NovelToon NovelToon

MAHKOTA Terindah Untuk Bunda

PROLOG.

┈••✾•◆❀🤍 Mutiara Hikmah🤍❀◆•✾••┈

"Ketika Allah belum mengizinkan kita mendapatkan apa yang kita minta

Sesungguhnya Allah sedang menyuruh kita untuk mensyukuri apa yang kita punya. "

__sᴛᴏʀɪᴇs ᴏғ ᴛʜᴇ ᴅᴀʏ__

•┈┈┈┈┈┈•✾•◆❀🤍❀◆•✾•┈┈┈┈┈┈•

"Adira, bangun nak! Sudah waktunya  waktunya sholat subuh tuh!" seru seorang wanita, ia terlihat sedang membangunkan putrinya yang masih berusia sebelas tahun.

"Iya Bun, Dira udah bangun kok." sahut sang putri yang di panggil Adira itu, dengan suara serak khas orang bangun tidur.

"Alhamdulillah, bangunin juga adek Daffanya ya Nak?" kata wanita itu lagi dengan suara lembutnya.

"Iya Bun!" balas Adira lagi dari dalam kamarnya.

Setelah mendapatkan balasan dari sang putrinaya, yang menandakan ia telah bangun. Wanita itu pun melangkah keluar dari kamar sang putri dan baru saja ia keluar dari kamar tersebut. Tiba-tiba terdengar suara seorang pria, yang terdengar dari sebuah kamar yang bersebelahan dengan kamarnya Adira.

"Halimah baju Koko Abang, kok nggak ada Mah?!" Seru Pria tersebut tanpa menunjukkan wajahnya. Mendengar suara pria tersebut. Wanita yang di panggil Halimah pun langsung memasuki kamar yang bersebelahan dengan kamarnya Adira.

"Baju Koko yang mana Bang Rizal?" Tanya Halimah balik, saat ia sudah berada di dalam kamar tersebut. Dan ia melihat seorang pria yang terlihat sedang berdiri tepat di depan sebuah lemari, dengan hanya memakai handuk sebatas pinggang hingga sampai lutut saja. Tampak sekali kalau pria itu baru selesai mandi.

"Baju Koko Abang yang warna putih loh, Dek, tadi malamkan Abang gantung disana, kok sekarang nggak ada sih Dek?" Kata pria yang dipanggil Rizal tersebut. Dengan wajah yang terlihat sedang kebingungannya.

"Ooh, baju Koko putih itu Imah rendam Bang," balas Halimah, sambil ia berjalan menuju ke lemari tempat Rizal berdiri.

"Loh kok direndam Dek? Itukan baru Abang pakai tadi malam doang Dek,"

"Maaf Bang Imah nggak tau. Ya udah Abang pakai baju Koko yang ini aja ya?" Balas Halimah, seraya ia menyerahkan lipatan baju Koko yang baru saja ia ambil dari dalam lemarinya.

"Ah, ya sudahlah kalau begitu, pakai ini pun nggak papa, padahal Abang sengaja nggak setiap kali dipakai langsung ganti. Karena Abang kasian sama kamu yang cuciannya selalu banyak, Dek," kata Rizal seraya ia mengambil pakaian yang diberikan oleh Halimah.

"Udah nggak papa Bang. Ya udah ya bang Imah mau ngambil wudhu juga. Soalnya nanti selesai sholat Imah bisa cepat masak buat sarapan kita dan anak-anak Bang," ujar Halimah, seraya ia bergegas hendak keluar dari kamarnya.

"Iya Dek, Abang juga mau sekalian ke mesjid ya?" Balas Rizal, seraya ia mengancingkan baju kokonya yang terlihat sudah ia pakai.

