NovelToon NovelToon

Suami Ku Hasil Taruhan

SMANSA

Pagi yang cerah. Dua orang sahabat sedang duduk di depan ruang Kelas. Mereka adalah siswi baru di SMANSA baru kelas X , di tengah hiruk pikuknya pagi karena bel pertanda masuk sudah berbunyi. Semua siswa-siswi bersiap untuk melakukan upacara di tengah lapangan, tak terkecuali dua sahabat yang memang baru beberapa bulan belakangan saling mengenal hingga menjadi sahabat karib. Fani dan Sophia pertama kali saling mengenal saat mendaftarkan diri menjadi siswa SMANSA. Nasib baik berpihak, mereka pun terpilih satu kelas. Sistem kurikulum baru yang membuat mereka harus memilih jurusan dari semester pertama-lah yang membuat mereka bisa satu kelas. Sophia sangat cerewet, apalagi suaranya nyaring dan melengking. Melihat sedikit kejanggalan saja, jiwa-jiwa lebaynya bisa menggelora secara mendadak. Fani yang sambil berjalan ke lapangan upacara sesekali memperhatikan sekeliling sekolah. Entah apa yang membuat mukanya ditekuk seperti orang yang sedang kesal. Berjalan dengan mengepalkan kedua tangan dan meninggalkan Sophia dibelakangnya. Sophia masih saja sibuk memandang kakak-kakak kelas yang tampan, biasa Sophia sebut dengan "mencuci mata dengan yang bening-bening."

"Kenapa sih pada ribut banget, bikin gue pusing aja," Fani mendengus kesal sambil menempatkan diri pada barisan kelas.

"Ya namanya juga hari Senin, lo lupa semua siswa-siswi sangat benci sama yang namanya hari Senin," jawab Sophia sambil terkekeh dan menghentikan langkah nya saat sudah berdiri di tengah lapangan

Fani tidak mengerti kenapa hampir semua siswa di sekolah begitu membenci hari Senin. Bahkan dia merasa bahwa Senin adalah hari yang biasa saja, tak beda dengan hari-hari lainnya.

**************

Sebelum nyaa mari kenalan dulu dengan tokoh dalam novel ini biar lebih mengenali karakter masing-masing tokoh.

Fani Almaera , wanita yang tidak begitu cantik tapi memiliki daya tarik karna perawakan muka yang manis. Apalagi memilik tubuh ramping dengan bokong yang memang sangat seksi. Dengan warna kulit yang kuning langsat menambah kadar manis pada Fani. Fani adalah anak yang ceria, selera humor yang tinggi dan suka bercanda. Dia termasuk anak yang mudah bergaul dengan siapapun tanpa ada terkecuali.

Arafel Bekti Andry , laki-laki paling tampan di SMANSA. tubuh tinggi atletis, warna kulit yang putih, selalu membuat teman-teman wanita nya tergila-gila. Bukan hanya temannya saja tapi hampir seluruh penghuni SMANSA. Tapi Andry terkenal dengan sikapnya yang dingin, terlebih sangat cuek dan jarang atau bahkan hampur tidak pernah menyapa wanita. Kalaupun ada teman wanita yang menyapa, ia hanya mengangguk dan menaik turunkan alisnya saja.

Sophia Hayla adalah sahabat Fani yang paling lebay dan mentel. Sophia gadis kurus dengan badan lebih tinggi dari Fani. Wajah nya tak kalah manis dengan Fani, hanya saja Sophia tak seksi seperti Fani. Sophia memiliki kulit yang putih, sedikit lebih cerah dari Fani.

Putra Setiawan, kekasih Fani yang muka pas-pasan tapi belagak sok ganteng. Suka menggoda semua wanita hanya bermodalkan gombalan-gombalan mautnya saja. selalu menebar kata-kata sayang dan cinta kepada siapa saja, para wanita di sekitarnya. Putra berkulit sawo matang, hidung yang mancung dan tubuh yang tidak terlalu tinggi. Putra adalah anak pindahan dari sekolah lain.

Sekian dulu pengenalan karakter dari masing-masing tokohnya ya, semoga bisa menikmati karya pertama ku ini.

