NovelToon NovelToon

MENIKAH DENGAN GADIS POLOS

01

"Duduklah!" perintah Jianathan, atau biasa di panggil Ji, pria berusia 25 tahun, sambil menepuk sebelah pahanya.

Mempersilakan Zivilando, atau biasa dipanggil Zi, gadis yang juga masih berusia 25 tahun, dimana baru saja menyandang status sebagai istrinya, untuk duduk di satu pahanya tersebut.

"Plak!" Zi memukul paha Ji. "Begini?"

"Dasar bodoh! Duduk, bukan di pukul!"

"Oh, aku kira kamu minta di pukul,"

"Dasar dodol!"

"Enak dong, mau rasa apa?"

"Rasa bunga pasir!"

"Emang pasir berbunga?"

"Ada, nanti aku bawakan untukmu!" jawab Ji kesal, tak lupa menatap Zi sambil menggelengkan kepalanya, bisa bisanya ia mau menikahinya, yang ia tahu, Zi sangat polos dan juga memiliki kelainan yang begitu aneh menurut Ji.

Bagaimana tidak aneh, Ji yang sedari kecil sudah mengenal Zi, bukan hanya mengenalnya saja, tapi keduanya sudah seperti saudara kembar.

Karena mami dari Ji, sudah menganggap Zi sebagai putrinya sendiri, dan mengurusnya, karena mami dari Ji dan papa dari Zi adalah sahabat baik.

Apa lagi, Zi di tinggal sang mama untuk selamanya ketika baru lahir.

Dan itu yang membuat Ji sangat mengenal Zi yang sekarang sudah menyandang status sebagai istrinya, dimana Zi memiliki kelakuan aneh, karena selalu muntah ketika melihat pasangan yang sedang bermesraan, entah itu secara langsung atau pun di layar televisi dan ponsel.

"Asyik, pasti bunga pasir sangat indah, iya kan Ji?" tanya Zi yang tidak tahu, bunga pasir itu apa. "Kalau boleh tahu, warnanya apa? Merah? Kuning? Hijau atau..."

"Mejekuhibiniu," sambung Ji memotong perkataan dari Zi.

"Wow, pasti sangat indah,"

"Indah matamu!" gerutu Ji, dan kembali menepuk sebelah pahanya. "Duduk!"

"Ogah,"

"Hei, kamu sekarang sudah menjadi istriku, apa kamu lupa itu, hah?!"

"Tidak, aku tidak lupa, kita memang sudah menjadi suami istri, tapi apa kamu lupa, yang kemarin kamu katakan sebelum kita menikah," Zi mengingatkan Ji, dan duduk di pinggiran tempat tidur tidak jauh dari sang suami.

Dimana keduanya menikah hanya karena kedua orang tua mereka, yang menjodohkannya.

Dan Ji juga mengatakan pada Zi, sehari sebelum keduanya menikah. Jika Ji berjanji tidak akan menyentuh Zi, selama keduanya masih menyandang status suami istri tanpa waktu yang di tentukan.

"Oh itu," sambung Ji dan menoleh pada Zi, yang juga sedang menatap kearahnya. "Itu kan kemarin, berbeda dengan malam ini," ucap Ji sambil mengukir senyum ke arah Zi, dan menggeser bokongnya untuk duduk mendekati sang istri.

"Ji, jangan macam-macam ya, aku..." Zi tidak jadi meneruskan ucapannya, karena sang suami keburu memeluknya, bukan hanya memeluknya, tapi juga mencium sebelah pipinya. "Uwek! Ji!" kesal Zi, yang langsung melepas pelukan Ji, dan beranjak dari duduknya. "Uwek!" Zi pun langsung berlari menuju ke kamar mandi, untuk mengeluarkan isi perutnya, hal aneh yang selalu ia alami, dan semakin menjadi hingga saat ini, ketika ada yang berlaku mesra padanya, seperti apa yang sang suami lakukan barusan.

"Dasar aneh, aku kira sudah berubah," ucap Ji yang mengetahui keanehan pada Zi, dan apa yang baru saja di lakukannya, hanya ingin mencari tahu, Zi yang sekarang sama dengan Zi yang dulu atau tidak, dan ternyata masih sama.

Lalu ia mengambil ponsel miliknya yang berdering di kantong celana. Dan mengangkatnya sekilas sebelum memasukkannya ke tempatnya semula.

