NovelToon NovelToon

Melahirkan Anak Untuk Presiden

Part 1

Wanita itu merupakan perwujudan semua hal yang Alio Wilson benci dari wanita, dan sekarang wanita itu tengah berbicara dengan Yuta, adik laki-lakinya.

Tubuh Alio pun membeku saat menatap wanita itu, ia memandang lekuk tubuh yang dijamin membuat semua pria tanpa sadar menginginkannya.

Dan yang pasti, Alio tidak menginginkan wanita itu dan juga tubuhnya sama sekali!

Namun, tetap saja, tubuhnya keras kepala menolak perintah otaknya. Ia merasakan sensasi gairah yang tajam di tubuhnya.

Siapa sih yang sudah mengundang wanita itu!? batin Alio kesal, matanya tak luput dari wanita itu, Olivia.

Olivia Stein, saat ini tengah berdiri di samping Yuta, rambut pirangnya yang panjang tergerai indah di bawah lampu galeri seni.

Tatapan Alio terpaku pada tubuh paling luar biasa yang pernah ia lihat seumur hidupnya. Alio menelan ludah, saat teringat dengan penampilan wanita itu yang hanya berbalut bikini. Tubuh wanita itu basah dengan tetes-tetes air yang mengalir di perutnya saat ia keluar dari perairan biru berbuih di Laut Arsenal. Wanita itu merupakan perwujudan dari sesuatu yang memiliki awal, akan tetapi tak memiliki akhir.

Sudah tujuh tahun berlalu dan wanita itu masih membuat Alio hanya ingin memandangnya. Terlepas dari foto-foto memukau Olivia yang mempertunjukkan keindahan pulau pribadi Alio yang mendominasi dinding-dinding galeri seni mewah itu.

Apa adiknya juga mabuk kepayang pada wanita itu? Alio harap tidak. Walaupun sulit menilainya karena bahasa tubuh Olivia dan juga Yuta saat mengobrol menyiratkan seolah-olah dunia ini adalah milik mereka berdua.

Melihat itu, Alio mulai berjalan melintasi ruang galeri. Walaupun Olivia dan juga Yuta menyadari kedatangannya, mereka berdua menghiraukannya.

Alio merasakan sepintas amarah, yang buru-buru ia singkirkan karena itu hanya akan merugikannya saja.

Sekarang, Alio sudah mengetahui kalau ketenangan yang dingin ternyata jauh lebih efektif dalam menghadapi situasi seperti ini dan itu telah menjadi kunci kesuksesannya. Cara Alio menyeret naik perusahaan keluarganya yang hampir bangkrut, lalu membangunnya kembali—membuatnya dikenal sebagai pria bertangan midas. Kepemimpinan ayahnya yang kacau dan seenaknya telah berakhir dan sekarang—putra tertuanya yang memegang kendali. Sekarang, bisnis keluarga Wilson merupakan bisnis perkapalan nomor satu di dunia.

Mulut Alio terkatup kaku, itu berarti ia sedang berhadapan dengan masalah yang lebih besar ketimbang menangani penjual kapal dan keharusan mencari tahu kabar dunia politik terkini.

Keluarga Wilson family sangat bergelimang harta dan Alio tahu, bagaimana tingkah para wanita kalau di hadapkan dengan uang.

Pengalaman Alio menghadapi kerakusan para wanita, telah mengubah kehidupannya selamanya. Itulah sebabnya, ia tidak pernah berhenti waspada.

Beberapa orang menganggap Alio suka mengatur, tapi ia lebih senang memandang dirinya sebagai sosok berpengaruh seperti kapten yang memimpin kapal.

Dalam satu sisi, hidupnya memang seperti berada di laut. Ada alasan jelas kenapa kita harus menghindari gunung es, dan wanita sama seperti gunung es.

Kita hanya bisa melihat sepuluh persen diri mereka sesungguhnya—sisanya terkubur di balik sifat egois dan rakus.

Tatapan Alio tidak meninggalkan Olivia selagi ia berjalan ke arah mereka. Alio tahu, kalau wanita itu akan menjadi sumber masalah di dalam hidup adiknya, ia harus mengatasinya—segera.

Bibir Alio pun melengkung membentuk senyuman simpul. Ia akan menyingkirkan Olivia sebelum wanita itu sadar apa yang terjadi.

— Bersambung —

Part 2

Olivia merasa marah dan mengumpat dalam hatinya saat pria itu berbicara. Karena terlalu marah, ia tak mendengar kalimat terakhir pria tersebut dengan jelas.

Namun, Olivia tak tinggal diam ketika pria tersebut mencoba menyentuhnya. "Jangan sentuh aku, s****n!" teriaknya sambil berusaha memberontak.

