10 Tahun pun berlalu. Dimana seorang penjahat dan geng motor yang terkenal kejahatannya, bisa berubah menjadi orang yang begitu lembut dan penuh kasih sayang terhadap orang sekitar. Ia berubah karena sesosok wanita yang di cintainya.
Dia baru mengerti apa itu cinta dan kasih sayang, yang tidak pernah ia rasakan selama ini. Dia adalah Marvin, seorang anak yatim piatu yang di kenal sebagai orang yang paling berbahaya, dan geng motor yang sangat ganas. Tapi sekarang ia di kenal sebagai orang yang baik. Bahkan ia sudah menjadi seorang musisi dan penyanyi terkenal di seluruh dunia.
Ke 10 Tahun sekarang.
"Tuan Marvin, bisakah anda jelaskan. Mengapa anda bisa menjadi seorang musisi dan penyanyi terkenal. Padahal dulu anda adalah orang yang paling ditakuti di kota anda. Boleh jelaskan tuan?." Tanya reporter tersebut.
"Iya tuan, bisakah anda menjelaskan itu semua. Apa ini semua karena seorang wanita atau karena keluarga anda?." Tanya reporter lainnya.
Marvin yang sedang mengisi acara wawancaranya di sebuah hotel besar dan ia diundang, karena mengisi acara tersebut dengan musik dan nyanyiannya." Saya tidak mempunyai keluarga." Jawab Marvin setelah diam saja.
Marvin adalah seorang geng motor, sekaligus pembunuh. Usia nya ialah 28 tahun, dan sekarang ia sudah menjadi pemusik dan penyanyi terkenal.
"Jadi, kenapa anda bisa begini dan menjadi pria yang penuh kasih sayang?." Tanya kembali reporter tersebut.
"Saya bisa menjadi orang yang penuh kasih sayang begini, dan bisa menjadi musisi dan juga penyanyi terkenal, karena seorang wanita." Jawab Marvin langsung menaikkan kepalanya dan menghadap kamera reporter.
"Siapa wanita itu tuan. Bisakah anda menceritakan wanita tersebut dan apa yang diberikan wanita itu kepada tuan. Sampai tuan berubah begini dan sudah mengetahui apa itu cinta?." Tanya terus reporter tersebut.
"Bisakah anda menceritakan kisah cinta anda tuan." Ucap seluruh reporter yang ada di hotel tersebut.
"Cinta saya berawal dari saya hampir menabraknya dan disitulah saya bertemu dengan wanita tersebut." Jawab Marvin.
"Siapa wanita itu tuan?." Tanya kembali reporter.
"Nama yang cantik dengan wajah yang begitu indah, namanya adalah Callista.
"Saat itu,
Mengulang kembali ke 10 Tahun yang lalu.
"Mari kita langsung pergi, yuk, yuk. Karena kerja kita sudah beres." Ucap Marvin sudah menembak orang dan langsung pergi dari lokasi bersama geng motornya
Saat mereka sedang mengebut dengan motornya. Marvin tidak sengaja menyenggol seorang wanita cantik dan otomatis wanita tersebut terjatuh dan Marvin langsung mengerem motornya bersama geng motornya.
"Aduh, ga hati hati banget sih." Ucap wanita tersebut sambil membersihkan bajunya yang kotor.
Wanita tersebut yang terus menundukkan kepalanya karena sedang membersihkan pakaiannya. Marvin langsung menghampirinya dan berjongkok." Maaf nona, apa kau baik baik saja?." Tanya Marvin.
Wanita itupun langsung menatap wajah Marvin. Seketika itu juga Marvin terpesona dengan wajah wanita itu dengan rambut yang terurai dan terkena angin." Hey, kenapa kau melamun?." Tanya wanita tersebut menyadarkan Marvin yang fokus menatap wajahnya.
"Eh, maaf, maaf. Apa kau baik baik saja?." Tanyanya.
"Aku baik baik saja kok." Jawab wanita tersebut langsung berdiri dengan dibantu Marvin.
"Siapa nama mu nona?." Tanya Marvin kepadanya.
