Qing Xia dan Se Se masih berada di dalam kereta kuda yang berjalan menuju ke restoran. Karena perjalanan yang lumayan panjang, Ti Chi memutuskan untuk melewati hutan yang merupakan jalur tercepat menuju ke restoran.
Hutan yang dipenuhi dengan pepohonan lebat membuat suasana di tempat itu sedikit menyeramkan. Angin yang bertiup kencang membuat pohon-pohon tampak seperti sedang menari-nari.
Di dalam kereta kuda, seorang menantu dan Ibu mertuanya sedang melakukan percakapan yang serius. Keduanya duduk bersebelahan dengan kursi empuk yang dibuat secara khusus oleh Se Se yang datang dari masa depan.
"Aku juga datang dari masa depan." ucap Se Se kepada Qing Xia dengan wajah serius.
Qing Xia membelalakkan mata, dia merasa terkejut dengan kenyataan yang baru saja dikatakan oleh Ibu mertuanya.
"I... Ibu juga datang dari masa depan?" tanya Qing Xia memastikan pendengarannya.
Se Se mengangguk.
"Apakah itu artinya Ibu juga merasuki tubuh orang lain?" tanyanya lagi.
Se Se kembali mengangguk.
Qing Xia pun terdiam, dia memikirkan banyak hal yang mengganjal di dalam hatinya. Beberapa kali dia memikirkan alasan dirinya dibawa ke dunia ini. "Apakah aku datang hanya untuk membalaskan dendal keluarga Yang?" batin Qing Xia.
Melihat menantunya kebingungan, Se Se menggenggam kedua tangannya. Dia lalu berkata kepada Qing Xia. "Jalani saja hidupmu di sini, karena kita tidak akan bisa kembali lagi ke masa depan."
Qing Xia menatap wajah Se Se yang terlihat bersedih, karena merasa penasaran, dia memberanikan diri untuk bertanya kepada Ibu mertuanya.
"Apakah Ibu ingin kembali ke masa depan?"
Se Se menggelengkan kepala, "Aku tidak pernah sekali pun berpikir untuk kembali ke masa itu." jawabnya dengan wajah yang tampak murung.
Qing Xia memperhatikan wajah Se Se yang memperlihatkan kesedihan, dia menjadi semakin penasaran tentang bagaimana kehidupan Ibu mertuanya di kehidupannya yang lalu sebelum terlempar ke jaman dinasti Han ini.
"Maaf Ibu, sepertinya Ibu memiliki kenangan yang tidak menyenangkan di kehidupan sebelumnya." ucap Qing Xia menyesali pertanyaan yang membuat Se Se teringat dengan luka di hatinya.
"Memang benar kehidupan ku yang dulu sangat buruk, sampai rasanya aku tidak ingin mengingat kenangan itu lagi." sahut wanita itu dengan melayangkan tatapan kosong ke arah luar jendela.
"Sudah lama sekali aku hidup di dinasti Han, tetapi ini pertama kalinya aku bertemu dengan seseorang yang juga berasal dari masa depan." lanjutnya berbicara. Dia lalu menoleh ke arah Qing Xia dan menatapnya dengan seksama.
"Siapa namamu di kehidupan sebelumnya?" tanya Se Se penasaran.
"Nama ku juga Qing Xia. Lu Qing Xia."
"Lu Qing Xia, nama yang cantik. Cocok sekali dengan wajahmu yang sangat cantik." puji Se Se sambil tersenyum.
"Hehe... Aku tidak secantik yang Ibu katakan."
Qing Xia merasa malu karena dipuji oleh Ibu mertuanya. Wajah wanita itu memerah dan hatinya merasa senang mendapat pujian dari sosok ibu di depannya.
Se Se mengambil sebelah telapak tangan Qing Xia, dia lalu menggenggamnya. "Qing Xia, hanya kamu satu-satunya wanita yang berhasil melelehkan es batu di keluarga Han. Kamu adalah wanita yang paling cantik di mata kami semua." ujarnya sambil menepuk pelan punggung telapak tangan Qing Xia.
"Ke depannya kita harus hidup bahagia bersama. Jika ada masalah, kamu boleh menceritakan semuanya kepada Ibu. Karena sekarang, kamu tidak sendirian lagi di dunia ini." ucap Se Se sambil menatap mata Qing Xia.
