3 Desember 20××
05:33 WIB
Rian terbangun tepat di depan laptopnya. Menyadari ruangan yang sudah tidak asing bagi dirinya, Rian segera beranjak dari karpet. Kedua matanya segera melihat ke layar ponselnya. Sudah jam setengah enam pagi.
Hawa dingin pagi yang menusuk kulit benar-benar menganggu dirinya. Padahal dia sudah mengenakan jaket. Namun, Rian masih saja merasa kedinginan.
Melihat teman-temannya yang masih tertidur karena menginap untuk persiapan kegiatan pentas seni. Rian memutuskan untuk menggunakan kedua kakinya melangkah perlahan keluar dari Ruang OSIS.
Sambil meregangkan badan. Tubuh Rian digerakkan sampai mengeluarkan bunyi kretek. Belum terlalu lama Rian berolahraga kecil. Ada suara gadis yang sangat dia kenal dalam tatanan OSIS dari SMA Putra Bangsa.
"Kau sudah bangun rupanya," sapa gadis itu, "Pasti sangat merepotkan, bukan? Yah, menjadi Sekretaris di acara besar seperti ini."
Namanya Naura Cantika. Gadis populer dengan rambut hitam pendek yang bergelombang. Walau dia populer dikalangan para laki-laki. Tapi, Naura adalah orang yang mudah gugup. Bisa dikatakan dia termasuk orang yang kurang percaya diri. Dia menjabat sebagai Wakil Ketua OSIS.
"Harus kuakui itu memang merepotkan. Aku harus membuat banyak jadwal dan persiapan bersama Danang," jawab Rian, "Apa kamu memang sering bangun jam segini?"
"Yah, begitu deh. Danang orang yang ketat, ya?" tanya Naura.
Mendengar pertanyaan Naura. Membuat Rian mengajaknya untuk duduk di balkon dekat Ruang OSIS.
"Orang macam Danang emang nyusahin."
Tiba-tiba dari kejauhan. Sosok laki-laki yang dibicarakan menatap dari kejauhan. Danang menanyakan apa Naura dan Rian membicarakan dirinya.
Naura tersenyum nakal. "Rian membicarakanmu tadi."
"Sialan lu, Rian," ketus Danang, "Kerja sama gue emang merepotkan seperti itu, huh?"
Rian berdiri dan bersandar pada pagar. Dia mengangguk cepat sambil berkali-kali memejamkan mata.
Mendengar keluhan Rian. Membuat Danang mendekat dan bersandar pada tiang. Dengan nada bangga,.dia memamerkan kesombongannya.
"Tapi, kalau gak ada gue. Pentas seni di sekolah ini gak bakal jalan. Iya, gak, Naura?" balas Danang.
"Dih, sombong banget lu."
"Sesekali sombong gak apa-apa kali," ejek Danang, "Mau turun ke bawah gak lu?"
Rian menanyakan alasan Danang mengajaknya untuk turun ke bawah. Tentu saja, Danang mengejek Rian tentang wajahnya yang terlihat masih kurang tidur.
"Duluan aja."
"Si kocak. Nanti kamar mandi jadi rebutan loh sama anggota OSIS yang lain," lanjut Danang sambil mengenakan sendalnya.
"Rewel banget!" seru Rian.
Setelah Danang pergi ke lantai bawah karena mengaku ingin mandi. Secara tiba-tiba, Naura tertawa.
"Kalian berdua emang suka begitu ya?" tanya Naura.
"Apanya?" tanya Rian dengan penasaran.
"Saling mengejek satu sama lain," lanjut Naura, "Lagipula Ruang OSIS tidak akan pernah sepi dari orang-orang seperti kalian."
"Wajar. Kita sekelas."
...***...
Kegiatan pentas seni berjalan dengan lancar tanpa ada hambatan. Saat semua orang memutuskan untuk beristirahat makan siang. Rian berjalan dengan sempoyongan menaiki tangga menuju Ruang OSIS yang ada di lantai dua.
Cahaya matahari yang terik telah melelehkan kehidupannya. Dia masih tidak menyangka bisa berdiri di tempat ini. Padahal Rian termasuk orang yang sulit berkomunikasi dengan orang lain. Tapi, entah bagaimana dia terpilih menjadi Sekretaris OSIS.
