Sebuah iring-iringan pengendara geng motor tampak berisik dan berlalu lalang di sebuah jalan raya pada siang hari itu.
Suara bising geberan motor motor tersebut begitu menganggu. Sehingga siapapun yang mendengar deruan suara motor itu pasti akan menutup telinganya.
Tidak hanya suara geberan, teriakan dan ugal-ugalan yang para geng motor itu lakukan sangat menganggu penguna jalan yang lain.
Dan, arak-arakan geng motor tersebut tertangkap oleh salah seorang anak gadis remaja religius bernama Fatimah. Yang kebetulan pada saat itu ia hendak menyebrang jalan.
Siang itu Fatimah hendak mengantarkan makan siang untuk ayahnya yang bekerja di sebuah percetakan keluarga yang berlokasi persis di seberang jalan.
Langkah Fatimah terhenti ketika iring-iringan geng motor tersebut lewat di hadapannya.
Sehingga membuat Fatimah menunda langkahnya. Dan membiarkan para geng motor tersebut lewat terlebih dahulu.
"Astaghfirullah" Fatimah nampak beristighfar.
Fatimah adalah putri dari pasangan suami istri Zaenab dan Hasan. Mereka adalah pasangan suami-istri yang juga sangat kental dalam peraturan keagamaanya.
Dalam kesehariannya, Fatimah selalu menggunakan pakaian muslimah yang syar'i. Ia juga mengenakan cadar untuk menutupi wajah cantiknya.
"Apa mereka tidak sadar, jika perbuatan mereka itu sangat mengganggu orang lain. Astaghfirullah." ucap lagi Fatimah dalam hati.
🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁
"Assalamualaikum." sapa Fatimah pada sang ayah, ketika ia baru sampai di tempat kerja sang ayah.
Biasanya Fatimah selalu disuruh oleh sang ibu untuk mengantarkan makan siang untuk Hasan.
"Waalaikumsalam Nak." jawab Hasan, ayah Fatimah. Sambil merekah kan senyum ketika sang putri mendatanginya siang itu seperti biasa.
Di jam-jam makan siang, Fatimah selalu datang ke tempat kerja Hasan untuk mengantarkan makan siang.
"Ini makan siang untuk Ayah. Jangan lupa di makan dan di habiskan kata Ibu." ujar Fatimah menyampaikan pesan ibunya.
"Terimakasih sayang. Letakkan saja di meja itu. Nanti ayah makan. Sekarang lagi tanggung, sebentar lagi kerjaan ayah selesai." ucap Hasan, sambil masih terlihat sibuk di depan mesin cetaknya.
Keluarga Fatimah memiliki usaha percetakan yang berlokasi tepat di pinggir sebuah jalan raya. Usaha itu adalah usaha turun temurun dari keluarga Hasan.
Fatimah kemudian meletakkan makanan yang ia bawa ke sebuah meja yang ada di ruangan tempat kerja sang ayah.
"Tugas ku sudah selesai. Fatimah pamit ya Ayah. Sebentar lagi Fatimah harus pergi kuliah." ujar gadis yang dalam kesehariannya selalu mengenakan cadar itu, ketika ia berada di luar rumah.
"Iya sayang. Hati-hati jalan pulangnya. Dan hati-hati juga berangkat kuliah." ucap Hasan kepada putri satu-satunya tersebut yang sangat ia sayangi.
"Iya Ayah. Assalamualaikum."
"Waalikumsalam."
Setelah bersalaman kepada sang Ayah, Fatimah kemudian kembali berjalan kaki untuk pulang.
Memiliki nama lengkap Fatimah Almaira. Saat ini usia Fatimah genap berusia 20 tahun.
Dan ia aktif sebagai seorang mahasiswa di universitas Islam yang anda di ibukota.
Dalam kesehariannya, Fatimah selalu membantu pekerjaan kedua orang tuanya.
Bila sang ayah memiliki usaha percetakan, sang ibu yang kesehariannya selalu berada di rumah juga memiliki usaha sendiri membuat kue-kue.
Usaha kue kue itu di perdagangankan Ibu Fatimah, Zaenab di gerai toko kue di halaman rumah mereka.
