Rita baru saja menyelesaikan kuliah S1nya di salah satu Universitas Negeri. Ia sekarang bersama dengan teman - temannya membuka usaha yang bergerak di bidang kuliner. Sebuah cafetaria juga usaha catering. Letaknya tak jauh dari rumahnya.
Hendry adalah anak tunggal, pemilik perusahaan besar yang bergerak di bidang property.
Ayah Rita dan Hendry adalah teman masa kecil yang sudah lama tak bertemu. Rita dan Hendry sebenarnya saling mengenal, tetapi karena kurangnya komunikasi serta terkendala oleh jarangnya pertemuan mereka. Kini mereka menjadi asing. Hendry berumur 5 tahun lebih tua dari Rita.
Hendry lahir di kota X, tetapi demi mendukung karir Sang Ayah, mereka pindah ke kota Y. Sebaliknya, Rita yang baru selesai diwisuda, kembali lagi ke kota X.
Orang tua Hendry dan Rita menjodohkan mereka berdua, namun mereka menolak perjodohan ini. Tapi, mereka juga tak ingin dicap 'anak durhaka'.
Yuk, kita simak kisah mereka ...
...****************...
Perjodohan
...----------------...
"Sekar, Desy ... tamatlah riwayatku ..." sambil terisak-isak menangis, Rita curhat pada kedua sohibnya.
"Saya akan dijodohkan dengan anak teman Papa ," ucapnya nanar menatap langit-langit cafetaria berwarna biru laut itu dengan mata memerah.
"Kamu tidak menolak perjodohan ini ,Ta?" tanya Desy penasaran.
"Percuma ...."
"Kamu tidak hamil kan, say?" tanya Desy lagi.
"Pacar saja saya tak punya, hamil dengan siapa?"
"Kamu tahu, alasan perjodohan ini, Ta?" tanya Sekar mengintrogasi.
"Tidak ...."
"Saya bingung, bagaimana kelak saya menjalani hari-hari ku," sungut Rita yang masih terus berlinang air mata.
"Sudah, Sudah ... Ta," saya rasa keputusan Orangtuamu pastilah yang terbaik untukmu." Hibur Sekar seraya membelai rambut hitam sohibnya itu.
Hendry sedang duduk di ruang kerja di kantornya. Ia juga sedang meratapi nasibnya, hingga tidak fokus pada kerjanya. Hendry bingung, membayangkan nasibnya ke depan. Ia bertanya- tanya dalam hati, "Kenapa Orang tuanya mau menjodohkannya secara sepihak?"
"Bagaimana karakter gadis itu, bagaimana pula parasnya ...?" Bla ... bla ... "Akhh ... kenapa hidupku kacau begini?" Ia menarik nafas, berusaha berpikir positif, menenangkan dirinya sendiri. "Bagaimana aku menjelaskannya pada Riani?" gumamnya.
"Tuhan ... " Hendry mengumpat kesal. Lagi-lagi ia berusaha menenangkan dirinya. "Semoga semua baik-baik saja Tuhan ... " Doanya dalam hati.
Rita pulang kerumahnya, di kamarnya ia tak henti menangis, mata indahnya memerah dan bengkak, akibat menangis terus- menerus. Mamanya dari tadi tidak melihatnya keluar dari kamarnya, berinisiatif mengajak anaknya makan. Sang Ibu tahu, betapa sedih dan hancurnya hati putrinya, tapi apa daya, ia juga tak bisa berbuat banyak.
"Ta, Rita ... " kita makan malam yuk, Nak?"
"Ma, saya tidak lapar, Mama makan saja ya," balasnya dari dalam kamar.
"Tapi ---"
"Saya masih kenyang, Ma!" potong Rita.
Tok ... tok ... tok ...
"Masuk ... "
"Hendry, kamu booking tiket pesawat tujuan kota X untuk besok." Perintah Papanya seraya berjalan keluar dari ruangan anaknya. Pak Septiono tampak puas setelah Hendry menuruti semua kemauannya.
Di rumah Pak Septiono ...
Kedua Orangtua Hendry sibuk menyusun pakaiannya di koper dan bawaan lainnya yang mereka butuhkan selama di sana. "Hmm ... dasar emak-emak, kalau diajak jalan, bawaannya buanyak banget." Goda Pak Septiono. "Selesai Pa, Mama tidak sabar mau ketemu calon mantu, Pa."
"Hendry galau, Ma. Ia melamun tadi pas Papa ke kantor," curhat Pak Septiono pada Istrinya. "Makanya Pa, mereka harus segera dipertemukan, ha ... ha ... ha ...
Hendry dengan wajah sendu dan langkah gontay, berjalan masuk ke kamarnya. Ia berjalan ke kamar mandi, mengisi air hangat di bath tub dan menambahkan beberapa esens aroma terapi untuk merendam tubuh lelahnya.
Esoknya ...
Kedua Orangtua Hendry bersiap- siap berangkat. Sambil menunggu mereka sarapan, koper dan barang bawaannya, segera sopir pindahkan ke garasi. Mereka kemudian berangkat.
Setelah melakukan perjalanan yang panjang, mereka tiba di kota tujuan.
Mohon maaf sebelumnya, saya sedang membetulkan tulisan dari awal. Harap tim editor dan para pembaca maklum ya. Silahkan lanjut disimak, terima kasih pengertiannya, semoga kedepan dibimbing lagi yah! Mohon dukungannya ya teman-teman, jangan ragu memberi kritik dan sarannya, kita sama-sama belajar yah, terima kasih, selamat siang, selamat melanjutkan akivitasnya, bye...
