NovelToon NovelToon

Dear, My Hanna

Pagi

- *Hanna -

Seorang aritek muda yang sangat tertutup dari segi apapun. Dia juga mempunyai seorang kakak laki-laki yang sangat menyayanginya bahkan melebihi nyawanya sendiri.

Semuanya berjalan sesuai dengan keinginannya tetapi tidak berlaku untuk perihal percintaannya.

Kira-kira apa yang membuat Hanna mempunyai masalah dengan percintaannya*?

- Li -

Seorang pengusaha muda yang memulai segalanya dari sebuah misi. Bahkan awal mula bunga-bunga cintanya bersemi pun dari misi tersebut. Tetapi semua itu sirna disaat misinya berakhir dan mengubah sosok Li menjadi seperti yang sekarang.

Misi apa yang sebenarnya dijalani seorang Li hingga dia menjadi seperti yang sekarang?

- Brian -

Seorang arsitek gagal yang beralih profesi menjadi seorang dokter ternama demi sang adik. Bahkan rela meninggalkan kehidupan pribadinya demi menjaga adik kesayangannya.

Akankah semua usaha Brian demi sang adik berakhir bahagia?

🍀🍀🍀

"Hanna cepatlah, hari ini kakak ada operasi pagi" teriak seorang laki-laki sambil melepaskan sebuah apron dari tubuhnya. Dia adalah Brian, kakak kesayangan Hanna

Terdengar derap kaki dari arah lain yang sedang terburu-buru bahkan dia tidak memperhatikan kalau tangan dan wajahnya dipenuhi buih sabun.

"Kenapa kakak tidak bilang kalau hari ini ada operasi pagi, aku baru saja mencuci pakaian" saut si empunya nama.

Ketika sang kakak menyadari keadaan sang adik, dia pun segera menarik Hanna ke arah meja makan yang dimana sudah tersaji beberapa makanan di atasnya.

"Berani-beraninya kamu bermain air tanpa sarapan terlebih dahulu" ucap Brian kepada Hanna.

Inilah suasana di pagi hari dimana mereka mempunyai tugas masing-masing dikarenakan jauh dari kedua orangtuanya. Orangtua mereka saat ini tinggal di Jerman karena rumah sakit di sana tidak ada yang mengawasi sedangkan karena Hanna tidak terbiasa tinggal di sana, diapun lebih memilih tinggal di Indonesia. Mau tidak mau Brian pun menemani sang adik untuk tinggal di sini dan juga menggantikan sang Daddy mengurus rumah sakitnya di sini.

"Iya-iya aku akan sarapan tapi jangan ditarik-tarik begini dong, memangnya aku kerbau apa" tolak Hanna yang saat ini tangannya sedang ditarik oleh Brian.

"Kamu kuliah jam berapa? jam segini baru mencuci, kenapa tidak dilaundry saja nanti kamu lelah" ucap Brian menceramahi adiknya, dia memang paling tidak suka melihat adiknya bekerja terlalu keras, mungkin hanya untuk menyapu lantai pun dia melarangnya apalagi mencuci yang membutuhkan tenaga ekstra. "Biarkan saja pakaianmu di sana, nanti kan mba Sumi datang untuk membereskan rumah, lagi pula itu sudah pekerjaannya membereskan rumah ini" ucapnya lagi ke Hanna sambil memasukkan perlahan makanan ke dalam mulutnya.

"Tapi kan kasihan mba Sumi kalau semuanya dia yang mengerjakan. Kalau kakak buru-buru lebih baik berangkat saja terlebih dahulu, perlengkapan kakak sudah aku siapkan semua, aku akan berangkat tidak lama lagi,lagi pula aku ada kuliah pagi juga" saut Hanna ke Brian, kalau Hanna sudah mengucapkan kalimat panjangnya berarti itu sudah tidak bisa dinego lagi.

"Baiklah, kakak berangkat duluan nanti kamu sama pak Soleh ya berangkatnya" ucap Brian, setelah mendapat anggukkan kepala dari Hanna diapun bergegas untuk menuju rumah sakitnya.

Tidak lama mba Sumi pun tiba dengan menenteng beberapa kantong belanjaan di tangannya.

"Sini mba Hanna bantu" tawar Hanna ke mba Sumi

"Jangan-jangan non, non duduk manis saja disitu jangan dekat-dekat mba ya, itu kenapa dengan wajahnya non, kok banyak sabunnya?" tanya mba Sumi yang keheranan dengan wajah Hanna.

Seketika itu juga Hanna menyentuh wajahnya dan tersenyum kecil mengingat ulahnya. Dia pun bergegas untuk berangkat ke kampus, untuk masalah cucian biarlah nanti mba Sumi yang meneruskan soalnya sang Kakak sudah memberikan wejangannya pagi ini dan itu mutlak.

