Arai Zen, seorang pelajar normal yang menduduki bangku sekolah menengah keatas. Ia tak memiliki kelebihan tertentu yang membuatnya tak terlalu terkenal di sekolahnya.
Ia lebih suka menyendiri sambil membaca novel di waktu luangnya. Bukan berarti dia anti sosial. Ia masih memiliki teman namun tak terlalu dekat karena sikapnya.
Keseharian Zen cukup berbeda dengan siswa normal, setelah sekolah, biasanya siswa akan pergi untuk bersenang-senang dengan temannya maupun sendiri.
Namun Zen berbeda, setelah pulang sekolah, ia langsung menuju ke tempat pelatihan pedang. Ya, dojo kendo, ia memiliki hobi untuk bermain pedang, ia bermimpi dapat menggunakan pedang seperti cerita-cerita di novel yang ia baca setiap hari.
Setelah berlatih berpedang, ia juga akan pergi ke gym pribadi milik keluarganya. Karena Zen terlahir dikeluarga yang sangat kaya membuatnya tak perlu susah-susah untuk memikirkan biaya, dan ia bisa melakukan apa yang ia mau.
Meskipun begitu, Zen tak pernah terpikirkan untuk membesarkan badan, dan hanya berfokus untuk memperkuat tubuh dan badannya agar dapat bergerak dengan gesit.
Di suatu malam, saat ia sedang jogging, dijalan ia berpapasan dengan sekelompok preman yang tengah mabuk. Karena mereka dalam keadaan mabuk, salah satu preman menyenggol Zen hingga preman tersebut terjatuh.
Melihat salah satu anggota mereka terjatuh karena Zen, para preman itu pun menyerang Zen menggunakan botol alkohol yang mereka bawa.
Namun Zen dengan mudah menghindari serangan para preman itu tanpa panik sedikitpun, hal itu dikarenakan Zen sudah sering terlibat baku hantam dengan preman, geng motor, bahkan gangster membuatnya tak takut sama
sekali.
5 menit kemudian, seluruh preman tersebut ditumbangkan oleh Zen tanpa terkena serangan sekalipun. Setelah mengalahkan para preman itu, Zen pun kembali jogging sambil memikirkan mengenai karakter utama novel yang ia baca.
'Hmm, sebanyak apapun aku berlatih aku tak akan bisa mengalahkan sekelompok tentara lengkap dengan perlengkapan. Aku juga tak mungkin selamat jika jantungku tertusuk pedang, tak selamat juga jika tertembak di kepala, hal yang sama juga terjadi jika aku dibom.
Andai saja aku memiliki tubuh yang bisa menahan bahkan bom atom sekalipun, kecepatan yang melebihi kecepatan peluru, sihir yang dapat mengendalikan elemen-elemen.'
Zen pun terhenti dijalan sambil menatap bintang-bintang di gelapnya langit malam sambil melamun.
Tiba-tiba ia mendengar sebuah klakson dari arah belakangnya. Seketika ia pun menoleh kebelakang, dan ternyata sebuah truk yang mengalami rem blong telah berada 1 meter dibelakangnya.
BRUAKKK!
Zen pun tertabrak truk tersebut dan terpental beberapa meter, disaat ia merasakan kalau sebagian besar tulang ditubuhnya telah remuk, tak berhenti disitu, ia melihat bahwa truk tersebut masih melaju kearahnya.
Crashh!
***
"Hahh-hahh~ Di-dimana aku."
Dengan nafas yang tak beraturan, Zen terbangun di sebuah tempat berwarna putih, seperti di atas awan.
"Yo anak muda." Terdengar suara pria yang memanggil dirinya.
Saat Zen menoleh ke sumber suara tersebut, ia melihat sesosok pria tampan berambut pirang yang tengah duduk disebuah singgasana.
"S-siapa kau? Juga bukannya aku sudah mati beberapa saat yang lalu?"
"Kau benar, kamu telah mati karena terlindas truk beberapa saat yang lalu. Dan untukku, gampangnya aku adalah seorang dewa."
"Dewa? Jadi kau benar-benar ada, jadi apakah aku masuk surga atau neraka?"
