NovelToon NovelToon

Eternity Love

Bertemu Satya

Ting… tong…

Aku mendengar ada seseorang yang menekan bel di pintu pagar rumah dan memutuskan untuk segera membuka pintu rumahku. Aku begitu terkejut dan seluruh tubuhku langsung gemetaran saat melihat empat orang pria berbadan besar sudah berdiri di depan pagar rumahku.

“Nona Ananda Saputra, Anda harus ikut dengan kami.” Salah satu dari keempat pria itu memintaku untuk mengikuti mereka. Mendengar perkataannya, aku merasa cemas dan segera menyalakan voice note WhatsApp untuk dikirim kepada Ibuku.

“Kalian siapa? Kenapa kalian bisa tahu nama saya?” tanyaku bingung.

“Nona, tolong ikut kami ke mobil sekarang. Jika Anda tidak mau melakukannya, maka kami akan menggunakan kekerasan untuk membawa Anda bersama dengan kami,” sahut pria yang lain.

“Ok, aku akan ikut dengan kalian. Tapi kalian harus beri tahu siapa yang memerintahkan kalian untuk melakukan ini?” tanyaku yang masih ketakutan.

“Anda akan tahu setelah tiba di sana nanti.”

Aku pun mengunci pintu rumahku dan menutup pintu pagar sebelum pergi bersama dengan keempat pria itu. Setelah itu, aku masuk ke dalam sebuah mobil yang besar, mobil Alphard keluaran terbaru yang berwarna putih, bersama dengan keempat pria tadi yang mengawasiku seperti bodyguard pribadi.

Tidak lama kemudian, kami sampai di depan sebuah kluster berwarna putih yang begitu megah bak Istana. Keempat pria itu mengajak aku untuk masuk ke dalam rumah itu dan menyerahkan aku kepada seorang pria yang sedang bersantai duduk di sofa ruang tamu.

“Tuan muda,” panggil keempat pria itu.

“Pergilah.” Keempat pria itu langsung menghilang dari rumah. Sekarang hanya tinggal aku dan pria misterius ini yang berada di ruang tamu.

“Siapa kamu? Kenapa aku dibawa ke tempat ini?” tanyaku penasaran.

“Ikut aku dan kamu akan tahu,” jawab pria itu sembari bangkit berdiri dari sofanya. Kemudian, aku mengikuti langkahnya menaiki lift pribadinya untuk menuju ke kamar pria ini.

“Ananda Saputra, apa yang sudah kamu lakukan untuk membuat Ayahku memaksaku untuk menikah denganmu?” tanya pria itu begitu kami masuk ke dalam kamarnya.

“Apa maksud kamu?” sahutku dengan nada heran. Aku tidak mengerti apa yang sedang dia tanyakan padaku.

”Jangan berpura-pura bodoh! Kamu kira aku tidak tahu kalau kamu ingin menikahiku supaya bisa menikmati kekayaanku?” tanyanya dengan mimik wajah yang masih begitu mencurigaiku.

“Pertama, aku tidak tahu apa-apa. Aku tidak tahu kenapa aku berada di sini saat ini dan berbicara dengan pria asing yang menanyakan sesuatu yang tidak bisa aku jawab karena aku tidak tahu jawaban dari pertanyaannya.”

Aku menghela napas panjang dan menutup kedua mataku. Aku masih berharap semua yang terjadi saat ini hanyalah sebuah mimpi.

“Kamu benar, kita berdua memang tidak saling mengenal. Namaku Satya Adiratma, jadi kamu pasti mengenal Ayahku.”

“Siapa Ayahmu?” tanyaku penasaran.

”Kamu masih saja berpura-pura tidak tahu apa pun. Baiklah, aku tidak akan memaksamu bicara. Kamu hanya perlu tidur denganku malam ini.”

Satya berbicara dengan nada kesal sambil menatap tajam tepat ke arah kedua bola mataku.

“Apa? Tidur denganmu? Apa kamu sudah gila?”

Aku langsung melangkah mundur sejauh mungkin dari tempatnya berdiri.