Ketika Olivia terus melawan, ia tanpa sengaja mencakar wajah pria itu hingga mengeluarkan darah segar.

Pria itu menyeka darah di wajahnya dan berkata dengan suara dingin, "ternyata kau sangat agresif, ya? Bagaimana kalau kita langsung memulainya?"

Tanpa menunggu jawaban dari Olivia, pria itu langsung mencium bibir Olivia dengan bergairah sambil melepas kemejanya sendiri.

"Hmph—"

Olivia tetap berusaha melawan hingga akhir, namun sayangnya semua upayanya sia-sia.

Aku nggak akan pernah memaafkanmu, sampai kapanpun itu! batin Olivia sambil menangis dan menjerit.

...—oOo—...

Jam weker berbunyi sangat nyaring, lalu Olivia terbangun karena terkejut.

"Ahhh!" lalu, terdengar jeritan Olivia yang spontan.

Tubuh Olivia basah kuyup—oleh keringat dingin dan ia merasa sedikit gemetar.

Olivia membuka selimut tebal yang menutupi seluruh tubuhnya dengan jemari gemetar, tanpa mengakui apakah itu hanya mimpi atau kenyataan.

Mata Olivia membulat sempurna ketika ia menyadari bahwa ia masih mengenakan piyama, dan tidak ada yang aneh pada dirinya.

"Tapi, kenapa?" gumam Olivia dalam hati.

Olivia mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan, karena apa yang ia alami terasa begitu nyata untuk disebut sebagai mimpi.

Namun di sisi lain, Olivia merasa lega karena ia kini berada di kamarnya sendiri.

"Tapi, mengapa aku bermimpi seperti itu?" gumam Olivia dalam hati.

Ketika mengingat mimpinya tadi malam, jantungnya berdebar kencang dan Olivia merasa sangat malu. Ia menutup wajahnya dengan selimut karena ia tak bisa merelakan apa yang terjadi dalam mimpinya. "Argh, sangat memalukan!" teriaknya.

"Nggak, Olivia! Stop mikirin itu!" ucap Olivia sambil duduk di atas ranjang.

Olivia meyakinkan dirinya sendiri kalau mimpinya tadi malam cuma hal yang biasa terjadi di masa pubertasnya.

Namun, Olivia bisa merasakan ada yang aneh dengan tubuhnya sekarang.

"Kok badanku sakit semua sih!? Apalagi di area..." gumam Olivia, bingung.

Olivia termenung lalu ia teringat lagi dengan kalimat yang diucapkan oleh pria yang ada di dalam mimpinya.

Apakah dia gadis yang akan melahirkan anakku?

Memikirkannya saja sudah membuat Olivia merinding, karena mimpi itu sangatlah gila!

Padahal, Olivia masih berusia 18 tahun dan sudah bertunangan! Tapi, tiba-tiba saja ia bermimpi berhubungan s**s dengan pria yang tidak dikenal!?

Yang lebih gilanya lagi, pria itu meminta agar Olivia melahirkan anaknya!

"Kok bisa-bisanya aku bermimpi hal gila gitu, sih? Melahirkan anaknya!? Enggak masuk akal!" Olivia geram.

Olivia pun memijat pelipisnya untuk meredakan rasa sakit kepala karena terlalu memikirkan mimpi aneh itu.

"Ya sudahlah, itu kan cuma mimpi doang! Enggak usah dipikirin terus-terusan!" Olivia memutuskan untuk menghentikan pikiran negatifnya.

...—oOo—...

Dua bulan kemudian...

Saat Olivia sedang asik menonton acara tv kesukaannya tiba-tiba ia merasa mual parah!

Olivia pun langsung menutup mulutnya dengan menggunakan tangan kirinya, saat ia merasa akan muntah.

Dan setelah itu, Olivia pun berlari ke kamar mandi lalu memuntahkan semua isi perutnya di wastafel.

"Nona Olivia?" panggil seorang maid yang saat itu kebetulan lewat di depan kamar Olivia.

Lalu, maid itupun mengintip ke dalam kamar Olivia, tetapi ia bingung, karena tak melihat sosok nonanya di dalam sana! Padahal tadi, maid itu sangat yakin mendengar suara kegaduhan berasal dari kamar itu.

"HUWEKKK!!!"

Maid itupun curiga dengan keanehan yang terjadi pada nonanya, lalu iapun mendatangi Olivia untuk mengecek keadaan sang nona.

Tiba-tiba, maid itu sangat terkejut, saat ia melihat Olivia yang sedang muntah-muntah di wastafel dengan wajah yang sudah pucat pasi.