"Heh, kau anak yang menarik, biasanya orang lain akan panik atau menangis karena mereka telah mati. Namun kau langsung to the point."
"Ya, bahkan jika aku menangis pun apakah aku akan dihidupkan lagi? Tentu tidak kan. Jadi tak ada gunanya aku melakukan hal itu. Jadi bagaimana dengan pertanyaanku?"
"Coba kau tebak, apakah kau masuk surga atau neraka, jika kau berhasil menebaknya, aku akan memberimu sedikit hadiah.
Kau sering menghajar para berandalan yang sering kau temui, hal itu adalah nilai positif, namun kau juga sering tak mempedulikan sekitarmu dan hanya melakukan apa yang kau mau, gampangannya kau itu egois, itu hal negatif.
"Emm, aku tak tahu, namun jika kau bisa aku ingin reinkarnasi didunia lain seperti cerita-cerita yang sering ku baca."
"..."
"Bhahahaha, kau benar, kamu tidak akan masuk neraka maupun surga, tetapi kau akan dihidupkan didunia lain."
'Eh, padahal aku hanya mengungkapkan keinginanku.'
"Sesuai janjiku aku akan memberimu hadiah."
"Hadiah? Apa itu?"
"Yah, ingatanmu didunia ini tak akan hilang, dan kau akan tetap bisa mengingatnya. Dan kau bisa meminta 2 permintaan, tentunya harus masuk akal."
"Ingatan? Apa itu tak apa? Sebenarnya ingatan saja sudah cukup bagus, namun jika aku bisa meminta 2 permintaan aku akan meminta tubuh yang kuat, dan terlahir dikeluarga kaya."
"Itu saja?"
"Yah, aku tak mau hidup di lingkaran kemiskinan."
"Ya, itu terserah kamu sih, kalau begitu aku akan memulai proses reinkarnasimu, aku juga akan menambahkan sedikit hal yang akan membantumu agar tak mati dengan cepat."
Sesaat, tangan dewa tersebut bercahaya, dan Zen pun tak bisa melihat apa-apa karena silau. Dan saat pengelihatannya membaik, ia sudah ada ditubuh seorang bayi laki-laki, juga ia melihat bahwa ia sedang digendong oleh seorang perempuan.
"Lihat sayang, anak ini sangat mirip denganmu, aku yakin ia akan menjadi sosok yang hebat sepertimu."
"Hahaha, tentu saja dia adalah anakku."
***
6 Tahun kemudian...
Dalam waktu ini, Zen banyak mengetahui seluk beluk mengenai dunia ini. Di dunia ini tak ada nama yang pasti seperti 'bumi' Namun ada nama untuk benua yang saat ini Zen berada yaitu benua Eurasia. Dimana terdapat 4 Kerajaan yang berkuasa di benua ini.
Setiap kerajaannya sebenarnya tak memiliki hubungan baik, namun dikarenakan mereka bisa memanfaatkan satu sama lain, mereka pun tidak menampakkan permusuhan itu ke publik.
Seperti kerajaan manusia, memanfaatkan bangsa dwarf yang terkenal dalam penempaan untuk membuatkan berbagai perlengkapan yang digunakan untuk keperluan manusia. Sebagai gantinya, manusia memberikan mereka emas dalam jumlah besar, karena dwarf sendiri memiliki rasa cinta yang tinggi terhadap material berharga seperti emas dan berlian.
Berbeda dengan bumi, di sini juga terdapat banyak ras, bukan hanya manusia saja. Ada ras lain seperti Elf, Dwarf, dark Elf, Beast man, Dan masih banyak ras yang ada di benua ini.
Tentu di benua ini tak luput dari yang namanya pedang dan sihir yang merupakan elemen yang sangat penting bagi setiap orang, tak berbakat dalam salah satu itu, berarti kau sampah di dunia ini. Dan jika kau berbakat, maka masa depanmu akan terjamin.
***
Pagi hari didalam kamar suatu mansion mewah.
"998...999...1.000."
Terlihat seorang anak tampan berkulit putih, berambut hitam legam dengan mata emasnya, ia memiliki tinggi badan sekitaran 120cm yang setara dengan anak umur 9 tahunan, membuatnya jauh lebih tinggi daripada anak seusianya yang memiliki tinggi sekitar 107 - 112cm saja.