Mata Qing Xia berkaca-kaca, dia tidak menyangka jika Ibu mertuanya sangatlah baik hati. Tetapi ada sesuatu yang mengganjal di hati Qing Xia, dia belum menceritakan bahwa dirinya adalah seorang pembunuh di kehidupan lalu.
"Apakah Ibu masih akan bersikap baik terhadapku jika dia mengetahui masa laluku sebagai seorang pembunuh?" tanya Qing Xia dalam hati.
"I... Ibu..." panggilnya perlahan.
"Ya, ada apa?" tanya Se Se.
"Se-Sebenarnya aku ..."
Kereta kuda tiba-tiba berhenti mendadak, membuat kedua wanita yang berada di dalam ruangan sempit itu hampir terjatuh.
Terdengar suara teriakan Ti Chi dari luar. "Nyonya cepat kabur, ada pembunuh!"
Se Se dan Qing Xia saling menatap sesaat, setelah menyadari situasi berbahaya yang akan mereka hadapi, Qing Xia langsung memegang erat tangan Se Se.
"Ibu, tetaplah di sampingku. Aku pasti akan melindungi Ibu walaupun harus kehilangan nyawa ku." ucap Qing Xia dengan wajah serius.
Se Se kebingungan menatap menantunya, dia tidak menyangka tidak ada rasa takut sedikitpun yang tampak di wajah mungil itu. Dia malah secara sukarela menawarkan diri untuk melindungi ibu mertuanya, benar-benar sifat yang sangat langka.
"Xin Xin sangat pandai memilih wanita, bukan hanya cantik di wajah, dia juga memiliki hati yang tulus. Bagus sekali putraku." puji Se Se bangga terhadap menantu pilihan putranya.
Yang Qing Xia
Putri dari seorang Jenderal yang mendapat gelar karena jasa-jasanya di medan perang.
Qing Xia merupakan seorang wanita keturanan bangsawan yang lemah lembut. Wajahnya yang cantik, imut dan mempesona membuat Kakak tirinya selalu merasa iri dan cemburu terhadap Qing Xia.
Qing Xia yang asli telah meninggal karena di siksa oleh ibu tiri dan kakak tirinya. Jiwa dari seorang pembunuh dari tahun 2023 memasuki tubuh Qing Xia. Jiwa wanita itu menetap dan melahirkan seorang putra bernama Xin Le setelah menghabiskan malam pertamanya dengan seorang laki-laki yang saat ini menjadi suaminya.
Han Ze Xin
Pangeran yang lahir dari Permaisuri Huang Se Se dan Raja Wei yang saat ini melepaskan semua gelar mereka. Meskipun begitu, semua rakyat di negara Han masih tetap menghormati keluarga Han. Gelar pangeran dari Han Ze Xin tetap berlaku karena dia masih keturunan kerajaan.
Wajah tampan dengan sikap yang dingin terhadap orang lain merupakan pesona dari Han Ze Xin. Satu-satunya wanita yang menarik perhatian laki-laki ini hanyalah Qing Xia, istrinya yang masih memakai status palsu untuk melindungi diri dari hukuman mati.
Huang Se Se
Ibu dari Han Ze Xin, wanita yang bertransmigrasi ke tubuh seorang putri perdana menteri. Dia membawa sebuah ruang dimensi yang bisa menyimpan banyak barang serta memiliki banyak barang-barang yang berasal dari masa depan.
Ruang dimensi milik Se Se bisa menambah sendiri persediaan yang sudah dia ambil tanpa terbatas. Obat-obatan, peralatan medis dan juga senjata tersedia di ruang dimensi miliknya.
Setelah bertemu dengan seekor phoenix nirwana, Se Se membuat kontrak dengan sang phoenix yang menginginkan kekuatan suci milik Se Se. Kontrak yang terjalin dengan phoenix mengakibatkan tubuh Se Se tidak bisa menua. Di usianya yang sudah memasuki 50an tahun, Se Se masih berwajah cantik seperti gadis muda.
^^^BERSAMBUNG...^^^
"Nyonya besar dan Nyonya muda, pergi lah! Aku akan menghadapi mereka." ucap Ti Chi lagi karena tidak ada pergerakan.