"Iya bang," balas Halimah dan ia pun keluar dari kamar tersebut, meninggalkan Rizal yang terlihat masih bersiap-siap hendak pergi ke mesjid. Dan setelah semua tampak rapih Rizal pun bermaksud keluar dari kamar tersebut. Namun langkahnya tiba-tiba terhenti karena terdengar suara seorang anak laki-laki yang usianya sekitar lima tahun, memanggil dirinya.

"Ayah tunggu!" Teriak anak laki-laki itu, membuat Rizal langsung menoleh ke sumber suara tersebut.

"Eh,  Abang Daffa Adzriel? Ada apa nak?" Tanya Rizal seraya ia mendekati anak laki-laki tersebut.

"Dafa, juga mau ikut ke mesjid, Yah" balas anak laki-laki yang di panggil Daffa tersebut. Mendengar balasan dari putranya, Rizal pun langsung tersenyum, seraya ia mengusap-usap rambutnya Daffa.

"Alhamdulillah, Abang Daffa, tambah pintar ya? Ya sudah kalau begitu ayo kita ke mesjid sekarang ya Nak?" Ajak Rizal, Dan ia pun menggandeng tangan Daffa dan  membawanya ke mesjid yang tak berapa jauh dari rumah mereka.

Sementara itu Halimah yang telah selesai berwudhu, langsung memasuki kamarnya kembali, untuk melaksanakan shalat subuhnya juga. Namun baru saja ia memasuki kamarnya, tiba-tiba saja mata Halimah langsung terbelalak. Tatkala ia melihat seorang anak kecil yang terlihat sudah berada disisi tempat tidurnya. Bahkan ia hampir terjatuh dari sana.

"Astaghfirullah..Anakku!" Pekik Halimah, seraya ia berlari menangkap tubuh anak kecil tersebut. "Alhamdulillah, Bunda bisa menangkap kamu nak," katanya lagi, seraya ia memeluk tubuh anak kecil tersebut, serta mengecupinya. Sambil ia berjalan menuju ke sebuah sajadah yang sudah terbentang disalah satu sudut kamarnya.

"Dede Daffi, diam di sini dulu ya Nak? Bunda sholat dulu, nanti baru Bunda bikini susu buat De Daffi, ya sayang?" ujar Halimah pada Anak kecil di panggil Daffi tersebut, yang usianya sekitar dua tahunan. Mendengar ucapan sang Ibu si kecil pun mengangguk, karena ia sudah mulai paham setiap ucapan sang Ibu.

"Alhamdulillah, Anak bunda pintar banget, deh. Ya sudah Bunda sholat dulu ya sayang." lanjut Halimah dan dianggukkan kembali oleh si kecil. 

Setelah mendapatkan jawaban dari putra bungsunya, Halima pun langsung memakai mukenanya lalu ia pun melaksanakan kewajibannya sebagai seorang Hamba terhadap Rabb nya.

********

Iyaa Itulah keluarga kecil Halimah Rianty yang usianya sekitar tiga puluh tiga tahun, yang memiliki Suami bernama Syafrizal yang usianya tiga puluh sembilan tahun. Kini usia pernikahan mereka sudah beranjak tiga belas Tahun, dan mereka di karuniai tiga orang anak. Satu putri dan dua putra.

Anak pertama mereka bernama Adira Azkayra berusia sebelas tahun dan masih duduk di kelas enam SD. Sedangkan anak keduanya bernama Daffa Adzriel yang usianya baru lima tahun yang masih bersekolah TK. Dan Si bungsu bernama Daffi Adzrial, yang usianya baru beranjak dua tahun.

Kehidupan keluarga Halimah sangatlah sederhana, dengan suami yang hanya bekerja sebagai buruh di sebuah pabrik. Sedangkan Halimah hanya ibu rumah tangga biasa, walaupun ia juga sebenarnya bisa menjahit. Namun karena ia memiliki seorang anak kecil, ia pun tak di perbolehkan oleh sang suami untuk berkerja. Jadi otomatis perekonomian mereka hanya mengandalkan gaji dari suaminya saja yang terbilang hanya pas-pasan saja.

