NovelToon NovelToon

Cinta Rahasia Sang Preman Sekolah

Episode 1: Cowok Gila

Ini adalah suatu pagi yang cerah, di mana sekitar awal awal semester baru saja dimulai. Dan ini juga merupakan hari baru untuk seorang gadis bernama Azalea Stevanni atau bisa dipanggil Lea yang baru saja pindah ke SMA Y.

Kebetulan, SMA Y tidak begitu jauh dari rumah baru yang dia tinggali, jadi Azalea berangkat dengan berjalan kaki, sambil menikmati suasana baru yang indah di pagi itu.

"Hari ini aku harus memberikan kesan yang baik kepada teman-teman baruku," guma gadis itu bersemangat sambil mulai mengecek ke arah kaca yang dia bawa, mencoba melihat apakah penampilannya cukup sempurna atau tidak.

Merasa tidak ada yang salah, Lea segera melanjutkan jalannya dengan santai.

Itu tidak terduga, ketika sudah cukup dekat dengan arah sekolah, kurang lebih 200 meter lagi, Lea melihat kejadian yang tidak terduga.

Ya, ini terjadi dimana ada seorang pemuda yang memakai seragam yang sama dengan dirinya saat ini sedang dikejar oleh beberapa orang.

Lea jelas saja merasa kaget, ini baru awal semester, walaupun bukan hari pertama, namun masih awal semester, dan bagaimana bisa ada siswa yang sudah mulai membuat masalah?

Lea jelas bukan tipe orang yang tertarik dengan masalah namun sayangnya masalah itu mendatang nya ketika pemuda yang berlari itu malah menuju ke arah Lea.

"Awas!!! Minggir!"

Mungkin karena pemuda itu, tidak bisa menjaga kecepatannya dan tidak bisa menghindari sisi di mana Lea tiba-tiba muncul dari tikungan, dia segera menabrak Lea dengan keras. Lea merasakan keseimbangan goyah dirinya merasa akan terjatuh.

Nah, ini pasti cukup menyakitkan jika jatuh kepala duluan, Lea cara refleks langsung menutup matanya. Namun rasa sakit di kepalanya tidak muncul seperti yang Lea kira, jadi Lea segera membuka matanya, dan di sanalah dia begitu terkejut, dimana tepat didepan matanya adalah sosok seorang pemuda yang tadi menabraknya, jarak mereka kurang dari satu senti, hampir saja bibir mereka bertemu.

Jantung Lea, jelas saja merasa ingin copot karena terkejut, dirinya tidak pernah ada di jarak dekat ini dengan seorang Pria manapun, dan disini Lea bahkan bisa merasakan aroma ringan mint dari Pemuda yang ada diatasnya, apalagi wajah pemuda itu, terlihat sangat tampan ketika dilihat dari jarak dekat.

Pandangan mereka bertemu sekilas, dari sini tentu saja tidak berlangsung dengan lama karena dari jarak sekitar seratus meter ada suara-suara tidak nyaman.

"Hey!! Cepat tangkap si Bajingan itu!!"

Seorang Pria dengan wajah menyeramkan dan rambut di cat terlihat mengejar dari sana.

Hal itu, segera menyadarkan Lea soal situasi yang terjadi. Dimana alasan kenapa kepalanya tidak sakit, karena pemuda di atasnya menahan kepalanya dengan tangannya.

Pemuda itu, juga terlihat buru-buru dan segera bangun dari posisinya sambil menarik Lea agar bangun juga.

"Lo kalau jalan itu pakai mata!"

Lea segera menerima teriakan marah dari pemuda itu, Lea jelas saja merasa pemuda itu tidak masuk akal.

"Itu bukan salahku lagipula kenapa kamu berlari-larian?" Kata Lea masih dengan nada sopan.

Pemuda itu terlihat malas menjawab, karena suasana menjadi genting.

"Sudahlah gak penting juga," kata pemuda itu sudah bersiap untuk lari lagi.

Dari sana, Lea bisa melihat tangan pemuda itu sedikit berdarah, apakah karena menahan kepalanya tadi ketika jatuh?

Lea tiba-tiba dirasuki rasa bersalah, namun dirinya tidak bisa apa-apa karena pada itu sudah pergi lari menjauh bersama dengan beberapa orang yang saat ini mengejarnya.