Qing Xia tersenyum sinis, dia melepaskan genggaman tangannya dari Se Se lalu berkata kepada Ibu mertuanya. "Ibu, tunggulah di sini, aku akan membereskan mereka semua dengan cepat."
Se Se menggangguk.
"Menantu ku ternyata memiliki sifat yang sombong dan pemberani." pikir Se Se dengan hati yang bangga.
Qing Xia berdiri hendak keluar dari kereta kuda, namun Se Se menarik lengannya.
"Tunggu sebentar." ucapnya sambil mencari sesuatu di balik lengan pakaian yang sebenarnya dia sedang membuka ruang dimensi untuk mengambil senjata.
Se Se mengeluarkan sebuah belati yang dibuat oleh Han Ze Xuan untuknya. Dia lalu memberikan belati itu kepada Qing Xia.
Belati itu terbuat dari baja hitam dengan gagang kayu yang kokoh dan kuat. Pegangannya di ukir sesuai dengan tangan wanita yang mungil sehingga membuat belati itu sangat cocok digunakan oleh wanita.
"Pakai ini untuk melindungi diri. Berhati-hatilah." ucapnya lagi sebelum melepaskan lengan Qing Xia.
Qing Xia menatap pisau belati di tangannya, pisau yang lebih terlihat seperti barang berharga dari pada sebuah senjata. Setelah mendengar suara pertarungan dari luar, ia menganggukkan kepala lalu turun dari kereta kuda.
Saat itu, matahari bersinar dengan terik. Angin kencang berulang kali menerbangkan debu dan dedaunan kering. Ranting-ranting pohon bergesekan karena terus menerus di terjang angin yang bertiup tanpa henti.
Qing Xia menyesuaikan penglihatannya, dia memakai kelebihan yang dimiliki oleh matanya yang bisa melihat secara tembus pandang untuk memperhatikan di mana lokasi para pembunuh yang masih bersembunyi.
"Langsung keluar semua? Bukankah mereka terlalu percaya diri?" ucap Qing Xia dalam hati karena tidak melihat adanya pembunuh yang bersembunyi.
Ti Chi masih berdiri dengan kedua kaki yang melebar di depan kereta kuda sambil menghadang para pembunuh untuk mendekat.
Qing Xia mengalihkan pandangannya, dia menatap ke arah para pembunuh yang berjumlah dua puluhan orang. Tidak ada sedikit pun ketakutan yang tampak di wajahnya, wanita itu malah tersenyum sinis sambil berdialog di dalam hati.
"Sudah lama aku tidak membunuh, lumayan juga para pembunuh ini datang, jadi aku bisa sedikit bersenang-senang. Karena kalian yang lebih dulu mencari masalah, maka jangan menyalahkan ku jika nyawa kalian ku cabut."
Qing Xia mengeluarkan belati dari sarungnya, dia lalu menerjang ke arah para pembunuh.
"Nyonya Muda!" teriak Ti Chi yang terkejut melihat Qing Xia berlari ke arah para pembunuh di depannya.
Se Se membuka tirai jendela, dia memperhatikan semua gerakan yang di lakukan oleh menantunya itu.
Qing Xia mulai menyerang secara cepat, dia membunuh satu persatu pria berbaju hitam yang memegang pedang sebagai senjata mereka.
"Satu! Dua! Tiga! Empat..."
Satu persatu mendapat hadiah tikaman dari belati yang di pegang oleh Qing Xia. Mereka yang menyadari jika lawan di hadapannya bukanlah musuh yang mudah di hadapi akhirnya mundur secara diam-diam.
Qing Xia menghitung jumlah pembunuh yang sudah dia habiskan. Setelah hitungan ke dua puluh, Qing Xia berhenti menyerang. Dia berdiri menatap sisa pembunuh itu dengan tatapan yang mirip dengan singa kelaparan.
"Selanjutnya giliran kalian." ucapnya menyeringai.
Percikan darah dari para pembunuh menodai wajah mulus Qing Xia , wajah cantiknya kini terlihat menyeramkan seperti iblis yang haus darah.
"Jangan sombong! Kau hanya beruntung karena memiliki kecepatan yang luar biasa." ujar salah satu pembunuh sambil menatap marah ke arah Qing Xia.