Kampus

Cuaca pagi ini sebenarnya cukup bersahabat, biasanya beberapa hari ini setiap pagi akan turun hujan maka dari itu Brian selalu cerewet terhadap Hanna karena memang dia mengkhawatirkannya.

"Non, sepertinya kita putar arah saja ya soalnya didepan sudah terlihat macet" saran pak Soleh pada Hanna, mungkin karena cuaca seperti ini juga penyebab jalanan hari ini sedikit macet.

"Baiklah pak, terserah Bapak saja waktu ku juga masih lama" jawab Hanna padanya.

Karena hari ini kami melewati jalan lain, Hanna pun melihat-lihat keluar arah jendela mobilnya. Memang cukup jarang mereka melewati jalan ini jadi Hanna sedikit antusias. Tetapi seketika Hanna pun menoleh ke belakang seakan-akan barangnya baru saja terjatuh di jalan.

" kenapa orang itu mirip sekali dengannya " batin Hanna

"Kenapa Non?" tanya pak Soleh ke Hanna. Karena dia juga bingung melihat majikannya tiba-tiba tersentak begitu saja melihat ke arah belakang.

"Tidak apa-apa pak, cuma aku seperti melihat teman lamaku saja" jawab Hanna

Mereka pun kembali melanjutkan perjalanannya dan tidak lama kemudian sampailah mereka di kampus Hanna.

"Bapak pulang saja ya, nanti kalau aku sudah selesai aku kabari ya" ucap Hanna pada pak Soleh dan beliaupun mengiyakan permintaan Hanna.

Hanna pun mulai memasuki halaman kampusnya karena hari ini baru saja selesai liburan semesternya. Saat ini Hanna baru memasuki semester 4. Disekitar kampus sudah banyak mahasiswa dan mahasiswi baik baru maupun angkatan lama sudah memenuhi kampus ini.

"Ddaarrrr" tiba-tiba dari arah belakang Hanna ada yang mengangetkannya dan itu adalah Silvy salah satu teman Hanna di kampus ini.

"Astaga kamu mengagetkanku saja" ucap Hanna yang terkaget akan ulah Silvy tadi.

"Kamu diantar kakak kamu?" tanya Silvy pada Hanna, mungkin itu salah satu alasan saja karena dia merupakan salah satu fansnya Brian.

" Tidak dia tadi berangkat duluan karena ada operasi pagi" jawab Hanna singkat karena dia sudah tidak sabar ingin ke kelasnya.

Sepanjang perjalanan tidak henti-hentinya Silvy bercerita tentang liburannya, dari mulai shopping maupun liburan yang hanya dia yang tahu. Karena hari ini baru saja dimulai perkuliahannya jadi masih tidak terlalu padat jadual hari ini dan mereka pun memutuskan untuk ke kantin terlebih dahulu.

"Eh Han, tadi aku lihat mahasiswa baru, tampangnya sempurna banget" celoteh Silvy dengan semangat dan Hanna pun hanya mendengarkan saja ceritanya.

"Benarkah?" tanya Hanna yang menimpali ucapan Silvy itu.

"Benar dong, masa kamu ga percaya sama mata aku sih Han, mata ini tidak bisa berbohong Hanna" ucapnya lagi dengan antusias.

Jangan ditanya perihal mata Silvy kalau melihat pria saja sudah bisa langsung menilai skala ketampanan orang itu, apalagi kalau dia sudah berceloteh seperti itu sudah pasti yang dilihatnya sudah sesuai dengan ucapannya.

"Terus kamu mau coba pendekatan Sil?" tanya Hanna padanya sambil memakan makanan yang tadi mereka beli.

Plllaakkkk

Seketika itu juga Hanna menyemburkan minuman yang baru saja masuk ke dalam mulutnya. Sudah bisa dibayangkan kan bagaimana keadaan mereka saat ini.

Uuuhhhuuukk..uuhuuukkk

Karena suara batuk itu juga rasanya seisi kantin itu langsung menoleh ke arah mereka.

"Gila kamu Silvy, untungnya minuman bukan keselek baso" ucap Hanna pada Silvy.

Sebenarnya Hanna pun sedikit kesal dengan ulah temannya ini karena tiba-tiba dia memukul bahu Hanna lumayan keras. Tapi apa sebenarnya yang Silvy lihat sampai dia terkejut seperti itu.

Ketika Hanna baru saja ingin melihat arah pandangan Silvy. Tiba-tiba saja pandangannya tertutup oleh tubuh seseorang dan secara perlahan Hanna pun mencoba melihat siapa tubuh orang yang menutupinya ini dan seketika itu juga Hanna terkejut dengan apa yang dilihat, sampai-sampai dia terduduk kembali di kursinya.