"Huftt, sepertinya dewa itu tidak berbohong, aku yang masih berusia 6 tahun saja sudah setinggi ini, juga melakukan 1.000 push up saja hanya membuatku sedikit lelah."
Tiba-tiba pintu kamarnya terbuka, dan menampilkan seorang wanita berusia sekitaran 30 tahun masuk kedalam kamarnya.
"Z-zen? K-kenapa kau hanya mengenakan celana?"
"Ibu, jangan masuk kamarku sembarangan, aku juga butuh privasi."
"Zen, kamu itu baru berumur 6 tahun, privasi apa yang kamu bicarakan, dan juga ibu selalu terkejut dengan pertumbuhan kamu, bagaimana anak berusia 6 tahun memiliki tubuh bagus seperti ini." Kata ibu Zen sambil menyentuh perut sixpack milik Zen.
"Yah, mungkin karena ibuku tersayang yang selalu memberiku makanan yang bernutrisi, sehingga perkembangan tubuhku juga sangat baik, selain itu aku juga giat olahraga."
"Hehe, tentu saja ibumu ini memang yang terbaik. Kalau begitu cepat mandi dan turun kebawah, kita akan makan sebentar lagi, jangan sampai telat, kakakmu akan marah lagi nanti."
"Iya-iya."
Setelah ibu Zen pergi, ia pun membuka jendela kamarnya, agar angin segar masuk kedalam kamarnya dan terlihat para prajurit yang menjaga mansion miliknya tengah berlatih sparing 1 lawan 1.
Kedua prajurit itu saling menyerang satu sama lain, namun mereka menggunakan semacam sihir yang membuat serangan mereka mengeluarkan api, air atau elemen lainnya.
"Hmm, sudah enam tahun aku bereinkarnasi, namun entah mengapa aku tak bisa mengeluarkan sihir sedikitpun. Bahkan aku pernah melihat seorang penyihir yang membuat bola api seukuran ban truk dan dia hanyalah penyihir tingkat rendah, bagaimana penyihir tingkat atas?
Yah, aku memang bereinkarnasi dikeluarga kaya, atau bangsawan, juga terlahir dengan nama yang sama namun terbalik yaitu Zen Arai.
Zen adalah namaku sedangkan Arai adalah nama keluarga, seperti ayahku Shin Arai, jadi nama Arai itu seperti nama kehormatan atau sesuatu seperti itu lah."
Setelah sedikit melamun sambil memikirkan dirinya, Zen pun beranjak mandi, dan segera pergi untuk sarapan dilantai 1.
Bersambung>>
Di ruang makan...
Saat Zen masuk kedalam ruang makan, ia melihat bahwa keluarganya telah duduk dikursinya masing-masing, total ada 8 orang, ayah, ibu, dan istri lain ayahnya.
Ayah Zen memiliki 3 istri, ibunya adalah istri pertama, Callista Arai, ia memiliki 2 anak yaitu Brafito dan Zen.
Istri kedua bernama Emily Arai yang juga memiliki anak tunggal bernama Claire Arai yang merupakan anak tertua kedua setelah Brafito.
Dan istri ketiga bernama Fiona Arai, ia memiliki seorang anak laki-laki bernama Natan Arai yang merupakan anak ke tertua ketiga setelah Brafito dan Claire, dan setelah itu baru Zen yang merupakan anak ke-4 sekaligus yang termuda.
Zen pun segera duduk dikursinya.
"Kamu sedikit terlambat Zen," Kata kakaknya Brafito.
"Ahaha, maaf kak, aku tadi sedikit olahraga, jadi sedikit telat."
"Hahh, kamu selalu saja seperti itu, tak perlu memaksakan diri, kamu baru berusia 6 tahun."
"Iya, makasih kak Fito."
"Yah, karena semuanya sudah datang mari mulai sarapan." Ucap kepala keluarga tak lain adalah ayah Zen.
Beberapa saat kemudian, setelah semuanya selesai makan, ayah Zen berkata.