“Kenapa? Kamu yang mau menikah denganku, apa bedanya tidur denganku malam ini atau pada saat malam pernikahan kita?” sahut Satya sambil tersenyum licik.

“Satya, kamu adalah orang termesum yang pernah aku temui,” kataku setengah berteriak.

“Dan kamu adalah orang yang paling serakah yang pernah aku temui.”

“Kamu ga berhak buat fitnah aku kayak gitu.” Aku mengelak sambil memelototi pria yang berdiri di hadapanku sekarang.

“Dan kamu juga ga berhak buat pura-pura bodoh setelah menjilat Ayahku,” kata Satya sambil menatap tajam ke arahku, seolah-olah ia akan memakanku saat ini.

“Aku bahkan tidak tahu siapa Ayahmu, kenapa kamu begitu bersikeras seolah-olah aku yang ingin menikah denganmu?” tanyaku tidak terima.

“Ananda, berhentilah membual! Kamu tidak akan pernah bisa membohongiku,” kata Satya dengan nada tegas.

“Satya, berhentilah memfitnah orang lain! Apalagi orang asing yang tidak tahu apa-apa tentangmu.”

Setelah mengatakan kalimat itu, aku langsung memegang gagang pintu rumahnya untuk segera pergi dari kamarnya. Sialnya, pintu kamarnya menggunakan password sehingga tidak mungkin bisa kubuka.

“Kamu tidak akan bisa keluar dari sini, kecuali jika aku mengizinkanmu,” kata Satya sambil tersenyum tipis.

“Apa kamu sudah gila? Aku datang ke sini dengan tangan kosong, jika aku tidak boleh keluar dari sini, berarti aku harus terus tinggal di kamar ini bersama denganmu?” tanyaku dengan nada tinggi.

“Kamu yang gila karena berhasil mengatur Ayahku.”

“Ayo tidur,” ajak Satya sambil berjalan menghampiriku dengan senyuman liciknya.

“Apa yang mau kamu lakukan?” tanyaku yang langsung menutupi dadaku dengan kedua tanganku.

“Jangan mendekat!" bentakku kepadanya.

“Ayolah, jangan malu. Jangan pura-pura menolakku,” bujuk Satya yang sudah berdiri tepat di hadapan aku yang sudah terpojok di tembok. Jarak di antara kami hanya 1 cm saja saat ini.

“Aku memang tidak seharusnya datang ke sini,” kataku sambil menutup kedua mataku, mempersiapkan diriku untuk sebuah kemungkinan terburuk yang bisa terjadi pada malam ini.

Namun, setelah beberapa saat, tidak ada pergerakkan apa pun dari Satya. Aku pun membuka kedua mataku dan melihat Satya yang meraih sebuah map dan pena yang terletak di atas meja di dekat tempat kami berdiri.

“Tanda tangani ini,” kata Satya sambil menyodorkan map dan pena itu kepadaku.

Surat Perjanjian Kontrak?, batinku penasaran.

Nomor 1. Istri harus selalu menuruti perkataan Suami. Jika melanggar, maka akan diberikan hukuman. Yang benar saja, keluhku dalam hati.

Nomor 2. Istri harus memasak makan siang dan membawakannya ke ruangan kerja Suami setiap hari. Dia kerja setiap hari termasuk hari minggu? tanyaku dalam hati.

Nomor 3. Istri harus selalu menemani Suami setiap kali Suami memintanya, jika menolak sekali saja, maka Suami berhak mengusir Istri dari rumah.

Dia memang sudah gila, gerutuku dalam hati.

Setelah membaca ketiga perintah ini, aku langsung tidak ingin membaca peraturan yang keempat dan seterusnya.

“Apa ini? Kenapa semua peraturannya tidak masuk akal?” tanyaku tidak terima.

”Pernikahan kita akan dilaksanakan dua hari lagi. Undangan sudah dibagikan ke semua tamu. Nanti kamu harus berperilaku seperti orang kaya, jangan sampai mempermalukan keluargaku,” ancam Satya.

“Apa? Tunggu, semua ini tidak masuk akal,” sahutku dengan nada gelisah. Aku merasa begitu frustasi sekarang.