"Nona Olivia, Anda kenapa!?" tanya maid panik saat melihat keadaan sang nona.

"HUWEKKK!!!"

Olivia tak bisa jawab pertanyaan maid itu karena sudah terlalu lemas dan terus-menerus muntah.

Maid yang tadinya khawatir dan kebingungan harus melakukan apa? Akhirnya mengambil inisiatif untuk membantu sang nona.

Maid itu menepuk-nepuk punggung sang nona pelan dan ia berharap kondisi nonanya akan membaik.

Namun, setelah hampir 15 menit berlalu—kondisi nonanya masih tak kunjung membaik juga! Si maid panik dan ia langsung lari keluar dari kamar Olivia lalu teriak-teriak minta tolong ke semua orang yang ada di kediaman keluarga Stein.

Karena kehebohan yang terjadi di rumah mereka, Oliver Stein, kepala keluarga Stein, buru-buru mendatangi Olivia.

"Olivia, ada apa ini ribut-ribut!?" tanya Oliver Stein dengan suara yang dingin saat melihat wajah sang putri yang sudah pucat pasi.

Ibu tiri dan juga saudari tiri Olivia juga ikut datang, karena penasaran dengan apa yang terjadi pada Olivia.

"Dari tadi Nona Olivia nggak berhenti muntah, Tuan. Saya juga nggak tahu kenapa? Saya hanya khawatir dengan kondisi kesehatan Nona!"

Maid itu pun menggantikan Olivia menjelaskan kepada Oliver, saat ia mengetahui kalau nonanya tak bisa menjawab pertanyaan itu karena kondisi Olivia yang masih dalam keadaan muntah-muntah.

"Kakak kenapa?" tanya Julia Stein, adik tiri Olivia sambil memasang ekspresi jijik saat ia melihat Olivia yang muntah-muntah di wastafel.

Julia datang bukan karena khawatir, tapi karena ia sangat penasaran dengan apa yang terjadi pada Olivia!

"Oh my God, Olivia!" teriak Jesi Stein, ibu tiri Olivia. "Apakah mungkin, kamu hamil!?" tambahnya, sambil menutup mulutnya dengan tangan kanannya seolah-olah sangat terkejut.

— Bersambung —

...***...

...Kalau kalian menyukai cerita ini … jangan lupa tinggalkan jejak kalian berupa like, comment dan tambahkan cerita ini ke favorit kalian agar mendapatkan notifikasi updatenya, ya~...

...Support juga penulis dengan cara menonton iklan di gift atau hadiah, biar penulis semakin semangat, menulisnya!...

...Thankyou so much and see you next chapter~...

Part 3

"Hah, hamil? Mama pikir ini sinetron apa!?" sela Julia yang merasa tak setuju dengan perkataan Jesi.

"Julia!" panggil Jesi yang sudah panik dan berkeringat dingin. "M-Mama hanya menebak-nebaknya saja, tapi si-siapa tahu, kan?"

"Hah!? Nggak mungkin!" bantah Julia dibuat hampir tak bisa berkata-kata. Dia tak ingin percaya, Olivia hamil dengan kak Yuta?

"J-Julia ... M-Mama bilang, siapa tau, kan? Kenapa kamu yang sewot?" resah Jesi.

"Mama sebaiknya berhenti menonton sinetron yang tidak berfaedah agar Mama bisa berpikir dengan logis!" sindir Julia.

"Julia!" pekik Jesi.

"Cukup!" bentak Oliver dengan suaranya yang sangat dingin dan membuat keduanya pun langsung terdiam.

"A-aku baik-baik saja, kalian semua tidak usah khawatir...," ucap Olivia dengan suara pelan, lalu menyiram bekas muntahnya.

Karena saat ini Olivia sudah kehabisan tenaga, yang ia inginkan hanyalah keluar dari kamar mandi secepatnya dan beristirahat.

"Baik-baik saja kamu bilang!?" Oliver Stein mengerutkan keningnya marah dan menatap putrinya dengan tatapan tajam.

"Wajahmu sudah pucat begitu dan kamu bilang baik-baik saja!?" lanjut Oliver meninggikan nada suaranya.

"Ti-tidak Ayah ... a-aku pikir aku hanya masuk angin bias—" Olivia mencoba mengelak, namun perkataannya langsung di sela oleh sang ayah.

"Olivia, kamu pergi ke rumah sakit sekarang juga dan periksakan keadaanmu itu!" titah Oliver Stein kemudian.

"Kedepannya, Ayah tidak ingin mendengar keributan yang tidak berguna seperti ini lagi!" lanjut Oliver.