"Zen, kamu kan sudah berusia 6 tahun, sebentar lagi kamu mungkin akan masuk ke akademi."
"Begitu ya." Jawab Zen dengan wajah datar.
"He, kau tak sedih, mungkin kita tak akan bisa berkumpul seperti ini untuk waktu yang lumayan lama."
"Emm, tak apa kok, aku juga cukup bersemangat untuk pergi ke akademi."
"Kalau begitu syukurlah, jadi kelompok akademi mana yang ingin kamu masuki? Ada tiga jenis kelompok di akademi, ada kelompok yang berfokus pada pengembangan sihir, jika kamu mau menjadi seorang penyihir maka kamu bisa masuk kesana.
Ada juga kelompok ksatria, disana akan lebih diajarkan mengenai teknik bertarung jarak dekat menggunakan pedang, tombak atau senjata yang kau pilih.
Dan satu lagi kelompok healer, dimana kamu akan belajar mengenai sihir penyembuh, disana dikhususkan untuk seseorang yang ingin menjadi seorang healer.
Ayah sarankan kamu untuk masuk antara kelompok sihir atau ksatria, untuk healer ayah tak terlalu menyarankan, meskipun masa depanmu akan terjamin jika menjadi healer yang bisa menghasilkan banyak uang, keluarga kita lebih mengkhususkan di bidang bertarung daripada support." Jelas ayah Zen panjang lebar.
"Ayah tak perlu khawatir, aku tidak akan memilik kelompok healer, aku akan menjadi seorang ksatria seperti ayah dan kak Fito."
"Baguslah kalau begitu."
Beberapa minggu kemudian...
Hari ini adalah hari dimana Zen akan pergi ke akademi untuk pengetesan. Ia melakukan perjalanan cukup jauh, jadi ia harus berangkat jauh hari sebelum pengetesan dimulai.
Kediaman keluarga mereka berada di barat kerajaan Androgini, sedangkan akademi tempat Zen berada di utara, tepatnya di ibukota kerajaan.
Setahu Zen, di benua ini, ada 4 kerajaan yang menguasai dataran. Anggap saja benua ini berbentuk kotak, dimana setiap sisi benua dikuasai oleh kerajaan yang berbeda.
Untuk kerajaan Androgini, berada sisi sebelah kanan atas, bersandingan dengan kerajaan elf, dan kerajaan dwarf.
***
Setelah menempuh perjalanan yang panjang, selama beberapa hari, Zen akhirnya sampai di ibukota tempat akademi berada.
Tak menunggu lama, ia langsung menuju ke akademi untuk melihat tempat yang akan menjadi tempat tinggalnya hingga ia berumur 12 tahun, tepatnya ia akan berada di akademi selama 6 tahun.
Berbeda dengan bumi, dimana minimal seseorang untuk menikah saat berusia 18 - 22 tahun, didunia ini minimal usia untuk menikah hanya 15 tahun.
Meskipun jarang yang menikah diusia tersebut, jika bukan karena perjodohan politik atau sesuatu yang sejenis.
Setelah Zen tiba didepan akademi, ia pun langsung turun dari kereta kuda miliknya, dan ia melihat sebuah bangunan yang sangat besar, juga mewah yang tidak lain adalah akademi.
'Ho, aku tak mengira akademinya akan semewah ini.'
Setelah itu, Zen pun beranjak pergi bersama pelayannya masuk kedalam akademi, dan saat masuk mereka pergi ketempat administrasi akademi, dan menunjukkan lencana khusus keluarga arai.
Zen pun diberi sebuah kunci kamar, dan ia diantar oleh staff disana untuk menunjukkan dimana kamarnya berada.
Untuk menuju ke kamarnya, Zen butuh waktu 15 menit lebih untuk berjalan sangking besarnya tempat tersebut. Dan saat ia tiba di kamarnya, Zen langsung melompat keatas kasur dan tertidur lelap.
Saat sedang enak-enak tidur, Zen dikagetkan dengan suara seperti seorang berbicara menggunakan speaker yang terdengar keras di telinganya.
"Perhatian para calon siswa akademi, dimohon untuk pergi ke aula utama untuk pengetesan bakat, dan status."