Namun walaupun begitu, Halimah tidak pernah mengeluh. Ia selalu menerima seberapapun Rizal memberikan nafkah untuk keluarganya. Makanya tak heran kalau Rizal semakin menyayangi istrinya itu.

...┈┈••✾•◆❀◆•✾••┈┈...

Bismillah, semoga barokah.

Assalamu'alaikum para Reader kesayanganku.

Oh iya kalian masih ingat nggak dengan novel ramada yang berjudul, "Sayang Bunda hingga akhirat?" Masih ingat dong ya? Nah karena waktu itu novel itu sedikit bermasalah. Jadi terpaksa Author hapus untuk diperbaiki lagi. Serta mengganti judulnya. Namun alurnya masih sama tentang seorang ibu yang menginginkan anaknya menjadi hafidz Qur'an.

So ikuti ya guys, insya Allah sangat bermanfaat bagi para orang tua, yang menginginkan anaknya menjadi orang yang berguna. 😉 Dan jangan lupa beri dukungannya ya guys 🙏

LAPORAN.

*┈┉━❖❀🤍 Mutiara Hikmah.🤍❀❖━┉┈*

"Teruslah melakukan kebaikan tanpa mengharapkan pujian, sanjungan dan penghargaan daripada manusia karena yang maha berkuasa membalas kebaikan itu ialah ALLAH ﷻ."

__Quotes of the day__

*┈┉━━━━━•❖❀🤍❀❖•━━━━━┉┈*

Di pagi hari, setelah menyelesaikan kewajibannya, terhadap Rabb nya. Halimah pun langsung beranjak ke dapur untuk memasakkan sarapan untuk keluarga kecilnya itu. Setelah semuanya selesai ia pun menyajikannya di sebuah tikar yang ia gelar di lantai yang berada diruang tamunya. Setelah itu ia pun memanggil, suaminya.

"Bang, tolong panggilkan anak-anak dong, sarapannya sudah siap nih" ujar Halimah sembari ia menyendokkan nasi goreng kedalam piring-piring satu persatu.

"Iya dek" balas Rizal yang terlihat ia sedang menggendong putra bungsunya. Lalu ia pun menghampiri anak-anaknya yang berada di kamar mereka.

"Adira kamu sudah siap belum Nak? Kalau sudah siap ayo kita sarapan, Bunda sudah memanggil tuh, Nak," ujar Rizal pada anak sulungnya.

"Iya Yah, sebentar lagi Dira keluar kok" balas Adira, yang terlihat ia sedang memakai sepatu sekolahnya. Dan tak berapa lama ia pun keluar, dalam keadaan sudah rapih dengan pakaian seragam sekolahnya.

"Oh iya, Bang Daffa sudah siap juga kan Nak? kalau sudah ayo kita sarapan Nak" ajak Rizal pada anak nomor duanya.

"Sudah Yah! Abang udah siap juga kok," balas Daffa, yang terlihat ia juga sudah rapih dengan seragam TKnya. Lalu ia pun mengikuti sang Ayah menuju ruang tamu tempat biasa mereka berkumpul atau makan bersama.

Setelah semuanya berkumpul dan duduk di atas tikar, Halimah pun menyerahkan satu persatu piring yang sudah berisikan nasi goreng berserta telur dadarnnya, dan setelah itu, mereka pun langsung memakan makanannya dengan penuh hikmat. Dan di saat mereka sedang menikmati makanannya, tiba-tiba Adira buka suara.

"Bun, kata Bu guru, dua Minggu lagi mau ujian Bun, jadi kata Bu guru, Dira harus melunasi uang SPP bulan tiga, bulan empat sama bulan lima Bun" ujar Adira ditengah-tengah sarapannya.

"Sabar ya Nak, Ayah belum gajian, nanti kalau udah gajian, in syaa Allah bunda bayar kok" balas Halimah dengan lembut, sembari Ia menyuapi makanan pada si bungsunya.

