NovelToon NovelToon

Cupcake'S Love

#1

Sudah lebih dari dua tahun telah berlalu sejak kematian istrinya, Leona, karena penyakit kanker. Michael begitu terpukul dengan kepergian istrinya, terlebih saat itu usia putri kecil mereka (Lucy) masih kecil, yaitu 5 tahun. Meskipun belum mengerti betul bahwa sang ibu telah meninggal, Michael sering mengajak Lucy ke makam sang ibu dan mengatakan bahwa ibunya selalu melihat kegiatan mereka dari surga.

Setelah kematian istrinya, Michael memutuskan untuk pindah ke rumah orangtuanya agar ada yang membantu merawat Lucy. Michael yang sibuk mengurus perusahaannya, sering meninggalkan Lucy bersama kakek neneknya untuk pergi dinas ke luar kota bahkan ke luar negeri.

Suatu hari, Lidya (ibu Michael) mengajak cucunya ke sebuah toko kue yang baru saja dibuka. Mereka berencana membelikan kue ulang tahun untuk Michael. Sesampainya di toko Kue, Lucy sangat gembira melihat ada begitu banyak kue yang terlihat lezat dengan hiasan yang sangat indah diatasnya.

"Apa kami bisa memesan kue ini dengan menambahkan hiasan yang kita inginkan?" tanya Lidya

"Tentu saja, bu. Saya Sarah, pemilik toko kue ini, akan dengan senang hati menghias kue sesuai dengan keinginan ibu."

Ya, Sarah turun tangan langsung di toko kuenya. Dia membantu pegawainya menghias kue-kue yg dijual di tokonya.

"Lucy, hiasan apa yang cocok untuk kue papamu?" tanya Lidya

"Kuda poni, nek! Tapi princess Elsa juga bagus untuk hiasan kue papa." jawab Lucy.

Lidya dan Sarah pun tertawa.

"Apa papamu akan sangat menyukai kue dengan hiasan kuda poni?" tanya Sarah.

"Tentu saja, papa sering membelikanku barang-barang dengan gambar kuda poni. Papa pasti sangat menyukainya."

"Bagaimana kalo kita beri hiasan superhero untuk kue papamu? Anak laki-laki biasanya menyukai karakter superhero." tanya Sarah.

"Itu ide yang bagus!" Jawab Lucy gembira.

Sarah pun segera menghias cupcake polos dengan krim dan karakter superhero diatasnya. Lidya dan Lucy sangat menyukainya, mereka pun memberikan kejutan ulang tahun untuk Michael.

"Wow... kue ini bagus sekali!" Seru Michael.

"Tadinya aku minta hiasan kuda poni, tapi kata tante pemilik toko lebih bagus superhero. Apa papa menyukainya?"

"Tentu saja! Terima kasih banyak karena kamu dan nenek sudah memberi kejutan ulang tahun untuk papa" jawab Michael sambil mencium pipi Lucy.

"Selamat ulang tahun, papa. Lucy sangat sayang sama papa" kata Lucy sambil memeluk erat papanya.

Lucy pun telah menyiapkan kado utk papanya. Selembar gambarnya dengan ayahnya dg tulisan "I Love Papa". Lalu, dengan asik Lucy menikmati cupcake yang dia beli untuk papanya.

"Apa kau tak merasa kesepian, Mic?" tanya Eddy, ayah Michael.

"Tidak, pa. Aku punya Lucy, Papa dan Mama." jawab Michael sambil melihat Lucy yang belepotan maka kue.

"Carilah pengganti Leona, kau juga butuh seseorang untuk memperhatikan dan merawatmu", kata Eddy.

"Papamu benar, Mic. Mungkin sudah saatnya kau harus membuka hatimu kembali untuk wanita lain", tambah Lidya.

"Ma!" jawab Michael dengan Nada sedikit tinggi.

Setelah hari ulang tahun Michael, Lucy sering mengajak neneknya pergi ke toko kue Sarah sepulang sekolah. Dia sangat senang karena Sarah begitu ramah dan baik, Sarah juga selalu membuatkan cupcake sesuai dengan keinginan Lucy.

"Kalo aku sudah besar nanti, aku mau jadi seperti tante Sarah. Aku mau buatin tante kue dengan hiasan yg indah." celetuk Lucy.

"Benar ya, tante akan sangat menyukai kue buatan Lucy. Pasti sangat enak sekali", jawab Sarah bersemangat.

Lucy menjadi semakin dekat dengan Sarah. Lucy juga sering menceritakan tentang Sarah kepada papanya. Bahkan saat Lucy ulang tahun, Sarah yg dipercaya untuk membuatkan kue di pesta ulang tahunnya. Dan itulah saat pertama Micahel bertemu dengan Sarah.

Michael sempat tertegun saat awal bertemu dengan Sarah, Michael terpesona dengan kecantikan Sarah. Namun, Michael masih merasa berat untuk membuka hatinya kembali. Dia tidak mau ada yg menggantikan posisi Leona dihatinya. Sebab itulah Michael selalu bersikap dingin dengan wanita yang ditemuinya.

