Suara petir mengiringi hujan yang turun dengan derasnya dimalam yang semakin larut.
Didalam sebuah rumah mewah terlihat seorang pria muda dan seorang wanita setengah baya yang tidak mampu berbuat apapun sementara putri yang sangat disayanginya sedang berada didalam kamar tengah berjuang untuk melahirkan dengan dibantu oleh dokter kandungan yang dijemput oleh putra nya yang sedang mondar-mandir didepan pintu.
" Abi, berhentilah mondar-mandir seperti itu. Kelakuanmu membuat ibu pusing melihatnya," tegur wanita setengah baya yang bernama Shinta.
" Bu, bagaimana aku bisa tenang . Mas Dirga sudah berkali-kali aku hubungi tetapi ia belum juga tiba disini. Seharusnya ia sudah tahu bahwa Mba Indah sudah hamil tua dan membutuhkan kehadirannya. Aku tidak mengerti apa yang membuat Mas Dirga melupakan isterinya yang sedang hamil tua dan ia bahkan tidak menjawab teleponku, padahal pesan yang aku kirimkan sudah dibacanya!," ucap Abi dengan nada jengkel dan kesal.
" Mungkin Dirga tidak bisa meninggalkan acaranya, bagaimana pun juga ia sudah mengatakan pada Indah bahwa ia akan bermalam di rumahnya Zenia," ucap Shinta pelan.
" Itulah yang aku tidak suka dengannya." ucap Abi dengan marah.
Indah dan Abi adalah kakak beradik yang usianya berbeda hanya beberapa menit saja. Mereka berdua sangat dekat sebagai saudara kembar yang memiliki keterikatan khusus.
Malam itu tepatnya 16 bulan yang lalu, Indah mendatangi kamarnya untuk memberitahu bahwa ia akan dilamar oleh kekasihnya.
" Abi, kau tahu aku sangat bahagia ," kata Indah dari depan pintu kamarnya.
" Bahagia kenapa ?, dapet lotere atau dapat kenaikan gaji ?," goda Abi pada Indah.
" Ini lebih dari itu, Kau tahu kekasihku akan segera datang untuk melamar ku," ucap Indah mengejutkan.
" Hah, kapan kamu punya pacar ?, kok tiba-tiba bilang mau datang ngelamar. Siapa sih ?," tanya Abi penasaran.
" Dia adalah pimpinan ditempat aku bekerja. Orangnya sangat tampan dan juga kharismatik. Berada dekat dengannya membuatku sangat bahagia karena aku bisa memiliki dirinya. Aku sangat tersanjung saat ia memilihku dan menjadikan diriku kekasihnya dan sore tadi ia mengatakan bahwa ia akan berbicara dengan Papa dan Mama untuk melamar diriku."
" Apakah kamu sudah benar-benar mengenal dirinya, keluarganya dan yang utama adalah statusnya apakah ia pria yang sudah terikat atau masih lajang," tegur Abi mengingatkan.
" Dia sudah mempunyai isteri dan seorang anak perempuan berusia 2 tahun, dan aku tidak perduli karena aku mencintainya dan ia juga mencintaiku."
" Kamu gila Indah. Apakah kamu ingin menjadi wanita kedua dalam rumah tangga mereka ?, apakah kamu tidak malu bila orang menyebutmu sebagai pelakor ?, dimana mata hatimu ?,"
" Aku tidak perduli dan aku sudah bertemu dengan Zenia, yaitu isterinya Mas Dirga. Zenia wanita yang cantik dan juga baik. Apa kau tahu yang datang melamar kerumah ini adalah Zenia selain orangtuanya Mas Dirga."
" Mengapa seorang isteri harus merelakan suaminya menikah dengan wanita lain ?," tanya Abi tajam.
" Karena Zenia tidak ingin Mas Dirga jajan diluar. Ia khawatir bila jajan diluar bisa membawa penyakit," jawab Indah dengan kalem.