“Aku sudah menyampaikan semua yang harus aku sampaikan kepadamu. Setelah kau tanda tangani kontrak itu, kau boleh melakukan apa saja di sini selama tidak melanggar peraturan yang tertulis di kontrak,” kata Satya sambil berjalan menuju ke kamar mandi.

“Alasanku menahanmu di rumahku supaya kamu tidak perlu repot-repot mempersiapkan apa pun. Semuanya sudah disiapkan khusus untukmu, jadi diamlah di sini sampai hari pernikahan kita,” imbuh Satya menegaskan.

Bersambung……

Halo readers, pertama-tama Author mau bilang terima kasih udah mampir ke novel ini. Jangan lupa beri dukungan untuk novel ini melalui comment, like, dan tambahkan buku ini ke rak buku kalian ya kalau suka! Thank you ❤

Kedua, jika kalian mau memberikan kritik & saran bisa langsung comment aja bagian mana yang masih perlu author perbaiki lagi.

Terakhir, buat kalian yang tertarik dengan tulisan Author, boleh banget follow IG Author @bellakristyc_ yaa. Di sana Author bakal bagi-bagi tips menulis juga.

Di Rumah Satya

Selama Satya mandi, aku kembali membaca peraturan-peraturan lainnya yang tertulis di dalam surat perjanjian kontrak pernikahan antara aku dengan Satya. Namun, aku tahu bahwa tidak ada jalan keluar lain saat ini. Jadi, aku menandatangani surat itu tanpa berpikir panjang.

Yang penting selama aku menjadi Istrinya, dia akan memenuhi semua kebutuhanku. Itu sudah cukup, Ananda. Kamu tidak bisa terlalu berharap kepada Satya. Apalagi berharap bahwa pernikahan ini bisa menjadi pernikahan yang indah seperti pernikahan orang-orang, kataku dalam hati.

Aku pernah mendengar kalimat motivasi seperti palsukan sampai kepalsuan itu menjadi kenyataan, sehingga aku memaksakan senyum di bibirku supaya senyumku yang berarti kebahagiaan bisa menjadi kenyataan di dalam hidupku.

“Kenapa senyum-senyum sendiri? Kamu seneng banget ya bisa menikah sama aku?” tanya Satya yang masih berdiri di depan pintu kamar mandi.

“Satya, urus aja urusan kamu sendiri,” sahutku dengan nada tegas.

“Ok, tapi kamu harus mandi sekarang. Jangan sampai kamarku yang luas ini jadi bau gara-gara kamu belum mandi.” Satya berjalan ke arahku sambil tersenyum tipis.

“Aku udah bilang. Aku datang ke sini ga bawa apa-apa. Mana bisa aku mandi sekarang?” tanyaku kesal.

“Di dalem ada sikat gigi, odol, sabun mandi, sabun muka, sampo, hair dryer, hair conditioner-”

“Tapi ga ada baju wanita,” timpalku dengan nada kesal.

“Oh, ada. Ada di kamar sebelah,” kata Satya.

“Kamu serius?” tanyaku tidak percaya. Satya mengangguk dan langsung keluar dari kamar.

Sudah 10 menit berlalu, tapi ia belum kembali juga. Aku mulai bosan dan akhirnya aku memutuskan untuk mengelilingi kamarnya.

Kamar ini sangat luas dan interiornya begitu mewah. Ada kasur berukuran king size yang nyaman dan empuk. Dia pasti mengimpor kasur ini dari luar negeri. Di seberang kasurnya juga ada sofa berukuran besar dengan bantal-bantal yang juga besar yang bisa dipakai untuk bersantai atau tidur.

Ada juga lampu dan lampu tidur di atas kasurnya. Setelah itu, aku melihat-lihat ke sisi kiri di mana terdapat walk-in-closet yang sangat megah.

Ada lemari yang tingginya mencapai 2 meter untuk menyimpan pakaian dan tas. Ada juga sebuah meja kaca di tengah-tengahnya untuk menyimpan dasi, kacamata, ikat pinggang, dan jam tangan, serta laci yang digunakan untuk menyimpan sepatu.