"Papaaaaa! Papa tidak mengucapkan terima kasih kepada tante Sarah? Dia udah buatin aku kue yang indaaaaahhhh sekali kan?" kata Lucy mengagetkan Michael.

"Ehhh..., iya. Terimakasih banyak Sarah, kerja yang bagus!" jawab Michael kaku.

"Sama-sama, pak. Saya juga sangat berterima kasih atas kepercayaannya kepada saya "

Setelah pertemuan itu, Michael tak pernah bertemu dengan Sarah lagi. Lucy selalu mengunjungi toko kue Sarah bersama neneknya, Lidya.

Hari itu, Lucy demam tinggi. Sejak pagi dia menolak untuk makan, dia terus merengek pergi ke toko kue Sarah. Dia ingin makan cupcake buatan Sarah.

"Mampirlah ke toko kue milik Sarah, Lucy ingin makan cupcake buatannya." kata Lidya ditelpon.

"OK Ma, aku akan mampir." jawab Michael.

Sesampainya di toko kue, mata Michael sibuk melihat sekeliling toko. Dia tidak melihat Sarah disana, lalu suara karyawan toko mengagetkan Michael.

"Ada yang bisa dibantu, pak?", ucap pelayan toko.

"Ohh... iya, tolong sepaket cupcake cokelat & red velvet ya"

"Baik pak, mohon tunggu sebentar."

"Apakah Sarah sudah pulang ke rumah?" tanya Michael ke karyawan toko.

"Dua hari ini ibu Sarah tidak ke toko, pak. Beliau harus ke luar kota karena kakaknya menikah."

"Ohh...." jawab Michael sambil mengangguk.

Setelah membeli cupcake, Michael segera pulang ke rumah. Dia begitu khawatir dengan kondisi Lucy yang makin terlihat pucat.

"Kau suka kuenya?" tanya Michael kepada Lucy yang sedang asik makan kuenya.

"Iya, pa. Kue buatan tante Sarah enak sekali." jawab Lucy sambil menjilat tangannya yg terkena krim. "Apa tante Sarah ada di toko, Pa?" lanjutnya.

"Tidak, tante Sarah sedang ke luar kota. Kakaknya akan menikah." jawab Michael sambil mengelap mulut Lucy yang belepotan.

"Yaaahhhhh... padahal aku sangat merindukannya." jawab Lucy dengan wajah sedih.

"Makanya, kamu harus segera sehat ya. Nanti kita main ke toko tante Sarah."

"Yeaaayyyy!" jawab Lucy kegirangan.

Ternyata malam harinya, keadaan Lucy makin parah. Badannya demam sampai menggigil. Michael yang panik segera membawa Lucy ke rumah sakit bersama kedua orangtuanya.

"Ada infeksi virus ditubuh Lucy, sebaiknya dirawat saja agar kondisinya segera membaik." kata dokter.

"Oke dokter, lakukan yg terbaik untuk Lucy." jawab Michael.

Jam menunjukkan pukul 2.15 dini hari ketika Lucy terbangun dan merengek meminta pulang ke rumah. Michael mencoba untuk menenangkan Lucy.

"Aku takut Papa... Aku ga mau sakit seperti Mama...." rengek Lucy.

Michael tak bisa berkata-kata, nampaknya Lucy masih mengingat ketika mamanya harus dirawat intensif karena penyakit kankernya.

"Tunggu matahari terbit ya, nak. Nanti kita pulang", jawab Michael menenangkan Lucy.

Pagi pun tiba, Lucy menagih janji papanya untukk segera pulang ke rumah. Michael pun tak bisa menolak, dokter mengijinkan Lucy pulang dengan syarat.

"Aku mau main sama tante Sarah. Aku mau bikin kue." celetuk Lucy dimobil dalam perjalanan pulang.

"Kan papa udah bilang kalo tante Sarah lagi ke luar kota." jawab Michael sembari tetap fokus menyetir mobil.

"Papa kan bisa bilang aku lagi sakit, tante pasti mau datang nengokin aku", rengek Lucy.

"Coba kau telpon atau temui Sarah, Mic. Mungkin hari ini dia sudah pulang." kata Lidya membela cucunya.

"Baiklah, ma. Nanti akan aku telpon."

Sesampainya di rumah, Michael mencoba menelpon Sarah. Dia menjadi ragu, takut jika sikap Lucy terlalu berlebihan dan merepotkan Sarah. Akhirnya Michael mengirimkan pesan utk Sarah, Michael takut jika menelpon akan mengganggu Sarah.

"Ini Michael, papa Lucy. Dia sedang sakit sekarang, dan merengek untuk bertemu denganmu. Apa kau bisa datang untuk menengoknya?"

Sarah yg sedang dalam perjalanan ke rumah bersama orangtuanya pun kaget, dia segera membalas pesan Michael dan meminta sopir taksi utk menepi.