" Apakah nantinya kamu akan mengizinkan suamimu untuk memiliki wanita lainnya agar dia tidak jajan diluar ?," tanya Abi tidak mengerti dengan jalan pikiran saudara kembarnya.
" Mas Dirga sudah berjanji dia tidak akan jajan diluar karena sudah memiliki kami." katanya yakin.
" Apakah kalian sudah melakukan nya ?."
" Melakukan apa ?, hubungan suami isteri maksudmu ?, belum kami belum pernah melakukan nya, lagipula kalau kami melakukan nya aku rasa tidak masalah, apalagi di jaman ini." ujar Indah tanpa merasa bersalah.
" Ya Tuhan..., aku tidak mengira bahwa dirimu bisa berpikir seperti itu." ucap Abi dengan suara mengeluh.
" Sudahlah. Aku kesini hanya menyampaikan bahwa aku akan segera dilamar. Dan aku berharap kamu mau membantuku," ucap Indah dan ia segera berlalu meninggalkan Abi yang masih menatapnya tidak percaya.
Seminggu setelah pemberitahuan yang disampaikan Indah padanya, keluarga Dirga Sasono datang kerumah mereka untuk melamar Indah Febriani dan secara terus terang mengatakan akan menjadikan Indah sebagai isteri kedua dari Dirga Sasono seorang pengusaha sukses yang memiliki wajah ganteng dan juga tubuh atletis.
Orang tua mereka yaitu Bapak Hendry dan Ibu Shinta tidak menyetujui nya tetapi secara tegas Indah menyatakan kesediaannya untuk menjadi isteri kedua Dirga.
Ayahnya adalah seorang lelaki yang memiliki harga diri cukup tinggi dan ia sangat tidak terima ketika penolakannya terhadap keluarga Dirga dibantah didepan tamunya. Dengan sangat marah ia meninggalkan tamu dan juga putrinya diruang tamu.
Dengan segala bujuk rayuan dilakukan Indah agar ayahnya menyetujui pernikahannya dan akhirnya Indah mengatakan bahwa ia sudah dalam keadaan mengandung.
Mereka semua terkejut dengan perkataan Indah dan berusaha untuk tidak percaya, apalagi ketika Abi mengatakan bahwa seminggu sebelumnya Indah belum berhubungan intim, tetapi Indah justru mengatakan bahwa ia sebenarnya sudah menikah siri.
Mereka semua sangat kecewa dengan tindakan yang dilakukan oleh Indah dan terpaksa menikahkan Indah dengan Dirga.
Lima bulan setelah pernikahan mereka Indah baru diketahui hamil, jadi ucapannya saat ia membujuk orang tuanya adalah bohong.
Setelah menunggu cukup lama, akhirnya terdengar suara bayi menangis dan tidak berapa lama keluar dokter yang membantu persalinan sambil menggendong bayi perempuan yang sangat cantik.
" Bapak, ini putrinya, dan tolong di adzan ni, semoga putrinya menjadi anak Sholehah yang memiliki budi pekerti yang baik secantik wajahnya," ujar Dokter.
" Bagaimana dengan Kakak saya dok ?," tanya Abi setelah ia selesai mengadzankan keponakannya.
" Oh, yang melahirkan itu bukan isteri Bapak?, maaf ya Mas saya tidak tahu, ibu bayi dalam keadaan sehat, hanya merasa letih saja."
" Tidak apa-apa Dok. Saya ucapkan terima kasih sudah bersedia datang."
" Seharusnya memang ibu dibawa ke rumah sakit Mas, tapi tadi didalam ibu menolak keras. Untunglah saat mengandung ibu selalu rajin memeriksa kehamilan nya."
" Maafkan kakak saya Dok, dia memang sedikit keras kepala," ucap Abi tersenyum tipis.
Tidak berapa lama suster datang menemui mereka dan mengatakan bahwa ibu bayi sudah rapi dan bayi nya bisa segera di beri ASI ekslusif.
" Baiklah, kami permisi dulu, besok pagi saya akan datang kembali."ucap dokter berpamitan.
