Amanda berjalan di koridor sekolah dengan menunduk dan mengeratkan pegangannya ke kedua tangan ranselnya.
Amanda ditatap seluruh siswa siswi yang sedang berada di koridor dengan tatapan tajam, benci, jijik, dan banyak lagi. Amanda sudah terbiasa dengan semua hal ini. Dan Amanda juga tau penyebab orang-orang bersikap seperti ini kepada Amanda.
Kecuali ayahnya.
Hanya ayahnya yang menyanyangi dan mencintainya dengan tulus di dunia ini.
Ibu Amanda sudah meninggal saat melahirkan Amanda. Dan itu menjadi salah satu penyebab orang-orang bersikap tidak enak ke Amanda dan menganggap nya 'pembawa sial'.
Mereka semua ber-anggapan, jika berteman dengan Amanda, kejadian buruk akan menimpa mereka.
Amanda juga terlahir indigo, karena keturunan dari ayahnya. Ya, ayahnya indigo karena keturunan dari keluarga yang sebelumnya.
Ayahnya pernah berkata bahwa diri nya menjadi indigo karena kakek dan nenek Amanda yang dulu pernah melakukan kesalahan, sehingga ayahnya menjadi indigo dan keturunannya pun ikut sepertinya.
Bisa di katakan indigo yang di milikki Amanda dan ayahnya adalah sebuah kutukan, tapi apa penyebab kutukan itu terjadi? Amanda belum mengetahuinya, begitu juga dengan ayahnya.
Kakek dan neneknya masih enggan untuk bercerita.
✏
Jam menunjukan pukul 07:10 yang berarti 20 menit lagi bel masuk berbunyi. Amanda sudah duduk manis di bangkunya sambil membaca novel horor kesukaannya.
Amanda masih sedikit takut jika melihat makhluk-makhluk yang menyeramkan, Amanda sudah terbiasa. Hanya sesekali Amanda merasakan sangat takut, tapi Amanda juga bisa mengatasinya.
Tak terasa Amanda sudah 10 menit berkutik dengan novelnya, tapi tiba-tiba Amanda merasakan aura negatif yang baru muncul.
Kedua matanya melihat ke arah pintu, disana terdapat seorang siswi yang berjalan gontai, terlihat sangat lemas. Amanda melihat ke belekang punggung siswi itu.
Amanda terkejut, siswi itu ketempelan. Dengan makhluk yang sangat menjijikan, baunya menyengat, wajahnya rusak di penuhi darah, kaki kirinya buntung, dan lidahnya terulur kebawah.
Sungguh menjijkkan.
Amanda dengan cepat memalingkan wajahnya menatap novelnya lagi. Sepertinya hantu itu sadar bahwa Amanda bisa melihatnya. Hantu itu turun dari punggung siswi itu. Setelahnya, siswi itu merasakan lega dan langsung merenggangkan otot ototnya, kemudian berjalan dan duduk di bangkunya.
Amanda menghela nafas lega, karena hantu itu sudah tidak mengikutinya. Tunggu dulu, kemana hantu itu? Kenapa sekarang menghilang?
Sudahlah, itu tidak penting. Lagipula bel masuk sudah berbunyi. Amanda harus fokus terhadap pelajarannya.
Saat guru sudah duduk di depan murid murid. Tubuh Amanda merasakan merinding, Amanda memegang lengannya. Kemudian Amanda tidak memperdulikan rasa merindingnya, Amanda kembali fokus kedepan untuk memperhatikan guru yang sedang menerangkan di papan tulis.
Rasa merinding itu lama kelamaan menghilang, tapi berganti dengan bau busuk yang sangat menyengat. Amanda sudah tidak bisa lagi untuk tidak memperdulikannya.
Amanda menoleh ke arah bangku kosong yang ada di sampingnya. Amanda terkejut dan langsung berteriak histeris sambil menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Ternyata makhluk yang menempeli siswi tadi, kini duduk di samping Amanda.
"AAA!!".
Teriakan dari Amanda cukup keras, sehingga seluruh murid yang ada di kelas dan pak guru langsung menatap Amanda bingung.
"Tuhkan bener dia gila."
"Fix, dia gila."
"Kenapa sih orang kayak dia sekolah disini?".
"*Dasar gila."
"Cantik-cantik gila*."
Cibiran dari murid murid yang ada di kelas sebelum pak Hardi menghentikannya.
"SUDAH DIAM!" seluruh murid terdiam dan suasana kelas menjadi hening.
