarnya. Kedua matanya memicing, ia harus membuat ibu dan anak itu merasakan apa yang ia rasakan. Ia pun turun dari ranjangnya dan melangkah keluar. Melihat tidak ada siapa pun, ia menuju ke ruang kerja ayahnya itu.
Kemudian melihat CCTV di ruamahnya dan mengambil salinannya. Ia yakin, ibu dan anak itu pasti akan menghilangkan jejak kebusukannya. Ia pun bergegas membuka pintu, melihat tidak ada siapa pun. Ia keluar dengan tenang.
Sedangkan di tempat lain.
Mommy Diane mencari putrinya, Alena. Dia ingin membicarakan perkataan Vivian tadi. Untung saja ia membujuk suaminya untuk tidur lebih awal agar ia lebih leluasa masuk dan keluar dari ruang kerja suaminya, tapi sebelum itu. Ia harus mencari putrinya. Tidak menemukan putrinya, ia lebih dulu menuju ruang kerja suaminya.
"Ternyata benar, Alena mendorong Vivian. Untung saja Elmar tidak mengeceknya, aku harus menghapusnya."
Dengan cepat Mommy Diane menghapus vidio itu dan tersenyum. "Elmar tidak akan menemukan apapun."
Sesudah menghapus vidio itu, Mommy Diane melanjutkan mencari putrinya, Alena.
Vivian tersenyum, sesuai perkiraannya. Ia melihat Mommy Diane keluar dari ruang kerja ayahnya. "Sekarang dia pasti akan mencari putrinya itu."
Mommy Diane terlihat kesal, ia mencari putrinya, namun bodohnya ia, ia tidak menggunakan ponsel saking terkejutnya dan takut kalau suaminya akan mengecek rekeman Cctv.
"Bodoh sekali diriku."
Mommy Diane pun menghubungi Alena dan menanyakan keberadaannya, ternyata Alena sedang berada di luar.
"Apa?! Kau sedang berada di club?!" Mommy Diane merasa geram pada putrinya ini. Bisa-bisanya putrinya malah bersenang-senang di luar. "Jangan menginap di Apartement mu, ada sesuatu yang Mommy ingin bicarakan."
"Bicarakan saja di telpon Mom, aku sedang bermain dengan teman-teman ku." Alena merasa kesal.
"Alena, kau mendorong Vivian?" tanya Mommy Diane.
Alena terkejut, ia langsung berlari ke arah luar Club. "Mommy tau dari siapa?" tanya Alena. Ia melihat para beberapa pasangan keluar masuk ke dalam club.
"Hampir saja kau ketahuan, sekarang pulanglah. Daddy mu sudah tidur," ujar Mommy Diane. Putrinya selalu bermasalah, demi menjaga image putrinya. Terkadang ia menyuruh putrinya untuk tidur di Apartementnya agar Elmar tidak mengetahui kelakuan putrinya itu.
"Aku pulang Mom, kita bicarakan di rumah." Alena menutup ponselnya. Ia pun melajukan mobilnya menuju rumahnya.
Vivian tersenyum, ia memiliki ide untuk membuat Alena terkena amukan dari ayahnya. Langkah pertama ia harus membuat Alena terlihat buruk.
Vivian menuju ke kamar ayahnya dan mengetuknya, selang beberapa menit. Vivian melihat ayahnya membuka pintunya.
"Vivian, ada apa sayang?" tanya Daddy Elmar.
"Apa Vivian mengganggu Daddy? Vivian ingin jalan-jalan ke taman bersama Daddy." Wajah Vivian terlihat memelas membuat Daddy Elmar tak bisa menolaknya. Ia teringat dengan istrinya yang sering memintanya ke taman untuk mencari udara segar.
"Baiklah, ayo."
Daddy Elmar menutup pintunya, Vivian bergelanyut manja di lengannya. Kedua pun perlahan menuju halaman samping dan benar saja ia melihat Mommy Diane dan Alena.
"Daddy, bukankah itu mommy dan adik? mereka ternyata mencari udara segar, tapi kenapa pakaian adik seperti itu?" tanya Vivian.
Sontak tuan Elmar memperhatikan bentuk tubuh Alena, dia menggunakan dress selutut dan sebelah pahanya terlihat. "Apa-apan dia menggunakan pakaian seperti itu?"
"Alena!"
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!