Setelah dokter dan suster pergi, Shinta dan Abi menghampiri Indah yang terlihat sedih.
" Ada apa Ind ?, sekarang kamu susui dulu putrimu ya!," ucap Shinta dan ia meletakan cucunya didada Indah.
" Apakah Mas Dirga datang Bu ?," tanya Indah lirih.
" Tidak. Dia bahkan tidak menjawab teleponku dan membalas pesan yang aku kirim," jawab Abi tajam.
" Apakah Bapak sudah datang Bu ?," tanya Indah lagi mengabaikan ucapan adiknya.
" Tidak sayang, tapi Bapak sudah memaafkan mu. Saat ia Bapak sedang berada diluar kota," jawab Shinta.
Mendengar perkataan Abi dan jawaban dari Shinta membuat Indah menarik napas dengan rasa sesal yang memenuhi dadanya.
" Aku benar-benar menyesal, dan aku terlalu keras kepala hanya mengikuti keinginan hatiku saja. Apakah Bapak bersedia menerima telepon ku Bu?, aku ingin minta maaf," ucapnya masih dengan suara pelan.
" Mba Istirahat saja dulu, nanti aku yang akan menghubungi Bapak. Aku yakin bapak bersedia menerima telepon dari Mba, kalau sebelumnya bapak tidak bersedia itu karena Mba masih ingin menang sendiri. Maaf kalau aku bicara seperti ini, tapi itu memang kenyataannya," ujar Abi dengan suaranya yang tenang.
" Ya, aku menyesal sekali ."
" Sekarang kamu harus istirahat, ibu akan menjaga putrimu. Apakah kamu sudah memiliki nama untuknya ?," kata Shinta seraya mengangkat cucunya setelah Indah selesai menyusui.
" Aku sudah memiliki nama untuknya, tapi aku ingin Mas Dirga tahu lebih dulu Bu," jawab Indah.
Tidak berapa lama Indah sudah tertidur dan Shinta menjaga cucu nya dan ia memandangi wajahnya yang mungil.
" Bu, Ini masih malam. Ibu tidurlah !," ucap Abi.
" Ibu akan menemani Indah disini. Kalau kamu tidak keberatan bawa kemari kasur lipat yang berada dikamar tamu. Ibu tidak tega membiarkan kakakmu sendiri."
" Aku yang akan menjaga mereka Bu ?."
" Kamu belum bisa menggendong bayi Abi. Kamu ambilkan saja yang ibu minta tadi."
" Baiklah kalau itu yang ibu inginkan," jawab Abi dan ia pun segera keluar untuk mengambil apa yang diminta oleh ibunya.
Matahari pagi sudah menampakkan cahayanya dan Indah terbangun dari tidurnya setelah beberapa kali ia terbangun saat bayinya menangis.
" Apakah kamu mau mandi sekarang ?," tanya Shinta yang baru memasuki kamarnya.
" Iya Bu, aku akan mandi sekarang. Apakah Mas Dirga sudah menelepon ?," tanyanya pelan.
" Belum. Ibu rasa sebentar lagi ia akan datang. Jadi kamu harus tampil cantik saat suamimu datang," ucap Shinta tersenyum yang dijawab Indah dengan senyuman yang sangat tipis.
Ternyata apa yang diharapkan Indah bahwa suaminya akan segera datang untuk menemuinya dan juga putrinya baru terwujud seminggu kemudian.
Hari Sabtu Indah menggelar acara syukuran atas kelahiran putrinya sekaligus melakukan aqiqah. Indah dan Abi sudah berusaha untuk menghubungi Dirga dan mengirimkan pesan tetapi tidak pernah ada balasan dan Dirga baru membalas pesan Indah ketika Ia meminta izin untuk melaksanakan aqiqah dan jawaban yang diterimanya hanya kata terserah.
Sabtu siang Dirga datang dan ia terkejut karena dirumahnya banyak orang. Ia memberi salam pada tamu nya sebelum masuk kedalam rumah melalui pintu samping.