Respon Lea ketika melihat itu adalah,

"Dasar Cowok Gila, pagi-pagi sudah bikin ribut,"

Lea terlalu pusing untuk memikirkannya, jadi segera kembali melanjutkan perjalanannya ke sekolah, karena merasa tidak ada gunanya memikirkannya paling-paling dirinya tidak akan pernah bertemu dengan pemuda gila itu.

Namun dugaan Lea salah, ketika dirinya masuk ke kelas bersama Guru, dan mulai memperkenalkan dirinya kepada siswa-siswi baru di kelas barunya itu, Lea melihat wajah yang cukup familiar.

Di deretan belakagan, ada seseorang pemuda yang familiar, berbeda dengan tampilan pagi sebelumnya yang terlihat cukup rapi, kali ini ada beberapa luka lebam di wajahnya. Lea yang melihat beberapa memar ungu itu merasa tidak nyaman, sungguh sia-sia wajah tampan itu jika di buat lebam begitu.

Apakah dia baru saja berkelahi dengan orang-orang itu?

Tatapan mereka sepintas bertemu, namun pemuda itu segera menujukan jari tengahnya pada Lea, dan segera mengalihkan pandangannya, dan berbaring di mejanya.

"Lea? Kenapa kamu tidak memperkenalkan diri mu?" Kata wali kelas, menatap Lea yang dari tadi diam sempat berpikir jika gadis itu mungkin malu untuk mencoba memperkenalkan dirinya di depan dengan teman barunya.

Suara sang guru membuyarkan lamunan Lea.

Ya, Lea benar-benar tidak habis pikir dengan pemuda yang ditemuinya itu, sial namun jelas ini bukan saatnya untuk memikirkan hal itu.

"Salam Kenal Semua, Aku Azalea Stevanni, Pindahan dari Sekolah M. Mohon bimbingannya semua," kata Lea dengan sopan, dan perhatian para siswa siswi, terlihat sangat friendly pada Lea.

"Baik, kamu bisa duduk di bangku belakang yang kosong,"

Lea lalu menatap satu-satunya bangku yang kosong, tepat di samping pemuda gila itu, hanya beda satu baris kosong, ekpersi Lea segera buruk, namun jelas ini bukan saatnya untuk protes.

Namun untungnya, ketika Lea menatap kearah meja pemuda itu, dia masih berbaring di mejanya, terlihat sedang tidur. Dan lagi, Lea juga menemukan teman semeja yang cukup akrab, dia langsung memperkenalkan dirinya kepada Lea.

Ketika Lea menatap kesamping dengan tidak nyaman, teman semejanya itu segera berkata,

"Apakah kamu penasaran dengannya? Kamu tidak perlu memikirkannya, dia adalah Reyhan Alvarendra, Preman di Sekolah ini, aku hanya memberimu sedikit nasehat sebaiknya kamu jangan berurusan dengannya, dia biasanya hanya tidur seperti itu, asal kamu tidak mengganggu nya tidak akan ada masalah,"

"Preman Sekolah?"

"Ya, itu karena dia sering berkelahi dan membuat masalah, guru-guru sudah pusing menghadapinya, dan memilih menyerah dan mengabaikan nya,"

"Ah, tentu saja, aku juga akan hati-hati,"

Ya, Lea juga cukup kaget, namun mengingat kejadian tadi pakai dan juga beberapa luka di wajahnya, Lea merasa itu wajar, ya seseorang yang suka berkelahi, tidak ada hal baik jika terus berurusan dengan nya.

Namun, sayangnya, karena jarak antara Lea dan pemuda itu cukup dekat, Lea bisa mendegar bagaimana cowok itu, sepertinya sedikit mengeluh tentang luka yang dimilikinya mungkin itu pelan, namun Lea bisa mendengarnya.

Kemudian, Lea melihat luka di tangan pemuda itu, yang lecet, karena kejadian tadi pagi?

Apakah itu salah dirinya mereka bertabrakan lalu membuat pemuda itu tertangkap oleh orang-orang yang mengejarnya?

Karena rasa manusiawi dan rasa bersalah di hatinya, ketika jam Istirahat, dan ketika semua orang pergi dari ruang kelas, Lea memberanikan diri nya untuk mendekati cowok itu mulai menyentuh tangannya.

"Hey,"

Pemuda itu, masih terlihat diam dimejanya. Lea itu mencoba untuk membangunkan nya sekali lagi.

"Hey, bangun!"