"Apa-apaan itu? Apa didunia sihir ini ada alat seperti speaker? Bagaimana suara itu bisa sekeras ini.
Ngomong-ngomong sepertinya pengetesan bakat dan status sudah dimulai, aku penasaran bagaimana statusku."
[Ding membuka status]
_________
[Nama] : Zen Arai
[STR 9 AGI 7 INT 0 VIT 10]
[Class] : -
[Skill] : Mata Kebenaran(EX)
[Spesial ability] : Body Refinement(1%)
[Coin] : -
[Shop]
_________
"He!? Layar apa ini?"
Zen cukup terkejut setelah melihat layar yang tiba-tiba muncul didepan wajahnya, namun ia segera tersadar bahwa layar didepannya itu adalah layar statusnya sendiri.
"Eh, bukannya ini statusku? Bagaimana aku bisa melihat statusku tanpa menggunakan alat? Oh, jangan-jangan ini termasuk hadiah yang dewa itu berikan."
Setelah melihat lebih detail, Zen melihat bahwa ia memiliki 1 skill di menu skillnya. Ia pun menekan skill tersebut dan menampilkan deskripsi dari skill Mata Kebenaran.
[Mata Kebenaran]
Rincian : Dapat melihat jendela status orang lain, dan dapat menyalin kemampuan tertentu dengan menyelesaikan sebuah misi atau tantangan yang diberikan. Dapat mendeteksi bohong atau jujurnya kata seseorang(3x/1h).
"Wow, bukankah kemampuan ini yang terbaik? Mungkin aku bisa memiliki skill tak terbatas dengan kemampuan ini, sepertinya dewa itu memang sangat dermawan," Ucap Zen sambil tersenyum puas.
"Kalau begitu mari kita coba kepada seseorang."
Zen pun langsung beranjak dari tempat tidurnya menuju ke aula utama, kebetulan aula utama hanya berjarak sekitar 5 menit dari kamarnya, jadi ia bisa santai sambil mencari target untuk mencoba skill miliknya.
Tak lama setelah ia berjalan-jalan di sekitar kamarnya ia melihat seorang staff yang sedang bertugas membawakan makanan untuk para siswa diaula utama.
Zen pun langsung menggunakan Mata Kebenaran miliknya untuk melihat status milik staff tersebut.
_________
[Nama] : Natalia
[STR 6 AGI 7 INT 12 VIT 8]
[Class] : Fire Mage(Kuning)
[Skill] : Elemen api(C)
__________
[Syarat menyalin keterampilan]
Tumpahkan makanan dan minuman yang ia bawa, lalu minta maaf.
___________
Zen yang melihat hal tersebut pun tersenyum.
'Hahh, saatnya menunjukkan skill aktingku yang sudah aku latih untuk menyembunyikan jati diri disekolah dulu.'
Zen pun berlari kearah staff tersebut dengan ekspresi sedang terburu-buru dan dengan sengaja menabrak staff tersebut.
Brukk!
"Ehh, saya minta maaf, apa kakak tidak apa-apa."
"Aduhh, ya aku tidak apa-apa, namun kenapa kau menabrak ku?"
"Maaf, aku tadi terburu-buru karena ada pengumuman tadi, aku pikir aku akan telat jika tidak segera pergi kesana," Ucap Zen sambil membantu staff tersebut berdiri.
"Aku akan membantu membersihkan ini."
"Ahh, sudahlah kamu sedang terburu-buru kan, jadi tak perlu dipikirkan, namun lain kali kamu harus lebih hati-hati."
"Benarkah? Terima kasih lain kali aku akan berhati-hati."
[Ding, syarat penyalinan telah terpenuhi, berhasil menyalin keterampilan Elemen api]
Bersambung>>
Setelah berhasil menyalin skill dari staff tersebut, Zen pun langsung menuju ke aula utama.
Saat Zen telah berada di aula utama, terlihat sebuah aula yang sangat besar mungkin dapat menampung puluhan ribu orang, dan disana terdapat tiga kubu yang disendirikan.
Ada 3 banner bertuliskan Mage, Knight, Support yang cukup besar, dan Zen langsung tahu kalau itu adalah pemilihan kelompok atau kelas yang akan ia ambil di akademi ini.