Dirga bertemu dengan Abi yang menatapnya tidak suka dan mereka hanya saling memandang sampai Shinta menegur mereka berdua.
" Abi , bukankah kamu bilang akan keluar ?, Dirga apakah kamu akan menemani Indah didepan atau mau ke kamar ?," tanya Shinta tajam.
" Aku akan ke kamar Bu, bukankah ini acaranya ibu-ibu semua ?."
" Benar, tapi tidak ada salahnya kalau kamu mendampingi Indah!,"
" Aku akan ke kamar saja Bu," jawabnya dan ia segera menaiki tangga menuju kamarnya.
Shinta menatap punggung menantunya yang berjalan menuju kamar tanpa ada rasa bersalah sama sekali.
Setelah acara selesai, Indah duduk menyandar di sofa sementara putrinya digendong oleh Neneng, wanita yang membantu merawat putrinya.
" Indah. Dirga sudah datang, dan saat ini ia berada dikamar ," beritahu Shinta.
" Biarkan saja Bu, aku tidak ingin mengganggunya," jawab Indah pelan.
" Oh ya, barusan Abi minta agar kamu meneleponnya kalau sudah selesai," beritahu Shinta menyampaikan pesan putranya.
" Baiklah, aku akan menghubungi nya," jawab Indah dan ia berjalan menjauh agar ibu nya tidak mendengar pembicaraan nya.
" Halo Abi, apakah kamu sudah melihatnya ?," tanya Indah.
" Sudah. Tapi apakah Mba beneran mau pindah kesini ?," tanya Abi tidak percaya.
" Benar. Aku sudah tidak kerasan tinggal dirumah besar ini."
" Apakah Mas Dirga sudah tahu ?."
" Aku belum berbicara padanya, kamu lakukan saja proses transaksi nya Bi, kalau bisa bulan depan rumah tersebut sudah bisa ditempati !," jawabnya pelan.
" Semuanya tidak bisa dilakukan secara terburu-buru Mba, tapi aku akan mengusahakan semua bisa cepat."
" Terserah kamu saja."
Indah menutup teleponnya dan ia mencari Shinta dan bertemu dengannya sedang bersama Neneng.
" Bu, aku akan ke kamar dulu,"
" Baiklah , ibu akan menjaganya ," jawab Shinta.
Indah berjalan menuju kamar dan ia mengetuk pintu kamar sebelum membukanya.
Ia melihat Dirga sedang berbaring sambil memainkan handphonenya tanpa melepaskan sepatu lebih dulu, lalu ia segera duduk untuk melepaskan sepatu yang dikenakan suaminya.
"Apakah acaranya sudah selesai?" tanya Dirga tanpa melihat Indah.
"Sudah, apakah Mas mau makan sekarang?" tanya Indah pelan.
"Aku datang kesini bukan untuk minta makan. Katakan apa yang ingin kamu bicarakan!" ucap Dirga sambil duduk.
"Aku ingin bertanya mengapa Mas tidak datang saat aku melahirkan. Aku sangat menunggu kehadiran Mas Dirga," kata Indah sambil duduk di kursi yang berada didepan suaminya.
"Hanya itu yang mau kamu bicarakan. Buang-buang waktu ku saja," kata Dirga jengkel.
"Apakah aku salah Mas? Aku hanya bertanya."
"Ya kamu salah. Karena aku sangat tidak menyukai wanita yang banyak bertanya. Apa kamu tahu selama aku dan Zenia menikah, tidak sekalipun ia bertanya apa yang aku lakukan saat aku tidak bersamanya," ucap Dirga marah.
"Tapi aku bukan Zenia Mas, aku ingin bertanya mengapa kamu tidak bisa dihubungi dan baru sekarang kamu datang?"
"Lalu? Baiklah kalau kamu ingin tahu mengapa aku tidak bisa datang. Aku sedang menikmati malam pertamaku dengan Naina. Apa kamu tahu siapa dia? Dia adalah sekretaris penggantimu dan dia tidak sepertimu yang mengharapkan keturunan dariku."