"Kamu kenapa Amanda?" tanya pak Hardi.
"Ma-maaf pak."
"Saya mau izin ke toilet."
"Jadi kamu cuma mau ke toilet? Kenapa harus berteriak?" tanya pak Hardi sinis. "Yaudah sana." Amanda menganggukan kepalanya kemudian pergi ke toilet.
Apa katanya barusan? Toilet? Bukankah Amanda selalu menghindari toilet sekolah?Sudah pasti di toilet banyak sekali makhluk makhluk tak kasat mata, tapi Amanda bisa melihatnya.
Amanda sama sekali tidak pernah menginjakkan kakinya ke toilet sekolah yang sudah di tempatinya kurang lebih dua tahun.
Amanda bahkan berusaha untuk tidak membuang air kecil di toilet atau Amanda akan menahannya sampai pulang sekolah nanti. Lagipula Amanda tidak mempunyai teman untuk menemaninya ke toilet.
Lupakan tentang toilet. Pertanyaan nya sekarang, apakah Amanda akan ke toilet seorang diri? Atau kekantin? Tidak mungkin ke kantin, bisa-bisa jika ada guru yang melihatnya, Amanda akan di cap sebagai anak yang suka membolos.
Akhirnya Amanda memutuskan untuk ke taman belakang sekolah, sepi memang. Tapi itu lebih baik dari pada ke toilet seorang diri atau ketahuan guru saat berada di kantin.
Amanda duduk di bawah pohon yang rindang dan menyandarkan punggungnya ke pohon itu. Amanda memejamkan matanya, menikmati semilir angin yang menerpa wajahnya.
Tapi tiba-tiba saja, wajahnya seperti terkena angin lurus tepat di wajahnya. Eh tunggu, ini bukan angin. Ini seperti orang yang meniup wajahnya dengan sengaja.
Baru beberapa menit Amanda merasakan tenang. Tapi sekarang? Seseorang mengganggu ketenangannya. Tidak bisakah Amanda merasaka tenang?
Dengan cepat Amanda membuka matanya, Amanda terlonjak kaget. Bukan hantu atau makhluk menyeramkan yang biasa Amanda lihat.
Di depannya kini, seorang laki-laki tengah menatap Amanda. Setidaknya ini lebih baik daripada hantu yang duduk di sampingnya saat di kelas.
Amanda menghembuskan nafasnya lega. Lalu dengan tidak sengaja Amanda melihat tangan laki-laki itu, dia memegang pisau? Dan lagi, ada noda merah di pisaunya. Apakah laki-laki di depannya ini telah membunuh orang?
Pertanyaan itu terus memutari isi otak Amanda. Ini buruk, jauh lebih buruk ketika bertatap muka dengan hantu.
"Ka–kamu ngapain?".
"Lo takut?".
"Hahaha."
Amanda menjadi bingung, mengapa laki-laki ini malah berbalik bertanya lalu tertawa. Apakah laki-laki yang di hadapannya tidak waras?
"Kamu abis bunuh orang?" tanya Amanda, dan lagi-lagi laki-laki itu malah menertawainya.
"Hahaha."
Mungkin benar pemikiran Amanda. Bahwa laki-laki ini tidak waras.
"Masa tampang ganteng kayak gue di bilang pembunuh, otak lo kotor," ucap laki-laki itu yang membuat Amanda semakin bingung.
"Terus itu...?" tunjuk Amanda ke tangan laki-laki itu yang membawa pisau. Laki-laki itu tertawa lagi, entah apa pikirannya.
"Hahaha."
"Maksud lo ini?" Laki-laki itu memperlihatkan pisaunya, tepat di depan wajah Amanda.
Amanda mengangguk.
"Lo kira guna nya pisau cuma buat bunuh orang gitu?" tanya laki-laki itu sambil menahan tawanya.
"Tapi itu ada merah-merah nya," jawab Amanda polos sambil menunjuk ke arah pisau.
Laki-laki itu terdiam sejenak, lalu menatap pisau yang di genggamnya. Laki-laki itu berfikir, apakah pisaunya terlihat seperti pisau psycho?
Setelah beberapa detik berfikir dengan pisaunya. Tiba-tiba saja laki-laki itu tertawa, seperti sudah tau arah pembicaraan dari perempuan di depannya.
"Hahaha, lo kira gue abis bunuh orang beneran gitu?".
"Iya."
"Ahahaha, jad- hahaha, bentar-bentar gue ketawa dulu."
Selang beberapa menit, berhenti tertawa lalu mengambil nafas dan mengeluarkannya.