Berniaga sudah menjadi pembelajaran yang diajarkan oleh kedua orang tua Fatimah. Sehingga Fatimah tumbuh menjadi seorang gadis yang begitu pandai mengisi waktunya dengan hal hal yang positif.
Tidak hanya belajar tentang agama, Fatimah juga pandai dalam urusan berbisnis. Oleh Fatimah, usaha sang ibu juga di perdagangkan Fatimah lewat online.
Fatimah benar-benar menjaga kehormatannya.
Ketika ia berjalan, ia selalu menundukkan pandangannya.
Sampai usianya kini menginjak 20 tahun. Fatimah tidak pernah sama sekali bersentuhan dengan seorang pria terkecuali dengan sang ayah.
Menjaga kehormatan dan kesucian sebagai seorang wanita muslimah. Selalu diajarkan oleh Zaenab dan juga Hasan.
Sehingga Fatimah tumbuh menjadi seorang wanita yang pandai menjaga kehormatannya. Terlebih ia masih gadis dan juga perawan. Membuat gadis berwajah cantik itu benar-benar tertutup soal kehidupan pribadinya.
"Ali dari mana saja kamu nak? Jam segini kok baru pulang." tanya Hanin, ibunda Ali. Yang pada saat itu ia melihat sang putra yang melewati ruang makan. Ali pada saat itu hendak pergi ke lantai atas menuju kamarnya.
"Ali mau ke kamar Bunda." jawab Ali, yang pada saat itu sudah ada di anak tangga. Saat di panggil Hanin, Ali pun seketika menghentikan langkahnya.
"Makan malam dulu. Memang kamu dari mana saja. Jam segini baru balik. Kamu kan pergi dari pagi."
"Ali tadi main sebentar sama temen-temen Bunda." jawab Ali santun kepada bundanya Hanin.
"Belakangan ini kamu kok sering pulang telat. Bukankah kuliah kamu hanya sampai siang. Bunda perhatiin kamu juga sering pulang malam sekarang." tanya lagi Hanin. Karena ia merasa curiga dengan kegiatan sang putra akhir akhir ini.
Hanin merasa Ali, putranya kini lebih banyak berada di luar rumah.
Merasa ada sesuatu yang harus Ali jelaskan kepada sang Bunda. Ali pun kemudian berjalan menuju Hanin untuk membantah kecurigaan sang Bunda.
"Bunda jangan souzon dulu sama Ali. Memangnya Ali ngapain. Ali setiap hari pergi kuliah Bunda. Setelah selesai kuliah, Ali cuma nongkrong sebentar sama temen-temen." jawab Ali dengan memperlihatkan wajah biasa saja.
"Wajarlah kalau Bunda tanya. Bunda hanya khawatir. Ingat pesan Bunda sama Ayah ya sayang. Selalu jaga diri dalam pergaulan di luar sana. Bunda sama Ayah tidak mau kamu itu terjerumus ke pergaulan yang tidak benar. Belum lama ini Bunda melihat berita di televisi tentang anggota geng motor yang meresahkan masyarakat yang ada di dekat wilayah sini. Bunda khawatir saja kamu terjerumus dalam pergaulan tak penting seperti itu. Ada beberapa aksi mereka sangat membahayakan pengguna jalan yang lain. Parahnya, anggota geng motor itu semua anak-anak muda seusia kamu." tutur Hanin, mengutarakan keprihatinannya tentang berita geng motor yang pernah ia saksikan di televisi.
Mendengar itu wajah Ali berubah pias.
Karena yang sang Bunda bicarakan itu mungkin adalah geng motor yang bernaung di bawah komplotan geng motor miliknya.
Sedangkan dirinya adalah ketua geng motor tersebut.
"Bunda jangan kebanyakan nonton TV. Nanti jadi paranoid. Sudah jangan khawatirkan Ali. Ali busa jaga diri kok." ucap Ali, yang kemudian ia berpamitan pada Hanin untuk naik ke kamarnya.
"Tidak mau makan malam dulu. Sebentar lagi Ayah pulang."
"Ali belum lapar. Nanti Ali cari makan sendiri di dapur." sahut Ali sambil menaiki anak tangga menuju lantai atas.
Hanin pun hanya menggelengkan kepalanya. Melihat sikap putranya yang kini memang dalam fase-fase pencarian jati diri.