Mungkin karena tidak tahan tubuhnya di guncang-guncang, pemuda itu segera terbangun dengan marah.

"Apa-apaan sih, Lo? Berisik banget? Tau nggak sih kalau gue lagi tidur?"

Lea memilih untuk tidak berdebat dan membalas kata-kata kasar itu, dan hanya memberikan satu kotak plester luka pada Pemuda itu.

Pemuda itu menatap kotak itu dengan heran sambil menatap Lea.

Episode 2: Rasa Penasaran

Lea menatap pemuda yang ada di hadapannya terlihat menujukan ekspresi bingung, Lea akhirnya mulai menggungkapkan niatnya yang sebenarnya.

"Aku pikir kamu terluka dan membutuhkan hal-hal untuk mengobati lukamu,"

Pemuda itu menatap Lea dengan ekspresi dingin lalu berkata dengan marah,

"Gue gak butuh, dan lagi Lo nggak usah repot-repot perhatian sama gue, nggak ada gunannya juga,"

Mungkin Lea juga mulai merasa kesal dan dengan respon dingin itu, jadi dia hanya meletakan kotak itu di meja, namun sayangnya hal itu segera di buang ke lantai oleh Reyhan.

"Udah gue bilang gue nggak butuh!"

Lea menatap kotak yang di lantai, lalu menatap lagi pemuda yang ada di hadapannya ini dan sekarang setelah dilihat dari luka-luka yang ada di wajahnya benar-benar terlihat serius.

"Astaga, apa susahnya sih cuman nerima itu aja? Apa lu lihat itu wajahmu lebam semua jadi jelek kayak gitu, dasar keras kepala!"

Mungkin karena Lea sudah mulai kehilangan kesabarannya dia mulai berkata dengan kurang sopan.

"Siapa yang lo bilang jelek?"

"Makanya punya kaca itu di pake, udahlah mending lu ke UKS aja sekalian, gue udah gak peduli,"

"Siapa juga yang butuh lo peduliin?"

Lea segera pergi dari sana, dan akhirnya hanya merasa kesal pada merasa lega melihat pemuda itu benar-benar menjengkelkan dan keras kepala hanya ingin mengobati diri sendiri saja tidak mau. Lea hanya bisa menghela nafas sepertinya tidak ada baik berurusan dengan pemuda gila itu.

####

Lea lalu mulai menuju ke Kantin, menyusul teman semejanya dan rombongan saat ini sudah berada di kantin.

"Lea? Dari mana saja sih? Aku udah nungguin dari tadi," kata teman semeja Lea, dia bernama Kirana.

"Aku tadi hanya ke kamar mandi sebentar, Mari kita segera memesan saja,"

Saat jam makan siang itu, Lea mulai berkenalan dengan teman-teman lainnya, menikmati makan siang itu dengan damai, mencoba untuk tidak memikirkan kamu gila yang di kelas itu yang benar-benar sangat menyebalkan.

Namun ada hal yang membuat Lea terkejut, itu karena begitu dirinya sampai kelas, Lea melihat pemuda itu memakai beberapa plester luka di tangan dan sudut wajahnya.

Mungkin karena dia akhirya sadar jika wajahnya memang terlihat buruk dengan luka-luka itu?

Namun begitu tatapan mereka bertemu, pemuda itu segera menujukan ekpersi sangar pada Lea lalu segera memalingkan wajahnya sambil menunjukan ekspresi mengejeknya. Lea yang menatap itu hanya menghela nafas lalu segera duduk di tempat duduknya seperti biasa.

"Lea, kenapa kamu menatap Rey dari tadi?" Tanya Kirana penasaran.

"Tidak tidak aku hanya penasaran kenapa dia tidur terus dari tadi apakah memang dia seperti itu?"

"Itu benar, dia memang selalu seperti itu ketika di kelas, hanya tidur, dia akan sangat marah jika diganggu jadi aku sarankan padamu apapun yang terjadi sebaiknya kamu jangan mengganggu ketika dia sedang tidur,"

Lea yang mendengar penjelasan itu merasa penjelasan itu sudah terlambat pantas saja tadi Reyhan itu marah ketika dirinya bangunkan, namun bukankah ini sekolah?

Kenapa pula bukannya belajar namun malah tidur di sekolah?

"Eh? Dia hanya tidur? Lalu bagaimana dengan nilai-nilai nya kalau begitu?"