"Pa... Ma... Sarah turun disini. Ada urusan sebentar." ucap Sarah sambil buru-buru merapikan barang bawaan ditasnya.

"Jangan pulang terlalu malam, kabarin kalo terjadi sesuatu ya." jawab Harry, papa Sarah.

"OK, pa." jawab Sarah sambil melambaikan tangan dan turun dari taksi.

"Hati-hati, sayang." teriak mamanya, Rachel.

Sarah hanya melambaikan tangannya, dia bergegas menyetop taksi. Michael sudah menunggu Sarah di depan rumahnya.

"Bagaimana keadaan Lucy, pak?" tanya Sarah seketika sampai di rumah Michael.

"Kondisinya sudah membaik, hanya saja dia terus merengek untuk bertemu denganmu. Maaf telah merepotkan. Mari masuk ke dalam." ucap Michael.

Setelah bertemu Sarah, Lucy menjadi lebih ceria. Dia mau makan banyak dengan disuapi oleh Sarah.

"Dia seperti anak yang sedang tidak sakit." ucap Michael kepada ibunya.

"Itu pertanda, Mic. Lucy sudah sangat dekat dengan Sarah, dia juga wanita yang baik. Sepertinya dia sangat cocok untuk menjadi ibu bagi Lucy." jawab Lidya sembari minum teh.

"Maaaaa... kenapa harus ngomong soal itu lagi sih?" jawab Michael sedikit marah.

"Mic, mama tau kamu begitu cinta sama Leona. Tapi tidak ada salahnya kan kalo sekarang kamu menikah lagi? Lucy butuh sosok seorang ibu dalam tumbuh kembangnya, kau juga butuh orang yang bisa jadi sandaran. Papa mama ga tau bakal sampai kapan bisa mendampingi Lucy dan kamu"

"Maaaa...." jawab Michael dengan agak melotot.

"Mamamu benar, Mic. Carilah pendamping lagi, agar Lucy dan kamu ga kesepian. Leona pasti juga sependapat dengan kita." ujar papanya sambil menepuk pundak Michael.

Michael tidak menjawab, dia pergi begitu saja menuju ruang kerjanya. Dia menjadi kesal karena kedua orangtuanya selalu memaksanya untuk menikah lagi. Dia menatap foto Leona di meja kerjanya.

"Haruskah aku melakukannya demi Lucy, sayang?" ujarnya lirih.

#2

Setelah kunjungan Sarah ke rumah, Michael semakin sering memikirkan perkataan kedua orangtuanya. Hingga suatu hari, dia menemukan diary yang berisi gambar dan sedikit tulisan Lucy. Michael mulai membuka dan membacanya.

"Aku senang membuat kue dengan tante Sarah"

"Aku senang tante Sarah datang untuk menengokku"

Ya, hampir semua tulisannya bercerita tentang betapa senangnya Lucy bersama Sarah. Michael pun membawa buku diary Lucy. Dengan tergesa-gesa, dia mengemudikan mobilnya menuju toko kue Sarah.

"Apakah Sarah ada disini?", tanya Michael kepada salah seorang karyawan toko.

"Ada pak, sedang menghias kue di belakang pak"

"Bisa tolong panggilkan? Aku akan menunggunya dekat jendela sebelah sana ya", kata Michael sambil menunjuk salah satu kursi.

Tak berapa lama, Sarah yg masih lengkap memakai apron datang menghampiri Michael.

"Ohh... pak Michael, ada apa pak?", tanya Sarah sambil tersenyum dan duduk di depan Michael.

"Ada sesuatu yang ingin aku katakan, apa kau sibuk?"

"Hmmm... tidak, pak. Ada apa?", tanya Sarah penuh penasaran.

"Apa kau... sedang dekat dengan seseorang?", tanya Michael dengan sedikit ragu.

Sarah kaget, "Hah? Tidak pak".

"Ada pacar?", tanya Michael makin tegas.

Sarah makin kebingungan, "Sebenernya ada apa ini, pak?"

"Tolong menikahlah denganku, ini demi Lucy"

Sarah sangat kaget mendengar apa yang baru saja dikatakan Michael, kenapa begitu tiba-tiba. Selama ini dia juga tidak ada perasaan terhadap Michael. "Apa... terjadi sesuatu terhadap Lucy?", tanya Sarah penasaran.

"Kalo sedang senggang bacalah buku ini, ini diary Lucy", kata Michael sambil menyodorkan buku kepada Sarah. "Dia begitu senang ketika bersamamu, dia tidak bisa segembira itu setelah kepergian ibunya", imbuh Michael.

Sarah mulai membuka buku diary Lucy, dia memperhatikan dengan seksama gambar dan tulisan yang Lucy buat. Kemudian terselip selembar tiket pementasan sekolah Lucy, Sarah mengambil tiket tersebut dan melihat ke arah Michael.