Kehidupannya yang suram, tentu telah berubah seratus delapan puluh derajat. Kehidupan OSIS telah mengubah kebiasaannya dan mulai berani untuk mengungkapkan pendapat.
Orang mungkin bertanya-tanya, darimana asal dari kesulitan Rian untuk berkomunikasi. Semuanya berawal tepat pada dia duduk di bangku SD.
Tamparan pertama yang melesat dari tangan ayahnya dan kehilangan sahabat terbaiknya. Kedua faktor itu telah mengubah kehidupan Rian. Padahal sebelumnya Rian dikenal sebagai anak yang riang dan pintar. Tapi, sejak saat itu dia menjadi anak yang tertutup.
Walau begitu, dia bersyukur kalau kehidupan di sekolahnya perlahan pulih. Berkat dorongan Danang. Rian perlahan sedikit terbuka ke semua orang.
Rian dengan segera duduk di meja Sekretaris OSIS dan membenamkan kepalanya di atas meja. Dia benar-benar kelelahan setelah sebelumnya menggantikan bagian keamanan.
Perlahan Rian menjangkau remot pendingin ruangan yang berada di dekatnya menggunakan tangan kanan. Setelah bersusah payah, dia berhasil mendapatkannya lalu menekan tombol untuk menyalakan pendingin ruangan.
Rian dengan sekejap terjatuh dalam tidurnya. Mungkin karena kelelahan selama beberapa hari ke belakang membantu banyak bidang untuk menyusun seluruh kegiatan Pentas Seni.
Tapi, dengan sekejap suara laki-laki yang dia kenal membangunkannya. Dari sudut pandangan Rian, rasanya dia belum tidur terlalu lama. Namun, malah sudah ada yang membangunkannya.
"Oi, Rian!" seru Danang, "Malah tidur, bukannya bantuin."
Dengan pandangan yang berat karena dipaksa untuk bangun. Rian berhasil mengumpulkan seluruh nyawanya dan menyadari ada Danang yang ada di depannya.
"Print lagi itu karcis masuknya, tolol!" Seru Danang.
"Ah, maafin gue, Nang. Gue ngantuk parah. Nanti gue print, deh," balas Rian.
Danang langsung memukul kepala Rian dengan pulpen. Dia berbisik kalau pembina OSIS mengetahuinya, Rian bakal babak belur habis-habisan karena dimarahi.
"Nih lihat, kita kehabisan tiket masuk. Masih ada antrian diluar sekolah. Untungnya tadi anak kelas satu langsung bilang ke gue. Coba kalau langsung ngomong ke pembina. Habis lu!" lanjut Danang.
Rian terperanjat dari mejanya setelah menemukan dia telah tertidur selama lebih dari dua jam. Seluruh umpatan kasar langsung dikeluarkan dari mulut Rian karena tingkah bodohnya yang malah ketiduran di ruang OSIS.
Rian langsung menepuk pundak Danang. "Makasih udah bangunin gue! Tolong langsung panggil anggota OSIS bagian pintu depan untuk membawa semua karcisnya."
Danang langsung menghembuskan napas berat. Dia menitipkan seluruhnya kepada Rian dan minta maaf karena membuat Rian berjuang sendirian.
Karena Danang menjadi bagian pembawa acara pentas seni. Dengan segera, Danang berlari meninggalkan Rian sendirian di Ruang OSIS.
Rian di depan laptop langsung mencetak beberapa lembar karcis secara otomatis. Kedua matanya menemukan satu kotak nasi di meja Sekretaris OSIS. Rian mengetahui kalau Danang membawakan kotak nasi untuknya.
Dalam pemikiran yang dalam. Rian memikirkan kalau mungkin Danang sadar kalau Rian belum memakan bagiannya. Rian terkadang iri dengan sifat kepemimpinan dan kebijaksanaannya.
...***...
Malam hari telah bergerak begitu cepat. Seluruh kegiatan yang diadakan oleh pihak OSIS untuk mengisi waktu liburan setelah ujian tengah semester, akhirnya selesai.