Diantara 3 kelompok, Mage adalah yang paling banyak peminat, disusul oleh Support, dan yang terakhir Knight.
Zen pun langsung menuju ke arah kelompok Knight. Tak peduli apapun, Zen tetap akan memilih menjadi seorang ksatria karena itu adalah cita-citanya dari dulu saat masih di bumi, mana mungkin ia akan melewati kesempatan ini.
Saat ia berada di kelompok knight, ada seseorang yang mengajaknya bicara.
"Permisi."
Zen pun menoleh kearah suara tersebut. Dan ia melihat seorang anak seumuran dirinya namun jauh lebih pendek, tentu saja itu adalah hal yang wajar, karena Zen memiliki tinggi yang terlampau jauh dengan anak-anak seusianya.
"Ada apa?" Ucap Zen.
"Apa kau benar-benar berumur 6 tahun?"
"Hm? Memangnya kenapa?"
"Woahh, luar biasa, perkenalkan aku hans semoga kita bisa menjadi teman baik."
"Zen, aku berharap sama."
"Kau pasti akan menjadi seorang ksatria yang sangat kuat, dilihat dari tubuhmu saja tak ada siswa lain disini yang bisa menyamai tubuhmu."
"Itu karena aku olahraga, memangnya ada cara lain untuk memperkuat tubuh selain dengan berolahraga."
"He? Apa kau bercanda? bisanya seorang ksatria akan berlatih memperkuat badan dengan cara menyerap energi bernama Ki, atau jika para penyihir disebut mana.
Bagaimana kau membentuk tubuh seperti itu tanpa pelatihan Ki?"
"Apa kau bisa merasakan mana atau Ki?"
"Tentu saja, meskipun masih pemula aku bisa merasakan Ki dan mana yang ada diudara."
'Eh, kenapa aku sama sekali tak bisa merasakannya?'
Merasakan kejanggalan, Zen pun melihat status Hans menggunakan mata kebenaran.
_________
[Nama] : Hans
[STR 5 AGI 4 INT 6 VIT 4]
[Class] : Ksatria(Putih)
[Skill] : Pelapisan Ki(D)
__________
[Syarat menyalin keterampilan]
Berkata kepada Hans, "Kau terlihat cukup tampan."
___________
'melihat dari statistik milik Hans, ia memiliki stat int yang lumayan, sedangkan aku tak punya sama sekali, mungkin karena itu aku tak bisa merasakan mana.'
Saat Zen melihat syarat untuk menyalin keterampilan milik Hans, ia terkejut, marah, dan merasa sangat jengkel.
'Skill baj*ngan!! Apa kau menyuruhku untuk perlahan menjadi kaum pelangi!?'
"Huftt." Zen menghela nafas.
"Hans, tubuhmu memang belum terlatih, dan kamu tak terlihat kuat. Mungkin satu-satunya kelebihanmu adalah kau terlihat cukup tampan, mungkin banyak cewe yang akan tertarik denganmu."
'Berhasil lah tolong.'
[Ding, syarat penyalinan telah terpenuhi, berhasil menyalin keterampilan pelapisan Ki(D)]
"EHH!, benarkah, ayah dan ibuku juga sering mengatakan hal itu, jadi benar ya, kalau aku memang cukup tampan, mungkin itu satu-satunya hal yang tak kau miliki Zen," Kata Hans dengan bangga.
'Ha? Jadi bocil ini mengatakan kalau aku jelek?'
"Yah terserah dirimu."
Tiba-tiba muncul seorang lelaki berambut merah yang terbang diudara, dan berkata.
"Selamat datang kalian para permata mentah, disini kalian akan dilatih untuk menjadi seorang yang kuat dan bisa diandalkan sesuai dengan kelas yang kalian pilih," Kata pria berambut merah dengan sangat keras, hingga seluruh orang yang ada di aula mendengarnya.
"Seperti yang kalian tahu, di akademi ini ada 3 jurusan atau kelompok, Mage, Knight, dan Support. Aku yakin kalian telah tahu tentang ketiga kelas ini dan telah menentukan pilihan kalian.