"Itu tiket pementasan Lucy di sekolah hari Sabtu besok. Jika kau bersedia, datanglah. Aku akan memberikanmu waktu untuk berpikir. Ini bukan demi aku saja, tapi sepenuhnya demi Lucy. Aku sangat memohon kepadamu"

"Aku akan memikirkannya", jawab Sarah dengan suara lirih.

Pertemuan dg Michael hari itu jelas membuat Sarah hilang konsentrasi. Dia tidak pernah menyangka akan terjadi hal seperti itu. Selama ini dia bersikap baik kepada Lucy karena memang dia menyukai anak-anak. Tapi mungkin bagi Lucy yang telah ditinggal oleh ibunya, perhatian Sarah punya makna berbeda baginya. Sarah terus memikirkannya dengan seksama, dia juga tak ingin keputusannya akan merugikan dirinya atau orang lain. Karena jika dia mengiyakannya, dia akan menikah dengan orang yang sama sekali belum dikenalnya secara mendalam.

"Bu Sarah, ada yg mencari", ucap seorang karyawan mengagetkannya.

"Ohh...iya, terimakasih", Sarah segera beranjak dr duduknya dan segera keluar. Dilihat ada teman semasa sekolahnya dulu, Denis yang datang sambil membawa bouquet bunga.

"Denis! Kapan balik kesini?", tanya Sarah sambil tersenyum lebar.

"Semalam. Aku udah pengen banget ketemu sama kamu", kata Denis sambil menyerahkan bouquet bunganya. "Ini untuk ucapan selamat karena akhirnya kamu buka toko kue juga. Maaf ya telat", ujar Denis sambil tertawa.

"Telat banget tau ga sih, udh hampir setahun baru datang"

"Aku kan sibuk bantu papa ngurusin kerjaannya di Belanda. Are you okay?", tanya Denis penasaran. "Kayak lagi sedih, atau bingung gitu. I don't know", lanjutnya.

"Hahahaha... Gapapa kok, cuma... agak capek aja"

Sarah dan Denis mengobrol panjang lebar disana, kemudian Denis mengantarkan Sarah pulang.

"Sabtu ini mau nonton ga?", tanya Denis sambil memegang pergelangan tangan Sarah yg hendak turun mobil.

"Hmm... maaf Denis, aku udah ada janji"

"Whoaaaa... kamu udah punya pacar? Siapa?"

"Aku masuk dulu ya, Den. Terimakasih banyak udah nganterin aku pulang, bye...", jawab Sarah mengabaikan pertanyaan Denis. Dia segera turun mobil & segera masuk ke dalam rumah.

*Keesokan harinya

"Pa... Ma... Sarah mau ngomong sesuatu", ucap Sarah saat sarapan bersama orangtuanya.

"Ada apa, nak? Kayaknya serius", tanya mamanya.

Sarah menghela nafas panjang, "Ada... seseorang yang melamar Sarah. Dia ingin Sarah menikah dengannya"

Kedua orangtuanya kaget. "Siapa dia? Sepertinya selama ini kamu ga keliatan lagi deket sama seseorang", tanya mamanya.

"Apa dia laki-laki yg baik?", tanya papanya penuh penasaran.

"Namanya Michael, aku mengenalnya setelah membuka toko kue. Dia seorang duda dengan satu anak. Putrinya sering mampir ke toko dan kami memang sangat dekat. Aku... akan mengenalkannya setelah papa mama memberikan restu", kata Sarah sedikit ragu.

Kedua orangtuanya saling menatap & tersenyum, "Suruh dia kemari ya", kata papanya.

Setelah selesai makan, Sarah segera menghubungi Michael.

"Halo, ada apa Sarah?", jawab Michael sambil memeriksa dokumen kerjaannya.

"Apa kau sibuk?"

"Enggak, aku cuma lagi memeriksa dokumen"

"Orangtuaku... ingin bertemu denganmu"

Michael kaget, seketika dia berhenti memeriksa dokumen. "Ka... kapan?", tanya Michael.

"Besok malam saja, sekalian jemput aku sebelum pergi ke pementasan Lucy"

Michael makin bingung, "Sarah... apa itu artinya... kau?"

"Aku mengiyakan permintaanmu, aku telah memikirkannya matang-matang"

"Ohh... oke, Sarah. Besok aku akan ke rumahmu lebih awal sebelum ke sekolah Lucy"

"OK, aku akan mengirimkan alamat rumahku"

Michael menjadi kebingungan, entah bagaimana dia harus bereaksi. Senangkah? Sedihkah?

Malam harinya sesampainya di rumah, Lidya menanyakan mengenai pementasan Lucy besok pagi.

"Kau akan datang kn, nak?"

"Iya, ma. Nanti papa mama duluan aja ke sekolah, aku ada urusan sebentar"

"Tapi pasti datang kan?"

"Iya ma, aku akan datang dengan seseorang"

"Siapa?", tanya Lidya sambil mencolek suaminya agar memperhatikan ucapan Michael.

"Seperti yang papa mama minta, besok akan aku kenalkan di sekolah Lucy saja", kata Michael sambil meninggalkan ruangan & menuju kamarnya.