Pihak guru dan kepala sekolah memberi ucapan terima kasih kepada seluruh anggota OSIS. Dengan berakhirnya seluruh kegiatan, membuat Rian termenung sambil menatap bulan.
Seharian ini dia hanya bergerak di ruang OSIS. Dalam batinnya, dia tidak pantas mendapat ucapan seperti itu.
Setelah izin pamit untuk pulang terlebih dahulu. Rian langsung menancapkan gas sepeda motornya di jalan raya yang ramai. Rumahnya tidak begitu jauh dari sekolah. Hanya butuh enam belokan jalan, Rian langsung sampai di rumahnya.
Sebuah rumah yang digabung dengan toko kelontong. Ibunya setelah menyaksikan Rian pulang ke rumah. Rian langsung mendapat cibiran karena pulang malam dan tidak memikirkan keadaan toko kelontongnya.
Tidak perlu berapa kali Rian menjelaskan keadaannya dalam kegiatan OSIS. Nyatanya kedua orang tuanya tidak peduli. Mereka lebih peduli dengan adik laki-lakinya. Toh, mereka seharusnya tidak perlu mengurusi anak yang sudah dianggap gagal.
Tanpa berlama-lama, Rian memasukkan sepeda motornya ke garasi. Lalu langsung mandi dan merenungkan semuanya. Sambil membasahkan rambutnya, Rian bergumam kecil.
"Ini menyebalkan. Suatu hari nanti, aku pasti akan hidup sendiri. Daripada harus hidup seperti ini," gumam Rian.
Setelah membersihkan tubuhnya. Rian langsung berjalan ke kamar dan mengaku ingin mengerjakan tugas. Kenyataannya dia hanya ingin lari dari kejaran kedua orang tuanya. Singkat saja, bagi Rian, kedua orang tuanya seperti menjadikan dirinya sebagai samsak tinju penuh omelan.
Tidak peduli berapa kali Rian menyangkal. Rian tidak bisa diberikan kebebasan untuk mengajukan sesuatu. Karena hal itu, dia hanya kembali menjadi sosok penyendiri di rumah.
Merasa begitu lelah. Rian langsung tenggelam di atas tempat tidurnya. Dia berharap hari liburan esok akan menyenangkan.
Tapi, berapa kali pun Rian berharap. Kenyataannya sudah sejak lama, ucapannya tidak pernah terkabul.
Sebab selanjutnya..........
Rian kembali terbangun tepat di ruang OSIS.
Susunan acara Pentas Seni & Bazar Antar Kelas yang diselenggarakan oleh SMA Putra Bangsa.
Hari: 3 Desember 20××
Tempat: Lapangan & Ruang Kelas.
Perihal: Mengisi Waktu Liburan.
Untuk informasi lebih lanjut mengenai acara yang diselenggarakan oleh SMA Putra Bangsa. Semua bagian yang akan dipaparkan dibawah ini telah dirangkum oleh pihak OSIS dengan persetujuan seluruh kelas SMA Putra Bangsa.
...__________...
Kegiatan Pentas Seni.
Tempat: Lapangan.
...__________...
Pukul 7:00 - Pembukaan Kegiatan (OSIS & Penyelenggara Acara)
Pukul 7:10 - Sambutan (OSIS & Staff Sekolah)
Pukul 7:30 - Penampilan Kelas 1-A (Tari Tradisional)
Pukul 8:00 - Penampilan Kelas 1-B (Stand Up Comedy)
Pukul 8:30 - Penampilan Kelas 1-C (Drama Teater)
Pukul 9:00 - Penampilan Kelas 1-D (Musik)
Pukul 9:30 - Penampilan Kelas 1-E (Tari Modern)
Pukul 10:00 - Penampilan Kelas 2-A (Pertunjukan Wayang)
Pukul 10:30 - Penampilan Kelas 2-B (Tari Modern)
Pukul 11:00 - Penampilan Kelas 2-C (Tari Tradisional)
Pukul 11:30 - Istirahat.