"Nama saya Callista, saya duluan ya. Karena masih ada pekerjaan." Jawab Callista langsung meninggalkan Marvin.
Setelah Callista pergi. Marvin langsung mencium bekas tangan dari Callista." Harum banget dan kenapa jantungku berdetak dengan kencang. Aku tidak pernah merasakan hal seperti ini. Ada apa denganku?." Tanyanya bingung dengan dirinya sendiri.
"Mungkin kau sedang jatuh cinta." Jawab teman geng motornya sambil tersenyum.
"Kau ada ada saja, aku tidak tahu apa itu cinta dan aku tidak pernah mendapatkan cinta itu. Mending kita cabut sekarang." Ucap tegas Marvin langsung naik ke motornya dan pergi bersama geng motornya juga.
Disisi lain. Callista yang sampai di kelas musiknya." Maaf aku sedikit terlambat bu." Ucap Callista langsung duduk.
"Tumben banget terlambat?." Tanya gurunya.
"Tadi aku kesenggol motor. Untung aku tidak apa apa, hanya pakaianku saja yang kotor." Jawab Callista.
"Sudahlah, untung kau baik baik saja dan kelas akan dimulai sekarang.
Callista melihat ke kanan dan kiri." Kau cari siapa?." Tanya gurunya.
"Dimana Greisy bu?." Tanyanya.
"Dia katanya ada urusan keluarga dan tidak bisa hadir hari ini. Lanjutkan saja untuk dirimu." Jawabnya.
"Baiklah." Langsung memainkan piano tersebut dan menyetel lagu Gerua.
Gurunya yang bernama bu Keyna, sangat terpukau dengan musik yang dimainkan Callista." Sungguh indah kau memainkannya Callista, sampai orang ingin terus mendengarkan musik mu itu." Terpukau guru Keyna kepadanya.
"Terima kasih banyak bu, ini semua karena latihan dari mu." Bahagia Callista karena pujian dan kembali melanjutkan musiknya.
Callista adalah seorang musisi yang cukup terkenal di kotanya. Ia sudah bekerja sebagai seorang musisi, sejak ia berumur 15 tahun. Ia anak yatim, dan ia di besarkan oleh neneknya.
Sekarang usianya sudah 27 tahun.
"Oh ya, tadi ada yang menghubungi saya dan ia mau booking musik dan nyanyian mu itu. Bisakah kau memainkannya besok?." Tanya guru Keyna.
"Bisa banget bu." Jawabnya gembira.
"Besok di hotel terbesar di kota ini dan ini undangannya. Datanglah pada jam 20.00 dan jangan sampai telat." Langsung memberikan undangan tersebut kepadanya.
"Aman bu, aku akan datang secepatnya." Jawabnya langsung mengambil undangan yang diberikan gurunya.
Disisi lain. Marvin yang sedang meminta uang dengan paksa dari seorang pedagang besar." Berikan uang mu itu, atau nyawa mu yang akan melayang." Ucap Marvin sudah menyiapkan genggamannya, mau memukul pria tersebut.
"Baiklah, baiklah. Saya akan memberikan uangnya." Ketakutan pedagang tersebut dan memohon agar tidak di pukuli.
"Nah, gitu dong dari tadi. Kan bagus." Langsung melepaskan cengkraman baju pria tersebut.
"Ini uangnya." Langsung diberikan kepada Marvin.
"Lain kali jangan begini lagi. Kalau aku datang, kau harus menyiapkan uangnya. Kami pergi dulu." Ucap Marvin langsung pergi bersama geng motornya, untuk mencari mangsa lainnya.
"Hei, berikan uang mu itu." Ucap Marvin langsung berhenti dan meminta kepada pedagang lainnya.
"Tapi saya." Ketakutan pedagang tersebut.
"Berikan!, cepat." Tegas Marvin.
"Baiklah, ini uangnya." Langsung memberikannya kepada Evano.
"Terima kasih dan besok besok, beri aku lebih banyak. Mari pergi." Ucap Marvin langsung pergi lagi.
Sore pun tiba. Dimana Callista mau pulang dari kelas musiknya." Aku pulang dulu ya bu Keyna." Ucapnya.