Ternyata begini isi kamar orang kaya, kataku dalam hati.

“Kamu mau pake yang mana?” tanya Satya yang tiba-tiba sudah berdiri tepat di belakangku.

“Yang ini aja.”

Aku langsung mengambil setelan piyama berwarna merah tua yang ada di tangan kanannya.

“Yakin ga mau pake ini?” Satya mengangkat lingerie yang ada di tangan kirinya sambil menatap ke arahku.

”Dasar mesum,” gerutuku yang langsung pergi ke kamar mandi dan mengunci pintu kamar mandi supaya Satya tidak bisa berpikir mesum lagi terhadapku.

“Cantik,” ucap Satya pelan. Aku berusaha untuk mengabaikan pujiannya barusan.

“Hei,” panggil Satya.

“Apa?” sahutku ketus.

“Kamu mau ke mana?” Satya mengangkat kedua alisnya.

“Ke sofa,” jawabku sembari duduk di atas sofa.

”Kamu ga mau tidur di kasur?” tanya Satya sembari mengernyitkan dahinya.

“Ga usah, makasih,” sahutku sambil tersenyum.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

“Ibu… aku kedinginan,” kataku dengan tubuh yang menggigil. Satya yang masih belum bisa tidur kemudian bangkit dari kasurnya dan berjalan ke arahku untuk memeriksa suhu tubuhku.

“Bodoh! Kenapa kamu ga minta aku buat turunin suhu AC kalo kamu ga bisa tahan dingin?” tanya Satya sambil menggelengkan kepalanya. Ia berjalan ke kasurnya untuk mengambil selimutnya dan mematikan AC. Setelah itu, ia segera menyelimuti tubuhku yang kedinginan.

“Tolong jangan tinggalin aku,” kataku yang langsung memegang lengan kanan Satya saat ia hendak kembali ke kasurnya. Satya pun mengangkat kepalaku dari atas bantal dan ia duduk di sebelahku. Ia meletakkan kepalaku ke pundaknya untuk menemaniku. Tidak lama kemudian, kami berdua sudah tertidur lelap.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

“Kenapa aku bisa tidur berdua dengannya?” tanya Satya heran. Ia berusaha mengingat-ingat kejadian semalam.

“Aaaaa!” teriakku kaget saat melihat kepalaku tersandar di pundaknya.

“Apa?” tanya Satya kesal.

“Kenapa kamu bisa ada di sofa? Kenapa aku bisa nyender di pundak kamu?” sahutku bingung.

“Kamu lupa? Kamu sendiri yang minta aku buat temenin kamu di sofa,” jawab Satya mengingatkan.

“Maaf, aku baru sadar.” Aku langsung memukul keningku sendiri.

“Awas, aku mau mandi,” kata Satya sambil bangkit berdiri dan menuju ke kamar mandi dengan langkah tergesa-gesa. Ia keluar dari kamar mandi memakai kemeja putih dan celana abu-abu. Kemudian, Satya segera memilih setelan jas berwarna abu-abu dan jam tangan yang berwarna abu-abu hitam serta sepasang sepatu pantovel berwarna cokelat tua.

“Selama aku di kantor, tolong jangan bikin masalah di rumah. Kamu boleh lakuin apa aja, tapi jangan keluar dari rumah sebelum izin sama aku. Password pintu kamar ini 020690.”

Setelah itu, Satya langsung keluar dari kamarnya untuk berangkat ke perusahaan miliknya.

“Berada di sini memang enak, sayangnya rasanya seperti tahanan yang punya segalanya,” kataku sambil menghela napas.

Aku bingung ingin melakukan apa, jadi aku menyalakan ponselku dan mengecek WhatsApp-ku. Satu pesan yang kudapatkan dari Ibuku hanyalah ‘maafkan Ibu, Nanda’.

Aku memang kecewa, tapi tidak ada yang bisa kulakukan selain menerima kenyataan bahwa besok aku sudah harus menikah dengan Satya.