"Udah ketawanya?" tanya Amanda.
"Udah."
"Jadi beneran kamu bunuh orang?".
Laki-laki itu ingin tertawa lagi. Tapi dengan cepat Amanda memotongnya.
"GAUSAH KETAWA!".
"Ngomong gak usah pake ketawa!" perjelas Amanda.
"Iya dah iya, kek emak gue aja lo, cerewet," oceh laki laki itu.
Amanda hanya memutar bola matanya karena jengah dengan laki-laki yang di hadapannya. Dan mata Amanda tidak sengaja menangkap sosok hantu yang tadi duduk di sampingnya kini berada di lorong kelas.
"Lo liat apa?" tanya laki-laki itu dengan menatap pisaunya.
Amanda langsung memutar bola matanya untuk menjawab pertanyaan yang di lontarkan laki-laki itu.
Amanda terkejut karena melihat laki-laki itu terus menatap pisaunya lalu mengangkat wajahnya untuk melihat Amanda dan kemudian menatapnya datar.
"Lo udah tau. Dan sekarang lo target gue selanjutnya," ucap laki-laki itu datar kemudian menyeringai.
"Ka-kamu mau ngapain?" tanya Amanda gugup.
"Bunuh lo."
Perlahan lahan laki-laki itu mengangkat pisaunya lalu menatap Amanda.
Amanda menutup kedua matanya dengan tangan.Tapi tiba-tiba saja
"Ssstttt... ahhh".
Tangannya mengeluarkan darah, bukan Amanda melainkan laki-laki itu. Amanda dengan cepat membuka matanya.
"Padahal gue mau becanda doang elah. Lo piso! Kenapa lo asal nyamber tangan gue, sakit ****!" omel laki-laki itu kepisaunya.
Amanda mengernyitkan dahi nya bingung. "Bukannya tadi kamu mau bunuh aku ya? Kok sekarang malah kamu yang mau bunuh diri kamu sendiri?".
"Siapa yang mau bunuh lo Jaenab!".
"Tadi kamu ngomong."
"Gue becanda Jaenabbb."
"Nama ku Amanda."
"Gak tanya."
Nyebelin, batin Amanda.
Amanda baru tersadar, baru kali ini seseorang mau mengobrol dan berniat bercanda pada Amanda.
Biasanya hanya ayahnya yang melakukan itu.
"Terus kenapa tangan kamu berdarah?" tanya Amanda.
"Gue juga gak tau, ni piso asal nyamber."
Amanda bingung, lalu menoleh ke arah samping.Ternyata disana ada hantu yang selalu mengikutinya sedang tersenyum, kemudian menghilang.
Muncul beberapa pertanyaan dari otak Amanda. Apakah hantu itu yang melakukan ini? Tapi untuk apa? Apa hantu itu berniat melindungi Amanda.
"Woy!" suara bass laki-laki itu menyadarkan lamunan Amanda.
"Eh...".
"Ngelamun terus lo, kesambet setan ******."
"Udah! Anterin gue ke UKS, keburu infeksi ni luka!" perintah laki-laki itu.
Amanda menganga kecil. "Kenapa harus aku?Kan yang nyelakain kamu bukan aku!".
"Gue gak tau ruang UKS dimana."
"Kamu anak baru?".
"Bukan, gue anak manusia!".
"Gue gak tau ruang UKS ya berarti gue anak baru Jaenabbb!" omel laki-laki itu memperjelas.
Amanda mengangguk-angguk. "Ayo!"
×××
"Selamat siang," seru pak guru di jam pelajaran ke dua.
"Siang pak," balas murid murid.
"Bapak disini mau memberi tau, bahwa ada anak baru di kelas kita."
"Raiyhan silahkan masuk," ucap pak Hardi, kemudian murid yang bernama Raiyhan memasuki kelas.
"Silahkan perkenalkan diri kamu."
"Perkenalkan nama saya Raiyhan Jala Pratama, biasa dipanggil Raiyhan, saya pindahan dari SMA Tunas Bangsa." Raiyhan memperkenalkan dirinya dengan tatapan datar.
"Raiyhan silahkan kamu duduk di samping Amanda, bangku yang kosong itu," ucap pak Hardi dan Raiyhan langsung berjalan lalu duduk di samping bangku Amanda.
Seluruh murid di kelas menatap Raiyhan, dan mulai berbisik-bisik mengatai Riyahan yang duduk di samping Amanda. Tapi Raiyhan tidak memperdulikannya.