"Iya, kau hati hatilah dan jangan lupa untuk acara besok." Jawab bu Keyna.
"Aman bu, saya duluan." Langsung keluar dari kelas musiknya.
Saat ditengah jalan. Tiba tiba perutnya berbunyi." Astaga, kenapa perutku bunyi ya. Mending aku mampir ke restoran untuk makan deh." Langsung menuju ke Restoran tersebut.
Saat Callista mau menuju restoran tersebut. Ia melihat pria yang menyenggolnya tadi, sedang nongkrong bersama teman temannya.
Saat Callista sedang memandanginya dari kejauhan. Marvin menyadarinya dan langsung menatapnya dan melambaikan tangannya.
Callista pun ikut melambaikan tangannya. Marvin langsung menghampirinya." Halo, kamu Callista kan?." Tanya Marvin untuk memastikannya.
"Iya, oh ya, tadi saya lupa menanyakan nama mu. Omong omong nama kamu siapa?." Jawab Callista sekaligus bertanya.
"Nama saya adalah,
"Nama saya adalah Marvin, kamu mau kemana?." Tanya balik.
"Saya mau ke restoran, karena lagi lapar. Kamu lagi apa?." Jawabnya sekaligus bertanya.
"Lagi nongkrong bareng teman saja." Jawabnya sambil mengelus lehernya.
"Saya lihat tadi, anda sering merokok. Sebenarnya saya tidak suka bau rokok, bisakah anda menjauhkan rokok anda itu." Ucap Callista terus terang.
"Oh ya, maafkan aku. Lain kali aku akan menjauhkan rokok ini dari mu." Jawabnya jadi segan.
"Apa kamu mau makan bareng saya. Akan saya traktir, sekalian kenal juga." Ajak Callista.
"Kalau kau memaksa, aku mau deh." Jawabnya tersenyum.
"Yuk masuk." Ucap Callista langsung masuk duluan.
Sedangkan Marvin di belakangnya, langsung melihat teman temannya tersenyum dan memberikan jempol kepadanya dan Marvin pun tersenyum.
Didalam restoran tersebut. Mereka berdua langsung duduk berhadapan." Pesanlah yang kau mau." Ucap Callista ikut tersenyum.
"Baiklah, aku tidak akan segan untuk memesan soal makanan ini." Ucapnya.
"Saya pesan ramennya 1 dan kopi latte nya 1." Pesan Marvin kepada pelayan tersebut dari kejauhan.
"Saya samakan saja dengannya, tapi minumannya saja yang beda. Saya minuman matcha saja." Ucap Callista juga memesannya.
"Baik, ditunggu pesanan kalian." Jawab pelayan tersebut.
"Kau suka matcha ya?." Tanya Marvin menatapnya.
"Aku memang sangat suka dengan matcha. Tapi kadang berubah ubah, kadang suka coklat, vanilla dan yang lainnya. Kau tahu kan, kalau selera wanita itu banyak." Jawab Callista ikut tersenyum.
"Aku sangat tidak suka dengan rasa matcha. Kau tahu, aku pernah mencoba pertama kalinya, seperti apa itu rasa matcha. Karena banyak yang bilang, kalau rasanya itu enak dan aku pun mencobanya."
"Saat aku coba, aku jadi mual, karena rasanya mirip dengan rumput. Sejak itu, aku tidak menyukai rasa matcha dan aku lebih menyukai kopi." Jawab Marvin curhat kepadanya.
"Hahahaha, ada ada saja. Mungkin karena kamu belum terbiasa. Jika sudah terbiasa, rasanya juga tidak akan seperti rumput kok." Ucap Callista tertawa tipis dengan review yang diberikan Marvin soal matcha.
"Aku suka jika melihat mu tertawa. Hahahah." Ikut tertawa Marvin.
Makanan merekapun tiba." Ini pesanan kalian, silahkan di nikmati." Ucap pelayan tersebut langsung meletakkannya di atas meja.
"Terima kasih banyak." Ucap mereka berdua bersamaan.
Pelayan itupun langsung pergi dan Marvin langsung memulai mencicipi ramen tersebut, dan begitu juga Callista." Apa aku boleh bertanya." Ucap Callista sambil mengunyah mie tersebut.