Kirana yang mendengar pertanyaan itu hanya segera menghela nafas dan berkata,

"Tidak perlu bertanya dengan nilainya,"

Mendengar itu, malah membuat Lea semakin penasaran, jangan bilang ini semacam jenius yang tersembunyi itu?

Melihat ekspresi Lea, yang terlihat seperti baru saja meyakini sesuatu, Kirana segera menghela nafas dan berkata,

"Apa yang kamu pikirkan? Jelas Rey itu Peringkat Terakhir di Sekolah, ini sudah bukan rahasia umum dan semua orang juga tahu untuk itu, Aku juga heran kenapa orang semacam itu masih saja ke Sekolah, malahan hanya mengganggu pemandangan saja dan mengganggu siswa-siswi yang benar-benar serius mau belajar," kata Kirana sambil berbisik ke telinga Lea, takut orang di sebelah sadar apa yang mereka bicarakan.

Lea yang mendengar cerita itu jelas aja merasa cukup aneh, yah membuat dirinya penasaran kenapa Rey ini bisa seperti itu?

Apakah karena situasi Keluarganya?

Namun, Lea hanya bisa memendam pertanyaan itu untuk dirinya sendiri tidak ingin Kirana menjadi curiga jika dirinya penasaran pada Rey ini.

Dan begitulah, hari pertama Lea di Sekolahnya, sejauh ini tidak ada masalah di sekolahnya, sesuai yang Lea inginkan. Hanya pertemuannya dengan pemuda gila itu, yang masih membayangi Lea, dan bagaimana Pemuda itu, benar-benar hanya menghabiskan waktu untuk tidur di kelas.

Lea benar-benar tidak habis pikir dengan hal itu, sungguh aneh.

Tepat ketika pulang sekolah, Lea menatap kearah ponselnya, ingin mengirimkan pesan kepada seseorang.

Ada sebuah kontak bernama 'Alfa' disana, yang Lea kirimkan pesan.

[Hari ini di Sekolah Baru, hal-hal baik terjadi, teman-teman di sini ramah, tidak seperti di sekolah lamaku, Aku benar-benar senang,]

Namun jelas, tidak ada balasan dari ujung pesan. Lea tidak kecewa, karena memang sudah biasa tidak dibalas seperti ini, balasannya akan agak lama karena yang dirinya hubungi orang yang cukup sibuk.

####

Karena itu juga merupakan hari baru, Lea tinggal di kota itu, Lea memutuskan untuk melihat daerah-daerah sekeliling tempat itu. Sambil jalan-jalan menikmati suasana tempat baru cukup menyenangkan juga.

"Nenek, Aku akan pergi jalan-jalan dulu," kata Lea pamit pada Neneknya, ya satu-satunya Keluarga yang merawatnya sekarang, setelah orang tua Lea bercerai, dan mulai sibuk dengan kehidupan masing-masing.

"Kamu harus hati-hati, jangan pergi ke Gang Belakagan di Ujung Jalan Utara, di sana tempat yang cukup berbahaya,"

"Tentu saja Nenek aku tidak akan pergi ke sana memangnya ada apa di sana?"

"Orang-orang yang tinggal di sana tidak begitu baik,"

"Baiklah, Aku mengerti,"

Setelah berpamitan kepada Neneknya, Lea segera pergi dari sana, berjalan ke Jalanan di Barat, menghindari Jalanan Utara yang kata Neneknya berbahaya, Lea juga tidak ingin terlibat hal-hal kacau di sana.

Hari kebetulan sudah sore, suasana disana cukup bagus untuk di lihat, rerumputan hijau, jalanan juga cukup sepi mungkin karena ini adalah pinggiran kota. Udara disana, masih sangat nyaman, dari pada di daerah pusat kota dimana Lea biasanya tinggal.

Ketika Lea terus berjalan, dia melewati sebuah bangunan yang sepertinya sedang dibangun. Lea awalnya tidak tertarik dengan hal itu, sampai dia melihat wajah yang familiar.

"Eh? Itu... Itu Rey?"

Ya, Lea melihat sosok Pemuda sombong yang sebelumnya, saat ini mengenakan pakaian kontruksi lengkap, sedang membawa beberapa bahan bangunan dengan alat disana.

Bukankah masih di bawah umur, baru 16 tahun, apakah bisa bekerja seperti itu?

