Ibukota sangat panas, suhu menunjukkan angka 33°. Terlihat seorang gadis sedang duduk di halte menunggu bus tujuan kampusnya lewat. Hari ini ada pertemuan dengan pembimbing skripsi jam 2 siang, masih ada waktu 1 jam. Tak seperti biasanya bus datang terlambat, atau mungkin hari ini dia salah melihat jadwal. Saat akan mengecek jadwal kedatangan bus, tiba-tiba terdengar suara klakson bus yang mendekat. Dia segera berdiri dan menunggu hingga bus berhenti sebelum ia naik ke dalam bus.
Dia memilih untuk duduk di kursi bagian belakang, agar dia dengan leluasa bisa melihat seisi bus dan melihat keluar bus dengan lebih leluasa. Perjalanan untuk sampai di kampusnya menempuh waktu sekita 35 menit, masih ada waktu 30 menit untuk ia memejamkan matanya yang ngantuk karena semalaman ia harus lembur mengerjakan skripsi.
Ketika bus berhenti di salah satu halte, tiba-tiba seseorang memanggil namanya dan membangunkannya.
"Kinan!!" Panggilnya dengan keras membuat semua penumpang melihat kearahnya.
Kinan hanya diam karena malu, dia adalah Fina teman dekatnya. Mereka sudah berteman sejak pertama kali masuk kuliah, Fina selalu membela Kinan jika ada yang mencibirnya atau membuat gosip miring tentangnya. Mereka bergosip tentang Kinan karena ada alasannya, yaitu karena Kinan memiliki wajah cantik dan cerdas. Selain itu Kinan juga aktif di beberapa organisasi sebelum ia disibukkan untuk praktek kerja nyata.
"Kin, kenapa diam?"Ujar Fina dengan ketawa ringan
"Kau membuatku merasa malu Fina."Ujar Kinan kepada temannya.
"Maafkan aku, karena aku melihatmu tidur makanya aku panggil untuk membangunkanmu."Ujar Fina membela diri.
"Terserah kau saja lah."Ucap Kinan mengalah.
Setelah tiba di halte yang dekat dengan kampusnya, Kinan dan Fina segera turun karena waktunya yang semakin berjalan dan ia tidak ingin pertemuan hari ini batal karena dia terlambat. Kinan jalan dengan jurus seribu langkah membuat Fina harus berlari kecil untuk menyamakan langkahnya.
"Kau jalan apa lari Kin?Cepat sekali."Ujar Fina yang terus berlari kecil.
"Aku tidak ingin pertemuan hari ini batal Fin. Kau tahu sendiri kan, dosen pembimbingku tidak suka dan tidak mau tahu kalau mahasiswanya datang terlambat."Ujar Kinan tanpa menghiraukan Fina.
"Baiklah, kalau begitu aku duluan ya."Ujar Fina karena ruang pembimbingnya sudah di depan mata.
Sementara ruang pembimbing Kinan ada di lantai 2 dan harus naik dengan lift agar lebih cepat. Sesampainya di depan ruang pembimbing Kinan mengatur nafasnya dan merapikan penampilannya.
Tokk...Tokk...Tokk...
"Masuk."Ucapnya dari dalam.
"Permisi Pak, saya Kinan."Ujar Kinan dengan sopan setelah membuka pintunya.
"Oh kamu, silakan duduk Kinan."Ujar Pak Tommy yang segera menutup laptopnya.
"Terimakasih Pak."Ujar Kinan dan duduk di kursi yang berada di seberang meja pak Tommy.
"Bagaimana? Apakah sudah selesai?"Tanya Pak Tommy dengan rambmah namun tegas.
"Sudah Pak, dan sudah saya revisi juga untuk bab 3 yang kemarin. Mohon di periksa kembali Pak."Ujar Kinan menyerahkan lembaran kertas yang di jepit rapih menjadi satu.
"Ok, saya periksa dulu ya."Ujarnya mengangguk-angguk.