"Silahkan." Jawabnya sambil fokus melahap ramen tersebut.
"Apa kau sangat suka merokok, maaf saya lancang." Tanyanya.
"Rokok bagiku adalah penenang, jika aku emosi dan dalam masalah yang sulit aku pecahkan. Sebab itu aku menyukainya." Jawabnya sambil tersenyum.
"Apa kedua orang tua mu mengetahuinya?." Tanya kembali Callista sambil meminum minumannya.
Marvin terhenti dan langsung menatap wajah Callista." Kedua orang tuaku sudah meninggal."Jawab jujur Marvin.
"Eh, maafkan saya. Saya jadi banyak menanyakan hal yang membuat mu sedih." Ucap Callista jadi tidak enak dengannya.
"Tidak apa apa, lagi pula kau juga tidak tahu. Orang tuaku sudah meninggal dalam kecelakaan dari umur 4 tahun. Sejak saat itu, aku mencari uang sendiri, diumur ku yang masih terbilang kecil."
"Aku tidak pernah mendapatkan cinta dan kasih sayang. Bahkan aku tidak tahu, apa itu cinta." Curhat Marvin.
Callista fokus mendengarkan Marvin bercerita." Sebab itu, aku meluangkan diriku dengan rokok. Tapi aku tidak akan pernah mencoba barang barang terlarang, karena aku masih mempunyai otak." Ucapnya kembali.
"Eh, maaf aku jadi curhat begini kepada mu." Mengelus lehernya dan tersenyum.
"Tidak apa apa kok. Semua orang pasti punya masalah dan disetiap masalah, pasti akan ada jalannya dan kebahagian." Jawab Callista ikut tersenyum.
"Omong omong, kau sudah kerja kah?." Tanya balik Marvin.
"Saya seorang musisi di kota ini. Kau bisa cari di pencarian atau YouTube. Disana ada aku sedang memainkan piano dan bernyanyi." Jawabnya tersenyum.
"Wah, kau pasti sudah dikenal dimana mana ya. Aku tidak akan sebanding dengan mu." Ucap Marvin.
"Emangnya kamu kerja apa?." Tanya Callista.
"Aku hanya bekerja sebagai, sebagai pembantu orang di pasar. Aku membantu orang orang di pasar, yang membutuhkan bantuan ku." Jawabnya gugup.
"Sungguh mulia banget hati kamu. Oh ya, kamu geng motor juga ya. Tadi aku melihat teman teman mu banyak dan semua memakai pakaian hitam. Apa benar?." Tanya Callista kembali.
"Iya, tapi kami bukan geng motor yang jahat kok. Kami orang yang baik baik saja." Jawabnya sambil mengelus lehernya.
"Omong omong, aku tidak pernah melihat mu disini, makanya aku sedikit heran. Kenapa ada wanita secantik dirimu di kota ini." Ucap Marvin kembali tersenyum.
"Hahahh, terima kasih atas pujiannya. Saya tidak pernah terlihat disini, karena beberapa bulan lalu, saya lagi ada kontes musisi di London." Jawabnya.
"Ouh, sungguh wanita yang pas." Bisik Marvin.
"Apa kata anda?." Tanya Callista menatapnya.
"Eh, ga ada kok. Maksud saya adalah, anda adalah orang yang sangat berbakat dan mana mungkin bisa di sandingkan dengan saya, yang hanya bekerja di pasar dan hanya nongkrong gak jelas." Jawab Marvin hampir ketahuan.
"Hahahaha, ada ada saja sih. Kamu boleh datang besok diacara saya. Besok ada acara yang akan saya datangi, karena mereka menyewa musik dan nyanyian saya. Kamu bisa melihatnya secara langsung kok." Ucap Callista tersenyum.
"Benarkah. Tapi apa boleh, aku yang kotor dan jelek ini, datang ke pesta yang besar dan mewah." Tanyanya.
"Tidak apa apa dan kau tidak jelek. Kau lumayan tampan juga." Jawabnya.
"Terima kasih banyak atas pujian mu." Jadi malu Marvin.