Dia memperhatikan para rekannya yang sudah bersimbah darah dan menjadi mayat di atas tanah. Amarahnya semakin membesar tat kala dia menatap sebuah giok yang tergantung di pinggang salah satu mayat yang tergeletak di bawah.
"Akan ku bunuh kau!" teriaknya dengan amarah yang memuncak.
Giok tersebut adalah hadiah dari nya untuk rekan yang sangat dia sayangi. Begitu mengetahui kematian rekannya tersebut, pria ini tidak dapat mengendalikan emosinya.
Pria berbaju hitam itu berlari dan melompat ke arah Qing Xia, dia menyerang secara membabi buta dengan terus mengayunkan pedangnya ke tubuh Qing Xia yang masih bergerak cepat untuk menghindar tanpa sempat melakukan perlawanan.
Setelah pria tersebut lelah, gerakannya menjadi sedikit melambat. Qing Xia tidak menyia-nyiakan kesempatan itu, dia membalas serangan dari pria pembunuh dengan melemparkan belati di tangannya tepat di kepala pria itu.
"Brukkk!"
Tubuh pria itu terjatuh ke atas tanah, dia langsung menghembuskan nafas terakhirnya setelah Qing Xia mendekat lalu mencabut belati yang tertancap di dahinya.
Ti Chi memperhatikan dengan jelas semua gerakan Qing Xia yang gesit, cepat, kejam dan tepat sasaran. Dia mengarahkan belati ke bagian berbahaya yang langsung membunuh manusia dalam satu tusukan.
Ti Chi sempat bergidik ngeri melihat pemandangan di depannya, dia merasakan bahaya yang datang dari tatapan Qing Xia ke arah para pembunuh.
"Mengerikan ..." pikir Ti Chi.
Sementara Se Se yang masih duduk diam di dalam kereta kuda juga merasakan hal yang sama. Bedanya hanya Se Se tidak merasakan kengerian seperti Ti Chi yang bergidik ketakutan melihat Qing Xia membunuh orang-orang berbaju hitam yang menghadang jalan mereka.
"Qing Xia memiliki kekuatan dan tenaga yang besar, staminanya juga luar biasa. Dia tidak terlihat kelelahan meskipun sudah membunuh 20 puluh orang secara beruntun. Gerakannya gesit, sangat cepat dan tepat di tempat yang mematikan. Dia... Terlihat seperti seorang pembunuh profesional." pikir Se Se sambil menatap ke arah Qing Xia.
Qing Xia melanjutkan serangannya, dia kembali menghitung seraya menikam leher pria di sekitarnya.
"Dua puluh satu, dua puluh dua, dua puluh tiga, terakhir, dua puluh empat."
Sisa pembunuh terakhir yang masih berdiri di depan Qing Xia. Pria itu menatap wanita di hadapannya itu dengan raut wajah ketakutan, dia memegang pedangnya dengan tangan yang gemetaran.
"Wanita ini pasti seorang iblis!" pikirnya sambil menatap ngeri mata Qing Xia.
Sementara Qing Xia melihatnya dengan tatapan yang meremehkan, senyuman sinis di wajah cantik itu sama sekali tidak terlihat menarik di mata si pembunuh. Dia hampir terkencing di celana gara-gara ketakutan dengan wajah Qing Xia yang dipenuhi percikan darah.
"Terakhir!" ucap Qing Xia sambil melemparkan belatinya.
"Tranggg!"
Sebuah pedang menghadang belati Qing Xia, belati itu terjatuh karena hantaman dari pedang besi di gagang belati.
Qing Xia berbalik badan, menatap siapa orang yang melindungi pembunuh terakhir yang menjadi incarannya.
^^^BERSAMBUNG...^^^
"Nyonya Muda, Tolong sisakan satu orang untuk di interogasi."
Ternyata Ti Chi yang maju untuk menghadang belati Qing Xia. Dia tidak ingin semua orang mati sebab dia masih harus menyelidiki dalang di balik para pembunuh yang menargetkan kereta kuda keluarga Han.
"Ckkk... Percuma saja, dia juga tidak akan memberikan informasi yang benar."
Ti Chi berjalan ke arah jatuhnya belati, dia memungut belati itu lalu mengembalikannya kepada Qing Xia.