Ji pun segera beranjak dari duduknya, dengan tatapan tertuju pada Zi yang baru kembali.

"Cepat amat, sudah muntah?"

"Tidak jadi," jawab Zi, yang entah mengapa untuk pertama kalinya, ia tidak jadi muntah setelah di cium oleh seorang pria, padahal beberapa kali dulu Ji pernah menciumnya sebelum keduanya resmi menjadi suami istri, membuat Zi muntah-muntah.

"Bagus, mungkin keanehan kamu sudah hilang," sambung Ji dan melangkahkan kakinya untuk keluar dari dalam kamar.

"Mau ke mana Ji?"

"Tidak usah bertanya!"

"Pasti mau menemui Bela,"

Mendengar kata Bela dari mulut sang istri, membuat Ji menghentikan langkah kakinya, lalu membalik tubuhnya untuk mengandap pada Zi.

"Jangan bilang pada mami,"

"Tidak janji," sambung Zi, yang sangat tahu, jika Bela adalah kekasih dari Ji sang suami. "Kecuali kamu membawakan bunga pasir untuk aku, oke!"

Belum juga Ji menimpali ucapan dari sang istri, pintu kamar keduanya di buka dari luar olah mami Jane, mami dari Ji.

"Zi, Ji. Makan malam sudah siap, kita makan malam dulu," ajak mami Jane, yang masih terlihat modis di usianya yang tidak muda lagi.

"Oke Tante," sambung Zi yang langsung mendapat pelototan dari mami Jane.

"Ya Tuhan, panggil mami bukan Tante, sayang,"

"Ya maaf Tante, belum terbiasa,"

"Tuh kan, tante lagi,"

"Oh maaf Mami,"

"Nah bagus, yuk kita makan malam,"

"Ayuk, aku juga sudah lapar," sambung Zi, yang langsung menghampiri mami Jane, dan tidak segan-segan memeluk lengannya, karena mami Jane adalah orang yang begitu spesial bagi Zi, karena sejak kecil ia sudah dekat dengannya.

"Kenapa kamu masih diam disini?" tanya mami Jane pada sang putra, karena Ji masih diam di tempatnya.

"Ji ingin menemui Bela, Mi,"

"Apa?!"

Bersambung...................

Disarankan untuk membaca novel HOT DUDA VS HOT JANDA terlebih dahulu ya guys, agar mengenal lebih jauh siapa Zi.

Terima kasih, dan selamat membaca.

02

"Apa!" teriak mami Jane lagi, ketika sang menantu menyebut nama Bela, yang ia tahu adalah mantan kekasih sang putra, tentu saja wanita yang tidak ia sukai. Hingga ia memaksa Ji sang putra untuk menikah dengan Zi.

Tentu saja mendengar apa yang di katakan oleh Zi, membuat Ji langsung melotot kearah sang istri, dimana Zi sedang nyengir kuda, karena sudah keceplosan menyebut nama Bela, yang ia tahu, sang suami masih memiliki hubungan dengan wanita yang berprofesi sebagai model.

"Ya ampun, Mi. Aku salah ucap, Ji ingin menemui Bernad, kenapa aku bilang Bela, ish mulut," Zi meralat ucapannya, sambil memukul mulutnya sendiri, karena ia sudah berjanji pada Ji sang suami, untuk merahasiakan hubungannya dengan Bela.

"Ya ampun, mami kira apa yang kamu katakan sungguhan," ucap Mami Jane dan menghela nafasnya lega, setelah sang menantu meralat ucapannya.

"Tentu saja tidak Mi, yuk makan malam, aku sudah sangat lapar," ajak Zi.

"Kamu ke ruang makan dulu sayang, papi sudah menunggu kamu disana.

"Oke, Mi," Zi pun langsung meninggalkan mami Jane dan juga Ji, menuju ruang makan, karena memang ia sudah sangat lapar dan ingin segera makan malam.

Setelah kepergian Zi, mami Jane langsung menatap pada sang putra yang masih berdiri di tempatnya.

"Katakan pada mami, kamu sudah tidak lagi memiliki hubungan dengan Bela kan, Ji?" tanya mami Jane penuh selidik.