"Iya Dir, sabar ya Nak, in syaa Allah Ayah bayar kok, kalau sudah gajian" sambung sang Ayah. Seraya ia mengelus puncak kepalanya Adira yang telah tertutupi oleh hijab putihnya.

"Baiklah Yah, Bun, nanti Dira bilang deh, sama Bu gurunya," balas Adira dan baru saja ia menyelesaikan kata-katanya, tiba-tiba sang adik no dua juga ikut buka suara.

"Oh iya, Bunda, Ayah, kemarin Dafa juga di suruh Ustadz Yusuf, untuk melunaskan uang SPP, juga Bun. Karena kata Ustadz sebentar lagi, kami mau mengadakan acara wisudaan, Bun," timpal putra keduanya Halimah. Mendengar laporan dari kedua anaknya. Halimah pun langsung mengalihkan pandangannya ke wajah suaminya. Tampak sekali kalau saat ini ia begitu kebingungan, setelah mendengar perkataan anak-anaknya.

Rizal yang sepertinya paham akan kebingungannya istrinya, ia pun memejamkan matanya sejenak, sepertinya ia sedang memberikan isyarat pada Halimah agar ia tenang. Setelah itu, ia pun kembali menatap putra keduanya.

"Sabar ya nak. In saya Allah, nanti akan Ayah usahakan, agar secepatnya Ayah membayar sppnya Abang Daffa juga ya Nak?" Kata Rizal dengan penuturan lembunya. Seraya ia membenarkan pecinya Daffa, yang terlihat agak miring.

"Baiklah Yah" balas Daffa, dengan mulut yang terlihat sedang penuh, karena ia baru saja memasukkan makanan di suapan terakhirnya.

"Alhamdulillah, Kalian sudah selesaikan sarapannya?" tanya Rizal pada kedua anaknya.

"Sudah Yah, ayo kita berangkat Yah!" balas Daffa, terlihat begitu semangat. Dan ia pun juga langsung bangkit dari duduknya. Lalu ia mengambil tas ranselnya dan kemudian ia gendongkan kepunggungnya.

"Dira juga udah siap kok Yah" sambung Dinda juga, yang sepertinya ia sudah siap untuk berangkat.

"Alhamdulillah, ya sudah sekarang salam dulu Bunda dong," balas Rizal, seraya ia bangkit dari duduknya juga.

"Oke Yah," balas Dira, seraya ia menghampiri Halimah. "Bunda, Dira berangkat sekolah dulu ya?" pamitnya sembari menyalami tangan sang bunda serta mrmberikan kecupan disana.

"Iya Nak, yang rajin belajarnya ya?" balas Halimah, lalu ia pun meletakkan telapak tangannya pada kepalanya Adira, seraya mengucapkan, "Robbi hab lī minaṣ-ṣāliḥīn," ucapnya sambil mengusap kepalanya juga. Setelah usai, ia pun beralih pada putra keduanya, sambil mengulurkan tangannya pada sang putra.

"Daffa juga berangkat sekolah ya Bun," pamit Daffa, sembari ia ikut menyalami tangan sang Ibu serta mengecupnya juga.

"Iya Nak, jangan nakal ya? Dan harus semangat belajarnya, oke?" balas Halimah, seraya ia juga meletakkan telapak tangannya di kepalanya Daffa, lalu kembali ia mengusap kepalanya Daffa, sambil mengucapkan doa Nabi Ibrahim.

"Robbi hab lī minaṣ-ṣāliḥīn"

Artinya, "Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh." (QS. As Shaffat: 100)

Doa itulah yang selalu Halimah ucapkan setiap Anaknya menyalami tangannya dan ia akan membalasnya dengan mengusap atau mencium, kepala anaknya sembari mengucapkan doa Nabi Ibrahim.