Kejutan

Pandangan Hanna masih terhalang oleh tubuh di hadapannya ini.

"Li" ucapnya pada orang itu

Sungguh Hanna terkejut melihat seseorang di depannya, seseorang yang tidak dilihatnya selama 2 tahun ini, terakhir setelah orang ini berpamitan padanya 2 tahun yang lalu.

Tunggu, berarti orang yang dilihat Hanna dijalan tadi benar dia. Ada rasa bahagia dirasakannya, tapi bahagia dalam arti hal apa?

"Lama kita gak berjumpa, berarti benar ya dunia ini sekecil daun kelor" ucapnya yang berusaha mencairkan keadaan saat ini.

Tiba-tiba terdengar suara tertawa seseorang di sekitar sini.

"Hahahhhaaaa...hhhaaaahhaa" tawa Silvy yang mendengar ucapan Li. " Ternyata kau bisa juga bercanda ya" ucapnya sambil memukul pelan lengan Li.

Li dan Hanna pun melihat tingkah laku Silvy yang sungguh aneh, yang Hanna tahu Li itu orang yang kaku bahkan untuk berbicara memakai beberapa kalimat pun terbilang jarang. Oh salah, Hanna memang tidak terlalu dekat dengan Li mungkin itu salah satu alasan Hanna mendeskripsikan Li seperti itu.

"Kalian sudah saling mengenal?" tanya Silvy kembali kepada mereka dan mereka pun saling tatap mendengar pertanyaan Silvy.

"Oh iya, ini Li" ucap Hanna pada Silvy sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal tetapi terasa merinding karena mengenalkan Li secara langsung pada Silvy, Hanna pun bingung menjelaskan Li itu sebagai apa.

Teman?

Oh tidak, jarak usia saja sudah terpaut jauh

Pacar?

Apalagi pacar, kenal pun secara kebetulan waktu dia magang di sekolahnya, bahkan Hanna mengenalnya sebagai penguntit.

Hanna melihat raut wajah Silvy yang diacuhkan oleh Li begitu saja.

"Aku duluan ya" ucap Li seketika yang mebuyarkan lamunan Hanna melihat sikapnya pada Silvy.

"Baiklah" balas Hanna padanya.

Hanna pun berusaha untuk mengobati rasa kecewa Silvy dengan cara menghiburnya tapi dengan apa, Hanna saja termasuk orang yang kaku dalam berbasa basi karena dia saja terlalu pendiam.

Akhirnya Hanna memutuskan untuk segera kembali ke kelas sambil menarik tangan Silvy.

"Ayolah Sil, sebentar lagi kan kita ada kelas, sudah lah masih banyak waktu" bujukku padanya

"Kenapa kamu tidak bilang kalau kenal padanya, kalau tahu kamu kenal kan aku tidak terlalu susah-susah untuk berkenalan dengannya, cukup bawa kamu saja" pinta Silvy pada Hanna sambil mengkerlingkan sebelah matanya.

Hanna pun sebenarnya berat untuk mengiyakan permintaan Silvy makanya dia lebih baik untuk tidak menjawabnya dan segera berlalu menuju kelasnya.

Akhirnya setelah sekian lama berada di kampus ini, semua mata pelajaran pun sudah selesai dan mereka pun bergegas untuk kembali. Tapi saat di tengah perjalanan dering ponsel Hanna berbunyi dan tertera nama Brian di layarnya.

"Hallo ka" jawab Hanna

" Han, nanti langsung ke rumah sakit ya, sudah berapa kali kamu melewatkannya " ucap Brian dari seberang sana.

" Aku baik-baik saja ka, untuk apa ke sana?" jawab Hanna lagi.

Tanpa ada balasan suara lagi, tiba-tiba panggilan itu terputus begitu saja dan Hanna pun menghembuskan kasar napasnya karena dia tahu apa yang akan dilakukan Brian.

"Siapa" tanya Silvy padanya

"Siapa lagi kalau bukan kakakku" jawab Hanna malas

Sebenarnya bukan karena Hanna kesal dengan Brian tetapi dia merasa sudah terlalu menyusahkan kakaknya selama ini. Sebenarnya kekhawatiran Brian sudah berlalu hanya saja dia tahu kakaknya itu takut kejadian dulu terulang kembali. Oleh karena itu, Brian sangat menjaga adiknya walaupun sebenarnya Hanna sudah baik-baik saja.

Akhirnya Silvy dan Hanna tiba di area parkir kampusnya dan lagi-lagi Silvy memukul bahu Hanna dengan kencang.

"Apa sih Sil, bisa ga sih ga pakai pukul-pukul?" ketus Hanna pada Silvy karena temannya yang satu ini sudah keterlaluan tapi yang ditanya malah mengkodekan matanya ke arah depan.

" Astaga " batin Hanna

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!