Kinan hanya diam dan memperhatikan serta sudah menyiapkan kertas catatan dan pena jika ada bebarapa bagian yang lerlu di revisi. Selama 15 menit, Pak Tommy memeriksanya dan belum ada perintah untuk revisi. Dan memang benar, pertemuan hari ini berjalan dengan lancar tanoa ada revisi.
"Ok, semua sudah bagus dan sesuai. Tinggal kamu tambahkan saja daftar pustaka dari beberapa sumber. Jika sudah kita adakan pertemuan besok lusa."Ujar Pak Tommy.
"Baik Pak, terimakasih"Ujar Kinan mengerti.
"Setelah wisuda nanti, kamu akan bekerja dimana Kinan?"Tanya Pak Tommy.
"Mungkin saya akan mendaftar di Ardhana Group Pak. Selain mereka yang paling terkenal tapi menurut saya kesejahteraan di sana sangat diperhatikan dan juga bisa menambah wawasan saya untuk kedepannya."Ujar Kinan.
"Pilihan yang bagus Kinan. Semoga apa yang kamu inginkan terwujud, dan saya akan bangga ketika mendapat kabar kamu diterima bekerja di sana."Ujarnya lagi.
"Terimakasih Pak. Kalau begitu saya permisi dulu. Terimakasih atas pertemuan hari ini Pak."Ujar Kinan pamit undur diri.
"Iya Kinan."Jawab Pak Tommy dengan senyumnya.
Setelah keluar dari ruangan pak Tommy, Kinan merasa sangat lega dan bersyukur karen tidak harus merevisi lagi. Dengan langkah santai dia berjalan mendekati lift untuk menghampiri Fina yang berada di lantai satu. Ternyata Fina sudah menunggunya disana, Kinan segera menghampirinya dan mengajaknya pulang.
"Ayo pulang." Ajak Kinan pada Fina.
"Kau yakin mau pulang?Ayolah kita nikmatin moment-moment terkmakhir sebelum kita wisuda dan sibuka dengan urusan masing-masing."Ujar Fina merengek.
"Hmmm karena aku sedang bahagia, aku akan mengikutimu saja."Ujar Kinan dengan senyum manisnya.
"Baiklah, pertama ayo kita pergi Cafe, karena aku belum makan."Ujar Fina.
"Baiklah, lets go." Ujar Kinan bersemangat.
_.__._
Fina sudah hampir 10 menit menunggu Kinan yang masih berada di lantai atas, dia akhirnya duduk di lantai menyandarkan badannya di tembok dan memainkan ponselnya untuk melihat ada gosip apa hari ini.
Satu persatu postingan dari biang gosip di kampusnya dibaca dengan teliti dan aman tidak ada yang memancing emosinya. Fina merasa lega setidaknya hari ini tenaganya tidak akan terkuras habis untuk membela sahabatnya yang hanya diam tidak mau membalas yang nyinyir kepadanya.
Tiba-tiba Kinan sudah berdiri di deoannya dan membuatnya terkejut.
"Ayo pulang." Ajak Kinan yang tiba-tiba sudah berdiri di depannya.
"Kau mengagetkanku saja. Kau yakin mau pulang?Ayolah kita nikmatin moment-moment terakhir sebelum kita wisuda dan sibuk dengan urusan masing-masing."Ujarnya merengek.
"Hmmm karena aku sedang bahagia, aku akan mengikutimu saja."Ujar Kinan dengan senyum manisnya.
"Baiklah, pertama ayo kita pergi Cafe, karena aku belum makan."Ujar Fina dengan senyum yang sengaja dimanis-maniskan.
"Baiklah, lets go." Ujar Kinan bersemangat.
Akhirnya Fina dan Kinan memutuskan untuk pergi ke Cafe dekat kampus. Setiap selesai kuliah, Fina dan Kinan sering datang ke Cafe itu karena disana menunya cocok dengan selera mereka dan suasana disana sangat nyaman dan pas untuk mereka nongkrong.