Setelah melihat kedua anaknya selesai bersalaman pada sang Ibu. Rizal pun menyuruh keduanya untuk menunggunya di depan rumah mereka. Setelah itu ia pun menghampiri istrinya, yang terlihat sedang menggendong putra bungsu mereka.

"Dek, soal anak-anak, jangan kamu pikirkan ya? In shaa Allah, semuanya pasti ada jalannya kok, jadi kamu jangan gelisah begitu ya?" ujar Rizal, pada istrinya.

"Tapi Bang, bayaran merekakan.." balas Halimah. Namun perkataannya langsung disela oleh Rizal.

"Sssth.. menurutlah Dek, percayalah Abang pasti akan usahakan kok. Sudah ya, udah siang nih, nanti anak-anak terlambat lagi. Oh iya nanti setelah mengantar anak-anak Abang?" ujar Rizal, yang sepertinya ia tak memberikan kesempatan untuk istrinya untuk meneruskan perkataannya. "Ya sudah Abang pamit ya Dek, Assalamu'alaikum" pamit Rizal sambil ia mengulurkan tangannya pada Halimah.

"Baiklah bang, ya udah hati-hati di jalan ya Bang? Wa'alaikumus salam," balas Halimah, sambil menyambut uluran tangan sang suami serta mengecupnya. Sedangkan Rizal langsung mengecup dahi istrinya dengan singkat. Setelah itu ia pun menyusul kedua anaknya yang sudah berada di dekat motornya, yang terparkir di depan rumah sederhana mereka. Setelah kedua anaknya sudah berada di atas motonya. Rizal pun mulai melajukan motornya, meninggalkan Halimah yang masih berdiri di depan pintu rumahnya, sambil menatap kepergian suami serta anak-anaknya.

"Ya Allah, lindungilah suami berserta anak-anakku dimanapun mereka berada ya Allah, jagalah mereka, karena hanya Engkaulah sebaik-baiknya Pelindung dan Sebaik-baiknya penjaga. Dan hanya pada-Mu lah tempat hamba memohon dan meminta, berikanlah keselamatan untuk keluarga hamba dunia maupun di akhirat" Itulah Doa Halimah di dalam hatinya, disaat ia menyaksikan kepergian suami dan Anak-anaknya.

...┈┈••✾•◆❀◆•✾••┈┈...

JANGAN LUPA DUKUNG AUTHOR TERUS YA..🙏

Bonusin dengan VOTE bila menyukai karya Author, dan LIKE Bila ingin memberikan semangat untuk Ramanda.

KECEMASAN HALIMAH.

*┈┉━❖❀🤍 Mutiara Hikmah.🤍❀❖━┉┈*

"Di Tangan-Nya terletak segala sumber kemuliaan dan perbendaharaan langit dan bumi sementara manusia itu, tiada memiliki apa-apa sebenarnya.

Maka selalulah ingat, manusia bukanlah penentu rezeki dan kemuliaan kita. Malah rezeki dan kemuliaan mereka sendiri adanya terletak pada ketentuan ALLAH ﷻ."

__Quotes of the day__

*┈┉━━━━━•❖❀🤍❀❖•━━━━━┉┈*

Seperti hari-hari sebelumnya, disetiap harinya setelah kepergian suami serta anak-anaknya. Halimah pun melakukan pekerjaan rumahnya, seperti beres-beres rumah, memasak serta mencuci pakaian. Setelah selesai, ia pasti menidurkan si bungsunya terlebih dahulu. barulah setelah ia pun pergi ke pasar untuk berbelanja keperluan dapurnya dengan menaiki sepeda Sankinya.

Sesampainya di pasar ia mempercepat belanjanya. Sebab ia takut telat saat waktunya menjemput putra keduanya yang masih bersekolah Tk. Namun disaat ia sedang belanja keperluan dapurnya, dan disaat ia sedang memilih sayuran segar tiba-tiba ia melihat seseorang memanggil namanya.

"Halimah?!" panggil seorang wanita.