×××
"Woy Jaenab! Tolong kasiin betadine ke tangan gue dong!" pinta laki-laki itu saat sudah di atas brankar UKS.
"Emang kamu gak bisa ngobatin sendiri apa?".
Laki-laki itu menggelengkan kepalanya. "Enggak."
"Yaudah sini." Amanda mengambil kapas dan betadine yang ada di tangan laki-laki itu.
"Kenapa lo baik sama gue sih?" tanya laki-laki itu.
"Emang aku gak boleh baik sama orang?" tanya balik Amanda.
"Ya bukan gitu maksud gue. Maksud gue, kenapa lo baik sama gue padahal kan lo baru kenal sama gue, lo gak takut kalo gue nyakitin lo?" Laki-laki itu menjelaskan.
"Ya gak papa, emang kamu mau aku tinggalin kamu tadi di taman? Enggak kan? Terus masalah kamu mau nyakitin aku, ya itu terserah kamu, aku juga udah sering," jawab Amanda lalu tersenyum manis ke arah laki-laki itu.
"Oh ya, lo kok tadi di taman sendirian?" tanya laki-laki itu heran.
"Emang aku harus kesana sama siapa?"
"Ya temen lo lah."
"Aku gak punya temen."
"Hah? Serius lo?."
"Iya."
"Kenapa mereka gak mau temenan sama lo, di liat-liat lo baik kok."
"Entar juga lama-lama kamu tau, dan mungkin juga kamu bakal jauhin aku nanti."
Amanda meletakkan kapas dan betadine setelah selesai mengobatin tangan laki laki itu, lalu memberi kapas baru bersih ke tangan laki laki itu.
"Selesai."
"Thanks."
"Iya."
"Gue gak bakal ninggalin lo, gue mau jadi temen lo," ucap laki-laki itu yang mendapat tatapan ragu dari Amanda.
"Kamu gak usah ngasih harapan palsu ke aku."
"Gue serius," kata laki-laki itu, kemudian menyodorkan jari kelingkingnya ke Amanda.
Amanda tersenyum lalu mengaitkan jari kelingkingnya ke jari laki-laki itu. Lalu melepasnya setelah beberapa detik
"Oh iya gue belum ngenalin nama gue."
"Kenalin gue Rega Jala Pratama."
"Aku Amanda Meliana."
×××
Amanda berhenti di depan pintu kelasnya. Matanya membulat melihat seseorang yang duduk di bangku sampingnya.
Bukankah tadi Amanda sudah mengantarkan Rega ke kelasnya? Tapi sekarang, mengapa Rega berada di kelas Amanda? Jelas tadi Amanda mengantarkan Rega ke kelas 12 ips 3, tapi ini? Rega berada di kelasnya, 12 ipa 1.
Amanda langsung masuk saja, karena sedang tidak ada guru di kelas. Amanda langsung duduk di bangkunya dan bertanya pada Rega.
"Kok kamu disini?" tanya Amanda.
"Gak usah sok kenal," jawab Raiyhan tanpa melihat ke Amanda.
"Hmm, kelas kamu kan tadi 12 ips 3, kok sekarang disini?" tanya Amanda lagi, tapi Raiyhan tidak menjawabnya.
"Rega! Kok kamu diem aja?".
"Gue Raiyhan Jala Pratama, bukan Rega! Dia kembaran gue, dan satu lagi, lo gak usah sok kenal sama gue!" jawab Raiyhan dengan ketus.
Semua yang ada di kelas mendengar itu langsung tertawa. Sedangkan Amanda hanya tersenyum getir.
Ternyata mereka kembar, batin Amanda.
Tiba tiba saja, perempuan yang tadi ketempelan menghampirinya.
"Makanya jadi orang jangan sokap! Hahaha," ucap perempuan yang ber nametag Karina.
Karina kemudian pergi meninggalkan kelas bersama kedua temannya yang berada di belakangnya.
DUG!
Karina terhempas oleh pintu kelas yang membuat kepalanya terbanting ke tembok dan mengeluarkan banyak darah.
Kedua temannya tidak terjadi apa-apa, padahal mereka berjalan bersama.
Semua yang ada di kelas langsung memberhentikan pekerjaan nya masing-masing, dan melihat Karina yang sudah di lumuri banyak darah.
Terlihat makhluk yang tadi menempeli Karina tersenyum puas ke arah Karina lalu menatap Amanda sebentar, kemudian menghilang.
Dia bener-bener ngelakuin, batin Amanda.