Setelah memilih menu masing-masing, Fina melihat sekitar untuk mencari seseorang yang ingin ia lihat hari ini. Ya, tujuan sebenarnya datang ke Cafe adalah untuk melihat Pria tampan yang bekerja di Cafe itu, sudah sejak lama Fina menyukainya. Dan Kinan tau itu, tapi dia hanya diam karena menganggap Fina hanya sedang cinta monyet.
"Kenapa pangeranku tidak kelihatan hari ini?Kemana dia?Apa dia sakit?"Ucap Fina yang masih menyusuri seisi ruangan dengan matanya.
"Mungkin dia libur Fin, atau kau tanya saja ke pelayan disini agar tidak berfikir yang tidak-tidak." Ujar Kinan.
"Ide yang bagus. Aku akan bertanya kepada pelayan yang mengantar makanan nanti. Terimakasih Kinan."Ujar Fina yang dalam hitungan detik wajahnya kembali berubah menjadi ceria.
Waktu terus berlalu dengan begitu cepat, Kinan saat bekerja di Ardhana Group setelah mengikuti beberapa seleksi yang harus dia jalani. Kinan bekerja sebagai divisi pemasaran, dimana ia harus memutar otak untuk bisa mencapai target pemasaran dengan cepat dan tepat sasaran.
"Apa kalian sudah dengar tentang gosip pak Randy yang tertangkap basah oleh kekasihnya sedang berkencan dengan wanita lain?" Ujar Maya membuat yang lain heboh dan ikut bergosip.
"Benarkah?Kapan?Lalu bagaimana selanjutnya?" Tanya Lila ingin tahu.
"Kabarnya mereka bertengkar hebat. Namun kekasihnya tidak mau melepas Pak Randy." Ujar Maya lagi.
"Hmm.. jelas saja tidak mau. Karena Pak Randy pria yang tampan juga kaya. Mana mungkin dia akan melepaskannya begitu saja." Imbuh Devi yang rupanya sejak tadi menguping.
"Tapi kalau aku sebagai kekasihnya, pasti sudah aku lepaskan. Untuk apa mempertahankan lelaki macam itu. Hanya membuat orang lain cepat mati karena jantungan." Ujar Lila bergumam.
"Kalau aku jadi kekasihnya pasti aku akan meminta pernikahan dimajukan." Ujar Maya.
"Untung saja bukan kau kekasih Pak Randy." Ujar Devi membuat yang lainnya tertawa memenuhi ruangan.
Astaga...apa yang mereka lakukan. Apa mereka sedang mencari masalah dengan membicarakan Pak Randy di kantor? Sebaiknya aku tetap diam, agar tidak menimbulkan masalah.- Batin Kinan yang memijit keningnya pelan.
Tanpa mereka sadari, sejak tadi sekretaris Pak Randy sudah mendengar pembicaraan mereka dari celah pintu yang tidak tertutup dengan rapat. Karena dia ada perlu dengan Kinan, maka ia bersikap biasa saja seolah tidak mendengar apapun tapi berhasil membuat ketiga wanita tersebut bungkam. Kinan yang hanya diam dan fokus pada pekerjaan juga terkejut dengan kedatangan sekretaris Pak Randy dengan tiba-tiba.
"Kinan, ini laporan yang harus kau selesaikan sebelum jam 2 nanti. Jam 3 pak Randy ada meeting, jadi sebelum beliau pergi meeting sebaiknya kau antar kan ruangannya ya." Ujar Bu Sofi dengan tegas namun tenang.
"Baik Bu. Akan saya kerjakan secepatnya."Ujar Kinan yang langsung berdiri melihat kedatangan Bu Sofi.
"Terimakasih Kinan. Dan kalian bertiga, apakah kalian digaji hanya untuk bergosip saja?" Ucap Bu Sofi membuat ketiganya ketakutan.
"Ti...tidak bu." Ujar Maya gugup.