Karena merasa namanya terpanggil. Halimah pun langsung menolehkan wajahnya kesumber suara tersebut. Dan tampaklah olehnya seorang wanita cantik yang sepertinya ia seumuran dengannya.

"Eh, Linda?!" sentak Halimah terlihat sedikit terkejut. Mendengar Halimah menyebutkan namanya, wanita yang di panggil Linda itu pun langsung memeluk Halimah.

"Aah.. syukurlah, ternyata ini benaran kamu ya Limah? Bagaimana kabar kamu selama ini, Limah?" Tanya Linda, yang masih memeluk Halimah.

"Alhamdulillah aku baik, Linda. Dan kamu sendiri gimana kabarnya?" tanya Halimah kembali, seraya ia menyambut dengan hangat pelukan dari Linda.

"Alhamdulillah aku juga baik kok, Mah. Eh tapi rasanya kamu kok agak kurusan deh, Mah? Kamu benaran baik-baik saja kan Mah?" tanya Linda lagi, seraya ia menatap tubuh Halimah dengan intensnya.

"Ya benaranlah aku baik-baik saja. Emangnya kamu pikir aku kenapa, hm?" Tanya Halimah balik, seraya ia mengerutkan keningnya.

"Ya nggak papa sih, hanya saja, aku..." Balas Linda. Namun belum lagi ia menyelesaikan perkataannya. Tiba-tiba Halimah langsung menyelanya.

"Eeeh.. sudahlah Lin, aku benaran baik-baik aja tau. Oh iya, sekarang apa kegiatan kamu Lin? Apakah kamu masih menjahit di pabrik ko Ahok?" Tanya Halimah, yang sepertinya ia bermaksud mengalihkan pembicaraan mereka yang tadi.

"Ya masihlah! Kan cuma disana yang gajinya, lumayan gede, jadi aku nggak bisa kerja ditempat yang lainnya Mah," jawab Linda dengan santainya "Oh iya, kamu sendiri kerja apa sekarang Mah?" Tanyanya balik pada Halimah.

"Aku nggak kerja Yat, soalnya nggak dibolehin kerja sama suamiku," balas Halimah apa adanya. "Kamu mah enak, suami kamu bolehin kamu bekerja ya? Nggak kayak aku, hanya dirumah aja, jagain anak-anak doang" kata Halimah lagi, dengan wajah yang terlihat sedikit sedih.

"Ya nggak enak juga sih Mah, capek tau!Dan sebenarnya suamiku juga sudah menyuruh aku berhenti sih. Tapi mau gimana lagi, kebutuhanku semakin besar, dan suamiku memiliki gaji hanya pas-pasan aja. Jadi kalau nggak di bantu gimana dengan sekolah anak-anakku, Mah? Makanya aku lebih baik kerja terus deh Mah," balas Linda, yang akhirnya ia juga bercerita tentang keluh kesah kehidupan rumah tangganya juga.

"Iya juga sih. Dan sebenarnya, kita sama sih Lin. Dan sekarang aja Aku lagi kepikiran dengan biaya sekolah anak-anakku. Apalagi anak sulungku sebentar lagi mau masuk SMP. Ditambah lagi, anak nomer duaku juga mau masuk SD, otomatis biaya semakin banyakkan? Makanya aku kepingin banget bekerja Lin. Tapi ya gitu bang Rizal, benar-benar nggak bolehin banget! Makanya sekarang aku pusing banget Lin," keluh Halimah yang akhirnya curhat, pada temannya itu.

"Hmm.. mungkin bang Rizal nggak ingin kamu jadi jauh dari anak-anak kamu Mah. Soalnya suami Aku, juga bilang begitu juga sih. Tapi mau gimana lagi coba. Apalagi sekarang anak-anakku semakin besar, dan otomatis, biaya semakin besarkan?" Balas Linda.