Apakah situasi Keluarganya cukup buruk?

Tapi lebih dari semua yang Lea duga, pemuda itu terlihat seperti Pemuda sombong dan angkuh, namun tidak mengira dia cukup mandiri dan memiliki pekerjaan sampingan?

Walaupun, itu pekerjaan yang terlihat berat, ternyata dia cukup kuat juga.

Lea merasa penasaran ketika melihat itu, dan tanpa sadar berjalan mendekat ke arah tempat kontruksi itu. Dari dekat, Lea bisa melihat Ray yang telah selesai memindahkan barang, mulai menyeka keringatnya, dengan ujung kaos yang di pakainya, sepintas pemadangan perut sixpack terlihat dari balik kaos, itu, menujukan pose seksi tertentu, sampai membuat Lea tersipu.

'Astaga, sangat tampan,'

Namun Lea segera membuang pikiran itu jauh-jauh, ketika tatapan Lea bertemu dengan tatapan pemuda itu yang juga menujukan ekpersi tidak senang. Lea merasa malu, dengan pikirannya barusan.

Jadi Lea jelas memilih untuk segera mengalihkan tatapannya dan pergi jauh-jauh dari sana, tidak ingin mencari masalah dengan pemuda itu hanya sekarang dirinya dipenuhi pertanyaan, kenapa dia sudah bekerja seperti itu?

Lea lalu ingat, kenapa Pemuda itu terlihat sangat lelah dan hanya tidur di kelas, apakah karena pekerjaan sampingan yang dia miliki?

Mungkin karena Lea tadi buru-buru lari dari tempat kontruksi dan melamun, Lea tidak menyadari Jika dia sudah mulai berjalan di dekat jalanan Utara, yang terlihat cukup gelap dan buruk.

Apalagi, karena Lea masih cenderung baru di tempat itu dia sepertinya salah belok dan tidak tahu bagaimana cara keluar dari gang itu, apalagi Lea lupa untuk membawa ponsel.

Lea memandangi rumah-rumah disana yang sangat penuh sesak, sudah sekian kalinya Lea lewat sini.

"Sial, dimana sih ini?"

Lea jelas binggung, namun tidak tahu juga bagaimana caranya bertanya dengan orang karena, Lea belum menghafalkan alamat rumah tempat Neneknya tinggal. Lea segera menatap kearah jam tangannya, dimana sekarang benar-benar sudah gelap, dan suasana di sekitar tempat itu terasa tidak nyaman, terutama karena Lea tidak sengaja berpapasan dengan beberapa orang menyeramkan yang memakai tato.

Sial, Lea merasa dirinya benar-benar terlibat dalam masalah, apakah ini Jalanan di Gang Utara yang Neneknya bilang?

Menatap suasana remang-remang yang sedikit menyeramkan di sekitar sana, Lea lalu segera berjalan lagi, sampai Lea mulai mendengar suara-suara berisik di salah satu belokan gang, mungkin karena penasaran, Lea lagi-lagi menatap ke arah Gang disana.

Sungguh, yang Lea lihat sekarang wajah familiar lagi, seorang pemuda yang saat ini sedang berkelahi dengan beberapa Pria Dewasa.

Ya, itu lagi-lagi Rey yang sama, ekpersi Lea segera menujukan ekpersi terkejutnya.

Rey itu....

Kenapa dia sangat aneh?

Tadi pagi ke kejar beberapa siswa Sekolah lain, tadi bekerja di tempat kontruksi, sekarang berkelahi di Gang!!

Lihat, luka yang tadi pagi di wajah Ray, sekarang menjadi terlihat sangat menyedihkan berkat perkelahian itu!!

Episode 3: Terasa. Familiar

Azalea yang menatap bagaimana Reyhan saat ini berkelahi itu, mau tidak mau hanya merasa heran kenapa dirinya selalu saja bertemu dengan pemuda itu?

Azalea sebenarnya ingin segera pergi dari tempat itu, namun tiba-tiba merasa tidak tahan melihat bagaimana Reyhan saat ini, Tengah dikeroyok oleh Beberapa orang bahkan walaupun Rey bisa untuk membalas, Lea tetap saja merasa perkelahian itu terlihat sangat tidak adil.

Ya, mungkin dibarengi dengan rasa tidak nyaman dan rasa kemanusiaannya, Lea lalu segera menatap perkelahian itu dan berkata,

"Aku akan menelepon polisi jika kalian tetap berkelahi!!"