"Jika saya mendengar kalian seperti ini lagi, jangan salahkan saya jika kalian dipecat." Ujar Bu Sofi dengan tatapan tajam.
"Maaf Bu, kami tidak akan mengulanginya." Ujar Devi.
Bu Sofi segera berlalu dan keluar dari ruangan, Maya dan kedua temannya yang kain segera mendekati Kinan dan memarahinya karena tidak mengatakan jika Bu Sofi datang.
"Kenapa kamu tidak bilang kalau ada Bu Sofi? Apa kamu ingin melihat kami di pecat?" Tanya Lila kesal.
"Bagaimana aku akan bilang pada kalian, Aku saja tidak tahu jika Bu Sofi telah lama berada di balik pintu itu." Ujar Kinan membela diri.
"Benarkah?Awas saja kalau kamu berbohong." Ujar Devi.
"Kalau kalian tidak percaya, silakan kalian periksa cctv saja. Lagian saya sedang banyak pekerjaan jadi saya tidak sempat melihat kemanapun." Ujar Kinan lagi.
"Kinan benar, dia sedang fokus dengan pekerjaannya. Aku saja hanya melihat saay Bu Sofi membuka pintu diam-diam dan mendekati Kinan yang sedang menunduk mengerjakan tugas." Ungkap Haris membela Kinan.
"Sudah..sudah. Maafkan aku yang sudah membuat masalah. Ayo lanjutkan pekerjaan kalian." Ujar Maya menyuruh Devi dan Lila untuk kembali ke mejanya masing-masing.
Ruang divisi kembali hening karena semua kembali bekerja dengan tugasnya masing-masing. Setelah laporan yang diminta Bu Sofi selesai, Kinan segera bergegas mengantar ke lantai atas. Setelah lift terbuka, Kinan segera keluar dari lift dan berjalan menuju ruang kerja Pak Randy.
Tokk tokk tokk . .
"Ya, masuk." Ucap Bu Sofi dari dalam.
"Permisi Bu Sofi, laporan sudah selesai. Sesuai perintah ibu, saya mengantarkan hasil laporan ini." Ujar Kinan dengan pelan.
"Terimakasih ya Kinan."Ujar Bu Sofi tersenyum padanya. "Apa mereka bergosip lagi setelah aku pergi tadi?" Lanjut Bu Sofi bertanya pada Kinan.
"Tidak Bu. Mereka kembali bekerja dan tidak bersuara sedikitpun." Ujar Kinan menjelaskan dengan jujur.
"Baiklah. Jika mereka masih bergosip segera laporkan saya ya Kinan." Ucap Bu Sofi.
"Ba...baik Bu. Kalau begitu saya permisi dulu." Ujar Kinan.
Kinan kembali ke ruang kerjanya, dilihatnya Maya dan kedua teman yang lain masih sibuk dengan tugasnya masing-masing. Kinan segera kembali ke meja kerjanya dan diam sejenak, tiba-tiba ponselnya berdering dilihatnya ada sebuah pesan masuk dari Ivan teman kuliahnya dulu yang sekarang bekerja di luar kota.
Hai Kin, bagaimana kabarmu? Aku dengar sekarang kau bekerja di Ardhana Group. Pasti kau sudah seperti wanita karir dengan pakaian rapih berjalan dengan sangat elegan bak model berjalan di catwalk. - Ujar Ivan membuat Kinan tertawa tanpa suara karena melihatnya.
Hai juga Van, aku sangat baik. Bagaimana denganmu?Aku masih seperti Kinan yang dulu. hmm.. Bukankah kamu yang sekarang sudah berubah menjadi Pria berjas rapi dengan dasi panjangnya? -Balasan Kinan kepada Ivan.
Ya, kau masih seperti yang dulu Kinan. Selalu merendah padahal kenyataannya tinggi. -Ujar Ivan tak mau kalah.