"Aah, iya Lin, suamiku memang ngomongnya juga seperti itu loh. Hah! Nggak Taulah Lin, aku benar-benar lagi bingung soalnya," keluh Halimah lagi, yang sebenarnya ia memang sejak tadi sedang memikirkan hal itu.

"Sabar Mah, pasti nanti ada jalan keluarnya kok, intinya jalanin aja dulu, in syaa Allah rezekikan sudah ada yang mengaturnyakan? Jadi untuk sekarang lebih baik kamu, banyak-banyak berdoa aja deh, Mah," kata Linda, membuat hati Halimah sedikit tenang.

"Benar juga sih yang kamu katakan, ya sudah kalau begitu, in syaa Allah aku sabar deh. Semoga Allah memberikan kemudahan bagi kami," balas Halimah yang kini wajahnya sudah terlihat mulai ikhlas.

"Aamiin, yang semangat ya Mah."

"Iya Lin, In syaa Allah, kamu juga ya, dan terima kasih ya. Karena sudah membuat hatiku sedikit tenang" ucap Halimah, seraya tersenyum ikhlas pada sahabatnya itu.

"Sama-sama Mah, lagian kitakan teman jadi sudah sepantasnya kita saling mengingatkan, iyakan Mah?" Balas Linda seraya ia menyunggingkan senyuman tulusnya.

"Alhamdulillah, terima kasih Lin. Oh iya, ngomong-ngomong udah jam berapa sekarang Lin?" tanya Halimah sembari ia melirik jam yang terpasang di tangan sahabatnya itu.

Mendengar pertanyaan Halimah, Linda pun langsung mengangkat lengannya untuk melihat jam tangannya, "Sekarang sudah jam sebelas tiga puluh, Mah. Kenapa emangnya Mah?" tanyanya terlihat penasaran karena setelah mendengar jawaban darinya, ia langsung mengerutkan wajanya. Sebab ia dapat melihat ada kecemasan di wajah Halimah.

"Astaghfirullah, Aku telat menjemput anakku yang sekolah TK, Lin!" balas Halimah, terlihat semakin panik

"Astaghfirullah, ya sudah sana kamu pergi jemput anak kamu Mah. Sorry ya gara-gara aku, kamu jadi lupa, sama anak kamu," ujar Linda terlihat merasa bersalah.

"Iya nggak papa, ya sudah kalau aku pamit ya Lin, salam dengan keluarga kamu, Assalamu'alaikum" pamit Halimah sambil ia menaruh barang belanjaannya ke keranjang sepedanya.

"Iya hati-hati ya Mah, Wa'alaikumus salam" balas Linda. Dan di balas dengan acungan jari jempol saja oleh Halimah seraya ia menyunggingkan senyuman manisnya pada Linda.

Setelah itu Halimah pun mulai kembali mengayuhkan pedal sepedanya dengan cepat menuju ke sekolah TKnya Daffa anak nomor duanya. Yang jaraknya lumayan jauh dari pasar menuju sekolah TK Seroja. Namun bagi Halimah hal itu tak menjadi masalah, dan ia tetap semangat menjalani kesehariannya yang seperti itu.

Sesampainya disekolah TK putranya, Halimah terlihat semakin panik tatkala, sekolah TK itu terlihat telah sepi. "Astaghfirullah, aku benar-benar sudah terlambat! Sampai-sampai, semuanya sudah pada pulang. Tapi dimana Anakku ya?" gumamnya, sembari ia melihat sekeliling sekolah, mencari si buah hatinya.

"Ya Allah, dimana anakku?"

...┈┈••✾•◆❀◆•✾••┈┈...

JANGAN LUPA DUKUNG AUTHOR TERUS YA..🙏

Bonusin dengan VOTE bila menyukai karya Author. dan LIKE Bila inggin memberikan semangat."KOMENTAR para Readers akan menjadi pemicu inspirasi Author..Jadi jangan lupa ya guys 🙏😉 Syukron 😊🙏

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!