Hanya saja, aku tidak mengerti mengapa Ibuku tidak menjelaskan apa pun kepadaku. Entah hanya aku yang merasa semua hal yang terjadi kepadaku saat ini tidak masuk akal atau memang segalanya terjadi begitu tiba-tiba.

Akhirnya aku memutuskan untuk mengelilingi seisi rumah Satya. Begitu aku membuka pintu kamarnya, aku langsung menemukan kamar lain di sebelah kiri kamarnya. Kamar itu seperti kamar pada umumnya, hanya saja di dalam lemarinya terdapat pakaian-pakaian wanita.

Aku tidak begitu tertarik dengan kamar ini sehingga aku mencari ruangan lain yang masih berada di lantai 2 ini.

Saat aku ingin turun ke lantai 1 menggunakan lift, di sebelahnya terdapat ruangan lain. Aku penasaran dan ingin melangkah masuk ke dalamnya, tapi masuk ke dalam sana pun harus menggunakan kartu.

Akhirnya aku mengurungkan niatku untuk masuk ke dalam ruangan itu dan menuju ke ruang tamu menggunakan lift.

Di ruang tamu, terpampang jelas foto-foto karya para seniman yang begitu indah dengan harga jual yang sudah pasti sangat mahal. Selain itu, di lemari-lemari pajangan dipajang foto-foto keluarga Satya.

“Jadi, orang ini Ayahnya. Mukanya memang familiar, tapi aku yakin aku gak kenal sama Ayahnya.”

Di depan ruang tamu, ada pintu lain yang menuju ke taman dan kolam renang yang juga memerlukan kartu akses untuk masuk ke dalamnya. Bahkan di pintu seberang ruang tamu, ada pintu lainnya yang menuju ke lapangan golf yang juga membutuhkan kartu akses.

Aku pun menggelengkan kepalaku dan naik ke lantai 3 memakai lift. Di lantai 3, terdapat 10 kamar yang tidak ditempati. Selain itu, masih ada bioskop dan ruang karaoke private yang juga memerlukan kartu akses untuk masuk ke dalamnya.

“Benar-benar gila, di rumah sebesar ini hanya ada dia seorang. Untuk apa memakai begitu banyak kartu akses?” tanyaku sambil menggelengkan kepala.

“Kenapa? Kamu mau kartunya?” sahut Satya yang entah sejak kapan sudah berdiri di belakangku sambil memegang kartu akses di tangan kirinya.

“Kapan kamu pulang?” tanyaku kaget.

“Barusan,” jawab Satya datar. Wajahnya tampak sangat lelah kali ini.

“Istirahatlah, besok kita akan menikah secara resmi,” imbuh Satya sambil tersenyum licik.

Bersambung……

Halo readers, pertama-tama Author mau bilang terima kasih udah mampir ke novel ini. Jangan lupa beri dukungan untuk novel ini melalui comment, like, dan tambahkan buku ini ke rak buku kalian ya kalau suka! Thank you ❤

Kedua, jika kalian mau memberikan kritik & saran bisa langsung comment aja bagian mana yang masih perlu author perbaiki lagi.

Terakhir, buat kalian yang tertarik dengan tulisan Author, boleh banget follow IG Author @bellakristyc_ yaa. Di sana Author bakal bagi-bagi tips menulis juga.

Hari Pernikahan

Pesta pernikahanku dengan Satya berlangsung di sebuah hotel mewah di Jakarta. Ada begitu banyak tamu undangan yang hadir, sekitar 2000 orang. Sebagian besar merupakan rekan bisnis keluarga Satya, sebagian merupakan kerabat dan teman-teman Satya, sisanya adalah keluarga inti dan teman-teman terdekatku.

Acara pernikahan kami berlangsung seperti acara pernikahan pada umumnya, namun kami melewatkan sesi menyampaikan pesan untuk satu sama lain karena aku dan Satya memang tidak begitu mengenal satu dengan yang lain. Sekarang waktunya para tamu undangan untuk memberi ucapan selamat kepada kami.

