NovelToon NovelToon

Married With Bad Boy

Bab 1

Terlihat seorang gadis cantik sedang duduk di halte bus yang berada di depan sebuah sekolah. Gadis itu bersenandung kecil sambil menunggu bus yang akan datang menjemputnya. Tak lupa, sebungkus cilok yang menemaninya dan sesekali ia makan.

Dia adalah Kalea Sadewi. Gadis yang hidup sebatang kara di kota itu. Keluarganya berada di ibukota yang tak jauh darinya. Kalea memang ingin bersekolah di sekolah impiannya. Dan resikonya, ia harus berpisah dengan keluarganya. Dan untungnya, Kalea bisa mandiri di kota tersebut, meskipun sering merengek pada sang ibu, karena kesepian.

Mata hazel itu berbinar ketika sebuah bus yang sedari ia tunggu akhirnya datang. Segera ia memasuki bus tersebut lalu duduk di bangku dekat jendela. Tak lama bus tersebut melaju menuju arah tujuan yang akan dituju.

Selagi berada di dalam bus gadis itu bersenandung kecil sambil menatap jalanan yang padat. Sekali-kali ia tersenyum ketika melihat anak-anak yang sedang bermain di taman dengan gembira.

Setelah cukup lama menempuh perjalanan, Kalea segera memasuki unit apartemennya yang hanya terdapat kasur queen size dan tidak ada ruang tamu hanya ada sebuah kamar dan kamar mandi, juga dapur yang menyatu dengan kamar tersebut.

Beberapa menit ia habiskan untuk membersihkan badan, segera gadis itu membuka ponselnya yang berada di atas nakas.

Hanya melihat chat saja, siapa tau ada yang mencarinya. Namun, tidak ada notifikasi apapun. Poor Kalea.

Kalea memutuskan untuk memasak untuk makan malam saja daripada tidak ada kegiatan lain.

Sedikit informasi tentang Kalea. Dia adalah gadis cantik dan manis dengan kuncir kuda nya. Gadis lugu yang selalu merasa tidak enakan pada orang lain. Kalea mempunyai teman bernama Viola. Viola adalah teman satu-satunya. Karena, Kalea ini adalah gadis yang sulit beradaptasi alias pemalu.

Hadirnya Viola membuat Kalea menjadi sedikit percaya diri. Viola terusan menceramahi nya karena Kalea sangat sungkan dengan orang lain. Bahkan pada teman sekelasnya sekalipun. Saat ini Kalea menduduki bangku kelas 11 IPA 1. Untungnya, Viola di kelas dengannya juga. Jadi, Kalea tidak kaku-kaku amat.

******

Disisi lain..

Seorang pemuda sedang mengendarai motornya dengan ugal-ugalan. Itu sudah menjadi kebiasaannya. Dia adalah Elang. Elang Bratadikara. Anak semata wayang dari pasangan Ferdi dan Desi. Wajah tampan itu mirip dengan sang ibu. Namun, sangat disayangkan, Desi meninggal saat melahirkan Elang. Sedangkan Ferdi, pria paruh baya itu semakin menjauh dari Elang. Padahal dulunya, mereka berdua sangat lengket. Sejak Elang beranjak remaja, Ferdi mulai menjauh, dan Elang menyadarinya.

Tidak ada yang tidak sakit ketika orang yang kita sayangi menjauh. Bahkan melupakan. Kita pasti akan merasa kehilangan. Itulah yang dirasakan oleh Elang. Sikap Elang yang dulunya kalem dan penyayang, kini sudah berubah. Ia sudah menjadi pribadi yang agresif, kasar, dan sangat sensitif. Terlebih, sekarang Elang menjabat sebagai ketua geng motor yang bernama The Lion. Dengan anggota yang tidak sedikit.

Namun, bukan berarti The Lion adalah geng ugal-ugalan yang tak tahu aturan. Elang berhasil memimpin mereka untuk menjadi geng yang taat akan aturan. Meskipun tak jarang mereka ikut tawuran dan balapan liar, itu semua tak akan melunturkan kedisiplinan yang mereka bangun.

Mereka memiliki sebuah markas yang berada di jalanan sepi penduduk. Sebuah rumah tua yang mereka renovasi. Hanya saja bagian luar mereka biarkan seperti rumah tua pada umumnya. Jadi, kesannya kotor di luar tetapi bersih di dalam. Markas itu selalu ramai, karena mereka memiliki jadwal masing-masing untuk menjaganya agar tak diserang oleh musuh.