"Sesuai perintah Mami, dan aku sudah lama memutus hubungan dengannya," jawab Ji bohong, karena ia tahu kedua orang tuanya tidak menyukai Bela yang masih menyandang status sebagai kekasihnya. Di mana ia dan juga Bela sudah menjalin hubungan lebih dari lima tahun.

"Bagus, awas saja jika mami tahu kamu dan Bela masih menjalin hubungan!"

"Oke Mi, aku pergi dulu ya, Bernad sudah menunggu aku,"

"Tidak makan malam dulu?"

"Tidak sempat Mi, aku sedang ada bisnis dengannya,"

"Tapi ada yang ingin mami katakan padamu dan juga Zi,"

"Besok pagi saja, Mi," kata Ji yang langsung mencium sebelah pipi mami Jane, lalu pergi meninggalkannya.

Sementara itu di ruang makan, Zi berbicang dengan papi Jona, pria yang masih terlihat gagah dan juga tampan di usia yang tidak muda lagi.

"Zi," panggil papi Jona setelah selesai berbicang dengan gadis yang sangat ia kenal, karena sejak Zi lahir ke dunia tanpa mengenal sosok seorang ibu, papi Jona sudah menganggapnya sebagai putrinya sendiri karena seringnya sang istri bersama dengan Zi, dan akhirnya ia begitu bahagia gadis yang duduk tidak jauh darinya, sekarang sudah menyandang status sebagai menantunya, dan papi Jona berjanji, akan selalu memastikan Zi bahagia dengan Ji sang putra.

"Iya Pi,"

"Papi ada hadiah untuk kamu,"

"Apa itu Pi?" tanya Zi sambil menatap ke arah papi Jona.

"Ini," papi Jona langsung menyodorkan sebuah amplop ke arah Zi. "Bukalah,"

"Ish, Papi jangan repot-repot kenapa, uang aku banyak, tidak usah memberi aku uang," ucap Zi yang mengira amplop yang di sedorkan kearahnya berisi uang.

Papi Jona langsung tersenyum mendengar apa yang di katakan oleh sang menantu. "Papi tahu, kamu seorang desainer, dan papi tahu uang kamu banyak, tapi buka dulu amplop itu," pinta papi Jona, yang paham betul, jika menantunya tersebut adalah seorang desainer ternama, dan memiliki brand yang cukup terkenal, bukan hanya di dalam negeri tapi juga di luar negeri.

Tentu saja Zi langsung membuka amplop tersebut, yang di dalamnya terdapat tiket trip bulan madu.

"Pi, bulan madu?" tanya Zi setelah membuka amplop tersebut.

"Iya,"

"Untuk apa?" tanya Zi, yang tidak tahu apa itu fungsi bulan madu, meskipun ia sering mendengar kata tersebut, tapi ia tidak ingin mengerti lebih jauh, karena dunianya di bidang desainer lebih menyenangkan di banding harus mengenal hal lainnya.

"Ya untuk kamu dan juga Ji dong,"

"Aku tidak membutuhkan pergi ke bulan dan juga minum madu, Papi tahu, aku takut ketinggian, dan aku juga tidak suka madu,"

Papi Jona langsung menggelengkan kepalanya dan tersenyum, mendengar apa yang dikatakan oleh sang menantu, bisa bisanya di usianya yang sudah menginjak dua puluh lima tahun, tidak tahu apa itu bulan madu, meskipun papi Jona tahu, Zi dari kecil sudah berbeda dengan anak yang lainnya.

"Ya Tuhan sayang, bukan pergi ke bulan dan juga minum madu," sambung mami Jane yang baru ikut bergabung di ruang makan. "Bulan madu itu, liburan ke tempat tertentu setelah menikah, agar eksekusi melakukan anu lebih wow begitu,"

"Eksekusi melakukan anu itu apa Mi?" tanya Zi polos.

"Sayang, kamu salah bicara," sahut papi Jona pada sang istri.

"Oh iya mami lupa, menantu kita kan sedikit oon,"

Bersambung................

Pasti kalian tahulah siapa papi Jona dan juga mami Jane, sahabat baik dari papa Zi.

03

"Hus, kalau bicara," ujar papi Jona untuk menimpali ucapan sang istri yang mengatakan jika Zi sedikit oon, meskipun papi Jona tahu menantunya tersebut memang sangat luar biasanya lemotnya, dan harus ekstrak sabar jika bicara dengannya.