Lea terlihat sudah mulai mengambil ponselnya di tas benar-benar terlihat sudah akan memencet nomor telepon itu.

Kata-kata nyaring itu, segera memasuki telinga Rey juga juga para Preman, Rey sendiri menjadi sangat kaget ketika dirinya melihat wajah seorang gadis yang familiar. Karena ini sudah ketiga kalinya, tidak ini lebih dari keempat kalinya mereka bertemu secara tidak sengaja. Paling awal adalah ketika dirinya di kejar beberapa siswa sekolah sebelah, yang berikutnya di kelas, lalu...

Jika dihitung hanya semakin banyak saja pertemuan tidak terduga itu, dan yang paling membuat Rey sebal, adalah ada saat dimana gadis itu melihat sosok dirinya yang paling menyedihkan. Contohnya di saat seperti ini ketika dirinya sedang dipukuli, atau saat tadi dirinya bekerja paruh waktu di kontraktor.

Dari semua orang, Rey selalu merasa cukup malu jika hal-hal ini di ketahui boleh teman-teman di sekolahnya, itu mungkin karena image menyeramkan yang Rey miliki, namun jika semua orang di Sekolah tahu seberapa miskin Keluarganya, Rey merasa tidak senang.

Ini lebih dari dirinya tidak ingin merasa dikasihani oleh orang lain hal-hal itu benar-benar menyebalkan. Terutama soal Gadis itu yang sekarang jelas sekali menunjukkan rasa kasihan padanya.

Hal-hal ini terasa sangat mengganggu.

Salah satu Preman yang mendengar teriakannya Lea, segera mendatangi Lea dengan ekpersi kesal.

"Hey, bocah kamu jelas tidak ada urusannya dengan masalah ini,"

Lea dengan semua keberaniannya segera berkata,

"Jelas aku memiliki urusan dengan ini!! Karena Cowok itu adalah Teman Sekelasku!!"

Lea mengatakan itu dengan penuh keberanian, alasan Lea cukup berani, itu mungkin karena kata-kata seseorang di sebuah surat dulu, sebuah surat yang merubah hidupnya.

'Jika kamu sedikit saja memiliki keberanian untuk berbicara, Aku yakin orang-orang tidak akan mengganggumu lagi. Kamu mungkin sedikit takut? Kalau begitu aku akan menyumbangkan beberapa keberanianku untukmu,'

Ya, Lea Tentu saja tidak memiliki kehidupan yang begitu baik sejak lama, mungkin karena masalah di Rumahnya dimana orang tuanya sendiri sering bertengkar dan lagi, sering berteriak pada Lea, Lea menjadi seorang gadis pendiam di sekolah, dan hal-hal itu membuat beberapa orang menjadikan Lea sebagai target Bullying.

Lea, saat itu tidak memiliki dukungan siapa-siapa, apalagi Lea takut jika masalah yang dimilikinya hanya malah menambah daftar bahan pertengkaran orang tuanya. Namun sayangnya hari-hari menjadi semakin buruk dan buruk, orang taunya bertengkar lagi dan lagi rumah terasa seperti neraka.

Di sekolah, juga terasa seperti neraka, tidak ada seseorang yang memberinya sedikit dukungan. Terasa kesepian dan kosong.

Mungkin karena itu juga suatu hari, Lea mulai menulis sebuah surat, ya itu tidak benar-benar sebuah surat untuk dikirimkan kepada seseorang, itu hanya sebuah surat acak yang Lea tulis, untuk mencurahkan isi hatinya. Namun mana tahu, surat acak itu, malah ketinggalan di Perpustakaan Kota tempat Lea sering menghabiskan waktu.

Dan ketika Lea mencoba mencari surat itu hal yang mengejutkan adalah, Lea menemukan sebuah balasan dari surat itu, hal-hal yang tidak terduga.

Mungkin kata-kata dalam surat itu, hanya beberapa kata-kata sederhana namun itu sudah cukup untuk membuat Lea memiliki keberanian. Yah, bahkan walaupun hanya satu orang yang mendukungnya, itu sudah cukup.

Dari balasan surat itu, juga ada sebuah alamat email, yang terlihat seperti lelucon karena namanya aneh. Namun, Lea tetap mencoba mengirimkan email, walaupun jawabannya akan lama.