Setelah mengatakan kalimat itu Oliver langsung melangkahkan kakinya keluar dari kamar putrinya—diikuti oleh Jesi dan Julia dibelakangnya.

Tak luput dari penglihatan Olivia, kalau ibu dan juga adik tirinya terlihat memasang ekspresi kecewa karena kehebohan yang terjadi hari ini harus berakhir begitu saja.

...—oOo—...

Olivia pun pergi ke rumah sakit untuk memeriksa keadaannya bersama dengan tunangannya, Yuta Shiro—pemuda tampan berdarah campuran Jepang, berusia 19 tahun.

Awalnya, dokter menduga kalau Olivia keracunan—karena gejala yang di tunjukkannya.

Namun, setelah hasil pemeriksaannya keluar...

"Sebaiknya, kalian berdua menemui Dokter kandungan," ucap dokter menyarankan.

Mendengar itu, Yuta langsung mengerinyitkan alisnya dan terdiam heran sejenak.

"Dokter, apa maksud Anda?" tanya Yuta yang tak terlalu mengerti dengan maksud perkataan dokter.

Lalu, ruangan pun menjadi hening dan saat itu juga semua orang yang ada di dalam ruangan itu menegang.

"Sepertinya ... tunangan Anda hamil, Tuan muda Yuta," jawab dokter.

Kemudian, menyerahkan hasil pemeriksaannya—kepada sepasang kekasih itu.

"Apa!?" teriak Yuta menggelar di seluruh ruangan sampai-sampai mengejutkan Olivia dan juga dokter. 

Lalu, Olivia dan Yuta langsung memeriksa hasil tersebut dan mereka sangat terkejut—bagaikan tersambar petir!

"M-mustahil," ucap Yuta pelan dan masih terlihat syok.

Yuta tak menyangka, kalau tunangan yang ia cintai dan ia jaga selama ini—ternyata hamil!

Padahal, mereka berdua sama sekali tak pernah tidur bersama dan melakukan hubungan intim.

Tapi, ayah biologis dari calon bayi yang dikandung Olivia bukanlah dirinya, melainkan pria lain!

"S-saya h-hamil!?" tanya Olivia dengan suara yang bergetar dan bahkan tampak lebih syok daripada Yuta.

"Benar, Nona Olivia. Saat ini usia kandungan Anda sudah memasuki minggu ke empat," jawab dokter menjelaskan.

"Tidak mungkin, Dok! Tidak mungkin! Bagaimana tunangan saya bisa hamil kalau kami saja ... sama sekali tidak pernah melewati batas itu!?"

Lagi-lagi Yuta emosi karena merasa tak percaya dengan hasil tes yang ia terima

Sehingga, dokter didepannya tampak bingung dan mengerutkan kening saat melihat reaksi Yuta.

"Apa yang tidak mungkin, Tuan muda Yuta? Jika perkataan Anda benar—kalau kalian tidak melewati batas. Apakah tunangan Anda hamil dengan pria lain?" tanya dokter dengan wajah serius.

Jleb!

Rupanya, kalimat yang diucapkan oleh dokter barusan menjadi tamparan keras untuk Yuta dan Olivia.

"Hah? Itu ... mustahil," lirih Yuta.

Dengan wajah yang pucat, Yuta menggelengkan kepalanya—menolak percaya.

Namun, jika Yuta ingat-ingat kembali ... bagaimana keadaan tunangannya selama satu bulan belakangan ini, ia malah balik terdiam sambil meratapi ucapan dokter dengan perasaan ragu.

Sejenak, dokter melirik ke arah Olivia yang terlihat sama diamnya dengan Yuta.

"Jika kalian masih belum yakin, lebih baik kalian menemui dokter kandungan untuk hasil yang lebih pasti."

Setelah keluar dari ruangan dokter dengan wajah pucat, Yuta langsung memegang tangan Olivia dan membawanya ke tempat yang lebih sepi agar bisa berbicara empat mata.

Di sana, Yuta langsung menyerang Olivia dengan banyak pertanyaan. 

"Kamu hamil? Anak siapa!? Aku butuh penjelasan dari kamu, Olivia!" bentak Yuta sambil menahan emosinya yang sudah menggebu-gebu.

— Bersambung —

...***...

...Kalau kalian menyukai cerita ini … jangan lupa tinggalkan jejak kalian berupa like, comment dan tambahkan cerita ini ke favorit kalian agar mendapatkan notifikasi updatenya, ya~...

...Support juga penulis dengan cara menonton iklan di gift atau hadiah, biar semakin semangat, ya!...

...Thankyou so much and see you next chapter~...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!