"Kau dengar itu, sayang? Dia akan membawa calon istrinya ke sekolah Lucy", ucap Lidya.

"Cepat sekali berubahnya", ucap papanya sambil tersenyum sinis & mengganti chanel tv.

*Keesokan harinya*

Michael sedang dalam perjalanan ke rumah Sarah, selama perjalanan dia sibuk mempersiapkan diri untuk berkenalan dengan keluarga Sarah. Sesampainya di rumah Sarah, telponnya berdering. "Halo, Sarah. Aku sudah sampai di depan rumahmu"

"Oke. Eee.... Michael, kita tidak perlu mengarang cerita, aku sudah mengatakan yang sebenernya ke orangtuaku"

"Baiklah, aku akan segera masuk"

Sarah segera turun menyambut Michael dan mengenalkan kepada orangtuanya. Harry dan Rachel terlihat begitu menyukai Michael dengan postur tegap dan wajah tampannya.

"Kau bersungguh-sungguh ingin menikahi putriku?", tanya Harry.

"Iya, pak. Saya bersungguh-sungguh untuk meminang Sarah"

"Apa kau jatuh cinta kepada Sarah karena putri kecilmu?", tanya Lidya.

"Iya bu, karena Lucy. Dia begitu dekat dengan Sarah, dia juga begitu bahagia didekat Sarah. Sama bahagianya ketika dia bermain bersama ibunya dulu"

Harry dan Rachel menggangguk mendengar penjelasan Michael.

"Apa... bapak & ibu merestui saya untuk menikah dengan Sarah?"

"Ya, tentu saja. Sebagai orangtua, kami hanya bisa merestui. Nantinya kau yang akan bertanggung jawab sepenuhnya terhadap Sarah. Kami hanya berharap kau dapat memperlakukan Sarah dg baik", pinta Harry.

"Tentu, pak. Saya akan melakukannya"

"Sebaiknya kita segera mengatur pertemuan keluarga, kau juga belum bertemu kakak Sarah. Karena ini sangat mendadak, dia tidak bisa datang kesini", kata Rachel.

"Ohh... baik bu, akan saya sampaikan kepada orangtua saya mengenai jadwal pertemuan keluarga. Saya dan Sarah akan mengatur jadwalnya"

Setelah pertemuannya dg orangtua Sarah, Michael dan Sarah segera bergegas menuju sekolah Lucy. Sesampainya di parkiran sekolah,

"Aku sudah bilang pada orangtuaku akan memperkenalkan seseorang sebagai ibu baru Lucy, kau siapkan diri saja. Mungkin akan ada ekspresi berlebihan dari Lucy dan Mama", kata Michael sambil menarik pergelangan tangan Sarah yang akan keluar mobil.

Sarah hanya mengangguk. Kedua berjalan bersama menuju auditorium tempat pementasan Sarah. Michael segera menuju ke back stage untuk melihat persiapan Lucy. Dia dan teman-temannya akan tampil menari balet.

"Tanteeeeeee...", teriak Lucy kegirangan melihat kehadiran Sarah, dia segera berlari dan memeluk Sarah. Lucy terlihat makin lucu dengan kostum baletnya.

Kedua orangtua Michael tampak sangat terkejut ketika mengetahui bahwa wanita yg datang bersama Michael adalah Sarah. Lidya tak bisa menahan kebahagiannya, matanya langsung berkaca-kaca. Eddy mencoba menenangkan istrinya dg menepuk-nepuk bahunya.

"Kau cantik sekali, Lucy. Apa kamu sudah siap utk pementasannya?", tanya Sarah sambil melepaskan pelukan Lucy.

"Iya, tante. Aku dan teman-teman sudah berlatih dengan sangat giat", jawab Lucy sambil memperagakan gerakan plie. Semua merasa senang dan bertepuk tangan untuk Lucy. Michael pun ikut berjongkok agar menjadi sepadan dengan tinggi badan Lucy.

"Tante Sarah datang karena sangat ingin melihat penampilanmu, nantinya tante akan semakin sering melihatmu tampil dipementasan", ucap Michael sambil memegang kedua tangan Lucy.

"Oiya? Kenapa begitu, pa?"

"Papa akan segera menikah dengan tante Sarah. Dengan begitu, kau akan punya banyak waktu dg tante Sarah. Membuat kue, bermain, menari, belajar dan aktifitas lainnya", jawab Michael meyakinkan Lucy.

"Bernarkah? Yeeeeaaaayyyyy... aku akan punya mama lagi!", seru Lucy kegirangan.

"Segeralah bersiap-siap, kami akan menontonmu dikursi paling depan"

Lucy segera pergi berkumpul dengan teman-temannya. Sesekali dia menengok ke arah keluarganya dan melambaikan tangan. Lidya masih belum bisa menahan kebahagiaannya mendengar Michael akan menikah lagi. Dia berulang kali mengucapkan terimakasih kepada Sarah sambil membelai kedua pipi Sarah dengan kedua tangannya.