Sejak saat itu, mereka mulai bertukar pesan pada pesan email, dengan hal ini juga Lea perlahan-lahan berubah, mungkin mendegarkan nasehat dari 'Penyelamatnya', yang bernama Alfa.

Identitasnya sampai saat ini tidak Lea ketahui, namun dengan keberadaannya, selalu membuat Lea menjadi lebih berani. Ada alasan ketika Lea membela Rey seperti sekarang.

Itu mungkin karena ketika melihat Rey yang hanya menghabiskan waktu sendirian di kelas, bahkan di saat jam Istirahat?

Dan lagi tidak ada seorangpun yang mencoba mendekati atau berbicara dengannya, apalagi mencoba peduli dengan luka-luka yang dia alami. Tidak ada yang memperhatikan pengubah yang hanya membaringkan kepalanya di meja di sudut ruangan kelas.

Sebuah pandangan kesepian yang tidak bisa Lea abaikan. Ada aura kasih kesendirian disana, yang mengigatkan Lea pada dirinya dimasa lalu.

Salah satu pria disana, lalu tertawa setelah mendengarkan kata-kata Lea.

"Ah? Jadi si Brengsek ini teman sekelasmu? Heh, ini benar-benar sangat baik,"

Pria itu, lalu mendekati Lea dan mulai mengenal tangan Lea terlihat ingin mencoba menahan gadis itu, mungkin karena Lea ketakutan, Lea segera mencoba membela diri dan mendengan bagian tertentu tubuh Pria itu di tengah selagakannya.

Hal itu membuat semua orang yang ada di sana terkejut, termasuk Rey. Tentu saja, Rey tidak melepaskan kesempatan ketika orang-orang yang mengeroyoknya itu lengah, mencoba memukul orang terdekat yang ada disamping Rey. Berikutnya, ada tendagan ke Pria lainnya.

Gerombolan Pria yang mirip Preman itu, segera menjadi marah tidak hanya pada Rey namun pada Lea. Rey juga melihat salah satu preman mencoba untuk mendekati Lea, jelas mencoba untuk menyakiti gadis itu.

Rey, yang melihat itu jelas hanya bisa menghela nafas karena dirinya harus memiliki beban tambahan, orang yang seharusnya tidak terlibat malah terlibat.

Rey akhirnya memutuskan untuk meraih tangan gadis itu, dan menariknya pergi.

Lea yang tiba-tiba tangannya dipegang oleh Rey, segera menunjukkan ekspresi terkejut.

"Kamu... Apa yang sudah kamu lakukan?"

"Diem aja deh, Lo! Ayo baiknya kita kabur dulu saja!!"

Mereka berdua lalu, segera melarikan diri dari tempat itu setelah Rey memukul dan menendang beberapa pria lainnya.

Lea yang mengikuti Rey jelas merasa kewalahan. Rey, berlari sangat kencang entah menuju kemana.

"Tunggu, tunggu.... Mau kemana kita ini? Aku benar-benar lelah...."

"Itu salah loe sendiri, ngapain dari awal pakai datang ke sana sekarang menjadi sok seperti pahlawan kesiangan?"

"Aku sudah mencoba menolongmu namun kenapa respon mu seperti itu?"

"Gue udah bilang sama loe untuk gak perlu repot-repot, kenapa lu itu sangat susah dibilangin sih?"

Mereka bunga menghentikan lari mereka ketika mereka sudah berada di ujung gang, ya disana berakhir dengan deretan persawahan yang luas, dan ada beberapa pohon bunga yang ditanam di sekitar sawah itu, membuat pemandangan di sana benar-benar terasa indah, apalagi pemandangan itu diiringi dengan pemandangan matahari yang hampir tenggelam.

Mungkin Lea terlalu terpesona oleh pemandangan indah yang ada di depannya hingga tidak mendengarkan kata-kata jadi nagih dari Rey.

Pemadangan itu, terlihat sangat indah dan familiar, Lea merasa pernah melihat pemandangan ini namun di mana?

Ah...

Bukankah ini foto pemandangan yang pernah Alfa kirimkan?

Hal yang Lea tahu sedikit, Alfa sangat suka fotografi, dan selalu berburu foto-foto yang indah dan tempat ini adalah salah satunya.

Mengetahui hal ini, hati Lea tiba-tiba berdebar...

Jangan bilang, jika Alfa tinggal di arena dekat sini?

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!