Qing Xia merasa sedikit kesal karena tidak bisa mengambil nyawa terakhir dari kawanan pembunuh yang berniat membunuh dia dan ibu mertuanya. Wajahnya tampak dingin dengan amarah yang terlihat di kedua sorot matanya.
Karena tugasnya sudah selesai, Qing Xia berjalan kembali ke dalam kereta kuda. Setelah masuk ke dalam kereta kuda, Se Se menyambut Qing Xia dengan senyuman sejuta arti yang membuat Qing Xia merinding.
"I... Ibu..." panggilnya ragu-ragu karena sedikit merinding melihat senyuman dari Ibu mertua yang tidak terbaca niatnya.
"Apakah tidak ada yang ingin kamu ceritakan tentang masa lalumu?" tanya Se Se sambil menatap tajam mata Qing Xia.
Qing Xia menelan ludahnya, dia merasa gugup karena pertanyaan dari Se Se membuatnya berpikir jika Ibu mertuanya sudah bisa menebak siapa dirinya di masa lalu.
"Hahhh..." Se Se menghela napas panjang. Dia menepuk kursi di sampingnya lalu berkata kepada Qing Xia.
"Duduklah di sini, ada beberapa hal yang ingin Ibu tanyakan kepadamu."
Mendengar kalimat dari Se Se membuat kegugupan Qing Xia semakin bertambah.
"Gawat! Apa yang ingin Ibu tanyakan kepada ku?" pikirnya sambil menatap ke kursi tempat Se Se menepuk-nepuk telapak tangannya.
Qing Xia berjalan perlahan lalu duduk di samping kursi tersebut, dia lalu menatap wajah Ibu mertuanya dengan perasaan gelisah dan cemas.
"Jangan takut, jawab saja dengan sejujurnya. Ibu tidak akan mempermasalahkan masa lalumu yang berprofesi sebagai seorang pembunuh." ucap Se Se secara terang-terangan mengatakan jika dia mengetahui pekerjaan yang Qing Xia lakukan di kehidupan sebelumnya.
"Bagaimana Ibu bisa mengetahuinya?" tanya Qing Xia dengan wajah yang semakin memutih pucat.
Se Se menggenggam tangan Qing Xia, dia lalu menatap lembut mata menantunya itu.
"Qing Xia, jangan khawatir tentang masa lalumu. Ibu akan mencoba memahami semuanya tanpa berpikiran buruk terhadap kehidupan mu saat ini. Ibu juga memiliki masa lalu, dan Ibu yakin jika semua orang memilikinya, kenangan buruk yang ingin kita lupakan."
Qing Xia menarik napasnya yang sedari tadi dia tahan karena merasa gugup.
"Ibu, sebenarnya... Dulu aku seorang pembunuh bayaran." ucap Qing Xia berterus terang.
"Kenapa kamu menjadi seorang pembunuh?" tanya Se Se penasaran.
Qing Xia awalnya ragu untuk menceritakan masa lalunya, tetapi karena Se Se sudah bertanya, dia terpaksa bercerita tentang masa hidupnya yang dipenuhi dengan kekejaman.
"Aku hidup sebatang kara. Suatu hari, seseorang datang kepadaku. Dia bilang akan memberikan makanan enak dan tempat tinggal yang nyaman jika mengikutinya ke panti asuhan. Karena hidup ku sulit dan selalu kelaparan, aku pun menerima tawarannya. Ternyata, aku di bawa ke sarang pembunuh. Di sana banyak anak-anak yang di latih menjadi pembunuh bayaran. Sejak saat itu, misi ku hanyalah membunuh target yang sudah di tentukan."
Qing Xia melirik wajah Se Se yang tidak terbaca emosinya. Dia tidak bisa menebak apa yang sedang dipikirkan oleh Ibu mertuanya itu setelah mendengar cerita tentang kehidupan masa lalu Qing Xia.
"Ibu pasti merasa takut memiliki menantu yang merupakan seorang pembunuh. Ibu pasti kecewa telah menerima ku sebagai bagian dari keluarga mereka." pikir Qing Xia.
Se Se tiba-tiba memeluk Qing Xia, membuat wanita itu terperanjat dengan mata yang membesar.