Dan Hanin merasa sedikit khawatir dengan perubahan sikap sang putra yang semakin hari menjadi lebih tertutup.
🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁
Berada di kamarnya. Ali yang baru saja pulang dari pergi tersebut langsung melemparkan tasnya di atas tempat tidur.
Ali sedikit merasa cemas karena berita tentang geng motor itu kini telah sampai di telinga sang Bunda.
Padahal aktivitas dirinya selama ini sangat dijaga oleh Ali agar tidak di ketahui kedua orang tuanya.
Menjadi bagian dari geng motor sebenarnya hanya kerjaan iseng-iseng Ali bersama teman-temannya.
Pada saat ulang tahun Ali yang ke-19 Ali meminta sebuah motor yang cukup mahal kepada sang ayah Prasetya.
Dan oleh Prasetya, keinginan sang putra Ali pun diwujudkan.
Prasetya membelikan Ali sebuah motor yang cukup mahal harganya sebagai bentuk hadiah untuk anak laki-lakinya tersebut.
Dan ternyata oleh Ali, pada saat ia sudah memiliki motor tersebut. Ia dan beberapa temannya yang juga memiliki motor. Terbesit oleh Ali untuk membuat sebuah komunitas geng motor yang dinamakan geng motor stuck friendship.
Awal-awalnya geng motor itu hanyalah sebuah perkumpulan pemotor biasa karena mereka sama memiliki hobi mengendarai motor.
Tapi lama-kelamaan. Geng motor itu berubah menjadi sebuah geng yang sedikit melenceng dari pembentukan geng motor tersebut awalnya.
Pernah pada suatu ketika. Mereka melewati jalan yang sepi dan kemudian mereka melakukan intimidasi terhadap seorang pedagang bakso.
Berniat iseng mengerjai seorang pedagang bakso. Mereka mengikat pedang bakso itu pada sebuah pohon. Lalu dengan isengnya. Mereka menikmati membuat bakso sendiri sendiri dan menikmati.
Hal semacam itu sebenarnya hanya ke isengan mereka untuk bersenang-senang. Tetapi kebiasaan itu justru malah berlanjut.
Di dalam keluarga, Ali bersikap dan bertutur baik. Kehidupan keluarganya juga sangat harmonis.
Meskipun sang ayah Prasetya memiliki anak lain dari sebuah hubungan terlarang di masa lalu.
Ali menjadi sedikit nakal di luar rumah karena faktor pergaulan dengan teman-temannya.
Padahal pembentukan geng motor itu tujuannya bukanlah untuk anarkis seperti di film-film. Ataupun geng motor sadis seperti di berita berita kriminal.
Yang membuat mereka tertantang saat ini adalah. Karena mereka memiliki lawan dari geng motor lainnya.
Ali menjadi sedikit nakal di luar rumah karena faktor pergaulan dengan teman-temannya.
Padahal pembentukan geng motor itu tujuannya bukanlah untuk anarkis seperti di film-film. Ataupun geng motor sadis seperti di berita berita kriminal.
Yang membuat mereka tertantang saat ini adalah. Karena mereka memiliki lawan dari geng motor lainnya.
"Sayang kok mukanya cemas begitu. Ada apa?" tanya Prasetya, suami Hanin. Kala mereka hendak beristirahat pada malam itu.
"Tidak ada apa apa mas. Aku hanya sedikit merasa cemas dengan pergaulan Ali. Sebagai seorang Ibu pastinya kita harus benar-benar memperhatikan pergaulan anak-anak kita. Tidak hanya Ali, aku juga sangat memperhatikan pergaulan anak perempuan kita. Sebagai orang tua, kita punya tanggung jawab untuk membimbing anak-anak kita." ujar Hanin, berkeluh kesah tentang anak anak mereka.
Ali dan anak perempuannya Maryam. Malam itu Hanin berkeluh kesah kepada Prasetya tentang pengawasan anak-anak mereka yang kini sudah beralih ke masa remaja.
"Kita memang harus tetap memperhatikan pergaulan anak-anak. Meski begitu, jangan terlalu mencemaskan mereka. Jika kamu semakin mencemaskan dan terlalu mengontrol mereka. Aku khawatir mereka akan berontak. Kita boleh mengontrol tapi jangan sampai mengekang. Bagaimanapun, mereka juga perlu bergaul dengan teman-teman sebayanya. Yang perlu kita lakukan hanya mengawasi mereka dari jauh dan tetap menasehati." tutur Prasetya.