Ini undangannya, aku bisa pergi tanpa undangan, karena aku adalah orang yang akan memainkan musik disana." Langsung mengeluarkan undangan tersebut dan memberikannya kepada Marvin.
"Aku ambil ya, dan terima kasih banyak." Jawabnya langsung mengambil undangan yang ada di tangan callista.
"Saya duluan ya, karena masih ada urusan." Langsung berdiri.
"Karena kamu sudah mentraktir saya, saya akan mengantarkan mu. Yuk." Ucap Marvin mau memberikan tumpangan kepadanya.
"Terima kasih banyak, kebetulan saya juga mau mencari taxi. Tapi ada kamu, yaudah deh. Yuk." Jawabnya langsung menerima tumpangan Marvin.
Mereka berdua langsung keluar dari Restoran dan Marvin langsung memberikan siulan dan temannya langsung datang sambil membawa motornya." Ini motor anda bos." Langsung memberikannya kepada Marvin.
"Terima kasih banyak Jack. Yuk naik Callista." Jawab Marvin langsung naik ke motornya dan Callista ikut naik.
Marvin langsung tersenyum kepada Jack dan Callista ikut tersenyum kepadanya." Hati hati." Ucap Jack melambaikan tangannya.
"Aman,
Diperjalanan." Dimana rumah mu?." Tanya Marvin.
"Sebentar lagi juga sampai kok. Nah, itu di berhenti disini saja." Ucap Callista menunjuk rumahnya yang berada di pinggir jalan.
Mereka berdua langsung turun dari motor. Dan Marvin melongo melihat rumah Callista yang besar." Apa ini benar benar rumah mu?." Tanya Marvin sambil menatap rumah tersebut.
"Iya, ada apa emangnya. Apa ada yang aneh?." Jawabnya sekaligus bertanya.
"Tidak ada, aku hanya terpukau dengan rumah mu yang besar ini. Dan apakah kau hanya tinggal sendiri di sini?." Tanyanya kembali.
"Tidak, aku tinggal bersama temanku dan nenekku. Mari masuk dulu." Mengajak Marvin untuk masuk kedalam.
"Ouh, terima kasih banyak." Ucap Marvin dan mereka berdua langsung masuk kedalam rumah Callista.
Didalam." Nenek, aku sudah pulang." Panggil Callista.
Neneknya langsung keluar dari ruang baca." Kau sudah pulang nak." Ucap neneknya langsung melihat ada sesosok pria.
"Kamu siapa?." Tanyanya kepada Marvin.
"Salam nek, saya
"Salam nek, saya Marvin, temannya Callista." Jawab Marvin langsung mencium tangan nenek Callista dan tersenyum.
"Anak yang sopan dan tampan. Mari duduk dulu." Memuji Marvin.
"Terima kasih banyak nek." Langsung duduk disamping nek Brianna.
Nenek Brianna, adalah nenek yang sudah menjaga Callista sejak ia berumur 7 tahun, dan sangat menyayangi Callista, layaknya seperti anak kandungnya sendiri.
"Callista, ambilkan cemilan yang ada di lemari dapur. Tadi nenek sudah membuatnya." Perintah nek Brianna kepada Callista.
"Oh ya Callista, jangan lupa dengan kopi latte nya 1 ya." Ucap Marvin langsung memintanya kepada Callista.
"Baiklah, ditunggu sebentar." Jawabnya langsung menuju dapur.
"Sejak kapan kalian kenal?." Tanya nek Brianna sambil memegang tangan Marvin.
"Kami baru saja kenal nek dan baru berteman juga. Tapi Callista memang wanita yang baik ya nek." Jawabnya sambil memuji Callista.
"Dia sangat mirip dengan ibunya yang baik dan cantik. Ia juga pandai bermusik dan bernyanyi, persis seperti ayahnya." Curhat nek Brianna.
"Dimana ayah dan ibu Callista sekarang nek?." Tanya Marvin kepadanya.