Malam ini, The Lion sedang berkumpul. Tentunya, Elang pasti hadir.

"Buset dah, bos kite baru datang! Jam berapa, nih, bos?!" Sebuah sindiran dari teman Elang yang tak lain adalah anggota inti The Lion. Panggil saja Wira. Si tengil dengan sejuta kekonyolan.

"Gak usah sok nyindir-nyindir lo. Digampar Elang baru tau rasa!" Seru salah seorang lainnya. Dia Fendi. Teman-temannya sering memanggilnya Gepeng. Karena, waktu kecil Fendi ini memiliki tubuh kurus, dan tidak mau gemuk. Tapi, sekarang, Fendi memiliki tubuh yang kekar dan berotot tentunya.

"Lo berdua yang gue gampar!" ketus Elang. Dan disambut gelak tawa oleh yang lainnya.

Elang Bratadikara. Bad boy tampan yang tak lain adalah ketua The Lion. Mempunyai sifat keras kepala yang membuat siapapun kesal menghadapi si bad boy ini.

Elang sejak kecil sangat dimanja oleh sang Ayah. Namun, semuanya berubah ketika ia tumbuh remaja. Elang tidak tahu apa alasannya. Yang pasti, selain Ferdi menjauh darinya, Ferdi juga lebih kasar dan tak segan main tangan padanya. Hal itu membuat Elang kesal dan tinggal di apartemen miliknya.

Menginjak kelas 1 SMA, Elang memutuskan untuk ikut geng motor yang waktu itu didirikan oleh kakak kelasnya. Tujuan Elang menjadi anggota geng motor hanya untuk bersenang-senang saja awalnya. Namun, semakin lama, hingga saat ini, geng motor bisa membuatnya lebih berani dan kuat.

Dulu, Elang adalah anak manja. Karena ayahnya yang tak pernah luput akan memberikan kasih sayang. Semuanya Ferdi lakukan demi Elang. Tapi, Elang sadar, ternyata itu hanya sementara.

"Pesen makanan, gih! Buat makan malam sekalian," celetuk pria yang tak kalah tampan dari teman-temannya. Itu Hero. Dia memiliki kepribadian lebih kalem dari yang lainnya. Tentunya yang paling waras dibandingkan yang lain.

"Bos, hp lo?" Dengan kurang ajarnya, Wira menadahkan tangannya kearah Elang untuk meminjam hp sang ketua. Tak jarang mereka pesan makanan di hp Elang, karena, menurut mereka, jika pesan di hp Elang, rasanya lebih nikmat.

Tak lama, makanan yang mereka pesan sudah datang. Dan mereka makan bersama-sama dengan khidmat.

Elang menikmati nasi padang nya sambil menatap teman-temannya. Ia bersyukur mempunyai teman seperti anggota geng nya itu. Mereka benar-benar menjaga solidaritas. Hampir dua tahun Elang memimpin The Lion, anggotanya benar-benar membuat dirinya nyaman. Nyaman dalam artian ia merasa mempunyai keluarga yang melewati suka duka bersama-sama, tanpa ada penghianatan.

Elang berharap, semuanya tidak akan berubah seperti ayahnya. Elang tidak siap kehilangan lagi. Cukup ayahnya saja yang pergi, mereka jangan.

Teruntuk Wira, Fendi, dan Hero, mereka bertiga sudah bersahabat dengan Elang saat masih menduduki bangku kelas 3 SD. Dan untungnya mereka masih berteman hingga sekarang. Elang, Wira, Fendi dan Hero sudah tau akan kepribadian masing-masing. Pastinya masalah Elang dengan sang ayah sudah diketahui ketiga temannya sejak lama. Dan kini, seluruh anggota The Lion juga sudah tahu permasalahan bos nya.

"Makan yang banyak. Biar cepet gede!" celetuk Wira dengan mulut penuh makanan.

"Sadar diri lo! Diantara kita semua, elu yang paling cungkring!" seru Fendi.

"Jangan asal ngomong, lo, Peng! Gue berotot, nih!" Wira tampak memamerkan otot lengannya.

Fendi mencibir. "Mana ada otot kayak gitu. Ini baru otot!" Kini Fendi memamerkan ototnya.

Kesal mendengar perdebatan keduanya, Elang langsung melemparkan tisu kearah Fendi dan Wira.

Puk!

Puk!

"Makan tuh otot!"

***

...TBC...