Setiap orang akan diuji bakat dan statusnya, dan hasil dari pengujian ini akan menentukan kalian tinggal dikelas mana. Ada 3 kelas pada masing-masing jurusan, kelas normal, kelas menengah, dan kelas Upper.
Kalian akan diuji dan dikelompokkan sesuai dengan bakat dan keterampilan kalian masing-masing."
'Hmm, akan gawat kalau mereka melihat statusku yang memiliki skill mata kebenaran dan body refinement.'
Setiap kelompok, ada seorang pengawas yang mendampingi pengetesan, dan para pengawas mulai memanggil satu persatu anak di setiap kelompok, dan menyuruh mereka untuk meletakkan tangan mereka disebuah bola kaca.
"Seperti yang kalian tahu ini adalah bola pengukur, pengetesan ini kalian akan menyentuh bola itu dan tingkat kekuatan kalian akan muncul, dari yang terlemah. Putih, Kuning, Orange, Biru, Hijau, Merah, Ungu, Emas, Hitam Rainbow.
Minimal kalian harus bisa menyentuh warna putih sepenuhnya, jika putih redup atau transparan, maka kalian gagal, dan otomatis kalian akan dikeluarkan dari akademi," Jelas sosok berambut merah.
Setiap anak mulai maju dan melakukan pengetesan, dan beberapa saat kemudian, waktunya Zen untuk maju kedepan.
Saat maju kedepan, ia mendengar notifikasi.
[Ding, misi terdeteksi]
_________
Misi : Tantang pengawas untuk melakukan duel.
Berhasil membuat pengawas menyerah : +5 INT, 200 coin.
Kalah dalam duel : +3 INT, 200 coin.
__________
'Oh, jadi begini cara meningkatkan status. Kalau begitu mari lihat status pengawas itu.'
Zen pun menggunakan mata kebenaran kepada pengawas, dan menampilkan status pengawas.
_________
[Nama] : Dirijen
[STR ?? AGI ?? INT 20 VIT ??]
[Class] : Ksatria(???)
[Skill] : ???
__________
[Syarat menyalin keterampilan]
Kalahkan pengawas dalam duel satu lawan satu.
Note : akan menyalin skill random dari pengawas karena perbedaan kekuatan yang signifikan.
___________
'A-apa? Aku bahkan tak bisa melihat seluruh statusnya karena perbedaan kekuatan? Namun jika aku bisa mengalahkannya, itu seperti sekali dayung, dua pulau terlampau,' batin Zen melihat status pengawas.
"Hey! Apa yang kamu tunggu, cepat maju kedepan."
"Baik."
Zen pun maju kedepan, dan meletakkan tangannya ke bola pengukur, dan ketika Zen menyentuhnya, bola tersebut mengeluarkan warna putih transparan yang berarti ia tak lulus.
"Sayang sekali, padahal tubuhmu terlihat cukup baik sayangnya kau tak lulus."
"Tunggu sebentar pak."
"Hm? Ada apa? Aku tak akan meloloskan mu bahkan jika kau menangis."
"Ah, tenang saja, aku tak berniat menangis. Namun aku berniat menantang anda, jika aku menang, maka loloskan aku."
"Bhahahahaha, kau? Mau melawanku? Baiklah tak perlu mengalahkanku, jika kau bisa menahan 3 serangan dariku maka aku akan meluluskanmu."
"Setuju."
Mereka pun pergi ketempat kosong di aula untuk duel, yang ditonton oleh seluruh siswa baru diakademi dengan pengawas lain menjadi wasit.
"Apa kalian siap?" Ucap pengawas yang menjadi wasit.
Setelah keduanya siap, duel pun dimulai. Namun lawan Zen tak bergerak dari tempatnya.
"Apa yang anda lakukan?"
"Aku akan membiarkanmu menyerang ku 3 kali, baru aku akan menyerangmu."
'hmm, tingkat kemenangan itu 0%, namun itu jika aku bertarung dengan cara biasa, jika ada celah, maka akan menunjukkan spesial movement yang bahkan tak pernah kupakai dibumi karena terlalu jahat.'
Bersambung>>
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!