Kinan hanya membacanya tanpa membalas lagi, karena dia kembali mengerjakan beberapa laporan yang harus ia kerjakan untuk besok. Meski Kinan anak baru karena baru satu tahun bekerja di Ardhana group, tapi dia sudah dipercaya menjadi kepala divisi karena kerja kerasnya dan keuletan yang dian miliki.
"Kinan...Apakah kau ada acara sepulang dari kerja nanti?" Tanya Maya mendekati.
"Tidak. Ada apa May?"Tanya Kinan pada Maya.
"Maukah ikut bersama kami pergi nonton? Selama kau kerja disini, kau belum pernah pergi dengan kami kan?" Ujar Maya pada Kinan.
"Hmm Baiklah aku akan ikut dengan kalian. Tapi selesaikan duku pekerjaan kalian ya."Ujar Kinan.
"Baiklah."Ujar Maya dengan senang.
"Apakah aku boleh ikut?"Tanya Haris pada Maya.
"Ikut saja, tapi kau harus membawakan tas kami berempat."Jawab Lila kemudian.
"Sepertinya akan lebih baik jika aku langsung pulang."Ujar Haris.
"Bercanda Haris sayang. Ikut saja. Anggaplah ini adalah Qtime nyadivisi pemasaran, siapa tahu dengan kita Qtime di mall bisa mendapatkan ide yang cemerlang untuk divisi kita "Ujar Lila.
"Tapi kami ikut mobilmu ya."Ujar Devi menambahi.
"Tidak masalah, setidaknya aku bisa pergi bersama 4 gadis sekaligus."Ujar Haris bersemangat.
"Dasar jomblo." Ujar Maya.
"Sesama jomblo tidak baik kalau mengejek."Ujar Haris menjulurkan lidahnya.
"Setidaknya aku pernah berpacaran, daripada kau dari bayi sampai sekarang tidak punya pacar." Ujar maya tidak mau kalah.
"Hei diam lah, selesaikan tugas kalian agar kita bisa pulang lebih cepat."Ujar Kinan melerai keduanya.
Kinan telah lebih dulu menyelesaikan pekerjaannya, ia langsung bangun dari duduknya untuk mengendurkan otot-otot di tubuhnya yang tegang. Ketika melihat teman-temannya yang masih duduk menyelesaikan pekerjaan masing-masing Kinan diam-diam mengambil gambar tanpa sepengetahuan mereka.
Setelah itu Kinan mengunggahnya ke media sosial miliknya dengan caption Without self-discipline, success is impossible (Tanpa disiplin, kesuksesan tak mungkin terjadi). Tidak lupa Kinan menandai teman-temannya yang lain, setelah berhasil di unggah secara bersamaan ponsel mereka berdering secara bersamaan. Sebelum mereka bertanya akhirnya Kinan menjelaskan maksud dari mengambil gambar mereka secara diam-diam.
"Kalian jangan berpikir negatif, aku sengaja mengambil gambar kalian sebagai laporan kepada Bu Sofi. Jika aku mengirim gambar secara pribadi ke Bu Sofi, pasti beliau menganggap kalian hanya bekerja saat di depan kamera. Percayalah, aku tidak mungkin menghancurkan teman-temanku," Ujar Kinan menjelaskan.
"Baiklah, lakukan saja jika itu yang terbaik untuk kami Kinan. Kami percaya, kamu orang yang baik," Ucap Maya.
"Terimakasih atas kepercayaan kalian, sekarang silakan lanjutkan pekerjaan kalian. Aku sudah selesai dan tinggal menunggu kalian," Ujar Kinan.
Tanpa disuruh dua kali Maya segera menyelesaikan pekerjaan hari ini. Kinan menunggu teman-temannya yang masih sibuk dengan monitor masing-masing. Dalam waktu 20 menit, nampaknya semua sudah finished, karena tanpa di sadari mereka berdiri untuk mengendurkan otot-otot secara bergantian membuat Kinan tertawa saat melihatnya.