Pukul 12:30 - Penampilan Kelas 2-D (Drama Teater)
Pukul 13:00 - Penampilan Kelas 2-E (Solo Vocal)
Pukul 13:30 - Penampilan Kelas 3-A (Pertunjukan Alat Musik Daerah)
Pukul 14:00 - Pertunjukan Kelas 3-B (Pantomim)
Pukul 14:30 - Pertunjukan Kelas 3-C (Duet Vocal)
Pukul 15:00 - Istirahat.
Pukul 15:30 - Pertunjukan Kelas 3-D (Drama Teater)
Pukul 16:00 - Pertunjukan Kelas 3-E (Solo Vocal)
Pukul 16:30 - Pertunjukan Kelas 3-F (Musik)
Pukul 17:00 - Penutup Kegiatan Pentas Seni (OSIS)
...__________...
...__________...
Kegiatan Bazar Antar Kelas.
Tempat: Ruang Kelas.
...__________...
Pukul 07:00 - Pembukaan Kegiatan (OSIS & Penyelenggara Acara)
Pukul 07:10 - Sambutan (OSIS & Staff Sekolah)
Pukul 11:30 - Istirahat
Pukul 15:00 - Istirahat
Pukul 17:30 - Pengumuman Kelas Terbaik (OSIS)
Pukul 18:00 - Istirahat
Pukul 18:30 - Bersih-bersih (Seluruh Murid Sekolah)
Pukul 19:00 - Penutup Kegiatan Bazar (OSIS)
...__________...
...__________...
Penampilan Antar Kelas.
...__________...
Kelas 1-A (Kerajinan Tanaman)
Kelas 1-B (Lukisan)
Kelas 1-C (Kafe)
Kelas 1-D (Pameran Batu)
Kelas 1-E (Pameran Foto)
Kelas 2-A (Kafe)
Kelas 2-B (Kerajinan Plastik)
Kelas 2-C (Pemutaran Film)
Kelas 2-D (Kafe)
Kelas 2-E (Pameran Komik)
Kelas 3-A (Kerajinan Tanah Liat)
Kelas 3-B (Pemutaran Film)
Kelas 3-C (Restoran)
Kelas 3-D (Lukisan)
Kelas 3-E (Rumah Hantu)
Kelas 3-F (Musik)
Para siswa serta siswi diminta untuk mengikuti peraturan yang telah disetujui oleh pihak sekolah. Semua dilakukan, demi menjaga citra sekolah dimata para pengunjung yang berasal dari luar sekolah.
Oleh sebab itu, mari kita jalani hari ini dengan semangat. Faktanya ini adalah Pentas Seni pertama yang diadakan oleh SMA Putra Bangsa. Tanpa bantuan pihak sekolah, sponsor ataupun murid. Acara ini sudah pasti akan sulit untuk diadakan.
Kami dari pihak OSIS angkatan kelima belas. Sangat berterima kasih, karena semua orang telah meminjamkan waktu, uang dan tenaganya untuk berpartisipasi dalam kegiatan ini. Walau acara ini akan berlangsung selama sehari. Setidaknya ini akan menjadi kenangan yang luar biasa untuk dimasa mendatang.
Karena ini adalah acara pentas seni pertama di SMA Putra Bangsa. Kami dari pihak OSIS meminta maaf, jika acara yang akan diselenggarakan pada hari ini tidak berjalan dengan baik. Kami akan dengan lapang dada menerima semua kritikan dan saran yang disampaikan oleh semua orang.
Hormat kami.
OSIS SMA Putra Bangsa.
3 Desember 20××
05:33 WIB
Rian langsung bergerak keluar dari ruang OSIS. Dia menatap awan dan keadaan disekitar. Suasananya persis seperti apa yang dia lihat. Merasa bingung, Rian memegang kepalanya sambil bersandar pada pagar pembatas.
Dengan segera Naura menghampirinya. Dia membantu Rian untuk berdiri tegak dan menanyakan apa yang terjadi kepadanya.
"Aku tidak mengerti. Jujur saja, aku bingung untuk mengungkapkannya. Maaf kalau aku terdengar mengada-ngada. Aku merasa seperti Deja Vu."
"Deja Vu?" Tanya Naura.
"Iya! Aku seperti pernah melihat ini sebelumnya."