"Kamu pasti sangat kesulitan, hidupmu pasti penuh dengan ketakutan dan kesedihan. Maafkan Ibu karena tidak bisa berbuat apapun untuk membantu menghilangkan kesedihan dan ketakutan di masa lalumu. Terima kasih sudah bertahan hidup dan datang ke dunia ini. Mulai sekarang, mari kita jalani hidup dengan penuh kebahagiaan."
Se Se menepuk pelan pundak Qing Xia. Kedua wanita itu meneteskan air mata bersama. Se Se menangis karena hatinya terasa sakit ketika membayangkan kehidupan masa lalu Qing Xia yang begitu berat, sementara Qing Xia merasa tersentuh dengan kata-kata yang di ucapkan oleh Ibu mertuanya.
Qing Xia benar-benar tidak menyangka jika Ibu mertuanya akan berkata seperti itu. Kata-kata yang menghibur dan menyemangati masa lalu dan juga masa depan Qing Xia dengan tulus.
"Kebajikan apa yang sudah ku lakukan di masa lalu sampai-sampai aku diberikan Ibu mertua yang sebaik ini?" tanya Qing Xia dalam hati.
Setelah beberapa saat, Se Se melepaskan pelukannya. Dia mengeluarkan sebuah sapu tangan untuk membersihkan percikan darah yang menempel di wajah dan tangan Qing Xia.
"Qing Xia, jangan pernah menunjukkan kemampuanmu ini di depan orang lain. Mereka yang berniat jahat akan menggunakannya sebagai alasan untuk menjatuhkanmu. Kamu harus mengingat bagaimana ayahmu di fitnah 4 tahun lalu, mereka juga menggunakan alasan yang sama. Terlalu hebat dan luar biasa juga bisa mengundang mala petaka."
Qing Xia mengangguk, dia mengerti apa yang di takutkan oleh Ibu mertuanya.
"Aku benar-benar ceroboh, untung saja ada Ibu yang mengingatkan ku." pikirnya dalam hati.
Ti Chi mengikat pria hidup yang tersisa di sebuah pohon besar, dia lalu membuka satu persatu penutup wajah serta pakaian para pembunuh yang sudah tergeletak di lantai untuk mencari jejak bukti yang bisa mengungkapkan siapa dalang di balik rencana pembunuhan ini.
"Ckkk... Benar-benar pekerjaan yang rapi. Mereka tidak meninggalkan jejak apapun di tubuh para pembunuh ini." ucap Ti Chi yang berdecak kesal karena tidak mendapatkan petunjuk apapun.
Ti Chi mendekati pohon besar tempat pembunuh tersebut di ikat. Dia lalu berjongkong di depannya.
"Siapa yang mengutus kalian untuk membunuh Nyonya?" tanya Ti Chi dengan wajah sangar.
"Cih, bunuh saja aku. Aku tidak akan pernah menghianati majikan ku." sahut pria itu dengan wajah sombong.
"Begitu kah? Aku akan bersenang-senang terlebih dulu sebelum membunuhmu." ancam Ti Chi seraya mengeluarkan kalajengking beracun dari dalam sebuah kotak.
"Ma... Mau apa kau?" tanya pria itu dengan wajah panik.
"Menurutmu?" sahut Ti Chi menyeringai licik ke arah pembunuh.
Ti Chi meletakkan kalajengking di dekat si pembunuh.
"Bunuh saja aku! Cepat bunuh aku!" teriaknya semakin panik ketika kalajengking mulai naik ke atas lengannya.
"Aaaaakhhh...."
Jeritan kesakitan pun di mulai saat kalajengking memulai sengatannya di kulit si pembunuh. Dia berteriak kencang sambil meringis kesakitan.
"Akan ku katakan, tolong singkirkan serangga ini. Cepat singkirkan!" teriak pria itu lagi dengan wajah yang mulai membiru.
Racun mulai menyebar ke seluruh tubuhnya, membuat rasa sakit dan terbakar di semua kulit dan juga organ dalam tubuh. Manusia normal pasti kesulitan untuk menahan rasa sakit itu sehingga mereka akan memilih kematian atau menyerah lebih cepat.
Ti Chi menyimpan kembali kalajengking peliharaannya. Dia lalu bertanya lagi kepada pria pembunuh itu.
"Katakan, siapa orangnya?"
^^^BERSAMBUNG...^^^
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!