Jangan lupa support ya, biar aku rajin update terus setiap hari :)

*******

Murung

Seperti pagi-pagi biasanya. Fani berangkat ke sekolah bersama abangnya menggunakan sepeda motor. Tak memakan waktu yang lama, hanya 5 menit perjalanan saja Fani sudah sampai digerbang sekolah.

"Pagi pak soleh," sapa Fani kepada pak Soleh, satpam yang biasa berdiri didepan pagar untuk menyambut siswa-siswi SMANSA.

"Pagi nak Fani," sahut pak Soleh.

"Semoga semangat belajar hari ini ya," lanjut pak Soleh.

"Siap pak !" sahut Fani sambil tetap berjalan tanpa menghentikan langkahnya.

Fani berjalan pelan menuju kelasnya. Sebenarnya hari ini ia sedang tidak enak hati, namun Fani bukan lah orang yang biasa menunjukan kesedihan atau pun kegalauan diri nya.

"Sungguh ini adalah pagi yang menyebalkan," gumam Fani kesal.

"Selamat pagi manisku," sapa Ilham teman sekelas Fani sangat ramah dan mentel.

"Eh lo kenapa Fan, sepertinya berat banget masalah idup lo! Hahahhahaha." Ilham tertawa melihat raut wajah Fani yang seketika langsung berubah memerah.

"Mau tau aja lo urusan pribadi gue," balas Fani dengan nada tinggi dan bibir yang agak maju beberapa centi.

" Idih gileee, jelek banget lo kalau begitu Fan, hahahaha." Ilham kembali tertawa melihat raut wajah Fani.

Fani berlalu meninggalkan Ilham dengan rasa kesal yang bertubi-tubi, sementara Ilham masih tertawa terbahak-bahak melihat kelakuan temannya itu.

-------

Didalam kelas sambil menunggu bel masuk berbunyi, satu persatu siswa sudah memenuhi tempat duduk. Bel pun berbunyi, tak lama kemudian datang lah seorang wanita paruh baya, Dialah guru yang akan mengajar Biologi pagi ini.

"Selamat pagi anak-anak." Sapa buk Nita sambil tersenyum pada siswanya.

"Pagi buk." Sahut siswa serentak.

" Baiklah hari ini kita akan mempelajari tentang tumbuh-tumbuhan dan minggu depan kalian harus membawa satu jenis tumbuhan untuk kita tanam bersama-sama dilingkungan sekolah. " Lanjut Nita

"Baik buk" siswa menjawab dengan serentak dan penuh semangat.

Nita terkenal sebagai guru yang sangat garang, namun sebenarnya dia baik. Lebih tepatnya Nita hanya terlalu tegas, karena dia ingin siswanya lebih fokus dan mudah memahami pelajaran. Menurut Nita jika gurunya saja lemah gemulai dan lesu, siswa akan menjadi kurang fokus dan ikut lesu. Sehingga dia selalu memperlihatkan wajah datar dan sangar pada siswanya, agar siswa tetap fokus dan mengikuti pelajaran.

****

Disudut kelas Fani tampak murung, tak seperti biasanya. Sophia yang merasa aneh dengan tingkah sahabatnya yang tak seperti biasa itu pun mulai mendekat dan mencoba mencari tahu penyebabnya.

"Lo kenapa Fan? Dari tadi gue perhatiin murung aja." Tanya Sophia keheranan.

"Gak kenapa-napa Sop." Fani hanya mendengus. Dia memang memanggil Sophia dengan panggilan Sop karna terdengar lucu baginya.

"Coba cerita ke gue, gue tau lo lagi ada masalah. Gue bakal dengerin cerita lo kok Fan, kalau perlu gue kasih solusi hehehhe." Kata Sophia sambil tertawa untuk memecahkan kesedihan Fani.

"Hmmm. Gue diselingkuhin sama Putra ni Sop." Mata Fani mulai berkaca kaca.

"Serius lo Fan? memang lelaki breng*ek, gue kan dah pernah bilang itu cowo gak baik Fan, itu cowo ga cocok sama lo Fan!. Mana tampang pas-pasan lagi malah belagak mau selingkuh." Jawab Sophia yang sudah ikutan kesal.