“Selamat, ya. Semoga kalian hidup bahagia dan cepat dapat momongan,” kata salah seorang rekan bisnis Satya yang sudah berumur sambil menyalami tangan kami berdua dengan wajahnya yang terlihat sangat bahagia.

“Amin. Makasih, Bu.”

“Selamat, Satya. Akhirnya kamu menikah sama perempuan yang cantik.”

“Makasih banyak, Pak,” sahut Satya sambil menyalami tangan kanan orang itu. Aku pun ikut menyalami pria itu.

“Selamat buat kalian berdua. Satya itu cowo yang diluar keliatan dingin padahal aslinya lucu,” kata seorang teman pria Satya.

“Ananda, kamu beruntung banget bisa menikah sama Satya. Semoga nanti Satya bisa memperlakukan kamu dengan sangat baik,” celetuk teman wanita Satya yang lain.

“Pasti, lu tenang aja,” kata Satya dengan nada tegas. Dan masih banyak lagi ucapan selamat lain yang disampaikan oleh tamu undangan yang lainnya.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Acara pernikahanku dengan Satya sudah selesai dan kami berada di sebuah kamar yang sudah dihiasi khusus untuk pengantin baru. Aku melepaskan semua perhiasan dan sepatu hak yang kupakai. Saat aku melepas gaun pengantinku, aku melihat darah yang sudah ada pada pakaian dalamku. Aku segera mengambil setelan piyama yang ada di dalam tas koperku.

“Kamu kecapean?” tanya Satya tanpa menatap ke arahku.

“Iya,” jawabku sambil mengangguk.

“Uh, kamu bisa tolong ambilin…” Aku ragu untuk melanjutkan kalimatku.

“Kenapa? Bilang aja,” sahut Satya dengan santai.

“Aku boleh minta tolong kamu ambilin pembalut yang ada di dalam tas di depan kamu?” pintaku lirih. Ia langsung bangkit berdiri dan mengambilkan benda itu. Lalu, Satya memberikannya kepadaku dengan wajahnya yang menatap ke arah yang berlawanan dengan tempatku berdiri.

“Nih.”

“Makasih,” kataku yang langsung berlari ke kamar mandi untuk memakainya.

“Sayang banget kamu menstruasi hari ini, padahal aku mau-”

“Jangan macem-macem, ya” timpalku dengan nada tegas.

“Kita udah resmi jadi Suami Istri. Seharusnya aku berhak macem-macem sama kamu,” kata Satya memperingatkan status kami saat ini. Ia berjalan mendekat ke arahku sambil tersenyum licik. Saat ini, aku sudah terpojok di ujung kasur. Sementara itu, Satya segera memegang kedua tanganku dan membaringkan tubuhku ke atas kasur dengan lembut.

“Kamu mau ngapain?” tanyaku gelisah. Aku langsung menutup kedua mataku saat wajahnya sudah tepat berada di atasku.

“Selamat malam, Sayang.”

Setelah mengucapkan kalimat itu, Satya langsung mencium bibir istrinya dengan lembut.

“Jangan lupa perjanjian kontrak nomor 11, kita harus saling memanggil satu sama lain dengan sebutan sayang,” kata Satya sembari bangkit berdiri. Kemudian, ia berjalan menuju ke kamar mandi.

"Dasar nyebelin, cium orang seenaknya!" gerutuku pelan.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Aku terbangun saat waktu menunjukkan pukul 2 subuh. Aku menatap wajah pria yang berada di sebelah kananku saat ini. Wajahnya terlihat tenang, tapi tiba-tiba tangan kanannya memegang tangan kiriku.

"Satya!" seruku karena aku begitu terkejut dengan gerakannya yang tiba-tiba.

"Hmm."

“Kenapa kamu masih belum tidur?” tanyaku penasaran.

“Aku memang selalu susah tidur setiap malam,” jawabnya dengan suara serak.

“Jadi, kamu tidur berapa jam setiap hari?” sahutku bingung.

”3-4 jam, paling lama 5 jam.” Satya mengusap kedua matanya.

“Sayang, peluk aku," pintanya sambil memelas kepadaku.

“Kamu 'kan udah pake selimut."