Setelah Amanda mengantarkan Rega ke kelas 12 ips 3, Amanda tidak langsung masuk ke kelasnya 12 ipa 1. Amanda berjalan terus melewati lorong sekolah dan pergi ke gudang.
Tadi, setelah mengobati tangan Rega dan Rega sudah keluar dari UKS. Amanda masih berada di UKS untuk mengembalikan betadine dan kapasnya ke lemari.
Tapi saat Amanda membuka lemari, matanya menemukan kertas kecil yang bertuliskan
'Temui aku di gudang sekolah'
Tanpa pikir panjang otaknya langsung menerima untuk mengikuti apa yang di tuliskan di kertas itu.
×××
Amanda sudah berada di gudang sekolah. Tapi anehnya di gudang ini tidak ada satu pun makhluk halus, biasanya gudang adalah tempat berkumpulnya makhluk halus setelah toilet.
Amanda masih berdiri di dalam gudang, menunggu orang yang memberinya kertas kecil tadi. Amanda belum tau siapa yang memberinya kertas kecil tadi.
Tiba tiba suasana jadi tidak mengenakan, Amanda merinding. Terlihat bayangan hitam dari luar jendela yang menembus masuk ke gudang.
Lama kelamaan bayangan itu mulai mendekat. Dan Amanda langsung memundurkan dirinya saat tau bahwa yang di hadapannya dan yang mengirimkan kertas tadi adalah makhluk itu.
Makhluk yang sama yang tadi duduk di sampingnya, bentuk nya pun tidak berubah. Masih menyeramkan.
Amanda sudah tidak bisa untuk mundur lagi, dirinya sudah tersudut di tembok. Amanda takut, dan langsung menutup wajahnya dengan tangan.
"Hey! Jangan takut."
"Aku tidak akan melukai mu."
Pelan-pelan Amanda menurunkan tangannya dan membuka kedua matanya.
Apakah Amanda tidak rabun? Makhluk yang berada di depannya kini bukanlah makhluk yang menyeramkan, melainkan perempuan cantik tapi wajahnya sangat pucat.
"Kamu siapa?" tanya Amanda.
"Aku Diana."
"Emm...apa––kamu hantu yang tadi?" tanya Amanda hati-hati, takut jika yang ada di hadapannya akan marah.
Diana mengangguk.
"Tapi kenapa kamu ngikutin aku terus?".
"Aku gak mau aja kamu di sakitin kayak aku dulu," ucap Diana dengan tatapan sendu.
"Emang kamu kenapa? Kamu belum tenang ya?".
Diana mengangguk.
"Emm...maaf ya, apa boleh aku tau kamu meninggal gara gara apa?".
Diana mengangguk. " Iya, justru itu yang mau aku ceritain sama kamu."
"Dulu aku juga sama kayak kamu, indigo. Aku juga sering di jadiin bahan bully-an."
"Terus apa hubungannya sama meninggalnya kamu?".
"Aku meninggal karena di bully. Dulu waktu aku kelas satu SMA. Aku punya tiga orang yang memang dari dulu gak suka sama aku dan benci banget sama aku, gara-gara aku deket sama orang yang dia suka, namanya Kevin. Dilla gak suka kalo aku deket sama Kevin, Dilla ngomong sama aku untuk jauhin Kevin, oke aku turutin dia. Tapi Kevin gak pernah berhenti untuk deketin aku, bahkan dia nyatain cinta.
Aku udah gak tega buat jauhin Kevin yang perasaannya tulus buat aku, jujur aku juga cinta sama dia. Jadi pas dia nembak aku buat jadi pacarnya, aku terima. Dilla tau dan Dilla marah banget sama aku.
Aku nunggu bus di depan sekolah. Tiba-tiba aja mereka bertiga dateng, dan salah satu dari mereka sekolah disini.Yang namanya Dilla langsung jambak rambut aku terus temennya lagi nyiram aku pake air.
Dilla bilang, Dilla udah peringatin aku buat jauhin Kevin, tapi aku gak lakuin. Dilla bilang lagi kalo aku akan nerima akibatnya.
Aku disana cuma bisa diem, tiba-tiba aja Dilla lepasin jambakannya terus dorong aku ke tengah jalan.
Dan pas banget bus yang dari tadi aku tunggu lewat.Dan aku—
Aku meninggal ketabrak bus Amanda."
Amanda sudah tidak bisa lagi untuk menahan air matanya untuk keluar. Amanda menangis.
Jika Amanda mencintai seseorang, apakah nasibnya akan sama seperti Diana?