"Udah biarin aja cowok yang seperti itu Fan, lo pasti dapat yang lebih baik kok," lanjut Sophia sambil merangkul dan mengelus pelan bahu sahabatnya itu.

"Iya Sop, gue memang seharusnya udah putusin hubungan dengan lelaki itu," kata Fani sambil menunduk dan menyeka bulir air mata yang melompat dari ujung matanya.

"Iya lo harus putusin dia sekarang juga Fan, ambil hp lo dan bilang kalau lo mau putus sekarang juga! " Sophia semakin kesal dan mengepalkan kedua tangan nya.

"Mana Hp lo ? sini gue yang kirim pesan ke lelaki jahat itu," sambung Sophia yang sudah tak sanggup menahan kesal.

"Jangan gegabah Sop. Lo tenang aja, gue akan akhiri hubungan ini baik baik Sop. Gue bakal putusin dia secara empat mata. Gue gak mau jadi pecundang yang mutusin hubungan cuma dari telfon saja." Jawab Fani dengan dibubuhi sedikit senyuman palsu.

"Oke Fan. Gue harap lo bakal cepet dapat pengganti yang lebih baik dari lelaki itu. Lo yang sabar ya Fan." Sophia memeluk kembali sahabatnya itu. Fani pun membalas pelukan sahabat yang paling mengerti apa yang sedang dirasakan Fani itu.

Sophia mengerti bagaimana yang dirasakan Fani. Namun apalah daya, Sophia tak bisa berbuat apa-apa selain menahan amarah dan kekesalan nya. Ingin rasanya Sophia memaki lelaki yang berani menyakiti perasaan sahabatnya itu, tapi Sophia tak punya hak lebih untuk marah. Terlebih Fani yang korban utama saja masih mampu menerima dan menahan amarah, kenapa Sophia harus memperbesar masalah.

Fan!. Lo yang korban nya aja masih bisa menahan amarah. Kenapa gue yang orang lain malah kesal dan ingin marah. Yang ada gue cuma bakal nambah masalah. Batin Sophia.

Putus

Bel tanda pulang sudah berbunyi, Fani sudah mengirim sebuah pesan kepada Putra. Fani mengatakan bahwa ingin bertemu dan menunggu diparkiran sekolah.

"Udah lama nunggunya sayang?" tiba-tiba saja Putra sudah berada disebelah Fani.

"Eh engak kok, yaudah deh kita ke cafe biasa aja yuk," ajak Fani sambil tersenyum girang, walaupun sebenarnya itu palsu.

Mereka sudah berada Disebuah cafe yang tidak jauh dari sekolah. Tempat ini biasa dijadikan basecamp oleh siswa SMANSA sepulang sekolah. Ada dua pasang mata saling beradu di sudut cafe. Sengaja Fani sengaja memilih tempat disudut, agar pembicaraannya tak terdengar jelas oleh orang lain.

"Kenapa tiba-tiba ngajak ketemuan sayang?." Tanya Putra yang sama sekali tidak merasa bersalah.

"Ada sesuatu penting yang mau aku omongin sama kamu." Fani terlihat pasi karna merasa gugup dan tak terlalu yakin untuk mengatakan yang sebenarnya.

"Tumben banget, biasa juga kalo ada apa-apa cuma nelfon atau sms doang." Putra mengernyitkan dahinya tanda kebingungan.

Fani terdiam beberapa saat, karena tak tau harus mulai dari mana. Fani menggenggam kedua tangannya dan menggoyang-goyangkan kakinya. Benar-benar merasa bingung harus mulai mengatakannya dari mana. Putra yang melihat Fani seolah merahasiakan sesuatu itu pun menggenggam tangan Fani dan mengelus nya pelan. Putra merasa Fani sedang mencemaskan sesuatu, namun dia tak tau apa yang di cemaskan kekasihnya itu.

"Sayang? Kenapa kamu terlihat cemas?." Putra mencoba menenangkan Fani dan tetap mengelus lembut punggung tangan kekasihnya itu.

"Sebenarnya... Aku itu.." Fani menjadi gelagapan saking gugupnya.