Bab 2

Seperti biasanya. Setelah bangun tidur, ia akan memasak untuk sarapan baru mandi. Saat ini Kalea sudah duduk anteng di depan meja lipat, dia duduk lesehan, menikmati nasi serta ayam gorengnya. Tak lupa ponsel di genggamannya, itu adalah sebuah kebiasaan buruk Kalea yang tidak boleh ditiru.

Kalea nyaris tersedak ketika membaca chat dari sang ibu.

Mama

Sayang, besok mama sama ayah ke situ. Ada yang mau kami bicarakan

Ada apa? Kenapa tiba-tiba?

Kalea terus memikirkannya. Walaupun dari lubuk hatinya ia merasa senang karena orang tuanya akan berkunjung. Tetapi, kenapa perasaan Kalea tidak enak?

"Semoga gak ada apa-apa," gumamnya seraya membalas chat dari Mama.

Kalea

Okeee mam!

*****

"Leaaa!" Itu pekikan Viola yang tak lain adalah teman Kalea.

Gadis dengan rambut diurai itu berlari menghampiri Kalea yang akan menuju gerbang masuk sekolahnya.

Viola merangkul pundak Kalea dengan senyum gembira.

"Bahagia banget kayaknya?" Kalea menatap geli temannya itu.

"Hah! Iya dong! Pacar gue mau ngajak gue ke rumahnya. Katanya, Mamanya pengen kenalan!" ucap Viola antusias. Bahkan gadis itu sudah jingkrak-jingkrak.

Kalea tertawa geli. Viola memang sudah memiliki pacar. Kekasih temannya itu adalah kakak kelas mereka yang terkenal kalem, sopan, dan tampan, tentunya juga tajir.

Kalea sudah beberapa kali bertemu pria itu, dan memang, dia adalah pria yang sopan. Dalam hati, Kalea sedikit meringis membayangkan bagaimana kesabaran lelaki itu menghadapi kecerewetan Viola.

Viola menatap Kalea dengan senyum yang sulit ditebak. Buru-buru ia merangkul pundak Kalea kembali.

"Makanya, lo punya pacar juga! Biar kita bisa double date!" serunya.

"Ah! Atau elo mau gue jodohin sama temen cowok gue? Biar hidup lo gak kaku-kaku amat, Al!" tawar Viola yang dibalas gelengan oleh Kalea. Tentu saja Kalea menolak. Ia sudah nyaman dengan kesendiriannya.

"Nggak, ah! Aku udah nyaman kayak gini," ucapnya.

"Nyaman gimana?! Selama ini gue liat hidup lo kaku banget! Untung aja lo punya temen unyu kayak gue!" kata Viola memuji dirinya.

"Ayolah, Al. Lo pasti ketagihan, deh! Kalo udah punya pacar tuh, ya, kemana-mana lo diantar! Ditemenin, dibeliin ini itu, dimanjaaa—" celotehan Viola tak ada habisnya. Gadis itu mengoceh sambil membayangkan momen-momen yang ia lewati bersama sang kekasih.

Kalea memutar matanya, lalu segera berlalu meninggalkan Viola yang sudah cemberut kesal. Meskipun begitu, Viola berlari menyusul teman laknatnya itu. Perasaan, dulu Kalea tidak setega itu meninggalkannya. Sekarang, gadis lugu itu sudah berani ternyata.

Ada syukurnya kalau Kalea sudah tidak pemalu lagi. Berarti Viola sudah menjadi teman yang baik untuk Kalea. Iya, kan?

*****

Elang, Hero, Wira serta Fendi kini sudah sampai parkiran sekolah. Terdengar pekikan dari para siswi saat melihat anggota inti The Lion yang selalu tampan itu. Dengan kepedean tingkat dewa, Wira melambaikan tangannya dan memberi flying kiss  untuk para gadis itu. Dan itu membuat semuanya makin gaduh. Tak bisa dipungkiri bahwa visual Wira juga sangat diidamkan oleh kaum hawa.

"Emak ama bapak gue pasti bangga," cengir Wira. Cowok itu sibuk menyapa para siswi yang berdiri di koridor.

Fendi menggeplak kepala Wira. "Emak bapak lu kagak bangga kalo anaknya modelan kayak elo!"

"Tau apa lo? Gue anaknya!" ujar Wira merasa tak terima akan ucapan Fendi.

"Iye anak! Anak pungut!" Segera Fendi berlari menghindari Wira yang sudah mengamuk dan mengejarnya. Dan terjadilah aksi kejar-kejaran dari anggota inti The Lion itu.