Tanpa diduga. Danang keluar dari Ruang OSIS. Dengan wajah penuh keheranan, dia menyapa Rian dan Naura lalu menanyakan apa yang terjadi pada mereka berdua.
"Lu sakit, Rian?" tanya Danang.
"Mungkin?"
Danang tertawa kecil. "Mungkin? Habis mimpi lu, ya? Ngomong-ngomong mau ke bawah gak lu?"
"Ngapain?" Tanya Rian penasaran, "Mau ke kamar mandi?"
Danang menyipitkan kedua matanya. "Ya, iyalah kocak. Gue mau mandi. Biar badan segar. Mumpung pentas seni belum dimulai."
"Kalau gitu, duluan aja. Nanti gue nyusul. Kepala gue berat banget nih," lanjut Rian.
"Si kocak. Nanti kamar mandi jadi rebutan loh sama anggota OSIS yang lain," lanjut Danang sambil mengenakan sendalnya.
Mendengar perkataan Danang membuat Rian terdiam. Perkataan yang dilontarkannya oleh Danang sama persis seperti dalam mimpinya.
Setelah Danang meninggalkan Rian dan Naura. Kedua mata Rian kembali melihat Naura. Wajahnya pucat dan matanya terlihat kaget. Entah apa yang sedang terjadi.
Namun, tiba-tiba, Naura meremas kedua pundak Rian dengan kedua tangannya. Wajahnya mendadak berubah menjadi kepanikan.
"Oke, sepertinya ini bukan mimpi!" seru Naura.
"Jangan bilang......" sela Rian.
Naura mengangguk. Dia awalnya menyangka kalau yang terjadi pada hari ini adalah mimpi. Tapi, melihat situasinya sama persis. Sangat tidak mungkin kalau kejadian pada pagi ini adalah mimpi.
"Terus apa yang akan kita lakukan selanjutnya?" tanya Rian.
"Bagaimana jika kita menyelidiki apa yang sedang terjadi pada hari ini?" saran Naura, "Aku juga ingin memastikan beberapa hal hari ini. Mau ikut?"
...***...
Rian menghembuskan napas panjang setelah acara pentas seni berhasil dibuka. Semua anggota OSIS langsung mengisi posisi dimana mereka ditempatkan. Sambil membantu penyelidikan Naura. Rian meminta adik kelasnya untuk mengisi posisinya.
Dengan langkah kaki yang cepat. Rian berjalan melewati koridor sekolah yang ramai. Keramaian ini tercipta bukan karena dari para murid di sekolah. Tapi, para pengunjung di luar sekolah juga mempengaruhi keramaian.
Sejak awal, rencana Danang untuk membuat kegiatan pentas seni secara umum demi membantu kemanusiaan. Setengah pendapatan dari pengunjung, akan disumbangkan ke beberapa pihak yang membutuhkan di dekat sekolah.
SMA Putra Bangsa mempunyai gedung berbentuk U. Lapangan serbaguna yang menjadi tempat diadakannya pentas seni tepat berada di depan gedung sekolah. Lalu lapangan untuk kegiatan olahraga dilakukan secara terpisah dibelakang gedung sekolah.
Misalnya lapangan sepak bola yang ada di belakang gedung timur. Lapangan bola basket ada di belakang gedung selatan. Lapangan bola voli dan bulu tangkis di belakang gedung barat.
Sesampainya di depan ruang kelas 1-E yang ada di lantai satu gedung timur. Rian segera bertemu dengan Naura yang sudah menunggunya.
"Waktuku tidak banyak, Rian," bisik Naura, "Aku ingin memastikan satu hal penting yang pernah kulihat sebelumnya."
"Benar juga. Selanjutnya penampilan kelasmu, ya?" Tanya Rian.
Naura mengangguk pelan. "Aku akan menjadi salah satu pemeran dalam drama teater. Apalagi keberadaanku sangat penting disana."
"Kalau begitu. Bagaimana jika kita langsung ke tempat yang kau bilang? Sudah waktunya untuk mempersingkat waktu, 'kan?"
"Benar juga," balas Naura, "Maaf. Kalau begitu, silahkan ikuti aku."