Satya menatap wajahku sembari menyingkirkan selimutnya ke lantai.

"Ok, aku peluk kamu. Tapi kamu hadap belakang, jangan hadap ke sini," kataku dengan nada tegas.

"Kenapa? Aku terlalu ganteng buat kamu?" tanya Satya dengan wajahnya yang terlihat sumringah.

"Terserah kamu aja," sahutku kesal. Aku pun menaruh lengan kiriku di lehernya dan lengan kananku di punggungnya. Satya terlihat nyaman dan langsung tertidur lelap di dekapanku. Kali ini malah jantungku yang deg-degan sampai aku tidak bisa tidur.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

"Sebenernya kamu ganteng, tapi sayangnya kamu nyebelin. Aneh juga kalau dipikir-pikir. Seharusnya kamu ga usah nikah sama aku, tapi kenapa kamu malah culik aku ke sini dan tetap mau menikah sama aku?" tanyaku sambil menghela napas panjang.

"Kata kamu aku yang mengatur Ayah kamu supaya aku bisa menikah sama kamu, tapi kamu salah. Aku tidak kenal Ayahmu. Aku tidak kenal kamu. Aku juga tidak kenal keluargamu. Walaupun aku menjelaskannya kepadamu, kamu tidak akan percaya kepadaku."

"Sayang," panggil Satya dengan lembut.

"Hah?" Aku langsung terpingkal karena terkejut dirinya tiba-tiba terbangun dari tidurnya.

"Ayo mandi." Satya langsung bangkit berdiri dari kasur.

"Aku udah mandi," kataku polos.

"Kalau gitu, ayo temenin aku mandi," ajak Satya.

"Satya, walaupun kita Suami Istri, tapi kamu sendiri yang suruh aku tandatanganin surat perjanjian kontrak. Jadi, lebih baik kalau kita menjaga jarak dan hidup seperti biasa," sahutku dengan tegas.

"Ok, kita bisa menjaga jarak kalau tidak ada orang lain yang melihat. Apa yang kamu maksud dari hidup seperti biasa?" tanya Satya sambil menatap tajam ke arahku.

"Kamu ga tahu, tapi aku seorang penulis novel. Aku juga ga tahu pekerjaan kamu, jadi kita tetap berkarier masing-masing seperti biasa."

"Oh, pantas kamu suka halu," cetus Satya sambil tersenyum tipis.

"Setidaknya aku dapat uang dari berhalu," sahutku dengan percaya diri. Satya hanya mengangguk dan berjalan menuju ke kamar mandinya.

Setelah ia selesai mandi dan memakai pakaian formalnya, ia pun turun ke garasinya untuk berangkat ke kantor. Dan aku harus mengikutinya karena memang begitulah perjanjian yang tertulis di surat kontrak.

"Jangan lupa, nanti siang bawakan aku makan siang ke kantor," kata Satya mengingatkan.

"Iya, bawel." Satya tertawa pelan mendengar komplenanku. Ia pun mengeluarkan dua buah kartu berwarna hitam dan memberikannya kepadaku.

"Satu untuk kartu akses di rumah ini. Satu lagi untuk kamu belanja," kata Satya sambil mengelus kepalaku.

"Bye, Sayang."

Satya mencium keningku dan menaiki mobil sport BMW 320i untuk berangkat ke kantornya. Sementara aku masih mematung di dalam garasi rumahnya karena tidak tahu ingin melakukan apa di rumah sebesar ini seorang diri.

Bersambung……

Halo readers, pertama-tama Author mau bilang terima kasih udah mampir ke novel ini. Jangan lupa beri dukungan untuk novel ini melalui comment, like, dan tambahkan buku ini ke rak buku kalian ya kalau suka! Thank you ❤

Kedua, jika kalian mau memberikan kritik & saran bisa langsung comment aja bagian mana yang masih perlu author perbaiki lagi.

Terakhir, buat kalian yang tertarik dengan tulisan Author, boleh banget follow IG Author @bellakristyc_ yaa. Di sana Author bakal bagi-bagi tips menulis juga.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!