"Iya sih mas. memang harus seperti itu."
"Ayo tidur. Jangan terlalu mencemaskan mereka. Mereka sudah dewasa. Mereka juga sudah kita bekali ilmu agama kan. Kita berdua juga selalu berusaha menjadi orang tua yang baik untuk Ali dan Maryam. Kita harus banyak doa juga pada Allah. Agar Allah juga melindungi anak anak kita. Di saat pelindungan kita pada mereka kadang terbatas." imbuh Prasetya.
Mendengar kata-kata yang menenangkan itu dari sang suami membuat Hanin merasa sedikit lebih rileks. Saat beberapa waktu lalu dia dirundung rasa kecemasan.
🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁
"Kawan kawan, kita harus membicarakan sesuatu tentang komunitas kita." ujar Ali kepada ke-10 anggota geng motor miliknya.
"Memangnya ada apa Al. Kelihatannya kamu terlihat panik?" tanya Aldi, salah seorang teman akrab Ali yang juga anggota menjadi salah satu geng motor yang ahli dirikan.
"Entahlah, kemarin saat aku pulang. Bundaku memberitahu jika di sebuah televisi ada pemberitaan tentang geng motor. Dan sepertinya geng motor itu adalah geng motor milik kita. Aku penasaran dari mana media itu mendapatkan video tentang aktivitas kita beberapa hari terakhir. Aku curiga ada seseorang yang sudah merekam dan kemudian dia menguploadnya ke media sosial. Dan aku khawatir komunitas kita ini menjadi terancam dan bahkan akan menjadi incaran polisi." ucap Ali, kepada seluruh anggota geng motornya.
"Wah, bisa gawat ini. Tidak bisa dibiarkan. Kita harus mencari tahu siapa orang pertama yang mengungah video dan menviralkan komunitas kita. Kita harus beri pelajaran kepada mereka itu." ujar Aldi memprovokasi.
"Betul. Kita harus temukan siapa orangnya dan hajar." imbuh Gara, salah seorang anggota geng motor lainnya.
"Bro, kemarin pas kita konvoi. Ada salah satu hal yang tertangkap oleh ku. Aku memperhatikan ada seorang wanita bercadar nampak berdiri di sisi jalan raya sambil memegang ponsel. Dia menggenggam ponsel dan sepertinya ia sedang merekam acara konvoi kita kemarin. Mungkin dia yang sudah merekam aksi kita. Lalu dia mempostingnya di media sosial. Dan mungkin dari situlah komunitas kita jadi viral. Kita harus bisa menemukan orang itu. Dan memberikannya pelajaran." ucap Gara lagi.
"Maksud kamu Gara? Siapa yang kamu maksudkan?" tanya Ali.
Gara pun kemudian menjelaskan tentang apa yang ia tangkap kemarin. Saat ia melihat Fatimah.
"Gua kemarin lihat ada salah seorang wanita bercadar. Yang sepertinya ia sedang merekam kegiatan kita. Mungkin dia pelakunya. Yang sudah memviralkan geng motor kita dengan caption negatif Padahal geng motor kita kan tidak seburuk yang di berikan."
"Dimana lokasi persisnya kamu tau tentang wanita itu. Saat kamu lihat wanita itu merekam aktivitas kita." tanya Ali memperjelas.
"Di jalan A, tepat di persimpangan jalan itu. Karena pada saat itu aku perhatikan ada seorang wanita yang sangat kontras sekali. Dia memakai baju serba hitam dan memakai cadar. Kalau tidak salah wanita itu seperti hendak menyebrang. Karena kita lewat, dia menjadi kemudian menepi, tidak jadi menyebrang. Tapi aku perhatikan dia nampak mengeluarkan ponselnya dan merekam." jelas Gara.
"Oh, di jalan itu. Besok kita cari tahu siapa wanita itu. Aku tidak terima saja geng motor kita di cap sebagai geng motor negatif." ujar Ali.
Karena bagaimanapun, Ali, selaku ketua geng motor. Merasa punya tanggung jawab untuk melindungi geng motor yang dia dirikan.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!