Pementasan sekolah pun dimulai. Sarah duduk disebelah Michael dan menikmati pertunjukan anak-anak. Saat tiba pertunjukkan Lucy dan teman-temannya, Sarah begitu terpukau melihat anak-anak menari balet dengan lincahnya. Sarah tersenyum lebar sambil bertepuk tangan. Michael mengambil ponselnya dan memotret Lucy beberapa kali. Michael mencoba mencuri pandang ke arah Sarah yang tak henti-hentinya tersenyum melihat pementasan balet Lucy dan teman-temannya. Michael mengarahkan ponselnya ke arah Sarah.

"Dia cantik sekali", ucap Michael dalam hati ketika melihat wajah ceria Sarah.

#3

Michael dan Sarah telah berdiskusi untuk pertemuan keluarga mereka. Sebelum acara pertemuan keluarga, Michael mengunjungi makam istrinya, Leona. Dia membawa bouquet bunga lili putih, bunga kesukaan istrinya.

"Kau tentu sudah tau kalo aku akan menikah lagi. Aku tidak begitu menginginkan pernikahan ini, tapi ini semua kulakukan demi Lucy. Kau mengerti kan sayang?", ujar Michael sambil meratap di makam istrinya.

Di rumah Sarah, semua sibuk dg persiapan acara pertemuan keluarga. Lois, kakak Sarah baru saja tiba di rumah bersama istrinya, Alice.

"Papa mama dimana?", tanya Lois sembari memeluk Sarah.

"Sedang di ruang tengah", jawab Sarah yang kemudian memeluk Alice. Mereka bergegas menuju ke ruang tengah.

"Akhirnya kalian tiba juga", ucap Rachel bahagia melihat putra dan menantunya datang.

"Tadi aku mengurus berkas dulu bu, jadi agak lama", jawab Lois.

"Berkas apa? Berkas cutimu ya?", tanya Harry.

"Bukan, pa. Aku mengurus berkas agar dapat pindah ke rumah sakit St. Mary disini", ucap Lois bahagia sambil menunjukkan berkasnya.

"Kita sepakat akan tinggal bersama papa dan mama disini. Karena setelah Sarah menikah, papa mama pasti akan sangat kesepian. Jadi... kami yg akan menemani", sambung Alice.

"Aaahhhh... senangnya kita ga lagi tinggal berjauhan", ucap Sarah sambil memeluk mamanya.

Keluarga Sarah melanjutkan persiapan karena waktunya sudah mepet. Tak berapa lama keluarga Michael datang dengan membawa parcel kue & buah. Sarah sudah berdiri di depan pintu untuk menyambut Michael dan keluarganya. Lucy langsung berlari ke arah Sarah dan memeluknya, Michael tertegun melihat keakraban Sarah dan anaknya. Lagi-lagi Michael terpesona dengan kecantikan Sarah. Dengan dress selutut berwarna peach dan rambut yg digerai, Sarah terlihat semakin cantik.

Kedua keluarga membaur jadi satu dan memperbincangkan rencana pernikahan Michael dan Sarah. Kedua orangtua mereka sepakat agar pernikahan digelar bulan depan. Sarah terkejut karena baginya ini terlalu cepat, Michael juga hanya terdiam. Seperti pasrah akan keputusan orangtuanya.

"Aku akan menolong Sarah menyiapkan segalanya", ucap Alice bersemangat.

Sarah hanya tersenyum dan mengangguk.

"Papa, kita harus ajak tante Sarah bertemu mama. Tante Sarah belum berkenalan dengan mama", celetuk Lucy sambil memeluk Sarah.

Semuanya terdiam dan saling menatap satu sama lain. "Ehh... iya nak, nanti kita kesana sama-sama ya", jawab Michael.

Dua hari setelah pertemuan keluarga, Sarah baru kembali ke toko kuenya. "Yeeaaayyy... ibu Sarah akhirnya ke toko juga", seru Lily, karyawan tokonya.

Sarah tersenyum. "Maaf telah merepotkan kalian untuk mengurus toko sendiri", ucap Sarah sambil meletakkan tas di meja kasir.

"Apa ibu Sarah sakit? Kemarin pak Denis datang kesini, katanya bu Sarah tidak mengangkat telpon atau membalas pesannya", kata Lily.

Sarah segera bergegas mengambil ponselnya. "Ya Tuhan, aku lupa ngabarin Denis", ucap Sarah sambil menepok jidatnya.

Saat Sarah akan menelpon Denis, Denis masuk ke toko dan menyapa Sarah dengan semangat.

"Waahhh... pemilik tokonya sudah disini rupanya", sapanya sambil tersenyum.

Sarah membalas senyum Denis. "Duduklah, ayo kita ngobrol sebentar", jawab Sarah sambil menuangkan cokelat panas dan mengambilkan croisant untuk Denis.