Sedangkan Elang dan Hero hanya geleng-geleng kepala melihatnya. Mereka berdua sedang menuju koridor kelas 11. Katanya Hero ingin menemui pacarnya dulu. Dari pada sendirian, mending Elang ikut Hero saja.

Terdengar pekikan dari seorang siswi ketika mereka sampai kelas 11 IPA 1. Itu suara Viola yang tak lain adalah pacar Hero. Iya, Viola di cerewet, temannya Kalea. Entah setan apa yang merasuki Hero, hingga memiliki rasa pada gadis cerewet itu.

"Hai!" sapa Hero ketika sang kekasih berada dihadapannya, tangan besarnya mengacak-acak rambut Viola. Elang berdecih sinis. Bucin, batinnya.

Cowok yang berstatus ketua geng motor itu menyandarkan tubuhnya didinding depan kelas, seraya memperhatikan sekitar. Matanya terpaku pada seorang gadis yang sedang memunguti sampah di depan kelas itu.

Gadis dengan kuncir kuda itu dengan telaten mengambil sampah yang berserakan. Sepertinya, dia murid disiplin, terlihat pakaiannya yang rapi dan lengkap. Elang tak mengalihkan pandangannya dari gadis manis itu.

"Kalau suka, gebet aja, Lang!" celetuk Viola yang tak sengaja melihat Elang memperhatikan temannya. Sedari tadi, Elang memang memperhatikan Kalea. Hal itu membuat Viola senang bukan main. Karena memang rencananya, ia akan membuat mereka bersama dan jatuh cinta. Kebetulan macam apa ini?

Elang menatap Viola sekilas, ia kembali menatap Kalea yang kini berjalan ke arah nya, tepatnya ke arah Viola.

"Rajin amat, Bu!" cibir Viola.

Kalea hanya menyengir. Ia mendekatkan dirinya pada Viola. Kalea malu berdekatan dengan Elang. Kadang, saat Viola meminta menemaninya bertemu Hero dan teman-teman cowok itu, Kalea akan menolaknya mentah-mentah. Jika Viola tetap memaksanya, maka Kalea akan menangis. Kalea sangat pemalu. Mungkin rasa malunya sudah tingkat dewa.

Viola tersenyum mengejek ketika Elang berpura-pura memainkan ponselnya. Padahal tadi curi-curi pandang ke arah temannya. Elang dan Kalea, sama-sama pemalu jika disatukan.

Viola tak bisa membayangkan bagaimana jika keduanya berpacaran, apakah mereka akan saling diam seperti itu?

"Ya udah, aku ke kelas dulu," pamit Hero setelah berbicara singkat dengan Viola.

Mendengarnya, Elang segera mengantongi ponselnya dan berdiri tegak, menatap kedua adik kelasnya itu.

Viola mengangguk, matanya beralih menatap Elang yang juga menatapnya datar. "Kalo mau nomornya, chat gue aja. Pasti gue kasih!" Gadis itu mengacungkan jempol nya.

Hero tersenyum, sedangkan Elang hanya memutar matanya malas. Setelah itu, Elang dan Hero langsung menuju kelas mereka.

"Itu siapa, La?" tanya Kalea sambil menatap punggung lebar milik Elang yang mulai menjauh.

"Namanya Elang. Temennya Hero, sekaligus ketua geng motor The Lion," jelas Viola.

"The Lion?" gumam Kalea bingung.

Viola mengangguk, ia menuntun Kalea menuju bangku mereka.

"The Lion itu geng motor yang dipimpin Elang dua tahun yang lalu. Ketua yang dulu udah pindah ke luar negeri. Dan Elang sebagai penggantinya. Makanya, Al, sekali-kali lo update status. Biar gak kudet gini. Satu sekolah aja tau kalau dia itu ketua geng motor. Gue yakin sih, kalau elo doang yang kagak tau siapa Elang," terang Viola.

Kalea membenarkan ucapan Viola. Ia memang kudet. Karena Kalea tidak tertarik dengan hal-hal yang seperti itu. Menurutnya, dunianya lebih tenang.

***

Bab 3

Seperti apa yang Ibu Kalea katakan, beliau benar-benar datang ke apartemen Kalea bersama sang Ayah. Tentu saja dengan senang hati Kalea menyambut keduanya.

"Tumben banget kesini. Biasanya sebulan sekali doang jenguk Kalea," cibir Kalea seraya meletakkan nampan berisi teh untuk orang tuanya.