"Sejak ia berumur 7 Tahun, ia sudah ditinggal oleh kedua orang tuanya. Kedua orang tuanya meninggal dalam kebakaran di tempat kerja ibunya dan ayahnya berusaha menyelamatkannya, tapi mereka malah terjebak di api tersebut dan membuat mereka meninggal dunia, karena kehabisan nafas.
"Dan itu membuat hati Callista sangat sakit dan meluangkan semua emosinya dengan musik dan nyanyiannya." Ucap nek Brianna menjelaskan masa lalu pahit Callista.
"Ayah dan ibunya hanya meninggalkan sebuah piano yang sangat di gemar oleh kedua orang tuanya. Itulah satu satunya warisan dari ayah dan ibunya." Ucap nek Brianna sambil menunjuk piano tersebut.
"Kehidupan Callista masih lebih baik, karena masih ada nenek yang menyayanginya. Tidak seperti diriku ini, yang hanya hidup sendiri sepanjang hidupku." Ucap Marvin langsung menundukkan kepalanya.
"Maksud kamu apa nak?." Kebingungan nek Brianna.
"Saya sudah hidup sebagai anak yatim piatu sejak saya berumur 4 tahun, dan belum lagi disaat umur segitu, saya harus mencari uang di umur saya masih terbilang kecil. Sebab itu, saya tidak pernah mendapatkan cinta dan kasih sayang dari siapapun." Jawab Marvin terbuka.
"Astaga, kasihan banget kamu. Maafkan nenek, kalau ada kata kata nenek yang menyinggung mu." Jadi tidak enakan.
"Tidak apa apa kok nek, namanya nenek juga ga tahu dan baru bertemu dengan saya." Tersenyum Marvin kepadanya.
Callista pun datang sambil membawa cemilan buatan neneknya dan juga minuman yang di minta Marvin." Cemilan dan minuman anda sudah datang. Silahkan di nikmati." Ucap Callista langsung meletakkannya di atas meja.
"Terima kasih banyak." Jawab Marvin langsung meminum kopinya dan juga menyemil cemilan buatan nenek Callista.
"Ehm, enak banget cemilan ini nek. Aku baru mencobanya seumur hidupku." Puji kue buatan nek Brianna.
"Hahahah, kalau begitu, habiskan jika kau suka." Ucap nek Brianna, jadi ikut bahagia, karena cemilannya dipuji.
Tiba tiba ponsel Marvin berdering." Sebentar ya nek dan Callista. Ada yang menghubungiku." Langsung mengangkat ponselnya.
"Halo, ada apa?." Tanyanya.
"Halo Vin, aku Frank. Ada yang menyerang markas kita. Banyak yang sudah terluka, kau bisa datang sekarang." Jawab Frank.
"Baiklah, aku akan kesana secepatnya." Langsung mematikan ponselnya dan menghampiri mereka berdua.
"Maaf nek dan Callista. Aku tidak bisa berlama disini lagi, karena aku masih ada urusan di pasar. Aku pergi dulu dan terima kasih banyak atas makanan dan minumannya." Ucap Marvin langsung pergi dari rumah Callista.
Marvin langsung menggas motornya dan langsung menuju markasnya. Sesampainya, Marvin langsung turun dan masuk kedalam markasnya." Hey, kenapa kalian mengganggu kami?." Tanya Marvin dengan nada tinggi.
Berbalik badan." Hey Marvin, apa kabar mu teman?." Jawab musuhnya yang bernama Drake.
"Apa mau mu datang kemari dan memukuli teman temanku?." Tanya Marvin sambil mengepalkan tangannya.
"Sabar dong teman, aku hanya mau memberi pelajaran kepada teman mu itu, karena sudah berani menggoda wanita temanku. Aku hanya memberinya pelajaran sedikit." Jawab Drake tersenyum.
Drake adalah musuh dari Marvin, dan sangat membencinya, karena masalah uang pasar. Mereka sudah saling berkelahi sejak dulu.
"Beraninya kau memukuli teman temanku. Sini kau."Marah Marvin.
Merekapun langsung berkelahi." Bak, buk." Bunyi tonjokan dari masing masing tangan mereka.
Akhirnya Drake kalah." Kau masih meremehkan kekuatanku. Pergilah dan bawa teman teman gila mu itu. Aku aku tangan mu tidak akan selamat." Ucap Marvin membersihkan tangannya yang terkena darah Drake.