"Ada masalah apa? Ga biasanya kamu ga datang ke toko tanpa kabar yg jelas", tanya Denis lalu menyeruput cokelat panasnya.

"Ada... pertemuan keluarga, aku akan... segera menikah", ucap Sarah dengan suara pelan dan mengenggam tangannya.

Denis tersedak mendengar ucapan Sarah. Sarah segera mengambilkan Denis tisu untuk segera mengelap mulutnya.

"Apa? Kau bercanda?", tanya Denis sambil menyeka mulutnya. Sarah hanya menggelengkan kepalanya dan menatap Denis.

"Waahhh... banyak kemajuan sekali kau! Aku mengejarmu dari SMA tapi kau selalu menolakku. Saat kuliah kau juga tak berubah, terus menolakku. Aku tinggal satu tahun ke Belanda dan kini kau akan menikah? Waahhh... siapa dia? Hebat sekali dia bisa menaklukkanmu", Denis mulai mengomel, tak percaya dg apa yang barusan dikatakan Sarah.

"Kau pasti mengenalnya, namanya Michael William"

Denis makin terkejut mendengar nama yg disebutkan Sarah. "Hah? Michael pemilik hotel Belmond itu? Waahhh... Sarah, kau menolakku dan berpaling pada seorang duda ya?", ketus Denis sambil menggelengkan kepalanya, masih tak percaya dengan apa yang terjadi.

"Sejak kapan kau mengenalnya?", tanya Denis menginterogasi dengan mata agak melotot ke arah Sarah.

"Beberapa saat setelah aku membuka toko kue ini, anaknya sering berkunjung kesini dan dekat denganku", jawab Sarah dengan nada pelan.

"Waahhh... kau ini jatuh cinta sama Michael atau anaknya, hah? Aku masih ga habis pikir, Sarah", ucap Denis sambil menggelengkan kepala dan menyilangkan tangannya didadanya. "Kamu beneran jatuh cinta sama Michael? Dia duda loh, Sarah!".

"Udahlah Den, ga usah dibahas lagi. Aku udah yakin dengan keputusanku"

"Waahhhh... pesonaku dikalahkan oleh seorang duda", ucap Denis sambil menggelengkan kepala dan memakan croissant yang disuguhkan Sarah.

"Maaf bu Sarah, ponsel Anda dari tadi berdering terus", teriak Lily dari meja kasir. Sarah segera menuju meja kasir dan mengambil ponselnya. Ternyata Michael menelpon Sarah.

"Kau sedang sibuk?"

"Ehh... enggak, cuma sedang ngobrol sama teman", jawab Sarah sambil menggaruk lehernya.

"Luangkan waktu siang ini, aku akan menjemputmu di toko. Kau harus memilih design untuk tempat pestanya", ucap Michael sambil merapikan dokumen di mejanya.

"Baiklah". Setelah menutup telponnya, Sarah segera menghampiri Denis.

"Michael?", tanya Denis sambil mengunyah. Sarah hanya mengangguk.

"Dia cemburu kalo aku datang menemuimu?"

"Ehhh... enggak. Dia cuma bilang aku harus melihat lokasi untuk pernikahannya"

Denis segera menyeka mulut dan minum cokelat panasnya. "Kabari aku kalo ada apa-apa, jangan tiba-tiba mengejutkanku seperti ini", kata Denis dan segera pergi meninggalkan Sarah.

Sarah pun segera merapikan bekas makan Denis dan melanjutkan pekerjaannya di toko. Sebelum akhirnya Michael datang ke toko untuk menjemput Sarah.

"Sarah ada dimana?", tanya Michael kepada Lily yang sedang mengelap meja toko.

"Ohh... ada di dalam, pak. Silahkan duduk, akan saya panggilkan", ucap Lily & segera masuk ke dapur toko utk memanggil Sarah.

"Terimakasih", jawab Michael sambil duduk. Tak berapa lama Sarah keluar dari dapur dengan masih memakai apron dan tangan yg belepotan krim kue.

"Tunggu sebentar, aku akan bersiap", Michael hanya mengangguk. "Kau mau minum atau makan sesuatu?", tanya Sarah sambil mengelap tangannya dengan tisu.

"Tidak usah", jawab Michael singkat. Sarah segera masuk ke dalam dan bersiap. Tak berapa lama Sarah keluar dan segera pergi dg Michael. Sekeluarnya Michael & Sarah, para karyawan toko heboh membicarakan Sarah.

"Waahhh... bu Sarah beruntung sekali, hari ini sudah ada dua pria tampan yang menemuinya", ucap Lily.

"Tadi pagi aku mendengar sedikit perkataan bu Sarah & pak Denis, mereka seperti membahas soal pernikahan", ucap Ellen. Lily dan tiga orang karyawan toko lainnya terkejut.

"Bu Sarah akan menikah? Dengan yg mana? Pak Denis atau yang barusan?", tanya Lily penasaran.

"Entahlah, aku tidak begitu mendengar dengan jelas. Tapi sepertinya dengan yg barusan, karena mereka pergi bersama", tandas Ellen.