"Oh, ya udah. Yuk Yah, kita pulang aja," ajak Meira pada suaminya. Hanya candaan semata. Mana mau ia jauh-jauh ke sana, tetapi, hanya sebentar saja. Minimal menginap lah.

"E-eh! Mama, mah, gitu. Aku bercanda doang tadi," ujarnya memelas sambil menahan tangan sang Ibu.

Ayahnya—Gio hanya terkekeh melihat keduanya.

"Kamu betah di sini?" tanya Gio sambil menatap isi apartemen anaknya yang sangat sederhana. Saat ini saja, mereka duduk lesehan di karpet berbulu.

"Kalo gak betah, udah dari dulu aku pulang ke rumah," jawab Kalea. Ayahnya itu ada-ada saja.

"Oh, iya, kalian kenapa mendadak jenguk aku? Biasanya tanggal muda gini, Ayah sibuk sama pekerjaan kantor," ujar Kalea mengingat kesibukan sang Ayah.

Sejenak ada keheningan diantara mereka. Kalea menatap bingung kedua orangtuanya yang kini saling menatap. Ada apa?

Meira terlihat gugup, Kalea tau itu. Tapi, Ayahnya hanya memasang wajah biasa saja.

"Kami akan menjodohkan kamu dengan cucu Pak Raden," kata Gio sembari menatap sang anak yang terlihat shock.

Kalea terdiam sejenak, ia meresapi kalimat yang terlontar dari bibir ayahnya. Itu bukan pertanyaan, melainkan pernyataan yang tak mungkin Kalea tolak.

"Kamu tidak bisa menolaknya, Kalea. Kamu tau kan, kalau pak Raden sangat berperan penting dalam perusahaan Ayah?" Gio kembali mengungkit permasalahan yang terjadi pada perusahaannya kala itu, dan dengan lapang dada, Raden membantu untuk perkembangan perusahaan Gio kembali. Jika tidak ada beliau, mungkin perusahaan Gio akan bangkrut dan berakhir gulung tikar.

Saat itu, Raden tak ingin imbalan apa-apa, tetapi, kemarin, pria tua itu menghubungi Gio dan meminta untuk menjodohkan cucunya dengan Kalea. Pria itu juga mengungkit jasa-jasanya saat membantu perusahaan Gio dalam masalah.

Gio yang memang merasa tidak enak pun, mengiyakan tentang perjodohan itu. Awalnya ia ingin menolak, tapi, mengingat jasa Raden yang begitu besar, membuatnya tak ingin mengecewakan pria tua itu.

Kalea menatap Ayahnya dengan mata berkaca-kaca.

"Ayah..." lirihnya.

"Ayah tau ini berat untuk kamu. Tapi, Ayah mohon, untuk tidak membuat Pak Raden kecewa," iba sang Ayah.

"Tapi, kenapa tiba-tiba, Yah?" tanya Kalea dengan raut wajah sendu.

Gio menghela nafasnya. "Pak Raden ingin kamu membimbing cucunya, agar menjadi pria baik."

Seharusnya itu tugas suami. Membimbing istri menuju jalan yang benar. Tapi, mengingat cucu Raden yang memang terkenal brandal itu membuat Kalea sadar. Bahwa ia benar-benar harus membuat brandal itu menjadi orang baik dan bertaubat. Kalea tidak kenal dengan sosok brandal itu, tetapi, sang Ibu pernah menceritakannya. Hanya saja, Kalea tak tau wajahnya.

Kalea mengangguk samar. Rasanya tidak ada udara yang bisa ia hirup. Sesak sekali.

Meira segera memeluk anaknya untuk menenangkannya. Meira hanya berharap, semoga lelaki yang menjadi suami Kalea, tidak akan kasar terhadap anaknya. Setidaknya, lelaki yang akan menjadi suami anaknya itu tidak kasar dan bermain tangan, walaupun dia brandal.

"Kalau kamu ada masalah, Mama siap untuk memeluk kamu, Kalea. Mama akan mendengarkan keluh kesah kamu. Jangan sungkan untuk mengubungi Mama. Apapun yang terjadi. Mama akan datang saat itu juga." Wanita paruh baya yang terlihat awet muda itu mengecup kening anaknya.

****

"AKU GAK MAU!"

Teriakan itu menggema seisi mansion yang ditempati sekarang. Itu teriakan Elang.

Raden–sang kakek menghela nafasnya. Cucunya itu semakin kasar. Dulu, Elang tak pernah menolak perintahnya. Bahkan, Elang tidak akan berubah berteriak pada orang yang lebih tua. Namun, sekarang sudah berbeda.