"Mari kita pergi dari sini sekarang." Ucap Drake kepada teman geng motornya dan mereka langsung pergi dari markas Marvin.
Marvin langsung menghampiri teman temannya yang sudah tergeletak di bawah dan memegang luka mereka masing masing." Apa kau baik baik saja Frank?." Tanyanya kepada Frank, ialah teman yang paling dekat dengannya.
"Tidak apa apa, aku baik baik saja. Untung kau cepat datang, kalau tidak, kami bisa habis disini." Jawabnya sambil menepuk bahu Marvin.
"Yang lainnya, mari obati luka kalian dulu. Sebelum mengalami infeksi." Ucap Marvin kepada teman geng motornya.
"Baik Vin." Jawab mereka bersamaan langsung berdiri dan berjalan pincang menuju kursi.
Setelah beberapa menit, mereka mengobati lukanya masing masing. Merekapun langsung berkumpul menjadi satu dan duduk bersama di satu meja." Kenapa geng Drake, bisa masuk ke markas kita ini?." Tanya Marvin kepada teman temannya.
"Entahlah, dia langsung masuk dan menyerang kami, yang sedang main kartu didalam. Dan dia langsung memukuli kami dan dia juga mengatakan, bahwa dia marah karena ada dari kita yang menggoda wanita temannya." Jawab Frank menjelaskannya secara detail.
"Katakan, siapa yang mencoba menggoda wanita dari geng motor Drake. Jawab aku!." Tegas Marvin kepada teman temannya.
Semua hanya diam." Kenapa kalian diam. Katakan, aku tidak akan memarahi. Tapi aku mau bertanya." Ucap Marvin langsung berdiri.
"Saya Vin." Jawab temannya yang bernama Zero, langsung menaikkan tangannya.
"Sini," Panggil Marvin menyuruhnya di dekatnya.
Zero pun langsung duduk di samping Marvin." Kenapa kau menggoda wanita dari temannya geng motor Drake hah?." Tanya Marvin langsung menatapnya.
"Aku bukan menggodanya. Saat aku dijalan tadi, aku melihatnya sedang kesusahan membawa barang. Jadi aku berinisiatif untuk membantunya, membawa barang barangnya ke tokonya.
"Aku tidak ada maksud lain, dan tiba tiba geng motor Drake langsung marah dan mengatakan, bahwa aku ini mau menggoda wanita temannya. Aku hanya melakukan apa yang seharusnya aku lakukan!." Jawab Zero dengan nada marah.
"Sabarlah, aku tahu maksud mu. Tidak mungkin kau seperti itu. Aku tahu kau." Ucap Marvin berusaha menenangkannya, agar tidak marah lagi.
"Mereka selalu saja seperti itu. Tidak ada habisnya untuk mencari gara gara dengan kita. Tidak bisa dibiarkan, kita harus waspada dan menjaga diri kita." Ucap marah Marvin sambil mengepalkan tangannya.
"Omong omong, bagaimana dengan wanita yang kau antar pulang itu?." Tanya Jack.
"Ya begitulah, sudahlah." Jawab Marvin tersenyum tipis.
Keesokan paginya. Dimana Callista sedang berbelanja di Pasar dan ia belum mengetahui keberadaan Marvin. Marvin yang kebetulan juga sedang di Pasar, untuk meminta uang pedagang." Sini uang ya." Minta Marvin seperti biasanya.
"Ini uangnya." Jawab pedagang tersebut langsung memberikan uang tersebut kepada Marvin.
"Gitu dong, yuk gaes." Langsung pergi dari tempat lain dan ke tempat lainnya.
Saat Marvin mau meminta ke pedagang lainnya. Ia melihat Callista yang sedang berbelanja. Seketika itu juga, Marvin langsung berpura pura mengangkat barang orang lain.
Callista yang melihatnya langsung menghampiri Marvin." Hai, kau lagi apa bersama teman teman mu?." Tanya Callista sambil tersenyum kepada teman teman Marvin.
"Kami sedang,
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!