"Ya Tuhan... bu Sarah beruntung sekali. Pria barusan begitu tampan, dewasa, badannya jg kekar. Aku jg menginginkan pria yg seperi itu", ucap Lily sambil tersenyum & memejamkan matanya.

*Di tempat Wedding Organizer*

Sarah dan Michael sedang berdiskusi tentang konsep pernikahannya, Michael lebih banyak diam. "Sepertinya dia tidak tertarik", guman Sarah dalam hati.

Ketika telah selesai dan dalam perjalanan pulang, Sarah memberanikan diri utk bertanya kepada Michael.

"Kau... tidak tertarik ya dengan konsep pernikahan yang tadi dibahas?", tanya Sarah dengan suara pelan.

"Eng... Enggak... biasanya wanita yang lebih excited untuk mengurusnya kan? Dulu istriku juga seperti itu, aku hanya mengikutinya", jawab Michael sembari fokus menyetir.

"Ohh... ternyata memang dia seperti itu. Tapi kenapa tiba-tiba dia membahas istrinya yg telah meninggal?", gumam Sarah dalam hati.

Hari silih berganti, Sarah menyiapkan persiapan pernikahannya dengan dibantu kakak iparnya, Alice. Sarah merasa lebih nyaman bersama Alice karena bisa diajak untuk berdiskusi dan memberi masukan. Dibandingkan dengan Michael yg hanya diam saja dan membosankan. Michael hanya menghubungi Sarah untuk bertanya mengenai persiapan pernikahan. Selain itu, Michael tidak pernah menghubungi Sarah untuk sekedar menanyakan kabar atau pekerjaan. Hal itulah yang membuat Sarah menjadi ragu ketika mendekati hari H. Dia ragu akan keputusannya menikahi Michael adalah keputusan yg salah. Sarah segera mengambil ponselnya & mengirimkan pesan kepada Michael.

"Apa kau sedang sibuk?"

"Lumayan. Aku masih di kantor"

"Aku akan datang ke kantormu, ada yg ingin aku katakan"

Michael segera menghubungi petugas di lobi kantornya. "Kalo ada seorang wanita bernama Sarah ingin menemuiku, perbolehkan dia masuk".

"Baik, pak", jawab petugas lobi.

Tak berapa lama Sarah masuk ke kantor Michael. Dilihatnya ada banyak berkas di meja Michael, "Dia pasti sangat sibuk. Apa aku harus mengatakannya sekarang?", gumamnya dalam hati.

"Ada apa?", tanya Michael sambil terus fokus mengecek dokumen di mejanya tanpa menatap Sarah.

Sarah yg merasa diabaikan pun menjadi kesal. "Sepertinya aku keberatan dg pernikahan ini. Aku pikir masih ada waktu utk membatalkannya, waktunya masih 8 hari lagi kan?", ucap Sarah kesal.

Michael terkejut dengan ucapan Sarah, dia bingung kenapa tiba-tiba Sarah berkata seperti itu. Michael segera meletakkan pulpen dan dokumennya, dia berdiri dari kursinya dan menghampiri Sarah.

"Kenapa tiba-tiba berubah pikiran? Kau sendiri kan yang memutuskan untuk menerima lamaranku?", tanya Michael dengan nada sedikit jengkel.

"Ya, aku yang mengambil keputusan itu. Waktu itu karna alasan utamaku hanya Lucy. Aku tidak mempedulikan gimana nantinya aku harus hidup denganmu", jawab Sarah dengan mata yg berkaca-kaca.

"Apa kau akan terus mengabaikanku seperti ini? Apa kau akan bahagia dengan pernikahan yg pura-pura ini?", imbuh Sarah dengan nada yang tinggi & menenteskan air mata.

Michael bingung bagaimana seharusnya dia merespon Sarah. Emosinya sudah memuncak setelah mendengar perkataan Sarah.

"Ya... aku meminta kau menikah denganku karena Lucy. Kau cukup perhatikan Lucy saja, aku tidak memaksamu utk mencintaiku juga. Kenapa sekarang kau menuntut perhatian terhadapku?", jawab Michael kesal.

Sarah makin sakit hati mendengar perkataan Michael. Air matanya makin tak bisa dibendung dan mengalir deras. "Carilah wanita lain!", ucap Sarah sambil menyeka air matanya dg tangan dan berbalik untuk meninggalkan Michael.

"Kau sudah berjanji dengan lucy, Sarah!", teriak Michael. Perkataan Michael langsung menghentikan kaki Sarah. Michael segera mendekati Sarah dr belakang. "Apa kau tega menyakiti hati seorang anak yang sangat menginginkanmu untuk menjadi ibunya?", imbuh Michael.

Air mata Sarah makin tak tertahankan, dia menangis sejadi-jadinya. Michael segera menarik badan Sarah dan memeluknya.

"Ku mohon Sarah", pinta Michael sambil memeluk erat Sarah.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!