"Terus kenapa orang tua ka...hiks...orang tua kamu gak laporin mereka ke polisi, Diana?" tanya Amanda.
"Udah, tapi percuma. Mereka orang kaya, bisa bebas dengan uang, sedangkan aku orang miskin. Gara-gara mereka juga ibu aku bunuh diri, gak bisa nerima kenyataan kalo aku udah meninggal, dan penyebab aku meninggal gak di hukum."
"Terus ayah kamu?".
"Ayahku udah lama meninggal."
"Maaf."
"Iya gak papa."
"Terus kenapa kamu masih ada dunia?" tanya Amanda bingung.
"Urusan aku belum selesai Amanda."
"Urusan apa?".
"Mereka berdua udah mati, tinggal satu, dan aku harus buat dia mati juga, baru aku bisa tenang."
"Ma...maksud kamu yang bully kamu harus mati?".
"Iya."
"Terus yang satu lagi siapa? Kenapa kamu malah kesekolah aku?".
"Kan aku udah bilang Amanda, dia gak satu sekolah sama yang temennya. Dia sekolah disini."
Mata Amanda membulat. "Siapa?".
"Yang aku naikin punggungnya tadi pagi, kamu liatkan?".
Amanda tersentak kaget, jadi yang di maksud Diana adalah Kirana.
"Terus kamu mau bunuh dia juga?" tanya Amanda.
"Iya sekarang!".
"Hah? Kamu serius? Gak bisa dibicarin baik baik lagi, Diana? Aku bisa bantu kamu kok," ucap Amanda yakin.
"Gak bisa, aku udah bunuh kedua temannya, dan aku juga harus bunuh dia, dengan itu aku bisa pergi tenang. Lagipula Kirana sering nyakitin kamu dengan kata katanya kan?".
"Emm..." Amanda menunduk.
"Aku gak sebaik kamu, Amanda. Maaf..." ucap Diana lalu menghilang.
×××
Amanda masih duduk di kelasnya, lebih tepatnya Amanda sedang membaca novelnya, setelah kejadian Kirana meninggal di kelas.
Tiba-tiba saja kedua temannya yang tadi berjalan bersama Kirana menghampirinya dan merebut novel milik Amanda kemudian menjatuhkannya ke lantai.
"Pasti lo kan yang buat Kirana mati! Iya kan! Jawab lo!" bentak Tari dan Amanda hanya menunduk diam.
Brak
Temannya yang bernama Caca menggebrak meja Amanda. "Lo gak bisu kan! Jawab! Lo pasti doain yang jelek-jelek ke Kirana sampe Kirana mati kayak tadi! Iyakan!".
Brak
Bukan Caca atau Tari yang menggebrak meja, melainkan pintu kelas yang di buka dengan paksa.
Seseorang itu berjalan ke arah meja Amanda dengan rahang yang mengeras.
"Lo gak bisa nyalahin kematian seseorang! Itu takdir! Gaada yang bisa ngerubah! PAHAM GAK!" bentak Rega ke Caca dan Tari.
"Lo anak baru gak usah sok jadi pahlawan kesiangan! Lo gak tau aja cewek yang lo belain ini siapa," ucap Tari sambil menunjuk Rega lalu tersenyum sinis.
"Cewek yang lo belain ini pembawa sial, gila, muna–"
Brak
Rega menggebrak meja, Rega ingin sekali memukul perempuan yang mulutnya kotor seperti itu.
Tapi Rega bukanlah laki-laki yang tega memukul seorang perempuan. Rega selalu teringat perkataan ayahnya 'jangan pernah menyakiti wanita, karena ibumu juga wanita'.
"LO MAU PERGI ATAU LO MATI KAYAK TEMEN LO!" ancam Rega, kemudian Caca dan Tari langsung pergi meninggalkan kelas dengan amarah.
"Rega seharusnya kamu gak kasar sama mereka," ucap Amanda.
"Lo sering di giniin?" tanya Rega dengan tatapan tajam yang membuat Amanda menunduk takut.
"Reg–".
"Jawab iya atau enggak!".
"Rega tang–".
"Iya atau enggak Amanda Meliana!" Amanda sudah meremas roknya, sepertinya Rega benar benar marah.
Amanda berfikir Rega tidak memanggilnya dengan Jaenab, melainkan dengan nama lengkapnya.
Dengan berat Amanda mengganggukan kepalanya. "Iya."
"Ikut gue." Rega menarik pergelangan tangan Amanda.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!