"Apa? Kamu sudah menikah lagi? Mengapa kamu tidak mengatakannya padaku?" tanya Indah tidak percaya.
"Siapa dirimu. Aku hanya memerlukan izin dari Zenia," ujar Dirga tertawa.
"Aku benar-benar tidak percaya kamu berbuat seperti itu Mas."
"Sudahlah. Kamu urus anakmu dan jangan pernah menggangguku serta menanyakan kabarku. Kamu tidak perlu khawatir, aku akan tetap memberi nafkah kecuali kamu menikah lagi," kata Dirga dan ia memakai sepatunya dan langsung meninggalkan rumah tanpa melihat putrinya lagi.
"Ternyata kami samasekali tidak berarti baginya. Bagaimana aku bisa memilih dia sebagai suamiku? Ternyata aku benar-benar buta. Dan benar apa kata Ayah dan Abi aku begitu keras kepala dan tidak mau mendengar apa pun kata mereka," Indah duduk terpaku menatap keluar jendela kamarnya.
Tidak berapa lama ia mendengar pintu kamarnya diketuk dari luar disusul dengan ibunya yang memasuki kamarnya.
"Mengapa Dirga pergi begitu cepat? Apakah kalian bertengkar?" tanya Shinta pelan.
"Aku sudah kehilangan dirinya Bu, dan dia tidak akan pernah datang kerumah ini lagi," jawab Indah lirih.
"Mengapa begitu? Kalian masih suami isteri yang syah, apalagi sekarang ada Laras?"
"Semua sudah tidak ada artinya lagi setelah aku hamil Bu, karena dia tidak pernah menginginkan anak lain selain yang dilahirkan oleh Zenia."
"Ibu benar-benar tidak mengerti. Kalian sama-sama isterinya."
"Karena Zenia adalah wanita yang dicintainya sedangkan aku wanita penghibur baginya," jawab Indah pelan.
"Ya Allah..., bagaimana mungkin Dirga bisa mempunyai pikiran seperti itu? Jadi bagaimana perkawinan kalian selama ini?"
"Hanya kebahagian bila dilihat dari luar Bu. Bu apakah aku harus menuntut cerai dari Mas Dirga?" tanya Indah mengejutkan.
"Kalau kamu bertanya pada Ibu, ibu samasekali tidak setuju. Dirga sudah berbuat tidak adil padamu. Mengapa kamu tidak membalasnya dengan memberikan bukti padanya bahwa kamu bukan wanita yang bisa diabaikan begitu saja."
"Maksud ibu?"
"Jadilah wanita yang kuat untuk mu dan juga anakmu. Jangan biarkan Dirga menyakiti dirimu dengan semua tindakan nya. Kamu dinikahi secara syah secara agama maupun secara hukum. Buat dia memenuhi kewajibannya sebagai suami, dan bila dia nanti menceraikan mu buat dia menyesal. Yang penting jangan meminta cerai darinya lebih dulu."
"Tapi Bu, bukankah aku malah akan merasakan sakit bila harus membiarkan tindakan Mas Dirga?"
"Siapa yang mengatakan kalau kamu harus diam saja? Ibu bilang buktikan bahwa kamu wanita yang tidak mudah diabaikan. Untuk caranya ibu yakin kamu tahu mana yang terbaik."
"Baiklah Bu, aku ucapkan terima kasih meskipun aku belum tahu apa yang akan aku lakukan nanti."
"Sekarang turunlah, Zenia dan Amora datang bertamu dan ingin bertemu denganmu?" ucap Shinta mengejutkan.
"Apa! Zenia dan putrinya ada disini? Apakah dia tidak tahu kalau Mas Dirga sudah pergi? Dan mengapa ibu baru mengatakannya sekarang?"
"Apa kamu percaya kalau ibu katakan ibu lupa," jawab Shinta tersenyum.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!