"Apakah aku sedang melihat sebuah atraksi? Kenapa mereka berdiri secara bergantian dengan teratur. Bagaimana bisa?" Batin Kinan dalam hati.
"Kau kenapa Kinan?" Tanya Haris yang melihat Kinan sedang berusaha menahan tawa.
"Ti-tidak ... kalian sangat lucu, berdiri secara bergantian. Aku seperti sedang menonton sebuah atraksi." Ujar Kinan menjelaskan.
"Benarkah?" Ucap Lila yang juga tidak menyadarinya.
"Kalian cek saja rekaman cctv-nya. Sudah pukul 5 sore, sebaiknya kita segera bergegas sekarang, agar tidak pulang terlalu malam." ajak Kinan mengingatkan.
"Baiklah" jawab keempat temannya bersamaan.
Sesampainya di Lobby Kinan dan ketiga temannya menunggu Haris yang sedang mengambil mobil di parkiran. Tanpa membuang banyak waktu mereka berswafoto dan mengunggahnya dengan caption let's have a bit of fun (marilah kita bersenang).
"Kin, duduk depan! Biar mereka di belakang saja," Ujar Haris setelah mobil berhenti tepat di depan mereka.
"Siapa juga yang mau duduk di samping kamu Ris? Kinan sana masuk! Hati-hati ya, jaga jarak agar tidak tertular jomblo menahun," celoteh Lila pada Kinan.
"May kita mau nonton apa?" Tanya Kinan pada Maya.
"Horor yuk ... ." Ajak Maya bersemangat.
"Ayo, tapi nanti kalian jangan cari kesempatan buat bisa meluk aku ya," Ujar Haris.
"Astaga ... Siapa yang akan memelukmu? Yang ada kita yang harus hati-hati jangan sampai kau pegang-pegang kami...Wlee ... ." Ujar Lila.
"Ogah ... males," sahut Harus spontan.
"Sudah ... sudah. Biasanya yang sering berantem pasti berjodoh loh," goda Kinan membuat Lila dan Haris terdiam.
"Benar Kinan, setiap hari mereka selalu berantem. Dan lihat sekarang mereka juga sama-sama diam," Ledek Maya pada Haris dan Lila.
"Sudah ... sudah. Lebih tepatnya kalian bertiga yang selalu heboh di ruangan," Ujar Devi menyela.
"Tapi aku tidak sesering mereka kan?" Maya tak mau kalah.
"Terserah mu saja lah," Devi pasrah dan menyandarkan diri pada sandaran kursi belakang.
"Eh iya, Kin tadi saat kamu ke ruangan pak Randy apa beliau ada di ruangan?" Tanya Maya.
"Iya ada, tapi sedang sibuk dengan monitornya. Aku hanya berbicara dengan Bu Sofi selebihnya aku tidak melihat ke arah Pak Randy lagi," jawab Kinan menjelaskan.
"Dia memang pria pekerja keras, dan aku dengar-dengar dia tidak cinta dengan pacarnya. Mereka di jodohkan karena urusan bisnis kedua orangtuanya," celetuk Lila.
"Darimana kau tahu Lila?" Tanya Kinan.
"Rumahku dekat dengan rumah Pak Randy, sudah beberapa kali rekan bisnis yang tak lain sahabat Papanya datang ke rumah. Tapi Pak Randy enggan memberikan jawaban perihal pernikahan," Ujar Lila lagi dengan serius.
"Pasti perempuan itu mau karena tahu Pak Randy orang kaya, dan rekan bisnis orangtuanya memanfaatkannya agar bisnisnya maju dengan pesat," Maya berargumen.
"Kasihan Pak Randy kalau harus menikah dengan wanita seperti itu," Ujar Devi mendesah.
"Jodoh siapa yang tahu ... kita doakan saja semoga Pak Randy bertemu dengan jodohnya," Ujar Kinan dengan bijak.