"Kamu tidak bisa menolak. Ini keputusan kakek, demi kebaikan kamu!"

"Demi kebaikan kakek! Bukan aku! Aku gak akan mau menerima perjodohan konyol itu!" Elang menatap tajam sang kakek yang tengah duduk dihadapannya. Sedangkan dirinya berdiri dengan nafas memburu.

"Selama ini, kakek tidak pernah melarangmu ini itu. Bahkan, ketika kamu ikut geng motor, kakek tidak melarang, meskipun kakek tidak suka. Sekarang, kakek ingin, kamu menikah dengan gadis itu. Anggap saja, ini adalah imbalan atas jasa kakek yang selama ini merawatmu dengan penuh kasih sayang," ujar Raden dengan wajah tanpa berdosa.

Elang terkekeh sinis. "Kasih sayang?"

"Kakek bahkan gak tau makanan yang aku suka dan gak aku suka. Kakek selalu maksa aku melakukan semuanya tanpa persetujuan aku. Ini tubuh aku, dan akulah hak atas semuanya!"

Raden tersenyum miring. "Sayangnya, kamu tidak bisa menolak. Kamu tahu kan resikonya?"

Jika Elang menolak perjodohan itu, Raden akan menghancurkan perusahaan milik Ayahnya yang sudah beliau bangun dari hasil jerih payahnya. Dan Elang tak tega jika melihat Ferdi akan bersedih dan hancur. Meskipun terkadang Ferdi berprilaku kasar padanya, Elang tetap menyayangi Ayahnya.

Raden tersenyum puas ketika melihat Elang tak berkutik. Pria tua itu berdiri dari duduknya, dan menepuk-nepuk pundak Elang.

"Besok, akan ada makan malam dengan calon istrimu. Sambut dia dengan baik," ucap Raden sebelum pergi meninggalkan Elang yang ingin meluapkan amarahnya.

****

Selama ini, Kalea memang tau kalau Raden berjasa besar bagi keluarganya. Ia juga tau kalau pria yang sudah tak tua lagi itu memilik cucu yang terkenal brandal. Namun, selama ini Kalea tidak tau seperti apa rupa si brandal itu. Karena, Kalea tak pernah bertemu dengan cucu dari Raden. Menurutnya, itu tidak penting.

Hari ini, hari di mana makan malam itu diadakan. Sekarang, Kalea beserta kedua orangtuanya akan berangkat menuju kediaman Raden.

Malam ini Kalea memakai dress berwarna lilac yang sederhana namun elegan. Dress itu baru saja dibelikan Meira tadi siang. Seharusnya ibunya itu tak perlu repot-repot membelikan dress baru.

Mansion megah milik Raden terpampang jelas ketika mobil yang dikendarai Gio memasuki gerbang nya. Kalea sampai berdecak kagum. Beberapa pria berbadan besar menjaga di setiap sudut mansion. Dan ketika mereka masuk kedalam mansion besar itu, terdapat beberapa pelayan yang menyambut mereka.

"Selamat datang di mansion ku," celetuk seseorang dari arah tangga. Itu Raden. Pria tua itu menghampiri Kalea dan kedua orangtuanya. Lalu memeluk Gio sekilas.

Kalea nampak gugup ketika Raden menatapnya.

"Kamu cantik sekali. Cucuku pasti tidak akan menyesal aku menjodohkannya denganmu," ujar Raden sambil tersenyum.

Segera gadis itu menggapai tangan keriput Raden dan menyalaminya dengan sopan. Hal itu membuat hati Raden tenang. Tak salah jika dirinya menjodohkan cucunya dengan putri cantik Gio ini.

"Ayo. Kita langsung makan malam saja," ajak Raden. Pria itu berjalan terlebih dahulu lalu diikuti Kalea dan kedua orangtuanya.

Dalam hati, Kalea tak henti-hentinya berdecak kagum akan kemegahan mansion yang sekarang ia kunjungi itu.

Tak lama setelah mereka duduk di kursi meja makan, Elang datang dengan memakai kemeja biru tua dan celana bahan berwarna hitam. Tampan sekali.

"Maaf jika menunggu lama," ujarnya dengan suara berat khas Elang, seraya menarik kursi untuk ia duduki.

Kalea menoleh melihat wajah tampan itu. Matanya membelalak kaget. Itu bukannya teman Hero? Batinnya bertanya-tanya. Kalea terlihat shock.

***

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!