Mereka menginap di Hotel, Hendry juga menyewa sebuah mobil untuk memudahkan mereka bepergian. Kamar Hendry bersebelahan dengan kamar Orang tuanya. " Ma, Pa ... kita, makan malam yuk," ajaknya sambil mengetuk pintu kamar Orangtuanya.
"Nih, kamu ganjal perutmu dengan kue ini dahulu," sungut Mamanya sambil menyerahkan kue pada Hendry.
"Ayo, kita berangkat!"
"Papa aza yang nyetir, kamu ga tahu alamatnya Hen!" seru Bu Martina.
Di rumah Pak Dominggus, Papa dan Mama Rita sedang duduk di ruang tengah, mereka menonton siaran berita, sambil menunggu kedatangan keluarga Pak Septiono. Rita yang sudah menyelesaikan pekerjaannya sedang beristirahat di kamarnya.
"Selamat sore Pak Dominggus, Bu Ana?"
"Silahkan, Pak Septiono, Bu Martina!"
"Mari Pak, Bu, silahkan duduk!"
"Tante, ini sedikit bingkisan dari Mama," Hendry menyerahkan buah tangan pada Bu Ana.
"Aduh, ga usah repot Nak."
"Ini pasti Hendy ya?" tanya Bu Ana memandang Hendry yang berperawakan tinggi dan wajahnya tampan.
"Ya Bu, saya Hendry.
"Mari, silahkan duduk, silahkan ..."
"Bu, panggilkan Rita turun!"
"Ya Pak."
Bu Ana naik ke lantai atas memanggil Rita.
"Rita, ayo turun, Nak! Tamu Papa sudah tiba."
Bu Martina sudah tidak sabar ingin bertemu Rita. Begitu juga dengan Hendry.
"Pak, Bu, selamat sore." Sapa Rita pada kedua Orangtua Hendry.
"Selamat sore Rita, kamu makin cantik aza, sayang," Bu Martina memuji Rita dan memeluknya, tangannya mengusap-usap punggung Rita.
"Hen, kenalan dong sama Rita!" goda Bu Martina.
"Hendry," sambil mengulurkan tangannya pada Rita.
"Rita," balasnya.
Mereka saling berjabat tangan, memandang satu sama lain. "Ternyata, cantik gadis juga ini," gumamnya dalam hati. Rasa penasaran di antara mereka kini terjawab sudah. Sambil menikmati hidangan, mereka ngobrol bersama.
"Bu Ana, hidangannya lezat, enak- enak semua Bu. Saya sudah lama ga icip-icip masakan lokal Bu. Terima kasih."
"Masakan sederhana aza Bu.Tadi dibantu sana Rita.
"Tuh, Hen, calon istrimu pintar masak," goda Bu Martina lagi.
Seketika wajah Rita merona, Hendry kagum padanya. Sambil sesekali mencuri-curi pandang padanya.
"Rita bersama 2 orang temannya Desy dan Sekar, mengelola cafetaria dan catering, Bu. Letaknya dekat kok dari sini."
"Oo ... pantesan Bu," seru Bu Martina.
"Wah, kenyang nih Pak Dominggus,ha ... ha ... ha ... "
"Ayo, Pak, Bu, kita ke ruang tengah!"
"Ya, Pak Dominggus, kita ke sini sengaja mau membahas perihal hubungan anak-anak kita."
Mereka pun berlalu meninggalkan Rita dan Ibunya.
"Ma, Mama ke ruang tengah aza, biar di sini Rita yang beresin, ini juga tinggal dikit kok, Ma."
"Ya sudah, Mama tinggal ya, Nak."
Rita sibuk berbenah. Semua piring kotor ia cuci, sisa lauk ia pindahkan ke lemari, meja tak lupa Rita lap dan rapihin. "Kelarr." Batin Rita.
"Hmm ... "
"Eh, Hendry, ada apa?"
"Boleh saya duduk."
"Silahkan."
"Kita ... dijodohkan."
"Ya."
"Apa kamu terima perjodohan ini?"
"Saya menolak, tapi ... aku ga berani melawan kedua Orangtuaku," balas Rita pasrah.
Dari lubuk hati terdalam, memang awalnya Rita menolak perjodohan ini. Tapi, setelah bertatap muka langsung dengan Hendry, semua kegelisahan dalam hatinya sirna seketika.
"Sama, aku juga menolak."
"Lalu sekarang gimana Rita?"
Hendry kini juga tak lagi gundah gulana, sebaliknya ia malah terkesima dengan Rita. Parasnya elok, kulitnya putih berseri, pintar masak pula. Kriteria istri idaman Hendry ada pada dia.
"Aku ga tahu Hen," jawab Rita bingung.
"Kita sama-sama cari solusi ya Ta." Hendry membuka perbincangan lebih mendalam.
"Kamu masih sendiri, Ta."
"Ya."
"Kamu."
"Aku sudah berpacaran."
Deg ... seketika dada Rita terasa di bilah belati, sakit. Padahal, ia baru saja ingin membuka hatinya pada 'pria pilihan Orang tua' mereka itu.
"Iya, kita cari solusi ya biar Orangtua kita membatalkan perjodohan ini!"
Tapi tak dapat dipungkiri, Hendry juga terpesona dengan kecantikan Rita. Ia kini menghadapi dilema.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!