"Luar biasa kepala divisi kita ini, selalu berpikir positif ditengah makhluk astral si biang gosip," Ujar Haris tak mau kalah.
"Hariiis!" teriak Maya, Lila dan Devi secara bersamaan.
"Apa sayang? Kenapa kalian memanggilku dengan kompak? Maaf aku tidak akan mengencani kalian bertiga," celetuk Haris.
"Awas kau!" Ujar Maya mengepalkan tangannya.
Sesampainya di mall, mereka memilih untuk ke food court lebih dulu karena perut sudah kelaparan dan film baru akan mulai 1 jam lagi.
"Akhirnya kita bisa nonton berlima," Ujar Lila dengan senangnya.
"Sebentar lagi akan berenam, aku dengar-dengar divisi kita akan kedatangan satu orang baru lagi. Tapi aku belum tahu identitasnya," Ujar Maya.
"Benarkah? Semoga seorang pria agar mataku tidak sakit karena harus melihat Haris setiap hari," celetuk Lila.
"Aku rasa ada kelainan di matamu La. Mau aku antar ke dokter hewan untuk memeriksanya?" Tanya Haris.
"Kau pikir aku hewan? Enak aja," Sahut Lila dengan kesal.
"Lalu kau anggap aku apa? Sampai matamu sakit karena melihatku?" Tanya Haris.
"Sudah ... sudah. Jangan banyak bicara, habiskan dulu makanan kalian, nanti tersedak lalu meninggal kalian berdua tidak bisa menikah," Ujar Kinan menengahi.
"Dih, amit-amit aku menikah dengannya." Ujar Lila.
"Astaga ... Tarik lagi ucapan mu Kin. Aku tidak mau itu terjadi," Ujar Haris.
Selesai menonton, mereka memutuskan untuk pulang. Haris bertanggungjawab untuk mengantar teman-temannya karena tidak mungkin kalau dia meninggalkan temannya begitu saja.
"Karena rumah Kinan yang paling dekat dari sini, kita antar dia dulu ya?" ucap Haris meminta jawaban teman-temannya.
"Baiklah, aku juga ingin tahu rumah Kinan siapa tahu kapan-kapan bisa mampir kalau aku sedang main," celetuk Lila.
"Mampir saja. Aku selalu di rumah jika hari libur," jawab Kinan pada Lila.
"Memang kau tidak pergi dengan pacar Kin?" Tanya Devi.
"Apa itu pacar? Aku tidak diperbolehkan pacaran, kalau ada yang ingin serius lamar langsung sebulan kemudian menikah," Ujar Kinan membuat teman-temannya mengangguk bersamaan.
"Keren sekali prinsip orangtuamu Kin," Ujar Maya.
"Ya begitulah mereka. Selalu posesif dengan anak perempuannya," Ujar Kinan.
"Orang Tua ingin yang terbaik untuk anaknya. Kau beruntung Kin," Ujar Devi yang sejak tadi mendengarkan pembicaraan mereka.
"Terimakasih, biar bagaimanapun saat ini surga ku masih ada pada mereka," Ujar Kinan lagi.
"Sudah cantik, cerdas, lembut, sholehah. MasyaAllah ughteaa ... ." Ujar Lila dengan suara kerasnya.
"Lila, tidak bisakah kau mengecilkan suaramu?" Ujar Maya pada Lila.
"Maafkan aku, aku hanya terlalu bersemangat," jawab Lila dengan senyum manisnya.
"Ok, sudah sampai. Kalian tidak mau mampir?" Tanya Kinan pada temannya.
"Lain waktu saja, sekarang sudah malam," Ujar Maya.
"Baiklah, terimakasih sudah mengajakku pergi nonton," Ujar Kinan turun dari mobilnya.
"Terimakasih, kau sudah menyelamatkan kami dari Bu Sofi," Ucap Maya teringat kejadian tadi siang.
Setelah mobil Haris menghilang dari pandangannya, Kinan segera membuka pintu pagarnya yang belum terkunci.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!