Tapi meskipun begitu, papi Jona dan juga mami Jane sangat menyayangi Zi.

"Maaf sayang, mami keceplosan, meskipun Zi sedikit oon, mami sangat menyayanginya, iya kan sayang," kata mami Jane pada Zi, ketika ia masih berdiri tepat di sampingnya.

"Aku juga menyayangi mami," sambung Zi, dan tidak peduli dengan ucapan mami Jane yang mengatakan dirinya sedikit oon, dan ia pun langsung memeluk pinggang wanita yang sedari dulu ia panggil tante, tapi sekarang ia panggil mami.

"Untung menantu kita sedikit oon, jadi kamu bicara yang macam-macam tidak di ambil hati olehnya," kini papi Jona yang bicara seperti, membuat mami Jane langsung menaruh jari telunjuknya, tepat di bibirnya, mengisyaratkan sang suami untuk tidak bicara lagi. "Jangan menggoda papi, aku gigit bibir kamu baru tahu rasa,"

"Mau dong, sayang," sahut mami Jane sambil mengedipkan sebelah matanya untuk menggoda sang suami yang sangat di cintainya.

"Ish, Mami. Masa bibirnya mau di gigit oleh Papi, sakit tahu. Aku saja sedang makan bibirnya tidak sengaja tergigit saja sakit," sahut Zi, untuk menimpali ucapan dari mami Jane.

"Ih kamu, enak tahu bibirnya di gigit, coba nanti kamu suruh Ji menggigit bibir kamu, pasti rasanya geli-geli gimana gitu, ada gejolak aneh dari dalam tubuh kamu,"

"Mami aneh, yang ada sakit lah, dan aku tidak mau,"

"Coba saja dulu,"

"Tidak mau,"

"Kalau kamu tidak mencobanya bagaimana kamu akan tahu, pokoknya nanti setelah Ji pulang, kamu suruh dia menggigit bibir kamu, dan buktikan apa yang baru saja mami katakan benar atau tidak, oke!"

"Benar apa yang di katakan oleh mami kamu, biar kamu membuktikan sendiri, bagaimana rasanya bibirnya digigit," sambung papi Jona membenarkan ucapan dari sang istri.

"Masa sih Mi, Pi?" tanya Zi yang sedikit terbujuk oleh perkataan kedua mertuanya tersebut.

"Benar dong,"

"Tuh dengarkan mami kamu," sambung papi Jona.

Dan kini Zi melepas kedua tangan nya yang masih memeluk pinggang mami Jane, lalu menatap kearahnya.

"Coba mami gigit bibir aku," pinta Zi.

Membuat mami Jane menatap ke arah sang suami sambil menggelengkan kepalanya, setelah mendengar apa yang dikatakan oleh sang menantu.

"Tidak bisa dong, bibir Mami hanya milik papi," sahut papi Jona.

"Milik Papi dari mana, bibir Mami yang hanya milik Mami lah," sahut Zi. "Coba Mi gigit bibir aku,"

"Zi sayangnya mami, tidak di perbolehkan sesama perempuan saling menggigit bibir, dan itu hanya berlaku untuk pria dan wanita, contohnya mami dan juga Papi, kamu dan juga Ji," kata mami Jane, berharap sang menantu mengerti apa yang di katakannya, meskipun itu mustahil.

"Ish Mami, siapa yang membuat peraturan itu coba,"

"Entahlah mami juga tidak tahu, lebih baik kita makan malam, mami sangat lapar, apa lagi bicara sama kamu, tambah semakin lapar, jangan sampai mami memakan kamu," ujar mami Jane, yang tidak ingin memperpanjang pembicaraannya dengan Zi, yang membutuhkan ekstra sabar.

"Oke Mi, aku juga sangat lapar, apa lagi mendengar apa yang mami katakan, yang sama sekali tidak aku mengerti,"

"Itu karena kamu dodol," sahut papi Jona yang langsung menutup mulutnya sekilas, dan kini menatap pada Zi sang menantu sambil tersenyum. "Lupakan apa yang papi katakan,"

"Emang papi mengatakan apa?" tanya Zi setelah menghentikan sejenak mengunyah makanan di dalam mulutnya.

"Tidak ada, hanya angin lewat," jawab papi Jona tak lupa menghela nafasnya lega, karena sang menantu tidak mendengar apa yang baru saja di katakannya.

Bersambung...........

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!