Naura segera membawa Rian ke lapangan olahraga di belakang gedung barat. Rian juga langsung mengekori Naura. Sambil berjalan, Naura menjelaskan kalau dia ingin memastikan kejadian penting.
"Akan ada perkelahian disana. Semua bermula karena perebutan lapangan dari dua kelompok," jelas Naura, "Selanjutnya ada pemukulan di kepala seseorang menggunakan botol gitu. Agak mengerikan. Jika itu terjadi lagi, aku ingin mencegahnya."
Rian mengerti situasinya. Jadi, dia mulai penasaran dengan apa yang dilihat oleh Naura. Sebab sebelumnya Rian hanya bersantai di ruang OSIS hampir seharian.
Sesampainya di lapangan. Naura mengajak Rian untuk duduk di kursi penonton yang berdekatan dengan dinding. Beberapa orang di lapangan menyadari keberadaan OSIS yang memperhatikan lapangan.
Naura membuka layar ponselnya dengan segera. Dia memperlihatkan jam digital pada Rian dan menjelaskan kalau insidennya adalah dua menit ke depan.
Rian mengangguk dan memperhatikan keadaan sekitar. Dengan kedua mata yang dibuka secara lebar-lebar. Rian melihat ke seluruh tempat. Ada yang berpacaran, bermain gim di ponsel secara bersama-sama dan ada juga bermain catur.
Tidak butuh waktu lama. Tiba-tiba empat orang laki-laki berjalan cepat ke arah lapangan. Laki-laki berbadan besar di depan langsung menunjuk seseorang yang sedang asyik berbicara.
"Oh, jadi lu!" seru laki-laki berbadan besar.
"Ah, gue mengerti. Ini masalah kemarin, ya?"
"Gak usah berlagak tengil, ya! Lu lihat ini bocah. Tulang hidungnya sampai patah begitu."
"Oke. Itu emang faktanya. Tapi, apa lu tahu kejadian sebenarnya?"
"Gak usah banyak basa-basi, ya."
Pria berbadan besar langsung menerjang laki-laki yang ada di depannya. Beberapa temannya juga langsung bergerak membantu. Lapangan langsung menjadi medan perkelahian.
Naura langsung berlari dari kursi penonton dan berniat untuk melerai mereka. Rian segera mengikuti tindakan heroik Naura. Dia juga ingin membantunya.
"Hei, udah-udah!" seru Naura.
"Ah, ngapain si OSIS disini segala!"
Secara tiba-tiba, terdengar suara benda pecah dari arah belakang Rian. Pandangan Rian perlahan pudar dan dia segera terjatuh di lapangan.
Rian menyadari ada pecahan beling dari botol di sekitar kepalanya. Melihat kejadian itu, beberapa murid langsung berlari dari lapangan karena tidak ingin terlihat
...***...
3 Desember 20××
05:33 WIB
Rian langsung terbangun di ruang OSIS. Melihat apa yang telah terjadi. Rian segera bertanya kepada Naura.
Kedua mata Naura membelalak melihat Rian yang sedang terburu-buru keluar dari Ruang OSIS. Kedua tangannya menutup mulut dan terlihat begitu syok.
"Jadi, apa yang terjadi sebelumnya?" tanya Rian.
"Kau sebelumnya entah bagaimana tewas di lapangan karena kepalamu dipukul menggunakan botol. Mereka tidak sengaja melakukannya. Lalu seluruh kegiatan di sekolah langsung diberhentikan karena insiden itu. Pokoknya kacau."
Rian menarik napas panjang. Dia paham situasinya. Lagipula dia sendiri yang masuk ke medan perang. Jadi, ketidaksengajaan itu pasti terjadi.
Dengan sekejap Rian langsung berteriak. Dia segera berjalan mondar-mandir di depan Naura. Melihat Rian yang begitu, membuat Naura penasaran.
"Apa yang terjadi?"
"Jangan bilang. Walau kita mati. Kita akan tetap kembali ke tanggal 3 Desember?" ucap Rian, "Dengan kata lain. Tidak ada jalan keluar dari yang menimpa kita?"
Mendengar penjelasan Rian. Membuat Naura berjalan beberapa langkah ke belakang. Dia terkejut dengan pemikiran Rian dan itu terdengar masuk akal.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!