"Sebenarnya apa sayang?." Tanya Putra yang masih mencoba menenangkan gadis dihadapannya itu.

"Sebenarnya aku udah tau hubungan kamu dan Lia Put. Aku juga udah sempat baca semua history chat diakun sosmed kamu. Aku ga nyangka kalau kamu bakal ngelakuin ini ke aku Put. Aku mau kita putus!" Fani menghela nafas dan menyunggingkan bibirnya.

"Maksud kamu apa Fan? Aku bisa jelasin semua nya kok Fan. Kita bisa bicarain ini baik-baik, gak harus langsung putus gini Fan. Aku gak mau kita putus! Aku sayang kamu Fan." Putra menghiba dan menggenggam kuat tangan Fani.

"Aku juga sayang kamu Putra. Tapi aku kecewa sama kamu. Ini semua juga karna ulah kamu. Kamu yang bermain api, tapi aku yang terbakar." Fani tersenyum, tetapi matanya sudah berkaca-kaca.

"Aku pulang dulu ya. Setidaknya pengkhianatan mu masih mampu aku balas dengan senyuman." Fani melepaskan genggaman tangan Putra dan beranjak dari duduknya.

"Kamu perlu belajar tentang perasaan Put. Bagaimana tentang menghargai." Fani mempercepat langkah kakinya dan meninggalkan Putra yang penuh penyesalan.

Putra hanya terdiam setelah mendengar pernyataan Fani. Seolah mengutuki dirinya sendiri. Karena sebenarnya Putra sangat mencintai Fani, namun anggap saja kemarin dirinya khilaf. Begitulah pikir Putra.

"Sial banget sih gue! Maafin gue Fan. Gue gak maksud buat nyakitin perasaan lo. Gue sayang sama lo Fan, tapi kemarin gue khilaf." Putra menjambak rambutnya frustasi.

******

Fani sudah sampai dirumah dan segera melepaskan sepatunya. Fani berjalan gontai menyusuri rumah dan menuju kamarnya. Fani mengunci pintu dan langsung merebahkan diri diatas kasurnya yang tidak terlalu besar itu. Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu. Fani mencoba mengintai dengan penglihatannya yang tinggal beberapa watt itu.

"Fan, buka pintunya nak." Ibu mengetuk pintu berulang kali.

"Iya Bu. " Fani membuka matanya dan beranjak menuju suara ketukan itu.

"Fan, sebaiknya kamu makan dulu baru tidur." Ucap Wati, ibu Fani yang masih terbilang muda.

"Aku sudah makan tadi Bu. Aku lelah sekali dan ingin tidur sekarang juga." Lanjut Fani sambil berjalan gontai menuju tempat tidurnya.

"Ya sudah kalau begitu istirahatlah. Ibu akan pergi keluar bersama Ayah mu." Melangkah pergi dan menutup pintu kamar Fani.

Tak butuh waktu lama, Fani sudah menghilang dalam mimpinya. Fani tenggelam dalam

kegundahan dan kesedihan hatinya.

Fani tertidur dengan memakai seragam sekolah. Sudah hampir pukul 18:00, namun Fani masih belum bangun dari tidurnya. Ibu segera menghampiri Fani dan mencoba membangunkannya.

"Fan. Bangun nak sudah sore. Tidak baik tidur sampai sore begini" Ibu memukul pundak Fani berkali-kali.

"Fan, bangunlah nak." Ibu memanggilnya lagi.

"Begitu lelahnya anak ini, bahkan ku pukul pundak nya berkali-kali pun dia tetap hanya menggeliat saja. Mungkin dia fikir aku sedang membelain nya." Ibu tertawa pelan.

"Bahkan sepertinya jika digelindingkan pun dia juga tak akan bangun. Begitu pulas." Ibu kembali tertawa dan beranjak meninggalkan Fani yang masih tersesat dalam tidurnya itu.

Fani masih tersesat dan menghilang dalam mimpinya. Fani terbangun dan kaget saat melihat langit sudah gelap.

"Ah, kenapa aku baru terbangun pukul segini". Batin Fani.

"Biasanya Ibu selalu bangunin sebelum maghrib." Sambungnya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!